Bayangkan saat kamu diperlakukan tidak adil apakah sedang memendam amarah atau rasa kesal

Bayangkan saat kamu diperlakukan tidak adil apakah sedang memendam amarah atau rasa kesal
Bayangkan saat kamu diperlakukan tidak adil apakah sedang memendam amarah atau rasa kesal

Sikap tidak adil dan pilih kasih dari atasan seringkali dialami oleh karyawan, apalagi jika status Pinters sebagai karyawan sering dipermasalahkan kinerjanya karena alasan kesibukan lain seperti kuliah misalnya. Pinters harus tahu bagaimana cara menghadapi atasan yang pilih kasih tersebut.

Sebelum berpikir buruk tentang orang lain, sebaiknya memang kamu perlu intropeksi lebih dulu. Kerja yang tidak optimal memang akan jadi permasalahan utama di kantor.

Jadi ketika Pinters sudah memutuskan untuk kuliah sambil kerja, berusahalah seprofesional mungkin, sebab semua itu adalah pilihan yang Pinters ambil berdasarkan pertimbangan yang matang.

Cara Menghadapi Atasan yang Pilih Kasih

Bayangkan saat kamu diperlakukan tidak adil apakah sedang memendam amarah atau rasa kesal

Sikap pilih kasih mungkin akan kamu rasakan saat kamu sendiri merasa kinerjamu kurang bagus di kantor. Dalam kondisi berbeda pun hal ini mungkin saja tetap bisa terjadi. Kamu sudah merasa kerja maksimal tetapi kenapa ya sikap atasan masih terlihat pilih kasih pada karyawannya.

Seorang atasan bersikap tidak adil tentu saja ada penyebabnya. Kamu perlu cari tahu lebih dulu agar lebih mudah memberikan respon sikap yang sesuai. Secara umum, kamu bisa melakukan hal-hal berikut ini saat merasakan sikap atasan yang terlalu mengutamakan karyawan lain alias pilih kasih:

1. Berusaha Berprasangka Baik

Prasangka buruk tidak akan membantu Pinters menyelesaikan masalah, tetaplah berpikir positif pada hal-hal yang ada di depan mata. Jika ada hal yang memang terlihat tidak adil, cobalah ambil hikmah positifnya.

Sebab, jika kamu marah pun tidak akan menyelesaikan masalah. Status sebagai bawahan akan lebih aman dan tenang jika kamu bawa santai saja, fokus kepada pikiran baik.

Suasana di kantor biasanya akan semakin panas dengan omongan sesama karyawan. Cobalah sedikit menutup telinga atas hal negatif tersebut. Dekatlah dengan orang-orang yang berpikir positif agar pikiran lebih tenang.

2. Fokus pada Karya dan Prestasi

Kamu mungkin punya kesibukan kuliah sambil kerja, tetapi hal tersebut seharusnya tidak menghalangi kamu untuk tetap bekerja dengan baik dan berprestasi. Prestasi kecil yang kamu lakukan secara konsisten pada akhirnya akan membuat kamu menjadi istimewa.

Biarlah kamu tidak mendapatkan perlakuan istimewa dari atasan, tetapi kamu tetap berusaha kerja dengan baik untuk mendapatkan prestasi yang terbaik. Jika kamu bisa fokus menampilkan ini, ketahuilah seluruh warga kantor pada akhirnya akan melihat Pinters punya potensi dan prestasi.

3. Perbaiki Komunikasi

Seringkali yang menjadi pemicu masalah adalah komunikasi yang kurang baik. Kesibukan kuliah yang sering membuat kamu izin kerja mungkin saja menjadi penyebab utama atasan kamu berpikir negatif atas kondisi kamu.

Hal ini sebaiknya diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Sampaikan kondisi riil yang kamu alami kenapa harus tetap kuliah.

