Bagaimana langkah-langkah melakukan pembalikan turning pada renang gaya bebas

Del Asri[1], Oman Unju Subandi dan Abdurrahim[2]

Jurnal Pendidikan Jasmani Volume 8 No 2 Nopember 2009 ISSN 1693-0517

RINGKASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya mengajar mana yang lebih efektif antara gaya mengajar resiprokal dengan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar Pembalikan Salto pada mahasiswa mata kuliah renang I Semester 089 Tahun Ajaran 2008 – 2009 FIK UNJ. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember 2008, pertemuan dua kali dalam seminggu dilakukan sebanyak 10 kali, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Populasi 80 orang yang dijadikan sampel 30 orang dengan teknik simple random sampling. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah dengan uji – t pada a = 0,05.

Hasil Penelitian diperoleh sebagai berikut: 1) kelompok gaya mengajar resiprokal mendapatkan nilai thitung = 12,37, nilai ttabel (0,05:14) adalah 2,145, sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan hasil belajar pembalikan salto pada kelompok gaya mengajar resiprokal. 2) kelompok gaya mengajar komando mendapatkan nilai thitung = 21,56, nilai ttabel (0,05:14) adalah 2.145, sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan hasil belajar pembalikan salto pada kelompok gaya mengajar komando. 3) perbandingan antara kelompok gaya mengajar resiprokal dengan komando diperoleh thitung = 2,76, nilai ttabel (0,05:28) adalah 2,048, dapat disimpulkan gaya mengajar resiprokal lebih efektif dibandingkan dengan gaya mengajar komando.

Kata Kunci: Gaya Mengajar Resiprokal, Gaya Mengajar Komando, Pembalikan Salto dalam Renang, Hasil Belajar

PENDAHULUAN

            Pada awal lahirnya olahraga renang banyak terilhami dari kebutuhan manusia akan situasi dan kondisi yang mereka hadapi saat itu, mereka membutuhkan berjalan jauh untuk menuju suatu tempat, berlari untuk mengejar buruan, melempar tombak untuk melawan musuh, dan berenang untuk menyebrangi sungai. Olahraga renang saat ini merupakan cabang olahraga yang diminati, dan olahraga ini dilaksanakan di semua instansi-instansi pendidikan baik dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi dengan berbagai macam kebutuhan yang berbeda, diantaranya menjaga kebugaran tubuh, bersenang-senang, sampai tujuan berprestasi.

Dalam ruang lingkup perguruan tinggi olahraga ini masuk dalam kurikulum pendidikan, khususnya Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta. Di Fakultas ini memiliki beberapa mata kuliah yang harus diambil oleh Mahasiswa, salah satunya adalah mata kuliah renang. Renang adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus diberikan kepada mahasiswa bertujuan untuk memberi pengalaman belajar melalui keterampilan gerak agar dapat melakukan gerakan renang dengan baik. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan mendapatkan materi kuliah renang I, II, dan III, dimana di renang I diajarkan gaya bebas dan punggung, di renang II gaya kupu – kupu dan dada, di renang III, renang pertolongan, terapan, juga lompat paku dari papan loncat indah.

Menurut Dumadi dan Kasiyodwijowinoto (1992:1) mengungkapkan bahwa mata kuliah renang memiliki dua tujuan, yaitu: 1) Tujuan Umum mata kuliah renang adalah agar para mahasiswa mengerti dan memahami pentingnya mempelajari teori dan keterampilan renang sebagai bekal untuk menjadi guru pendidikan jasmani dan kesehatan, karena renang merupakan pelajaran wajib yang harus diberikan disekolah. 2) Tujuan khusus mata kuliah renang adalah agar para mahasiswa menguasai teori dan keterampilan renang, memberi pertolongan, dan loncat indah, serta dapat menerapkannya kepada murid disekolah.

Melihat tujuan umum dan tujuan khusus diatas secara garis besar mata kuliah renang menitikberatkan kepada kemampuan melakukan gerakan renang yang baik dan benar, sehingga keterampilan tersebut dapat diaplikasikan kepada anak didik dan juga kalangan yang membutuhkannya. Karena sangat pentingnya keterampilan renang tersebut, peneliti melakukan penelitian gerakan pembalikan salto dengan tujuan agar bertambahnya keterampilan renang mahasiswa yang nantinya dapat diaplikasikan pada siswa atau peserta didiknya.

