Berapa lama nabi di gua tsur

REPUBLIKA.CO.ID, Gua Tsur adalah sebuah gua yang terletak sekitar tujuh kilometer dari Makkah ke arah Thaif. Gua Tsur berada di salah satu puncak Jabal Tsur, sebuah gunung yang yang cukup tinggi, terjal dan berbatuan.

 Struktur dan bentuk gunung ini menyulitkan para peziarah untuk mendaki sampai ke Gua Tsur. Bahkan, upaya pendakian gunung tersebut sering mendatangkan bahaya dan korban jiwa.

Gua ini mempunyai dua pintu masuk yang terletak di bagian depan dan bagian belakangnya. Sepintas kilas, bentuk gua ini menyerupai bentuk kuali.

 

Berapa lama nabi di gua tsur

Dalam Ensiklopedi Haji dan Umrah karya Drs Ikhwan M.Ag dan Drs Abdul Halim M.Ag disebutkan, sejarah gua tsur sangat erat kaitannya dengan sejarah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.

“Di dalam Gua Tsur inilah Nabi Muhammad SAW beserta Abu Bakar bersembunyi dan beristirahat selama tiga hari dalam perjalanan hijrah tersebut.”

Sejarah hijrah sendiri dimulai ketika kaum kafir Quraisy sudah sampai kepada puncak kedengkian dan kemarahan mereka melihat perkembangan ajaran Islam yang semakin pesat di kalangan suku Quraisy sendiri. Bahkan telah pula memiliki basis yang kuat di Kota Yatsrib (Madinah).

Dalam musyawarah yang panjang dan alot di Darun Nadwah, para pemuka Quraisy akhirnya memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Algojo yang akan melakukan pembunuhan adalah para pemuda perkasa yang berasal dari tiap-tiap kabilah Quraisy yang dilengkapi dengan sebilah pedang tajam.

Para pemuda ini disuruh untuk melakukan pembunuhan secara serempak dan bersama-sama. Hal ini bertujuan agar Bani Hasyim dan Bani Muthallib (kabilah dari mana Nabi Muhammad SAW berasal) tidak berani untuk menuntut balas, sebab semua kabilah Quraisy terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Rencana busuk kaum kafir Quraisy tersebut atas izin dan pertolongan Allah, akhirnya tercium oleh Rasulullah SAW. Rasulullah mendapat izin dari Allah untuk melaksanakan hijrah ke Madinah dan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Pada malam hari yang telah ditetapkan, para pemuda Quraisy mengepung rumah Nabi SAW dari segala penjuru. Rasulullah menyadari hal itu dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Lewat tengah malam, Nabi SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat perbaringan dan memakai selimut yang biasa beliau gunakan.

Rasulullah pun keluar rumah dengan hati yang mantap. Atas kekuasaan Allah, tidak seorang pun dari pemuda yang mengepung tadi melihat kepergian Nabi Muhammad SAW.

Konon, Nabi Muhammad masih sempat menyiramkan pasir ke kepala para pemuda tersebut sambil membacakan ayat Alquran surah Yaasin ayat 9: “Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."

Berapa lama nabi di gua tsur
Goa Tsur di Makkah, Arab Saudi menjadi saksi bisu saat Nabi Muhammad SAW dan sahabat Abu bakar Ash Shiddiq bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy. (Foto: Okezone)

Kastolani Rabu, 17 Juni 2020 - 05:24:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Serangan dan makar pembunuhan kaum kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW semakin gencar. Mereka pun terus berupaya mencelakai Nabi SAW dan para sahabatnya. Nabi kemudian memerintahkan kepada para sahabatnya untuk sembunyi-sembunyi hijrah ke Madinah.

Sedangkan Nabi SAW dan beberapa sahabatnya masih tinggal di di Mekkah. Nabi menunggu turunnya ayat dari Allah untuk pergi hijrah.

Tepat tanggal 26 Shafar 622 Masehi atau tepat 17 Juni, Nabi Muhammad SAW didampingi Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq pergi ke Goa Tsur.

Nabi SAW memberi tahu Abu Bakar bahwa harus pergi hijrah malam itu dan menunjuk Abu Bakar untuk menyertainya. Peristiwa itu terekam dalam Kitab Fatkhul Bari seperti dikutip dari quranpustaka.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ اسْتَأْذَنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْخُرُوجِ حِينَ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْأَذَى فَقَالَ لَهُ أَقِمْ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَطْمَعُ أَنْ يُؤْذَنَ لَكَ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنِّي لَأَرْجُو ذَلِكَ قَالَتْ فَانْتَظَرَهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَتَاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ظُهْرًا فَنَادَاهُ فَقَالَ أَخْرِجْ مَنْ عِنْدَكَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّمَا هُمَا ابْنَتَايَ فَقَالَ أَشَعَرْتَ أَنَّهُ قَدْ أُذِنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ الصُّحْبَةَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّحْبَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدِي نَاقَتَانِ قَدْ كُنْتُ أَعْدَدْتُهُمَا لِلْخُرُوجِ فَأَعْطَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَاهُمَا وَهِيَ الْجَدْعَاءُ فَرَكِبَا فَانْطَلَقَا حَتَّى أَتَيَا الْغَارَ وَهُوَ بِثَوْرٍ فَتَوَارَيَا فِيهِ فَكَانَ عَامِرُ بْنُ فُهَيْرَةَ غُلَامًا لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الطُّفَيْلِ بْنِ سَخْبَرَةَ أَخُو عَائِشَةَ لِأُمِّهَا وَكَانَتْ لِأَبِي بَكْرٍ مِنْحَةٌ فَكَانَ يَرُوحُ بِهَا وَيَغْدُو عَلَيْهِمْ وَيُصْبِحُ فَيَدَّلِجُ إِلَيْهِمَا ثُمَّ يَسْرَحُ فَلَا يَفْطُنُ بِهِ أَحَدٌ مِنْ الرِّعَاءِ فَلَمَّا خَرَجَ خَرَجَ مَعَهُمَا يُعْقِبَانِهِ حَتَّى قَدِمَا الْمَدِينَةَ

