Bagaimana menurut pendapat kalian apabila ada teman yang suka memotong pembicaraan orang lain

KOMPAS.com - Beberapa tahun lalu, Anda mungkin khawatir si kecil tidak cukup banyak bicara. Hari ini, Anda mungkin khawatir dia justru terlalu banyak bicara.

Show

Sekarang, perbendaharaan katanya sangat baik, dia menggunakan banyak kata yang berbeda, berbicara dalam kalimat yang panjang dan tampaknya tak pernah lelah bicara.

Tentu sangat menyenangkan mengetahui bahwa keterampilan bahasa anak berkembang dengan baik.

Baca juga: Mengapa Anak Terus Menempel dan Bersikap Manja Selama Masa Karantina?

Namun, komunikasi lebih dari sekadar berbicara. Diperlukan etiket dalam setiap percakapan. Anak tak bisa tiba-tiba menyela pembicaraan orang lain dan menuntut perhatian berpusat padanya.

Berikut adalah tiga etika penting percakapan yang bisa orangtua ajarkan pada anak:

Cara mendengarkan

Jelaskan bahwa percakapan adalah proses dua arah, yang harus bergiliran. Sama seperti dia ingin orang lain mendengarkannya ketika dia berbicara, orang lain mengharapkan hal yang sama darinya.

Latih ini dengan anak di rumah. Ketika dia berbicara, tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dengan melakukan kontak mata ketika dia berbicara, dengan menganggukkan kepala di saat yang tepat, dan dengan mencocokkan ekspresi wajah dengan suasana hatinya.

Kemudian dorong dia untuk melakukan hal yang sama ketika Anda berbicara.

Mengapa menyela itu tidak sopan?

Anak mengharapkan Anda untuk membiarkannya berbicara tanpa gangguan, dan dia bahkan akan mencoba meredam suara Anda dengan berbicara lebih keras dari biasanya, jika dia berpikir Anda ingin berbicara sebelum dia siap untuk berhenti.

Dia sangat senang mendengar suaranya sendiri. Namun, dia tidak begitu pandai membiarkan Anda berbicara tanpa menyela.

Kemungkinannya adalah, Anda hampir tidak memiliki kesempatan untuk membuka mulut untuk berbicara tentang sesuatu, sebelum dia membuat keputusan sendiri.

Jadi, lain kali dia mengganggu Anda, angkat tangan untuk menunjukkan bahwa ia harus berhenti bicara dan mendengarkan, kemudian lanjutkan bicara sampai Anda selesai.

Dia akan segera memahami aturan ini. Ada waktu dan tempat untuk sebagian besar percakapan, dan ada waktu ketika dia harus tetap diam.

Misalnya, ketika dia berada di bioskop dengan Anda, ketika Anda mengobrol dengan teman yang Anda temui saat berbelanja, dan ketika dia ikut bersama Anda saat Anda harus mengurus sesuatu di bank.

Ingatlah bahwa apa yang jelas bagi Anda, mungkin tidak demikian bagi anak kecil. Sabar dan beri dia waktu untuk belajar.

Setiap kali Anda mengantisipasi akan memasuki suatu konteks, di mana keheningan lebih sesuai daripada percakapan, berikan peringatan sebelumnya, bahwa ia tidak boleh berbicara dengan keras.

Baca juga: Bukan Hanya dengan Ibu, Ikatan Ayah dan Anak Sama Pentingnya

Editor: Bestari Kumala Dewi

Minyak Goreng Mahal, Curah Bertopeng Kemasan

Bagaimana menurut pendapat kalian apabila ada teman yang suka memotong pembicaraan orang lain

Perbesar

Inilah etika dan tata krama menyampaikan pendapat ketika berdiskusi dengan orang lain. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Diskusi dengan orang lain merupakan sebuah hal yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk mengambil keputusan bersama. Namun, tak jarang perbedaan pendapat pun kerap kali ditemukan dalam sebuah diskusi. Perbedaan pendapat tersebut merupakan hal yang wajar dan lumrah terjadi pada setiap orang. Dari situlah, manusia belajar untuk bisa bermusyawarah hingga mencapai kemufakatan.