Dalam renang ada gerakan berguling kedepan seperti gerakan roll depan dalam senam, dalam renang gerakan itu dinamakan pembalikan salto, gerakan pembalikan salto diawali dengan renangan gaya bebas, pembalikan salto dilakukan apabila renangan melebihi jarak 50 meter (standar panjang kolam), jika melebihi 50 meter maka para perenang melakukan pembalikan salto tersebut. Dalam belajar pembalikan salto ini tidak menggunakan jarak 50 meter, cukup dengan jarak 5 – 10 meter mahasiswa sudah dapat melakukan pembelajaran pembalikan salto tersebut, pembalikan salto diajarkan pada mahasiswa yang sudah mendapatkan pembelajaran renang gaya bebas, karena dalam proses gerakannya diawali dengan berenang gaya bebas. Pembelajaran pembalikan salto ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak diimbangi dengan pemilihan gaya mengajar yang tepat.

Gaya mengajar yang ada diantaranya gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando, diantara gaya mengajar tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Untuk itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dua gaya mengajar ini untuk mengetahui manakah yang dalam proses belajar pembalikan salto mendekati hasil belajar yang lebih baik. Maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Efektifitas Gaya Mengajar Resiprokal dan Komando Terhadap Hasil Belajar Pembalikan Salto pada Mahasiswa Mata Kuliah Renang I Semester 089 Tahun Ajaran 2008 – 2009 FIK UNJ”.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Eksperimen. Tempat Penelitian di Rawamangun Jakarta Timur dan Tempat Pengambilan Data di Kolam Renang Bujana Tirta dan Kolam Renang GOR Rawamangun Jakarta Timur. Waktu Penelitian dimulai pada bulan April – Desember 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa mata kuliah renang I berjumlah 80 orang Semester 089 Tahun Ajaran 2008 – 2009. Sampel yang digunakan sebanyak 30 mahasiswa, pemilihan sampel menggunakan simple random sampling.

Instrumen penelitian ini adalah kemampuan melakukan gerakan pembalikan salto dengan baik dan benar, terlebih dahulu instrumen diuji validitas dengan face validity. Kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi – kisi Instrumen Pembalikan Salto dalam Renang

No Unsur Gerakan Indikator Penilaian
1

2

3

Gerakan Awalan

Gerakan Saat Melakukan Putaran

Gerakan Akhir

A. Posisi Kepala

B. Posisi Badan

C. Gerakan Tangan

D. Gerakan Kaki

A. Sikap Kepala

B. Sikap Badan

C. Gerakan Tangan

D. Gerakan Kaki

A. Posisi Kepala

B. Sikap Badan

C. Gerakan Kaki

D. Gerakan Tangan

1 2 3 4

Teknik pengolahan data hasil penelitian menggunakan statistik uji t (Anas Sudjiono, 2000:289).

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data yang digunakan sebagai data penelitian diperoleh dari tes awal dan akhir hasil Pembalikan Salto Renang. Data tes awal hasil pembalikan salto renang pada kelompok gaya mengajar resiprokal diperoleh skor terendah 9 dan skor tertinggi 21 dengan rata-rata diperoleh (MX1) = 15,60, simpangan baku (Sx1) = 3,37 dan standar kesalahan mean (SEmx1) = 0,90. Data tes akhir h  asil pembalikan salto renang pada kelompok gaya mengajar resiprokal diperoleh skor terendah 28 dan skor tertinggi 36 dengan rata – rata diperoleh (MX2) = 32,93, simpangan baku (Sx2) = 2,78 dan standar kesalahan mean (SEmx2) = 0,74.

Data tes awal hasil pembalikan salto renang pada kelompok gaya mengajar komando diperoleh skor terendah 11 dan skor tertinggi 20 dengan rata- rata diperoleh (MY1) = 14,66, simpangan baku (SY1) = 2,91 dan standar kesalahan mean (SEmy1) = 0,77. Data tes akhir hasil pembalikan salto renang pada kelompok gaya mengajar komando diperoleh skor terendah 25 dan skor tertinggi 34 dengan rata – rata diperoleh (MY2) = 29,86, simpangan baku (SY2) = 3,13 dan standar kesalahan mean (SEmy2) = 0,84.

