Bagaimana remaja menggunakan barang konsumtif yg sangat tinggi harganya jelaskan

Jakarta, CNN Indonesia -- Generasi milenial kerap dinilai sebagai generasi yang kreatif dan berani mengambil resiko. Mereka memiliki banyak ide-ide menarik dan memiliki karakter yang sangat produktif.Namun di sisi lain, mereka juga sangat konsumtif. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh budaya digital dan penggunaan internet, menurut pengamat digital lifestyle Ben Soebiakto.Menurutnya, internet telah mengambil peran yang sangat siginifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Penetrasi internet di Indonesia telah melampaui angka 50 persen dari total penduduk, menurut survei APJII pada 2018. Dari total 262 juta jiwa, sebanyak 143,26 orang diperkirakan telah menggunakan internet. Menurut Ben, dari seluruh pengguna internet tersebut, sekitar 49 persen berasal dari kalangan generasi milenial."Internet sudah sangat melekat dalam kehidupan [generasi milenial], bukan cuma untuk komunikasi atau mengonsumsi konten tapi juga melaukan transaksi," ujar Ben di The Pallas, Jakarta Selatan, pada Rabu (18/4).Menurut Ben, generasi milenial hari ini menggunakan internet untuk melakukan segala jenis transaksi, dari transportasi, membeli makanan, jalan-jalan, hingga berbelanja pakaian dan kebutuhan sehari-hari.Hal ini memiliki dampak positif dan negatif tersendiri. Dampak positifnya adalah pergerakan generasi milenial menjadi sangat cepat, karena bertransaksi lewat internet menghilangkan berbagai hambatan dan limitasi yang muncul ketika bertransaksi secara fisik.Misalnya, mereka tidak perlu menghabiskan waktu dan usaha banyak hanya untuk melihat-lihat barang di toko. Selain itu, internet juga memberikan akses terhadap pasar yang lebih luas.Namun di sisi lain, budaya digital dan penggunaan internet untuk transaksi ini telah membuat generasi milenial sangat konsumtif. Hal ini juga didukung oleh beberapa faktor, jelas Ben.
Dipengaruhi 'influencer'

Faktor yang pertama adalah peer pressure dari komunitas atau lingkaran pertemanan. Seorang anak milenial akan merasa tertekan untuk ikut membeli barang-barang tertentu jika teman-teman di dalam komunitasnya juga menggunakan atau memiliki barang tersebut.

"Namanya anak muda, kalau satu pertemanan sudah pakai, mereka akan ikuti semua," kata Ben.

Yang kedua adalah pengaruh dari influencer di media sosial. Kebanyakan anak milenial memiliki seorang influencer yang ia ikuti di media sosial, tergantung pada kegemaran dan ketertarikannya masing-masing.

Influencer yang memproduksi konten dan memiliki jumlah pengikut yang banyak tersebut juga biasanya sering bekerja sama dengan berbagai label untuk mempromosikan produk mereka (endorsement).

Ketika seorang anak milenial melihat influencer idolanya menggunakan atau memiliki suatu barang, ia pun akan terdorong untuk ikut membelinya. Menurut Ben, endorsement lewat influencer media sosial ini bahkan merupakan cara pemasaran produk yang lebih efektif bagi generasi milenial, dibandingkan memasang iklan di televisi.

"Bukan lagi masalah iklan TV, tapi influencer ngomong apa lebih berpengaruh kepada [generasi milenial]," kata Ben.


Dari beberapa kategori generasi milenial, Ben menyebut bahwa kategori yang paling konsumtif adalah generasi milenial yang merupakan first jobbers, yakni orang-orang yang saat ini berusia di awal 20-an dan baru memiliki pekerjaan untuk pertama kalinya.Hal ini disebabkan mereka baru saja mulai mendapat pendapatan sendiri, dan masih bisa menggunakan seluruh pendapatan tersebut untuk dirinya sendiri.

First jobbers dinilai lebih konsumtif dibandingkan generasi milenial yang telah berusia lebih dari 30 tahun. Kategori generasi milenial yang lebih tua ini biasanya sudah menikah, dan sudah mulai melakukan pengeluaran yang lebih terencana karena memiliki keluarga. (ast/rah)

Di era globalisasi ini, keadaan kerap mengharuskan kita untuk dapat beradaptasi dalam mengikuti perkembangan zaman. Dari tahun ke tahun, berkembangnya teknologi yang semakin canggih dan cukup pesat ini pun menuntut kita untuk meningkatkan daya beli.

Memiliki daya beli memang merupakan hal yang patut untuk disyukuri. Namun, dengan memiliki daya beli ini bukan berarti kamu bisa menghamburkan uang kamu dengan menghabiskannya untuk membeli barang-barang yang kamu inginkan secara berlebihan. Bersifat konsumtif akan menyebabkan pemborosan yang nantinya akan merugikan kamu.