Musyawarah dilakukan untuk mencegah konflik yang terjadi akibat perbedaan pendapat. Oleh karena itu, dibutuhkan cara tepat untuk mengelola pendapat kita kepada orang lain agar tak menimbulkan perpecahan. Simak ulasan etika dan tata krama saat menyampaikan pendapat seperti yang dilansir dari vidio.com, Selasa (9/5/2017) berikut ini.

1. Sampaikan pendapat Anda dengan cara yang sopan
Saat ingin mengungkapkan pendapat, sampaikan dengan kata-kata yang sopan dan santun. Tidak dengan kata-kata yang kasar yang disertai dengan makian sehingga akan menyakiti orang lain.

2. Ketahui kapasitas pengetahuan Anda
Sebelum menyampaikan pendapat, pastikan Anda tahu kapasitas dan pemahaman yang cukup tentang tema pendapat yang akan disampaikan. Hal ini untuk menghindari terjadinya perdebatan yang tidak sesuai dengan topik dan menimbulkan konflik.

3. Memiliki dasar argumen yang kuat dan jelas
Sebaiknya Anda memiliki dasar argumen yang kuat dan jelas ketika menyampaikan pendapat. Lebih baik lagi jika Anda pun memiliki beberapa data dan fakta yang menunjang pendapat untuk disampaikan.

4. Tidak memotong pembicaraan lawan bicara
Jangan memotong pembicaraan lawan bicara Anda ketika akan menyampaikan pendapat. Biarkan lawan bicara menyampaikan pendapatnya hingga selesai dan jelas, lalu tanggapi pendapatnya setelah dipersilakan untuk bicara.

5. Tidak menyerang pribadi lawan bicara
Sebaiknya tidak menyerang pribadi lawan bicara Anda apabila tidak setuju dengan pendapat orang lain. Apalagi jika tidak berhubungan dengan topik diskusi. Hal ini tentu saja menjadi satu hal yang dapat memicu konflik bila dilakukan dalam sebuah diskusi.

Itulah lima etika dan tata krama yang harus Anda lakukan saat akan menyampaikan pendapat kepada orang lain, yang merupakan cerminan untuk menjunjung tinggi kebebasan berekspresi.

  • Bagaimana menurut pendapat kalian apabila ada teman yang suka memotong pembicaraan orang lain
    Mestika Safrini NasutionAuthor

TOPIK POPULER

POPULER

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10

Berita Terbaru

Berita Terkini Selengkapnya

First thing first, kenapa kita harus menghargai orang lain? We may come with a thousand different reasons for why we have to pay enough respect for others, Sobat – entah alasan sebagai makhluk sosial, kehidupan bermasyarakat, dan lain sebagainya. Namun satu hal yang pasti, sikap kita pada orang lain menunjukkan siapa kita sesungguhnya.

Kita dapat dengan mudah menanggapi sikap menyebalkan orang lain dengan perilaku yang sama menyebalkannya. Tapi bukankah dengan demikian berarti kita sama-sama menyebalkannya dengan orang tersebut? Tak ingin begitu bukan, Sobat? Jadi, bagaimana sebenarnya cara-cara sederhana yang dapat kita terapkan dalam menghargai orang lain?

1. Tidak Mengabaikan Sopan Santun

Selama berabad-abad budaya kita mengajarkan sopan santun. Nilai sopan santun boleh jadi berbeda antar daerah, tapi pada dasarnya sikap sopan dan santun yang diajarkan bertujuan agar kita mampu menghargai orang lain. Contoh sederhananya adalah dengan tidak melupakan kata maaf, tolong, dan terima kasih.

Mengucap maaf tak berarti kita berada pada posisi yang lebih rendah atau menunggu sampai kita benar-benar melakukan kesalahan yang fatal. Mengucap tolong juga baik diucapkan para setiap orang, siapapun dia, yang membantu kita. Dan ucapan terima kasih merupakan cara kita menghargai sekecil apapun kontribusi yang diberikan oleh orang lain.