Komunikasi ini akan membuat atasan bisa mengenal bawahan, dan bawahan pun bisa lebih mengenali tipe atasannya. Kondisi yang sudah kenal ini akan membantu semua pihak bisa saling memahami apa yang menjadi penyebab masalah selama ini. Jika memang pihak atasan tidak senang dengan sikap kerja sambil kuliah, tentu lebih baik diambil jalan terbaiknya bagaimana.

4. Cobalah Membantu Atasan

Jika kamu sudah tahu penyebabnya adalah kekuranganmu yang sering izin kerja karena alasan kuliah, cobalah untuk membuat kompensasi atas hal itu. Caranya bagaimana?

Lihatlah kapan kondisi atasan merasa sedang benar-benar butuh bantuan, terlebih lagi disaat semua orang tidak bisa membantunya dan kamu punya kesempatan untuk hal tersebut.

Sikap kamu yang mau membantu atasan ini akan jadi penilaian positif bagi atasan. Ternyata kamu yang dianggap tak memiliki potensi selama ini bisa membantunya untuk menyelesaikan masalah yang mungkin orang lain tidak peduli.

Baca Juga : Penyebab dan Cara Menghadapi Atasan yang Tidak Menyukai Kita

5. Kendalikan Sikap dan Perasaan

Saat kamu diperlakukan pilih kasih kecenderungannya tentu akan merasa cemburu, sakit hati, marah, dendam dan sebagainya. Cobalah atur kondisi ini, kendalikan sikap dan perasaan agar tidak nampak langsung di lingkungan kerja. Hal seperti ini hanya akan semakin memperburuk kondisi dan tidak ada jaminannya masalahnya akan selesai.

Kamu justru akan semakin merasa tertekan, di kantor tidak nyaman dan sebagainya. Jangan perturutkan perasaan dan sikap negatif, cobalah berpikir masa bodoh untuk perasaan-perasaan tersebut. Terutama jika kamu merasa tidak memiliki kesalahan tetapi masih diperlakukan tidak adil atau pilih kasih.

6. Dekati Anak Emas Sang Atasan

Bila ada yang dianak emaskan oleh atasan, jangan jauhi. Sikap kamu menjauh justru akan jadi masalah. Kamu perlu dekat dan membangun komunikasi yang baik dengan si anak emas tersebut. Ingat, persepsi positif sang anak emas pada diri kamu juga akan berpengaruh pada persepsi positif yang akan muncul di pandangan si bos atas diri kamu.

7. Keputusan Resign

Jika pada akhirnya kamu memutuskan untuk resign, pastikan hitungannya memang sudah tepat dan menjadi jalan terbaik. Penyebab karyawan resign dari kantor hendaknya didasarkan pada hal positif yang bisa diambil jika memilih berhenti bekerja. Apakah kamu yakin sudah mendapatkan sumber dana untuk biaya kuliah jika harus berhenti bekerja? Pertimbangkan hal tersebut dengan matang.

Jika keputusan berhenti kerja sudah menjadi hal yang mantap untuk kamu ambil, tak perlu bingung dengan sumber biaya pendidikan yang kamu butuhkan.

Kini lembaga bantuan dana pendidikan Pintek memiliki pilihan produk pinjaman dana pendidikan dengan biaya cicilan yang lebih terjangkau, jumlah pinjaman yang besar dan prosedur pengajuan yang lebih mudah.

Kamu bisa mencari tempat kerja yang lebih nyaman sambil menikmati produk pinjaman dana pendidikan dari Pintek yang memudahkan.

Tak perlu lagi bingung bagaimana cara menghadapi atasan yang pilih kasih, kamu bisa fokus menempuh pendidikan impianmu dengan biaya yang sudah tersedia dan dapat dilunasi pembayarannya dengan mudah dan efisien.

Bayangkan saat kamu diperlakukan tidak adil apakah sedang memendam amarah atau rasa kesal

KALMers, kamu pernah merasa marah banget, tidak? Sampai nafasmu terasa pendek dan cepat, tanganmu gemetar dan kamu serasa siap berkelahi?