Data tes awal hasil pembalikan salto pada kelompok gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando diperoleh standar kesalahan perbedaan antara dua mean (SEmx1-my1) = 1,18, nilai tersebut menjadikan thitung diperoleh  0,79. kemudian hasil perhitungan tersebut diujikan dengan tabel pada derajat kebebasan (dk) = (N1+N2) – 2 = (15 + 15) – 2 = 28 dan taraf a = 0,05 diperoleh nilai kritis ttabel = 2,048. Dengan demikian thitung lebih kecil dibandingkan ttabel (0,79 < 2,048). Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka H0 diterima dan H1 ditolak atau hipotesis yang menyatakan tidak terdapat perbedaan antara hasil tes awal hasil pembalikan salto renang pada kelompok gaya mengajar Resiprokal dan Komando diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan dua kelompok yang akan diberikan perlakuan pembalikan salto renang baik yang menggunakan gaya mengajar resiprokal dan komando tersebut, masing-masing memiliki kemampuan dasar melakukan pembalikan salto yang sama.

Hasil analisis tes awal dan akhir hasil pembalikan salto renang menggunakan gaya resiprokal diperoleh nilai rata-rata deviasi (MD) = 16,33, simpangan baku (SD) = 4,95 standar kesalahan mean (SEmD) = 1,32. Hasil tersebut menghasilkan nilai thitung  = 12,37. Hasil perhitungan tersebut kemudian diujikan dengan ttabel pada derajat kebebasan (dk) =   n – 1 = 15 – 1 = 14 dengan taraf a = 0,05 diperoleh nilai kritis ttabel = 2,145. Dengan demikian nilai thitung lebih besar dari ttabel (12,37 > 2,145).

Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan Hipotesis nol (H0) ditolak, Hipotesis Kerja (H1) diterima, atau terjadi peningkatan hasil pembalikan salto renang secara signifikan pada kelompok gaya resiprokal.

Hasil analisis tes awal dan akhir hasil pembalikan salto renang menggunakan gaya komando diperoleh nilai rata-rata deviasi (MD) = 15,53, simpangan baku (SD) = 2,72, standar kesalahan mean (SEmD) = 0,72. Hasil tersebut menghasilkan nilai thitung = 21,56. Hasil perhitungan tersebut kemudian diujikan dengan ttabel pada derajat kebebasan  (dk) = n – 1 = 15 – 1 = 14 dengan taraf a = 0,05 diperoleh nilai kritis ttabel = 2,145. Dengan demikian nilai thitung lebih besar dari ttabel (21,56 > 2,145).

Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan Hipotesis nol (H0) ditolak, Hipotesis Kerja (H1) diterima, atau terjadi peningkatan hasil pembalikan salto renang secara signifikan pada kelompok gaya komando.

Data tes akhir hasil pembalikan salto pada kelompok gaya resiprokal dan gaya komando diperoleh standar kesalahan perbedaan antara dua mean  (Semx2-my2) = 1,11, nilai tersebut menjadikan thitung diperoleh = 2,76. kemudian hasil perhitungan tersebut diujikan dengan tabel pada derajat kebebasan (dk) = (N1+N2) – 2 = (15 + 15) – 2 = 28 dan taraf a = 0,05 diperoleh nilai kritis ttabel = 2,048. Dengan demikian thitung lebih besar dibandingkan ttabel (2,76 > 2,048). Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka H0 ditolak atau hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan antara hasil tes akhir hasil pembalikan salto renang pada kelompok gaya Resiprokal dan Komando, terbukti.

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat dibuat keputusan bahwa gaya mengajar resiprokal lebih efektif dari komando terhadap hasil belajar pembalikan salto pada mahasiswa mata kuliah renang I semester 089 tahun ajaran 2008 – 2009 FIK UNJ.

PEMBAHASAN

Gaya mengajar dapat menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan anak secara lebih optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki mahasiswa. Namun bagaimana langkah-langkah dalam upaya tersebut harus jelas dan terarah, hal ini tentunya berkaitan dengan apa yang akan dilakukan baik sebelum dan pada saat proses belajar mengajar. Dalam hal ini seorang guru/tenaga pengajar dituntut untuk berperan bagaimana mengaktifkan siswa dalam belajar dan mengidentifikasikan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar. Lebih jauh dikemukakan tentang gaya mengajar oleh Srijono Brotosuroyo (1994:18), bahwa gaya mengajar adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa didalam peristiwa belajar yang menentukan proses dan hasil belajar dari peristiwa belajar itu sendiri.

