Bagaimana seharusnya kita berdoa menurut yesus

Ketika berdoa kita harus selalu ingat bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, sedangkan kita mengetahui sangat sedikit. Kita sering menolak permintaan yang sungguh-sungguh dari anak-anak kita, sebab kita tahu apa yang mereka minta akan merugikan mereka daripada menimbulkan kebaikan. Kadang-kadang terjadi bahwa ketika teman-teman berdoa secara mendesak bagi kesembuhan orang-orang yang mereka kasihi, maka berbagai malapetaka dan penderitaan yang lain, barangkali yang lebih buruk daripada kematian terjadi kepada yang didoakan tadi. Karena itu doa-doa kita semestinya diakhiri seperti doa Kristus, "Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendakMulah yang terjadi" (Luk. 22:42). Yang paling penting dalam doa ialah masuk dalam persekutuan yang begitu intim dengan Allah, bercakap-cakap begitu akrab dengan-Nya, sehingga kita mulai mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Betapa kuatpun keinginan-keinginan kita sendiri, harus selalu ada keinginan yang lebih kuat dan lebih dalam bahwa kehendak Allah yang akan terjadi. Dan kita harus ingat bahwa kehendak-Nya adalah kesejahteraan yang terbaik bagi kita dan bagi semua teman kita. Kadang-kadang ketika orang Kristen sedang mendoakan sesuatu yang tidak secara khusus dijanjikan dalam Alkitab, dia tampaknya menerima "kepastian" bahwa Allah ingin melakukan perkara-perkara tertentu untuk dia atau melalui dia. Sesudah memperoleh kepastian yang begitu dalam; teguh, jelas dan tidak mungkin keliru, maka dia dibenarkan untuk berdoa dengan keinginan yang kuat, berperang melawan keragu-raguan dan kesalahan, dan berpegang teguh pada janji dan ingat bahwa Allah "tidak dapat menyangkal diri-Nya" (II Tim. 2:13). Khususnya kita dapat berdoa dengan cara ini untuk permohonan ampun atas dosa-dosa kita, penyucian hati kita, agar kita diperlengkapi dengan Roh Kudus, karena hal-hal ini dengan jelas dan spesifik dijanjikan dalam Firman-Nya. Dalam kasus sakit-penyakit, walaupun ada banyak janji untuk kesehatan, kita mengetahui bahwa kita semua pasti suatu saat akan mati. Sementara berusaha dengan cara dan kemampuan manusiawi, kita harus selalu berdoa dalam nama Kristus agar kesehatan yang bersangkutan dipulihkan. Dan sementara tidak disangsikan bahwa banyak sakit-penyakit disembuhkan jika umat Allah mempunyai iman, namun kita harus bersedia jika Allah menentukan suatu saat ketika Ia mengambil orang-orang yang kita kasihi. Dan ketika mereka pergi, maka kita semestinya tidak berduka, melainkan bersuka-cita, sebab kita mengetahui bahwa mereka aman bersama dengan Dia, menunggu kedatangan kita di tempat kediaman yang baru.


Artikel yang terkait dengan Matius:

  • Pendahuluan Matius
  • Garis Besar Matius
  • Tujuan dan Survei Matius
  • Ciri Khas Matius
  • Artikel lainnya..

    Lewati ke konten

    Bagaimana seharusnya kita berdoa menurut yesus

    Artikel ini berisi tentang 7 cara berdoa yang benar menurut Alkitab dan pandangan Kristen.

    Sedikitnya ada 7 cara berdoa yang benar menurut Alkitab.

    Ketika kita orang Kristen berdoa kepada Tuhan, kita harus berdoa dengan cara yang berkenan kepadaNya.

    Baca juga: 7 Unsur Doa Kristen Menurut Alkitab

    Dalam doa Kristen, masalah tempat, waktu, durasi, dan frekuensi doa sebenarnya tidaklah mengikat dan kaku, kita fleksibel dalam hal-hal tersebut, sebagaimana bisa kita lihat di Alkitab.

    Namun demikian, ketika kita menghadap Tuhan dalam doa, kita sudah seharusnya berdoa dengan cara yang benar secara Kristen, yakni cara berdoa yang benar menurut Alkitab.

    Baca juga: 7 Syarat Agar Doa Dikabulkan

    Seperti apakah cara berdoa yang benar menurut Alkitab dan yang berkenan kepada Tuhan? Alkitab mencatat beberapa contohnya. Dan di sini akan dicantumkan 7 di antaranya.