Atau mungkin, kamu pernah merasa marah karena ketidakadilan yang terjadi di kantor, di rumah, ataupun online. Satu-satu hal yang dalam pikiranmu adalah alasan-alasan kenapa kamu benar dan mereka salah!

Seperti semua emosi kita yang lain, emosi marah adalah suatu respons psikologis terhadap sebuah pengalaman. Lebih tepatnya, marah adalah respons ketika kita merasa diserang, diancam, atau diperlakukan dengan tidak adil.

Hasilnya? Tindakan tubuh kita langsung masuk mode Fight or Flight. Berkelahi, atau melarikan diri.

Emosi marah adalah salah satu emosi terkuat dan bermanfaat jika kita mengerti bagaimana menanggapi dan memprosesnya dengan lebih baik. Lagipula, insting berkelahi yang datang dari rasa marah adalah dorongan atau motivasi fisik, mental, dan emosional yang luar biasa. 

Tetapi, kenapa sih banyak orang marah pada saat-saat ketika tidak ada situasi yang mengancam mereka? Dan mereka malah akhirnya memperlakukan orang lain dengan tidak adil? 

KALMers, kalau kamu pernah mengalami pelampiasan rasa marah atau frustasi seseorang secara tiba-tiba, kamu pasti tahu betapa tidak enaknya pengalaman tersebut!

Beragam Pemicu Kemarahan

Sebenarnya, karena kita manusia, kita semua punya alasan-alasan berbeda untuk merasa marah. 

Ini beberapa contoh:

  • Pengalaman FormatifMungkin kamu dulu sering dilakukan dengan tidak adil oleh kakakmu yang terus menerus mencuri makanan dari piringmu. Nah, setiap kali ada yang ambil makanan dari piringmu, langsung, deh, marahnya keluar!
  • Pemendaman Perasaan Jangka Panjang – Mungkin kamu sudah berusaha memendam semua perasaan marah terhadap bosmu selama bertahun-tahun, dan tiba-tiba keluar, dilampiaskan kepada anak buah baru yang sifatnya mirip sekali dengan bosmu itu! 
  • Cara Berkomunikasi – Mungkin sejak kecil, mengekspresikan pendapat dengan marah-marah adalah cara paling pasti kamu akan didengar. Untuk kamu, marah-marah adalah suatu undangan untuk mengenal satu sama lain lebih baik, untuk mendalami hubungannya.
  • Ingin Punya Kendali – Mungkin, ada area-area di hidup kamu yang terasa tidak terkontrol, maka di area dimana kamu dapat mengekspresikan diri dengan bebas, marah-marah membuat kamu dapat mengambil kendali situasi.
  • Depresi/Anxiety – Diagnosa ini dapat mengakibatkan marah-marah yang terasa tanpa sebab, yang muncul entah dari mana.

Sebagai manusia dengan banyak pengalaman, ingatan, dan ajaran – kita juga mencontoh orang tua, teman, role model, dan orang-orang lain disekitar kita. Semua itu menjadi campuran kebiasaan dan picuan yang sulit diprediksi. 

KALMers, dengan mempelajari picuan kita masing-masing, kita bisa membuat emosi marah kita menjadi alat konstruktif daripada sekedar perasaan agresif. 

Marah yang Agresif vs. Marah Yang Positif

KALMers, ada cara untuk menggunakan emosi marah ini untuk menjadi alat perubahan baik dalam hidup kita. Seperti semua emosi kita, emosi marah adalah respons yang sehat dan unik. 

Ini emosi satu-satunya yang bisa memicu kita untuk bertindak melawan rintangan dan ketidakadilan, untuk mengetahui rasa benar dan salah. Ini emosi yang dapat mendorong kita mencari solusi konflik interpersonal. 