Dalam pembelajaran dengan gaya mengajar ini siswa yang berpasangan saling memberikan umpan balik secara bergantian mengoreksi pasangannya. Dimana didalam gaya mengajar resiprokal tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru kepada siswa atau teman sebaya. Umpan balik yang diberikan oleh teman atau hanya balikan informative saja. Gaya mengajar ini dapat dilakukan dengan kelompok kecil 2 orang dan juga lebih dari dua orang. Untuk kelompok yang kecil yang hanya dua orang disini hanya ada dua peran yaitu pelaku (a) dan pengamat (p) yang berperan sebagai pemberi umpan balik untuk kelompok yang lebih dari dua orang, beberapa peran harus dilakukan misalnya sebagai pelaku, dan juga pengamat.

Dalam gaya mengajar resiprokal umpan balik yang ada dan terjadi adalah umpan balik yang berasal dari luar atau disebut umpan balik eksternal. Umpan Balik Eksternal adalah umpan balik yang diperoleh melalui informasi yang didengar atau dilihat (Sugianto, dkk., 1992:27).

Pembelajaran dengan gaya resiprokal menggunakan lembar tugas yang menjadi penyampaian materi. Dimana yang dimaksud dengan media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut (Anon, 1987:137). Dengan penggunaan media kemungkinan keberhasilan belajar akan lebih baik.

Langkah-langkah pelaksanaan dalam pembelajaran dengan gaya mengajar resiprokal menurut Muska Moston (1994:55) adalah sebagai berikut:

  • Guru harus membuat keputusan untuk menentukan gaya mengajar resiprokal dan membuat lembar kriteria / sesuai dengan jumlah siswa.
  • Menyediakan alat pembelajaran yang cukup
  • Guru menjelaskan peranan pelaku (p) dan pengamat (a)
  • Pelaku hanya boleh berkomunikasi dengan pengamat bukan dengan pelaku
  • Peranan pengamat untuk menyampaikan umpan balik sesuai dengan kriteria yang tersedia
  • Setelah satu kali perlakuan maka berganti peran
  • Guru menerima kriteria kembali
  • Guru mengamati penampilan pelaku
  • Siswa menerima umpan balik dari guru
  • Guru menyimpulkan mengenai penampilan siswa.

Adapun peranan guru dan siswa dalam gaya mengajar resiprokal menurut Muska Moston (1994:57) adalah sebagai berikut:

  • Guru membuat lembar kriteria / tugas gerak yang akan dilakukan
  • Guru mengatur siswa berpasangan dengan peranan khusus untuk setiap teman
  • Guru menjelaskan peranan siswa sebagai pelaku (p) dan pengamat (a)
  • Guru menjelaskan fungsi lembar kriteria dalam kegiatan pembelajaran
  • Selama kegiatan berlangsung guru hanya berkomunikasi dengan pengamat (a) dan mengamati pelakunya
  • Menjawab pertanyaan dari pengamat
  • Guru menerima kriteria, membandingkan dengan penampilan gerakan dari pelaku
  • Guru menyimpulkan mengenai salah dan benar
  • Menerima Lembar Kriteria
  • Melakukan Gerakan sesuai kriteria yang ada
  • Membuat keputusan sementara selama pertemuan
  • Menerima umpan balik dari pengamat (a)
  • Menerima Lembar kriteria
  • Mengamati pelaku (p) dan membandingkannya dengan kriteria
  • Memberikan umpan balik yang positif
  • Berkomunikasi dengan guru jika perlu bertanya.

Setelah selesai dengan satu rangkaian/kegiatan gerakan, maka berganti peran pelaku jadi pengamat dan pengamat jadi pelaku. Hasil belajar dengan gaya mengajar ini guru harus benar-benar mengamati peranan siswa baik sebagai pelaku ataupun siswa sebagai pengamat. Selain mengamati setiap pasangan gaya mengajar ini juga dapat dilakukan dengan cara satu persatu dari yang sebagai penilai, pencatat, dan pengawas/pengamat. Untuk gaya mengajar ini memerlukan penalaran yang cukup baik dan ruangan yang cukup luas tanpa terpengaruh oleh umpan balik dari pengamat yang lain.

Dalam gaya mengajar ini terdapat saluran pengembangan dari para siswa yaitu: pengembangan fisik, sosial, emosional dan kognitif (Muska Moston, 1994:31). Hal ini dapat kita lihat dibawah ini :

KEMANDIRIAN

Minimum ←——-→ Maksimum

Pengembangan fisik      ——–X————————————–

Pengembangan sosial   ————————————X———-

Pengembangan emosi   ——————————–X————–

Pengembangan kognitif ——————–X————————–

Penjabaran dari tiap-tiap saluran pengembangan antara lain:

Pada perkembangan ini posisi siswa saat berperan sebagai pelaku pada pelaksanaan pengajaran gaya resiprokal melakukan sesuai dengan lembar petunjuk pelaksanaan dengan adanya umpan balik antara pelaku dan pengamat. Sehingga saluran pengembangan berada pada titik minimum.