Apa itu gaya hidup konsumtif? Dan bagaimanakah cara kita menghindari perilaku tersebut? Simak jawabannya dalam artikel ini!

Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup konsumtif merupakan gaya hidup dimana seseorang yang secara berlebihan membeli suatu barang atau jasa dengan mengutamakan keinginannya daripada kebutuhannya dan secara ekonomi akan menyebabkan pemborosan.

Ciri Gaya Hidup Konsumtif

Siapa nih, yang suka gengsian? Selain memiliki gengsi yang tinggi, ciri-ciri gaya hidup konsumtif adalah ketika seseorang secara terus menerus selalu berusaha untuk mengikuti tren.

Keinginan mengikuti tren ini bisa disebabkan dari dua faktor, yaitu faktor internal yang dimana kamu selalu mempunyai rasa tidak pernah puas dengan apa yang kamu miliki sekarang sehingga kamu merasa harus selalu membeli barang baru yang sedang tren saat itu.

Kemudian, faktor kedua yaitu faktor eksternal. Ketika orang-orang disekitar kamu memiliki suatu barang keluaran terbaru, bukan tidak mungkin hal ini akan menimbulkan keinginan kamu untuk memiliki barang itu juga. Tekanan sosial ini pun mendorong kamu untuk berperilaku konsumtif.

Hayo, siapa yang masih bersifat seperti ini?

Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif dan Hedonisme

Gaya hidup konsumtif ini cukup sering disalah artikan sebagai hedonisme. Secara umum, kedua hal tersebut memang cukup mirip. Tetapi, jika dilihat dari artinya, konsumtif dan hedonisme merupakan dua hal yang berbeda.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, hedonisme merupakan pandangan hidup yang menganggap bahwa kenikmatan atau kesenangan secara materi merupakan satu-satunya tujuan utama hidup.

Perbedaan gaya hidup konsumtif dan hedonisme adalah hedonisme merupakan suatu pandangan hidup sedangkan gaya hidup konsumtif merupakan tindakan yang dilakukan ketika kamu berpegang dan menganut pandangan tersebut. Jadi, orang yang hedonis sudah dapat dipastikan bahwa mereka memiliki sifat yang konsumtif.

Contoh Gaya Hidup Konsumtif

Pernahkah kamu membeli berbagai macam barang hanya karena barang tersebut lucu atau hanya sekedar ingin tanpa memperhatikan nilai guna barang tersebut? Jika iya, kamu baru saja berperilaku konsumtif, lho!

Pembelian barang ini pun biasanya akan berakhir sia-sia, karena tidak jarang bahwa barang yang dibeli ini tidak memiliki fungsi yang dibutuhkan dan hanya berakhir menjadi pajangan saja.

Penyebab Gaya Hidup Konsumtif

Hukum sebab akibat merupakan hal yang mutlak dalam hidup. Gaya hidup konsumtif pun tentu memiliki sebab dan akibat. Salah satu penyebab gaya hidup konsumtif yaitu ketika kamu memiliki rasa gengsi yang tinggi.

Rasa gengsi ini pun yang akhirnya akan mendorong kamu untuk bersifat konsumtif agar kamu dapat terlihat mampu dalam pandangan orang lain.

Pembelian berlebihan atau sikap konsumtif yang dilandaskan rasa gengsi ini hanya dilakukan untuk mendapat pengakuan dan membuat orang lain terkesan. Hal ini tentu saja bukan sifat yang baik untuk dimiliki.

Akibat Gaya Hidup Konsumtif

Setelah membahas tentang sebab, sekarang kita akan membahas akibat. Akibat atau dampak gaya hidup konsumtif ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi finansial kamu.

Karena, jika sifat konsumtif sudah menjadi kebiasaan, sifat boros pun tidak dapat dihindari. Pemborosan ini pun akan mengganggu kesehatan finansial kamu dan kamu tidak dapat menghindari melemahnya kondisi keuangan kamu.

Jika kondisi keuanganmu melemah, maka daya beli kamu pun akan berkurang secara berkala, sementara tingkat kebutuhan akan bertambah seiring berjalannya waktu. Maka, bijaknya jika kamu sebisa mungkin untuk berhati-hati dan menghindari sifat konsumtif ini.

Cara Menghindari Sifat Konsumtif

Setelah mengetahui dampak negatif dari sifat konsumtif, tentu kita semua harus sebisa mungkin untuk menghindarinya. Cara yang dapat kamu lakukan untuk menghindari sifat konsumtif ini adalah dengan mengelola keuangan kamu dengan bijak. Bagaimana? Simak dibawah ini, ya!