Ini cara membuat emosi marahmu berubah dari kebiasaan yang agresif menjadi kebiasaan produktif:

  1. Bukan Menggerutu, Tapi Mencari Tahu – Daripada kita “venting” kemarahan kita, lebih baik kita belajar tentang diri kita sendiri. Tanyalah: kenapa saya marah? Apa yang saya rasa tidak adil? Apa yang membuat saya merasa terancam? Ada sebuah studi yang mengatakan bahwa mengeluh ke teman atau online tentang ketidakadilan bukanlah sesuatu yang menghilangkan marah, tetapi malah meningkatkan tingkah laku agresif.
  2. Bukan Memendam, Tapi Menjelaskan – Selain itu, kita harus bisa menjelaskan kemarahan kita kepada diri sendiri, daripada memendam semua uneg-uneg kamu. Agar diri kita sendiri mengerti situasi tersebut secara tepat – tidak secara basa-basi, dan tidak dengan melebih-lebihkan atau meremehkan. 
  3. Bukan Melampiaskan, Tapi Melakukan Tindakan – Apakah setelah itu kita harus memastikan bahwa siapapun yang tidak adil terhadap kita harus mengerti panjang lebarnya kemarahan kita? Pertimbangkan dahulu siapa individu yang melukaimu! Tergantung hubungan kita dengan yang melukai, individu tersebut tidak selalu siap atau bisa menerima kekurangannya. Maka dari itu, berpikirlah dengan kreatif! Adakah jalan yang dapat memperbaiki kesalahan atau ketidakadilan itu? Apakah ini masalah sistemis? Dapatkah kamu mengubah sudut pandang mereka dengan memberikan contoh yang lebih baik?
  4. Bukan Menyalahkan, Tapi Mempersatukan – Jika kita menganggap semua yang melukai kita sebagai penjahat, kita lupa bahwa mereka juga punya kekuatan dan tanggung jawab untuk berubah. Sekaligus sebaliknya, jangan lupa kita pun punya banyak kesalahan dan kelemahan – dan kita pun juga mempunyai kekuatan untuk berubah. Maka itu, daripada menyalahkan satu sama lain, mari kita mengajak satu sama lain untuk selalu menjadi lebih baik!

Catatan: Terkadang kita merasa terlalu marah untuk bahkan bisa melakukan hal-hal diatas. Disaat kita harus meredakan amarah kita terlebih dahulu, salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan menenangkan diri kita sendiri lewat Self KALM: Meredakan Amarah atau konseling lewat aplikasi KALM.  

Keadilan, Kebenaran, Hidup Lebih Baik

KALMers, perlu kita ketahui bahwa rasa marah tidak selalu harus membawa kita ke kelakuan yang agresif. Marah dapat memotivasi kita memperjuangkan hal yang baik.

Contohnya, ketika seseorang memperjuangkan hak-hak perempuan untuk dapat mengenyam pendidikan atau ketika seseorang melawan eksploitasi anak-anak. 

Apa ini datang dari emosi senang? Tidak! Tindakan-tindakan tersebut lahir dari perasaan tidak sabar, kesal, atau marah tentang situasi yang tidak sepatutnya terjadi kepada orang lain – itu semua lahir dari rasa marah. 

Jadi, belum tentu rasa marah yang harus dihilangkan pada diri kita sendiri, namun bagaimana kita bisa mengarahkan rasa marah itu untuk tindakan dan gerakan yang membangun satu sama lain. 

KALMers, ayo terus berjuang mengenali emosi marahmu ya! Agar kekuatan itu dapat kita arahkan untuk membangun hidup yang lebih baik untuk semua orang!

Penulis: Evannia Handoyo

Sumber:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/unique-everybody-else/201303/internet-ranting-and-the-myth-catharsis?collection=163107

https://www.spring.org.uk/2012/03/the-upside-of-anger-6-psychological-benefits-of-getting-mad.php

https://www.psychologytoday.com/us/blog/evolution-the-self/201405/the-rarely-recognized-upside-anger?collection=163107

https://psychcentral.com/blog/angry-all-the-time-for-no-reason-this-might-be-why/

https://www.psychologytoday.com/us/blog/evil-deeds/200901/the-primacy-anger-problems?collection=163107

https://www.bustle.com/p/why-am-i-mad-for-no-reason-7-common-causes-of-rage-attacks-5533132