Pada fase sosial ini terdapat pelaksanaan dari peran – peran yang harus dilakukan oleh siswa yang sedang mengikuti pengajaran dengan gaya resiprokal menuntut adanya interaksi dan suatu perubahan sosial. Perkembangan sosial siswa bergerak ke titik maksimum.

Pada saat dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan sosial maka melibatkan unsur perasaan seseorang. Jadi dalam hal ini saluran pengembangan emosi mendekati titik maksimum.

Perkembangan kognitif ini dapat terlihat jelas saat siswa berperan sebagai pengamat, maka ia harus mampu melakukan berbagai kegiatan yang membutuhkan kognitifnya, misalnya saja dengan membandingkan kriteria serta membuat keputusan tertentu. Sehingga perkembangannya bergerak cepat dari titik minimum ke maksimum. Dengan gaya mengajar ini siswa tidak selalu bergantung kepada guru dengan adanya kebebasan bagi siswa untuk mengambil keputusan sendiri.

Tabel 2. Keunggulan dan Kelemahan Gaya Mengajar Resiprokal (Muska Moston, 1994:44)

Keunggulan Kelemahan
1)  Memberikan umpan balik langsung tanpa ditunda-tunda yang mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar mengajar.

2)  Dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil sehingga aspek sosialnya berkembang.

3)  Meningkatkan proses mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan dari teman.

1)    Menimbulkan situasi yang emosional antara pelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlebihan dalam menilai hasil belajar temannya.

2)    Pelaku tidak tahan terhadap kritik pengamat sehubungan dengan hasil belajar yang pernah dilakukan sebelumnya sehingga tidak mau menerima umpan balik dari temannya.

3)    Sering terjadi pasangan ini justru memantapkan perilaku yang salah disebabkan mereka salah mendefinisikan gerakan yang ada dilembar kriteria.

Sumber : Teaching Physichal Education, (Jakarta : PSPO IKIP, 1994)

                 h.44

Pembelajaran dengan gaya komando ini menerapkan teori belajar stimulus respon yaitu stimulus (perangsang) akan menghasilkan respon (reaksi dari pelaku), yang mana apabila para mahasiswa melakukan serangkaian stimulus respon yang telah direncanakan. Stimulus itu direncanakan dan diberikan sepenuhnya oleh guru/tenaga pengajar sendiri dan para mahasiswa mengikutinya. Pendekatan gaya mengajar ini adalah guru mendemonstrasikan dan memberikan perintah kemudian siswa mengikuti, mematuhi, semua perintah serta petunjuk yang diberikan oleh guru.

Pendekatan gaya mengajar komando yang dikemukakan oleh J. Matakupan (1992:9) adalah pendekatan dalam gaya mengajar komando sepenuhnya didominasi oleh guru yang membuat keputusan untuk setiap tahap proses belajar mengajar. Kebebasan siswa sangat terbatas hanya kepada mau atau tidaknya mengikuti atau mematuhi perintah guru.

Sasaran yang akan dicapai dari gaya mengajar ini adalah: a) respon yang secepatnya, b) kepastian dan ketepatan dari respon, c) adanya keseragaman gerak, d) pengawasan terhadap penampilan, e) pengawasan terhadap pemain, f) tingkat keamanannya, g) kesiapan dari standart penilaian yang akan dipergunakan, h) tersedianya alternatif dan pilihan-pilihan, i) efisien dalam penggunaan waktu, j) kelanggengan dari nilai-nilai serta tradisi budaya yang telah disepakati (Muska Moston, 1994:38).

Dalam penyampaian materi diberikan secara bagian perbagian dari urutan gerak yang sederhana sampai urutan gerak yang sulit. Oleh karena itu segala hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar harus selalu dikaitkan dengan guru.

  1. Matakupan (1992:10) mengemukakan keunggulan dari pembelajaran dengan gaya mengajar komando ini antara lain: a) sangat efektif bila ingin membina keseragaman gerakan, b) sangat efektif bila ingin membina keserentakkan gerakan, c) tujuan pengajaran bisa efektif dan efisien, d) tidak terlalu menuntut pengetahuan yang banyak dari bahan ajarannya, e) pengontrolan laju informasi sepenuhnya dikuasai oleh guru.