  1. Buat anggaran pengeluaran bulanan dengan menentukan prioritas kebutuhan kamu. Jadikan anggaran ini sebagai patokan agar kamu tidak overspend pada hal-hal yang tidak penting.
  2. Alokasikan uang kamu pada produk asuransi dan juga investasi. Asuransi dan investasi merupakan tabungan yang dapat bermanfaat bagi kamu dimasa depan. Dan dengan memiliki asuransi, kamu akan mendapatkan proteksi dari resiko yang dapat sewaktu-waktu menimpa kamu.
  3. Buang jauh-jauh rasa gengsi yang kamu miliki. Tanamkan pemikiran bahwa kamu tidak harus selalu punya apa yang orang lain punya. Hiduplah dengan bijak dan kelola keuanganmu secara cermat tanpa harus melihat orang lain. Jika kamu merasa bahwa orang-orang disekitar kamu membawa pengaruh buruk, kamu harus mencari lingkaran pertemanan baru yang lebih positif.

Itulah penjelasan tentang pengertian, ciri-ciri, contoh, penyebab, dampak, serta tips untuk menghindari perilaku konsumtif. Kamu harus dapat mengatur keuangan dengan bijak dan hindari gaya hidup konsumtif agar kamu dapat mencapai kebebasan finansial.

Gaya hidup yang semakin tinggi membuat perilaku konsumtif seseorang berubah. Apalagi, kehadiran teknologi telah memudahkan berbagai aktivitas, terutama berbelanja.

Tanpa disadari, perilaku hidup konsumtif memiliki dampak buruk terhadap kondisi keuangan Anda. Jika tidak bisa mengatasi atau menghilangkannya, maka Anda akan mengalami masalah keuangan yang serius, seperti terjerat hutang.

Jadi, Anda harus mulai merubah kebiasaan tersebut mulai sekarang. Dengan mengurangi kebiasaan buruk, Parent Pinters bisa menyiapkan anggaran untuk pendidikan anak di masa mendatang.

Bagi Anda yang memiliki perilaku gaya hidup konsumtif, maka dapat mengikuti langkah ini untuk menghilangkannya:

1. Menyusun Anggaran Belanja

Jika ingin menghilangkan kebiasaan perilaku konsumtif dan hedonis, maka susunlah anggaran belanja per bulannya.

Setiap pengeluaran pun juga harus dicatat dan diatur. Cara ini bisa menentukan target pengeluaran Anda setiap bulan.

Menyusun anggaran belanja memang terlihat mudah, namun melakukannya yang sulit. Pastikan Anda mengendalikan diri dan tidak tergoda dengan kebiasaan berbelanja.

2. Menabung

Menabung adalah salah satu cara yang tepat untuk menghilangkan perilaku keuangan konsumtif.

Meski terlihat biasa saja, namun menyisihkan sebagian penghasilan Anda bukanlah hal yang mudah, khususnya bagi Anda yang konsumtif.

Anda tidak harus menabung dalam jumlah banyak, karena bisa menyisihkan sekitar 5% atau 10% dari penghasilan.

Jika dilakukan secara rutin, tentunya jumlah tabungan Anda semakin banyak dan menjadi dana cadangan di masa mendatang.

3. Menetapkan Prioritas

Jika ada penawaran barang terbaru, maka jangan terburu-buru membelinya. Anda harus mengutamakan pengeluaran yang menjadi prioritas.

Jika kebutuhan terpenuhi, berarti keinginan Anda dapat terpenuhi jika ada sisa dananya.

Jangan sampai Anda memenuhi keinginan terlebih dahulu, kemudian mengesampingkan kebutuhan.

Jika uang Anda habis dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi, mau tidak mau harus merogoh kocek lebih dalam lagi.

4. Hindari Penggunaan Kartu Kredit

Perilaku konsumtif dan bentuk gaya hidup juga dipengaruhi oleh kehadiran kartu kredit. Hal itu dikarenakan kartu kredit mudah digunakan, kemudian tidak ada yang memikirkan jumlah uangnya.

Banyak orang yang tidak menyadari nominal kartu kredit yang dihabiskan. Biasanya, mereka akan menyesal setelah mengecek tagihan.

Sebenarnya, Anda dapat memiliki dan menggunakan kartu kredit, tetapi harus memiliki tekad yang kuat.

Bagaimana remaja menggunakan barang konsumtif yg sangat tinggi harganya jelaskan

Bagi Anda yang tidak bisa menahan diri, sebaiknya hindari penggunaan kartu kredit dan menggunakan uang tunai. Dengan begitu, Anda bisa mengatur pengeluaran.