Dari Aisyah radliallahu anha, dia berkata, "Abu Bakr pernah meminta izin kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk hijrah ketika gangguan (orang-orang Quraisy) semakin menjadi-jadi, lalu beliau bersabda kepadanya: "Berdiam aja dulu." Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, apakah anda hendak menunggu perintah?" Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Aku berharap hal itu." Aisyah melanjutkan, "Abu Bakr lalu menunggu (perintah hijrah), suatu hari yaitu diwaktu siang, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang menemuinya, beliau lalu menyerunya: "Suruhlah orang-orang yang ada di sisimu untuk keluar." Abu Bakr menjawab, "Sesungguhnya dia adalah kedua puteriku." Beliau bersabda: "Apakah kamu merasa bahwa diriku telah diizinkan untuk berhijrah?" Abu Bakr berkata, "Apa perlu ditemani?" Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab: "Benar, aku perlu ditemani."

Abu Bakr berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua ekor unta yang telah aku persiapkan untuk berhijrah." Kemudian Abu Bakr memberi salah satu hewan tunggannya, yaitu al Jada`, keduanya pun berangkat hingga sampai di gua Tsur lalu keduanya bersembunyi di dalamnya.

Sementara Amir bin Fuhairah adalah seorang budak milik Abdullah bin Thufail bin Sahbarah, saudara seibu Aisyah, dan Abu Bakr juga memiliki beberapa ekor kambing perah, yang setiap pagi dan sore dibawa oleh Amir bin Fuhrairah untuk keduanya.

Kemudian ia pergi dimalam hari untuk menemui keduanya, selepas itu Amir bin Fuhairah pergi merumput sehingga tak satupun dari para penggembala yang tahu, tatkala Amir bin Fuhairah berangkat, maka Abu Bakr dan Nabi keluar mengikuti dari belakang hingga keduanya tiba di Madinah. ( HR. Bukhari) [ No. 4093 Fathul Bari] Shahih.

Persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar di Goa Tsur tersebut nyaris diketahui para musuhnya yang terus mengejar Rasulullah SAW. Namun, dengan pertolongan Allah SWT, Rasulullah dan Abu Bakar selamat.

Peristiwa itu diabadikan dalam Alquran, Surat At Taubah:40

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Artinya: Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita". Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At Taubah: 40)

Mufasir Ibnu Katsir menerangkan, peristiwa itu terjadi pada tahun Nabi SAW melakukan hijrahnya. Saat itu orang-orang musyrikin bertekad hendak membunuhnya atau menahannya atau mengusirnya. Maka Nabi Saw lari dari mereka bersama sahabatnya, yaitu Abu Bakar As-Siddiq.

Lalu keduanya berlindung di dalam Goa Sur selama tiga hari, menunggu agar orang-orang yang mencari dan menelusuri jejaknya kembali ke Mekah. Sesudah itu beliau bersama Abu Bakar meneruskan perjalanan ke Madinah.

Abu Bakar merasa takut bila seseorang dari kaum musyrik yang mengejarnya itu dapat melihatnya yang akhirnya nanti Rasulullah Saw akan disakiti oleh mereka. Maka Nabi Saw menenangkan dan meneguhkan hati ABu Bakar.

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Qurais) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (QS. Al Anfal: 30)

Bahwa orang-orang Quraisy mengadakan musyawarah di Mekah pada suatu malam. Sebagian dari mereka mengatakan, "Besok pagi kita tangkap dia, lalu kita ikat." Yang mereka maksudkan adalah Nabi Saw. Sebagian yang lain mengatakan, "Tidak, tetapi kita harus membunuhnya." Sedangkan sebagian lagi mengatakan, "Tidak, tetapi kita usir saja dia."

Lalu Allah Swt. memperlihatkan makar tersebut kepada Nabi-Nya. Maka Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu tidur di tempat tidur Rasulullah SAW. Kemudian Nabi SAW sendiri berangkat menuju gua, sedangkan orang-orang musyrik semalaman menjaga Ali yang mereka sangka Nabi Saw.

Kemudian pada pagi harinya mereka menyerangnya secara bersamaan, tetapi ketika mereka membukanya ternyata dia adalah Ali. Allah membalas tipu muslihat mereka. Lalu mereka bertanya, "Ke manakah temanmu ?” Lalu mereka menelusuri jejaknya. Ketika mereka sampai di bukit, mereka kehilangan jejak, kemudian mereka mendaki bukit itu dan melewati gua yang dimaksud, tetapi mereka melihat di pintu gua itu ada sarang laba-laba.

Maka mereka berkata, "Seandainya dia memasuki gua ini, niscaya sarang laba-laba itu tidak akan ada lagi di mulutnya. Nabi Saw. tinggal di dalam Goa Tsur itu selama tiga malam. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Jafar ibnuz Zubair, dari Urwah ibnuz Zubair yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembatas tipu daya, (Al-Anfal: 30) Yakni engkau (Muhammad) membalas tipu daya mereka dengan tipu daya-Ku Yang Mahateguh, hingga Aku selamatkan kamu dari mereka.

Wallahu A'lam.


Editor : Kastolani Marzuki

TAG : hijrah nabi muhammad saw Goa Tsur

Berapa lama nabi di gua tsur