    Berikut 7 cara berdoa yang benar menurut Alkitab dan pandangan Kristen serta sedikit pembahasannya.

    1. Memandang Allah Sebagai Bapa

    Cara berdoa yang benar menurut Alkitab, yang pertama adalah dengan memandang Allah sebagai Bapa kita.

    Doa adalah hubungan komunikasi antara kita dengan Allah, antara kita sebagai anak-anakNya dengan Allah sebagai Bapa kita. Allah adalah Bapa kita dan kita adalah anak-anakNya karena kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus (Yohanes 1:12).

    Kita harus memandang Allah itu sebagai Bapa kita. Ketika kita memandangNya sebagai Bapa sorgawi kita, maka doa bagi kita seharusnya bukanlah sesuatu yang bersifat formil.

    Ketika kita berdoa berarti kita sedang berkomunikasi dengan Bapa kita, seperti kita berkomunikasi dan berbincang-bincang dengan bapa kita secara jasmani.

    Dalam khotbah Tuhan Yesus, yang terkenal sebagai “Khotbah di bukit”, Dia mengajar murid-muridNya agar memandang Allah itu sebagai Bapa mereka.

    “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah namaMu.” (Matius 6:10).

    Karena itu kita tidak boleh mendatangi Allah dalam doa seperti orang yang berhadapan dengan seorang raja yang menakutkan.

    Di dalam doa kita, kita tidak perlu dan tidak boleh merasa takut kepadaNya. Malahan sebaliknya, kita harus merasa senang, karena kita bertemu dengan Bapa sorgawi kita.

    Dan karena itu pula kita tidak perlu menghadapNya dengan mengatur kata-kata kita sedemikian rupa, apalagi menghafalkannya, agar Ia mendengarkan doa kita.

    Dalam banyak agama atau kepercayaan, ada kalanya doa itu dipandang seperti mantera, yang harus menggunakan kata-kata tertentu agar doanya manjur.

    Namun dalam doa Kristen, kita berhadapan dengan “seorang” Pribadi, yaitu Bapa kita.

    Karena itu kita tidak perlu menggunakan kata-kata tertentu untuk berbicara denganNya. Ketika kita berbicara dengan bapa jasmani kita, kita tidak perlu menggunakan kata-kata tertentu agar kita didengarkannya bukan?

    Tidak heran, dalam setiap pengajaranNya kepada murid-muridNya, Tuhan Yesus selalu memakai istilah “Bapa” atau “Bapamu”, bukan “Allah” atau “Tuhan”, yang kesannya lebih formil.

    Demikian juga dalam hal doa, Yesus selalu memakai istilah “Bapa”, termasuk dalam doa yang diajarkanNya kepada murid-muridNya, yang terkenal sebagai doa “Bapa Kami”, seperti yang dikutip sebagian dalam ayat di atas.

    Kita menyebut: “Bapa” kami yang di Sorga, bukan: “Allah” atau ”Tuhan” kami yang di Sorga, sekalipun menyebutkan Allah atau Tuhan dalam doa kita juga tidak salah.

    Tetapi menyebut/memanggil Allah sebagai Bapa adalah ajaran yang lebih umum dari Yesus kepada murid-muridNya.

    Oleh karena itu, di dalam doa-doa kita, kita sudah seharusnya lebih akrab lagi berbicara kepada Allah, sebab Ia adalah Bapa sorgawi kita.

    2. Memiliki Hati Yang Bersih

    Cara berdoa yang benar menurut Alkitab yang kedua adalah memiliki hati yang bersih.

    Tuhan ingin agar kita mempunyai hidup yang bersih di hadapanNya tanpa dikotori oleh hal-hal yang tidak berkenan kepadaNya.

    Kepada Timotius, gembala jemaat di kota Efesus, rasul Paulus berkata,

    “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.” (1 Timotius 2:8).

    (Firman Tuhan di atas tentu tidak hanya berlaku untuk laki-laki saja, tetapi juga untuk perempuan, walaupun firman itu dahulu ditujukan kepada laki-laki).

    Dalam agama-agama/kepercayaan-kepercayaan lain, sangat ditekankan pentingnya kebersihan tubuh/jasmani ketika mereka menghadap Tuhan dalam doa mereka.

    Namun dalam kekristenan, kita dituntut untuk membersihkan hidup (hati dan pikiran) kita di hadapanNya.

    Kebersihan fisik/tubuh tidaklah berarti di hadapan Tuhan jika kita mempunyai hidup yang tidak bersih/kotor.