Bila melihat pendapat di atas, maka banyak terdapat manfaat baik buat guru ataupun siswa tersebut, sehingga kita dapat menjadikan sebuah tolak ukur terhadap siswa ataupun guru tersebut. Dalam gaya komando juga memiliki anatomi dalam gaya mengajar (Muska Moston, 1994:26). Adapun anatomi dari gaya mengajar komando, seperti dibawah ini:

Tabel 3. Anatomi Gaya Mengajar Komando (J. Matakupan, 1992:12)

Proses Belajar Nominasi
Pra pertemuan

Selama pertemuan

Pasca pertemuan

Guru

Guru

Guru

Anatomi dari gaya mengajar komando ini bahwa menggambarkan peranan guru pada tiap tahapan, dalam membuat seluruh keputusan yang diperlukan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan. Sehingga para siswa harus mematuhi apa yang diperintahkan oleh guru. Jadi, pembelajaran dengan gaya komando adalah gaya mengajar yang pendekatannya didominasi oleh guru dalam setiap keputusan melakukan suatu gerakan dari tiap-tiap urutan gerakan. Sedangkan siswa hanya mentaati dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pengajar.

Muska Moston (1994:41) menyatakan langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan gaya mengajar komando ini adalah sebagai berikut:

1)  Sebelum Pertemuan (pre impact)

Semua keputusan dibuat oleh guru yang terdiri dari: a) pokok bahasan tentang pembalikan salto, b) tugas, c) organisasi

2)  Selama pertemuan (impact)

Selama pertemuan berlangsung guru terlibat dalam membuat keputusan- keputusan yang diambil dengan perintah yang tepat. Guru dan siswa mengalami langsung stimulus serta respon secara serentak. Adapun keputusan-keputusannya mencakup: a) penjelasan mengenai peranan guru dan siswa, b) penyampaian pokok bahasan, c) penjelasan prosedur, organisasi tentang pembagian regu, kelompok, penempatan dalam wilayah kegiatan dan perintah yang harus diikuti, urutan kegiatannya meliputi peragaan, penjelasan, pelaksanaan dan penilaian.

3)  Setelah Pertemuan (post impact)

Pada saat proses stimulus respon sedang berlangsung, guru mengamati penampilan siswa serta memberikan umpan balik pada mereka lalu memeriksa kembali pada tahapan ini dan mengamati gerakan tersebut secara lisan baik berupa pernyataan perbaikan, maupun pernyataan netral untuk mencapai tujuan.

Menurut Supandi (1986:33) kelemahan yang terdapat dalam gaya mengajar komando adalah: 1) tidak peka terhadap keperluan dan perbedaan individu, 2) menghambat perkembangan kreatifitas, 3) tidak membangkitkan gairah untuk berlatih atau belajar diluar jam  pelajaran.

Dalam gaya mengajar komando ini terdapat saluran pengembangan dari para siswa yaitu: perkembangan fisik, sosial, emosional, kognitif (Muska Moston, 1994:15). Saluran pengembangannya dapat kita lihat di bawah ini :

KEMANDIRIAN

Minimum ←——-→ Maksimum

Pengembangan fisik      ——–X————————————–

Pengembangan sosial   ——–X—————————————

Pengembangan emosi   ——–X—————————————

Pengembangan kognitif ——–X—————————————

Penjelasan lebih lanjut dari tiap perkembangan sebagai berikut:

Pada saat guru berperan sebagai seseorang yang harus dipatuhi, maka posisi kemandirian siswa ada pada titik minimum. Siswa tidak diberi wewenang untuk membuat keputusan-keputusan sendiri mengenai pengembangan fisiknya, gurulah yang memutuskannya, akan tetapi terjadi keseragaman gerak.

Pengembangan sosial membutuhkan adanya interaksi dan perubahan sosial. Pada pengajaran dengan gaya ini semua keputusan dibuat oleh guru maka siswa hanya punya sedikit kesempatan untuk mengadakan interaksi sosial. Oleh karena itu pengembangan sosialnya berada pada posisi minimum, tetapi hal ini dapat membuat para siswa dalam pengawasan terhadap penampilan serta dalam hal tingkat keamanan.