5. Mulai Berinvestasi

Investasi menjadi salah satu cara untuk menghindari gaya hidup konsumtif. Jika Anda berinvestasi, tentunya akan memperoleh keuntungan yang besar di masa mendatang.

Saat memasuki hari tua, maka investasi dapat menyelamatkan Anda. Investasi jangka panjang yang bisa dipilih adalah properti.

Selain dimanfaatkan secara pribadi, Anda juga bisa menyewakannya kepada orang lain, sehingga mendapatkan keuntungan yang besar.

6. Kurangi Bepergian

Bepergian atau jalan-jalan memang menyenangkan, namun hal tersebut bisa berbahaya karena menjadi kebiasaan. Selain itu, uang Anda juga terkuras habis jika digunakan untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan kebutuhan.

Jika Anda sering jalan-jalan, maka kemungkinan besar akan tergiur dengan apa saja, salah satunya adalah keinginan untuk berbelanja.

Meski awalnya tidak berencana untuk berbelanja, namun beda halnya jika Anda sudah melihat sesuatu yang menggiurkan.

7. Memiliki Komitmen

Perilaku konsumtif sebaiknya dihilangkan dengan berkomitmen terhadap diri sendiri.

Hal itu bertujuan agar Anda bisa menahan diri untuk membeli barang yang tidak penting. Jadi, rencana Anda ke depannya dapat segera terwujud.

Penyebab Perilaku Konsumtif di Indonesia

Bagaimana remaja menggunakan barang konsumtif yg sangat tinggi harganya jelaskan

Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang cukup pesat.

Namun, pandemi COVID-19 saat ini menjadi pemicu resesi (penurunan ekonomi) di Indonesia, termasuk di beberapa negara lainnya.

Perilaku konsumtif masyarakat Indonesia memang terbilang cukup tinggi, terutama bagi yang sering berbelanja di toko ritel dan online.

Meski penghasilannya tidak setara dengan gaya hidup, namun kebanyakan orang tetap setia pada produk pilihannya, seperti gadget dan perawatan.

Berikut ini adalah penyebab perilaku dan gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia:

1. Persepsi Jangka Pendek

Saat ingin berbelanja, masyarakat tidak mempertimbangkannya secara jangka panjang. Biasanya mereka langsung memutuskan untuk membeli apa yang diinginkan.

Hal itu dikarenakan banyak orang yang berburu promo dan diskon untuk barang-barang yang tidak dibutuhkan.

Padahal, asuransi dan investasi merupakan kebutuhan jangka panjang yang harus diperhatikan.

2. Kurangnya Kesadaran akan Lingkungan

Meski kampanye lingkungan semakin marak dilakukan, tetapi kesadaran dan pengetahuan masyarakat Indonesia masih minim.

Misalnya, kehadiran kantong plastik berbayar yang bertujuan untuk mengurangi penggunaannya tidak pernah diperhatikan.

Sebab, masih banyak orang yang membeli dan menggunakan kantong plastik untuk berbagai keperluan.

Sebaiknya, Anda kurangi penggunaan plastik dan menggantinya dengan tas kain.

3. Bergantung pada Teknologi

Saat ini, masyarakat Indonesia telah bergantung pada teknologi, seperti gadget, internet, dan layanan fintech.

Hal itulah yang menyebabkan kebanyakan orang bertransaksi di situs e-Commerce dan membeli produk di toko ritel melalui aplikasi e-wallet.

4. Kebiasaan Berkelompok

Seperti yang diketahui, masyarakat Indonesia gemar berbaur di dalam satu kelompok, seperti pertemanan, tempat tinggal hingga komunitas.

Maka dari itu, anggota kelompok sangat mudah mempengaruhi satu sama lain untuk membeli sesuatu.

Jika ada anggota yang superior dan membeli sesuatu, maka lainnya juga akan mengikutinya.

Sebenarnya, Anda tak perlu melakukan hal tersebut, karena semuanya harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Bagi Parent Pinters yang memerlukan biaya pendidikan anak, maka dapat memilih Pintek. Lembaga ini menyediakan pinjaman dana pendidikan untuk para orang tua dalam mempersiapkan masa depan sang buah hati.

Hingga saat ini, terdapat 68 universitas di Indonesia yang berkolaborasi dengan Pintek untuk pengadaan program dana bantuan perkuliahan. Selain itu, Pintek juga bekerjasama dengan Pemerintah, organisasi hingga lembaga pendidikan.

Perilaku konsumtif bisa dihindari jika Anda membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai Anda membeli barang karena faktor lingkungan, karena dapat menjerumuskan Anda ke gaya hidup yang terlalu konsumtif.

Bagaimana remaja menggunakan barang konsumtif yg sangat tinggi harganya jelaskan