    Tentu saja kita perlu menjaga kebersihan tubuh dalam berdoa, khususnya dalam doa bersama dengan orang lain, namun kebersihan hati dan pikiranlah yang dilihat oleh Tuhan.

    Kekristenan berbicara mengenai hal-hal batiniah (hati/pikiran), bukan hal-hal yang lahiriah, seperti penampilan fisik dan kebersihan tubuh jasmani. Sebab kita menghadap Allah yang Maha Kudus.

    Ketika kita berdoa hendaklah kita memeriksa terlebih dahulu hidup kita, apakah masih ada hal-hal yang mencemari hidup, hati dan pikiran kita, yang membuat kita tidak layak menghadap Tuhan.

    Jika ada, kita harus meminta Ia membersihkanNya terlebih dahulu, agar kita bisa menghadapNya dengan layak.

    3. Menghormati Tuhan

    Menghormati Tuhan adalah salah satu cara berdoa yang benar menurut Alkitab.

    Kita harus hormat kepada Tuhan dalam berdoa. Kita harus bersungguh-sungguh dalam doa kita, kita tidak boleh bermain-main dalam berdoa.

    Memang Allah adalah Bapa kita, namun Ia juga adalah Tuhan yang Besar, yang Agung, yang layak untuk dihormati.

    Fakta bahwa Ia adalah Bapa kita tidak bisa mengurangi rasa hormat kita kepadaNya. Malahan sebaliknya, karena Dia adalah Bapa kita maka kita harus lebih menghormati Dia lagi.

    (kita tidak menjadi kurang hormat kepada bapa jasmani kita hanya karena ia adalah bapa kita bukan?).

    Penulis Surat Ibrani berkata,

    “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” (Ibrani 12:28).

    Memang kita tidak perlu takut kepadaNya, tetapi kita harus menghormatiNya.

    Takut dalam pengertian umum, yang membuat kita tidak berani menghadapNya, adalah sikap yang salah.

    Tetapi “takut” kepadaNya dalam pengertian bersikap “hormat” adalah sebuah keharusan. (dalam pengertian inilah Alkitab mengajarkan kita untuk takut kepada Tuhan).

    Di dalam setiap ibadah kita, termasuk di dalam doa, kita harus senantiasa menaruh rasa hormat kita kepada Tuhan.

    Di satu sisi kita tidak boleh terlalu formal dalam berdoa, tetapi di sisi yang lain kita juga tidak boleh bermain-main dalam doa kita.

    4. Mengampuni Orang Lain

    Cara berdoa yang benar menurut Alkitab juga termasuk berdoa dengan mengampuni orang lain.

    Ini adalah ajaran Tuhan Yesus kepada murid-muridNya.

    Tuhan Yesus mengajarkan murid-muridNya tentang hubungan antara doa dengan pengampunan.

    Ia mengajarkan mereka agar mengampuni orang lain terlebih dahulu sebelum mereka berdoa kepada Tuhan.

    “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Markus 11:25).

    Dalam kutipan ayat firman Tuhan di atas disebutkan bahwa jika kita berdoa, dan kita masih mempunyai sesuatu yang mengganjal dalam hati kita terhadap orang lain, misalnya kebencian, sakit hati, maka kita harus mengampuni orang tersebut terlebih dahulu.

    Maksudnya, kalau kita tidak beres hubungannya dengan orang lain maka tidak ada gunanya kita berdoa kepada Tuhan.

    Dengan kata lain, hubungan yang benar dengan sesama kita sangat penting dalam membangun hubungan yang benar (melalui doa) dengan Tuhan.

    Jika kita berdoa dengan cara tidak mengampuni orang lain, maka Tuhan tidak akan berkenan pada doa kita.

    Dalam ayat selanjutnya dari firman Tuhan di atas (Markus 11:26) disebutkan kita tidak akan diampuni Tuhan jika kita sendiri tidak mengampuni orang lain.

    Halaman: 1 2

    error: Content is protected !!

    Bagaimana seharusnya sikap berdoa seperti yang diajarkan oleh Yesus?

    Sikap berdoa yang baik disampaikan oleh Yesus, yaitu: 1) Masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. 2) Dalam berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.

    Bagaimana sikap berdoa yang baik dan benar?

    Berdoa dengan sikap tunduk, penuh kekhusyukan, dan ketakutan kepada Allah. Mempunyai hati yang yakin saat berdoa, bahwa doa yang dipanjatkan akan dikabulkan oleh Allah, namun tetap menaruh harapan besar pada doa tersebut. Berdoa secara terus menerus dan tidak mudah menyerah ketika belum dikabulkan.