Perkembangan emosi berkaitan dengan tingkat kemantapan emosi siswa dalam konteks pembelajaran hal ini melibatkan konsep fisik siswa serta kemampuan mereka menerima pada saat melakukan tugas – tugasnya dalam gaya mengajar ini ada beberapa siswa yang tidak senang menerima keputusan hal ini dikarenakan selalu terfokus pada aba – aba dan harus selalu mengikuti perintah, sehingga keinginan siswa untuk melakukan gerakan lain tidak diperkenankan. Dalam hal ini maka saluran pengembangan sosialnya berada pada titik minimum.

Faktor kognitif yang sangat diperlukan adalah memori atau ingatannya. Dalam hal ini siswa tidak diberikan waktu untuk berfikir dan mengembangkan pemikirannya karena adanya aba – aba tersebut. Maka pada perkembangan ini siswa ditempatkan pada titik minimum.

Tabel 4. Keunggulan dan Kelemahan Gaya Mengajar Komando (Muska Moston, 1994:49)

Keunggulan Kelemahan
1)  Sangat efektif bila ingin membina keseragaman gerakan

2)  Sangat efektif bila ingin membina keserentakan gerakan

3)  Gaya Mengajar ini tidak menuntut pengetahuan yang banyak dari bahan ajarannya

4)  Pengontrolan informasi dikuasai oleh guru

1)   Siswa sering kehilangan kemandiriannya

2)   Sangat bergantung pada guru

3)   Menurunkan daya kreasi siswa

4)   Tidak adanya motivasi untuk belajar

Menurut Dumadi dan Kasiyo (1992:63) renang merupakan gaya yang lengkap di samping ketangkasan renangnya itu sendiri, perlu dilengkapi dengan start (memulai/ berangkat), turn (pembalikan) dan finish (penyelesaian). Dalam olahraga renang terdapat 4 (empat) gaya yang sering digunakan yaitu: 1) gaya bebas, 2) gaya dada, 3) gaya punggung, 4) gaya kupu-kupu (Dumadi dan Kasiyo, 1992:63).

Dalam penelitian kali ini menggunakan renang gaya bebas. Menurut David Haller (1982:32) mengemukakan bahwa Gaya yang paling cepat dari segala jenis gaya adalah gaya bebas. Bahasa asing dari gaya bebas adalah “crawl”, tetapi dengan demikian harus dibedakan antara front crawl dan back crawl, sedangkan dalam bahasa Indonesia kedua gaya itu dikenal dengan gaya bebas dan gaya punggung atau backstroke (David Haller, 1982:32).

Pada penelitian ini peneliti memfokuskan kepada pembalikan salto dalam gaya bebas. David Haller (1982:83) mengungkapkan bahwa pembalikan/ putaran gaya bebas setiap bagian dari tubuh boleh menyentuh dinding, dan tak perlu digunakan tangan, ini menjadikan putaran ini putaran yang tercepat dari semua jenis putaran karena hampir semua perenang akan mempergunakan kakinya untuk menyentuh sisi kolam. Putaran ini yang dikenal dengan sebutan “tumble turn”. Putaran tumble ini menggunakan kaki perenang untuk menyentuh dinding, sehingga dengan demikian putaran sudah dapat dilakukan sebelum perenang mencapai dinding itu sendiri.

Menurut Dadeng Kurnia (1988:55) berpendapat bahwa dalam renang gaya bebas ada 3 (tiga) model pembalikan salto, diantaranya adalah: 1) langsung salto, 2) ambil nafas dahulu, selanjutnya salto, 3) salto dengan sikap gaya punggung (Kiefer Method). Dumadi dan Kasiyo (1992:63) mengatakan dalam bukunya bahwa pembalikan dalam renang gaya bebas ada 3 (tiga) macam yaitu: 1) Pembalikan biasa (General Turn), 2) Pembalikan dengan salto kedepan (Kiphuth Method), 3) Pembalikan dengan salto kebelakang (kiefer Method).

Sedangkan pendapat lain dari Sumarno (1993:105-106) mengatakan bahwa peraturan mengenai pembalikan gaya bebas adalah sebagian dari badan menyentuh dinding pembalikan. Tekhnik pembalikan gaya bebas yang terakhir adalah kaki yang menyentuh dinding pembalikan (bukan tangan) yang sekaligus dipakai untuk mendorong badan dalam meluncur. Pembalikan gaya bebas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: 1) pembalikan biasa, 2) pembalikan dengan salto.