Selain bahasa verbal, sopan santun juga tampak pada sikap badan atau bahasa tubuh kita. Again, our native culture is very subjective in such matter. Secara umum dalam budaya ketimuran, misalnya, menunjuk-nunjuk dengan jari pada orang yang berusia lebih tua dianggap tidak sopan.

Bagaimana bila kita menghadapi orang yang bersikap tidak sopan? Haruskah kita tetap bersikap sopan? Iya, Sobat. As it's mentioned earlier, the way we carry ourselves shows who we are – more than anything else. Jadi tetap saja tak ada ruginya bersikap sopan bagaimanapun reaksi orang yang tengah kita hadapi.

2. Terima Perbedaan pada Setiap Orang

Beda kepala, beda isi – pernah mendengarnya, Sobat? Adalah hal yang wajar bila masing-masing kita memiliki ide dan pendapat yang berbeda. Dalam banyak hal, yang semestinya dapat kita lakukan adalah menerima bahwa semua orang tak harus memiliki pendapat yang sama.

Perbedaan pula yang menuntun kita untuk tidak mengecilkan sesuatu. Misalnya, menganggap belajar menggambar tidak lebih penting dari belajar Matematika. Padahal, bagi orang lain mungkin memang passion-nya berada pada bidang seni dan ia dapat berbagi manfaat dengan orang lain pada bidang tersebut.

If it doesn't mean anything to you, something may mean the whole world for someone else. Therefore, it's worth every effort to always respect others' feelings and thoughts.

3. Mau Menyimak dan Menjadi Pendengar

Berapa banyak teman yang sering menceritakan masalahnya pada Sobat Pintar? Bila jumlahnya cukup banyak, besar kemungkinan Sobat adalah pendengar yang baik.

Persoalan yang lebih serius memang membutuhkan bantuan profesional, misalnya melalui Konseling. Akan tetapi, biasanya yang dibutuhkan teman kita hanya seseorang yang mau mendengar curahan perasaannya.

Bukan hanya teman yang sedang galau yang butuh disimak, Sobat. Pada dasarnya, hampir setiap orang yang mengutarakan sesuatu berharap untuk disimak, didengarkan dengan baik. Disisi lain, sikap kita yang mau diam menyimak merupakan wujud dari respek atau penghargaan kita pada orang lain.

Bukan hanya di kelas saat menyimak guru atau dosen, sikap diam dan mau mendengarkan sebenarnya lebih dibutuhkan dalam berinteraksi dengan orang lain – khususnya mereka yang berusia lebih tua dari kita. Bila belum terbiasa, memang dibutuhkan kesabaran yang luar biasa untuk tidak memotong seseorang yang sedang berbicara – tapi layak diusahakan, Sobat.

4. Menyadari Batasan

Manusia memang makhluk sosial, tapi kita juga memiliki ruang lingkup pribadi. Dalam ranah pribadi, setiap orang memiliki hak penuh atas dirinya sendiri. Batasan tersebut memberi panduan sejauh mana jangkauan ucapan, sikap, hingga tindakan kita.

Misalnya, ketika ada teman yang menceritakan masalah pribadinya, yang bisa kita lakukan hanya menyimak dan menyampaikan pendapat ketika diminta. Diterima atau tidaknya pendapat kita, apapun keputusan dan tindakan yang diambilnya, sepenuhnya berada dalam ranah pribadi teman tersebut.

Dengan kita menahan diri dari berkomentar tanpa diminta, memaksakan pendapat, hingga membuat seseorang melakukan sesuatu yang tak diinginkannya berarti kita mampu menghargai orang lain. Respek pada orang lain inilah yang turut memandu dan mengarahkan tindak tanduk dan tingkah laku kita.

Telah disebutkan diawal bahwa penghargaan, respek pada orang lain sebenarnya lebih menunjukkan siapa kita. Jadi, ketika tingkah laku kita baik pada orang lain, itu karena kita yang selalu berusaha untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi. Siap melakukannya, Sobat?