Bagaimana sikap bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi

Magelang – Suasana panas di Bumi Perkemahan Lapangan tembak AKMIL tak menyurutkan semangat pramuka penegak peserta Perkemahan Wirakarya Ma’arif Nasional (Perwimanas) II Tahun 2017 untuk mendengarkan ceramah kebangsaan dalam bingkai keagamaan dan dialog interaktif dengan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin (18/09/2017).

Menteri agama pada kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi dan memotivasi  peserta untuk terus menjaga semangat untuk terus aktif ikut pramuka. “Tidak semua pemuda memiliki kesempatan untuk bisa dan mau masuk dalam pramuka, jadi anda semua ini merupakan orang-orang pilihan,” seru Menteri Agama disambut riuh tepuk tangan peserta kemah.

Dihadapan peserta dan para tamu undangan yang hadir, yaitu : Kepala Kanwil Kemenag Prov Jateng Farhani, Kepala Kanwil Kemenag Prov. DIY dan beberapa pengurus NU mengingatkan supaya generasi muda harus memperbanyak wawasan karena dengan wawasan yang luas akan mempengaruhi pola pikir dan akhirnya ke perilaku.

“Semakin luas wawasan orang, akan semakin arif dan bijak, tentunya akan berpengaruh pada sikapnya untuk bisa memaklumi segala perbedaan yang ada tanpa harus memaksakan untuk jadi sama dengan dirinya,” tegas Lukman.

Diketahui, pada era saat ini dimana semakin banyaknya manusia dan segala sumber daya alam tidak bertambah, maka tiap-tiap manusia akan terasa semakin sulit dalam menghadapi keadaan seperti ini. Lukman menyampakan untuk bisa siap dan sukses dimasa mendatang, yaitu ada 3 hal yang harus dimiliki generasi muda, antara lain : pertama, wawasan yang luas, dengan wawasan yang luas maka akan semakin mendukung seseorang menjadi semakin berkembang. “Apalagi sekarang ini semua orang pasti audah punya smartphone, maka sudah barang tentu semua informasi apapun akan dapat diakses dengan mudah,” terangnya.

Kedua adalah kompetensi. Setiap orang yang mempunyai kompetensi pasti akan berani bersaing, apalagi persaingan di era globalisasi ini semakin berat. “Seperti yang dikatakan Bapak Presiden tadi, anak Indonesia harus berani bersaing dengan negara lain, maka kompetensinya harus semakin diasah. Jadi, adik-adik ini nantinya menghadapi persaingan hidup yang sangat sengit, bukan saya bermaksud menakut-nakuti akan tetapi supaya adik-adik dapat mempersiapkan diri dengan baik,” harap Menteri Agama.

Ketiga, yaitu yang terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah agama. Agama memegang peran penting dalam kehidupan manusia, dengan memiliki pemahaman agama yang baik setidaknya dapat menuntun orang tetap on the track. “Akan sangat  berbahaya jika dalam kompetensi seseorang tidak mengindahkan norma agama, karena sudah pasti orang tersebut akan menghalalkan segala cara,” tutur Lukman.

Di akhir sambutannya, Menteri Agama kembali mengingatkan agar terus bersemangat dan tetap aktif pramuka karena tidak dipungkiri Pramuka menyumbang bibit generasi muda yang berkualitas yang juga berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia. (Wul/bd)

Klik Untuk Melihat Jawaban


#Jawaban di bawah ini, bisa saja tidak akurat dikarenakan si penjawab mungkin bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban lain dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Semangat Belajar..#


Dijawab oleh ### Pada Sat, 23 Jul 2022 07:29:24 +0700 dengan Kategori PPKn dan Sudah Dilihat ### kali

Meningkatkan perekonomianmeningkatkan sda & sdmmemperbaiki dan menambah infrastrukturMeningkatkan kualitas, meningkatkan kualitas nilai keimanan dan moralitas masyarakat, mendorong dan mendukung upaya pemerintah indonesia untuk memperjuangkan keadilan antar bangsa, mendorong dan mendukung upaya pemerintah indonesia untuk mendesak negara maju agar memberikan dana perbaikan ingkungan hidup, meningkatkan jiwa dan semangat persatuan kesatuan dan nasionalisme, melestarikan kebudayaan dan adat istiadat daerah, menjaga keasrian objek wisata dalam negeri

Baca Juga: Apa saja nilai karakter yang dapat di petik dari kisah Kerajaan Mataram Islam??


gh.dhafi.link/jawab Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

“Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020.

Reni menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila.

Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.

Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat.

Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN). 

Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak-anak. 

Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.

“Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang adalah Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Moeloek.

Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan bahwa jika Pancasila menjadi acuan, maka implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya saat pengambilan kebijakan-kebijakan politik. Selanjutnya Hamdi menjelaskan bahwa terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di tengah adanya beragam ideologi seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik identitas oleh agama, etnik, dan kepentingan.

Poin yang ditanyakan pada soal adalah terkait sikap-sikap mental yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi. Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya sebuah komunikasi dan organisasi di antara masyarakat satu dengan yang lainnya yang berbeda di seluruh dunia yang memiliki tujuan untuk mengikuti kaidah-kaidah baru yang sama. Globalisasi mempengaruhi berbagai aspek, mulai dari teknologi komunikasi dan informasi, ekonomi, sosial, budaya, bahasa, dan masih banyak lainnya. Dalam berkembangnya globalisasi, akan memunculkan dampak negatif dan positif. Perlu adanya sikap-sikap mental yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi, berikut ini adalah penjabarannya:

  1. Mencintai produk dalam negeri, dapat dilakukan dengan menghindari gaya hidup ala Barat yang berlebihan.
  2. Memahami nilai-nilai kebangsaan dan pancasila dengan baik. Cinta akan nilai-nilai pancasila senantiasa akan membantu kita untuk tetap menghormati budaya Indonesia meskipun banyak budaya asing yang masuk ke dalam kehidupan sehari-hari kita.
  3. Meningkatkan pengembangan usaha mikro. Usaha-usaha mikro memiliki beberapa keunggulan, seperti menjadi penyedia barang-barang murah untuk rumah tangga maupun ekspor, efisiensi dan fleksibilitas yang tinggi, semangat usaha tinggi, profitabilitas yang tinggi, serta kemampuan pengembalian pinjaman yang tinggi.
  4. Menyaring budaya asing sesuai dengan panduan nilai, norma, dan keyakinan agama. Sikap yang dapat dikembangkan yaitu dengan menyaring budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai, norma dan budaya Indonesia.
  5. Memasukkan kemajuan teknologi dalam pembangunan. Upaya yang dapat dilakukan dengan menyediakan jaringan informasi yang menghubungkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, BUMN, juga swasta baik dari dalam maupun luar negeri, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri kita.
  6. Melakukan deregulasi dan debirokrasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan regulasi baru dalam menjunjung tinggi supremasi hukum, pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia, hak kepemilikan, kebebasan berusaha, dan hak-hak masyarakat sipil.
  7. Memanfaatkan forum-forum kerja sama Internasional. Tujuannya guna memperdalam kerja sama untuk saling menguntungkan, mendorong proses globalisasi perdagangan dan investasi, serta kerja sama ekonomi dan teknologi.
  8. Meningkatkan daya potensi nasional. Sumber daya alam dan manusia yang berlimpah, seharusnya kita  mampu memenuhi segala kebutuhannya secara mandiri, tentunya dengan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengolah sumber daya alam yang kita miliki, bukan lagi bergantung pada pihak asing.