Dalam penelitian kali ini memfokuskan pada pembalikan dengan salto dalam renang gaya bebas, adapun tahapan dalam melakukan gerakan pembalikan salto menurut Sumarno (1993:105-106) adalah: 1) Pada saat salah satu tangan berada lurus didepan, salah satu tangan lagi akan  melakukan dorongan. 2) Serentak tangan kanan melakukan tarikan maka tangan kiri juga melakukan dorongan, saat itu kaki berada lurus di belakang. 3) Saat tangan kiri berada disamping paha, kedua belah kaki lurus dibelakang, tangan siap melakukan dorongan. 4) Tundukan kepala, serentak dengan dorongan tangan kanan, kemudian lutut ditekuk untuk mendapatkan dorongan yang kuat. 5) Ayunkan kepala dan kedua tangan disamping paha serentak dengan pukulan  kedua kaki. 6­) Dengan ayunan kepala, sikap tubuh yang membungkuk, kedua belah lengan yang berada disamping paha kemudian dalam sikap ini melakukan tarikan serentak, sehingga terjadi perputaran. 7) Badan berputar dalam bidang vertical, dengan sikap badan yang bulat. 8) Akhir dari tarikan kedua belah lengan, kaki ditekuk pada kedua belah lutut secara berdampingan. 9) Setelah kedua belah telapak kaki menyentuh dinding kolam dalam sikap menyampingnya, kedua belah lengan diluruskan kedepan. 10) Serentak dengan menolakan kedua kaki, tangan kedua-duanya diluruskan didepan. 11) Sikap tubuh setelah melakukan tolakan dari dinding kolam. 12) Setelah tubuh meluncur lurus kedepan, dimana telapak kaki telah lepas landas, lakukanlah gerakan kaki dengan naik turun sesuai dengan ketentuan dalam gaya bebas, pandangan tetap lurus kedepan dimana kedua belah lengan di samping telinga. 13) Setibanya diatas permukaan air, mulailah dengan gerakan tangan sebagaimana mestinya.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Gaya mengajar komando efektif meningkatkan hasil belajar pembalikan salto pada mahasiswa mata kuliah renang I Semester 089 Tahun Ajaran 2008 – 2009 FIK UNJ. 2) Gaya mengajar resiprokal efektif meningkatkan hasil belajar pembalikan salto pada mahasiswa mata kuliah renang I Semester 089 Tahun Ajaran 2008 – 2009 FIK UNJ. 3) Gaya mengajar resiprokal lebih efektif dari pada gaya mengajar komando meningkatkan hasil belajar pembalikan salto pada mahasiswa mata kuliah renang I Semester 089 Tahun Ajaran 2008 – 2009 FIK UNJ.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini penulis menyarankan: 1) Banyak faktor-faktor penting yang menunjang pembelajaran diantaranya gaya mengajar. Oleh karena itu, sebaiknya para tenaga pendidik lebih jeli dalam memilih gaya mengajar. 2) Para tenaga pendidik lebih mengerti dalam memberikan tahapan pembelajaran dan gaya mengajar yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik tersebut. 3) Dengan adanya penelitian yang peneliti lakukan diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan dalam segi pemilihan gaya mengajar dan juga tahapan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anon. 1987. Metodologi Pengajaran. Jakarta: IKIP Jakarta.

Anas Sujiono. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Dumadi dan Kasiyo Dwijowinoto. 1992. Renang: Materi Metode Penilaian.       Jakarta: Depdikbud.

David Haller. 1982. Belajar Berenang. Bandung: CV Pionir Jaya.

Dadeng Kurnia. 1988. Pedoman Melatih Renang Prestasi. Jakarta: Prakarsa Belia.

  1. Matakupan. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta.

Moston, Muska, Alih Bahasa oleh A.M Bandi Utama dkk. 1994. Teaching Physichal  Education. Jakarta: Program Pascasarjana IKIP Jakarta.

Sumarno, dkk. 1993. Olahraga Pilihan. Jakarta: Depdikbud Proyek Penataran Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD setara D-II.

Sugianto, Moch Moeslim, Dadang Masnun. 1992. Belajar Gerak. Jakarta: KONI Pusat.

Srijono Brotosuroyo. 1994. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani dan          Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.

Supandi et.al. 1986. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler dan            Kokurikuler. Jakarta: Depdikbud, Universitas Terbuka.

[1] Del Asri, S.Si. dan Drs. Oman Unju Subandi, M.Pd. adalah Dosen pada Program Studi Pendidikan Jasmani, Jurusan Sosiokinetika, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta.

[2] Abdurrahim, S.Pd. adalah Lulusan Program Studi Pendidikan Jasmani, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA