Bagaimana cara meneladani sifat wajib wujud

Terpopuler

3

Cerita Haedar Nashir soal Pesan Terakhir dan Air Mata Buya Syafii Maarif

4

Kenang Sosok Buya Syafii Maarif, Gus Mus: Beliau Seorang Waliyullah

Nabi Muhammad SAW adalah panutan terbaik bagi umat manusia di seluruh penjuru dunia. Ia adalah Nabi terakhir atau disebut sebagai penutup para nabi. Beliau adalah kekasih Allah SWT yang diberi mukjizat, kelebihan-kelebihan, serta keistimewaan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh manusia biasa pada umumnya. Maka dari itu beliau mempunyai sifat-sifat dan karakter yang amat patut dicontoh oleh kita, sebagai umatnya.

Terlebih kita yang hidup di dalam lingkup pesantren sebagai mahasantri yang berakal, dan mempunyai kewajiban-kewajiban khusus dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta meneladani sifat-sifat Rosululloh sesuai dengan kehidupan kita, yaitu sebagai “Mahasantri”.

Beberapa sifat-sifat Rosulullah yang patut kita teladani dalam kehidupan mahasantri adalah sebagai berikut;

  • Sifat Sidiq, yang artinya “Jujur”

Dalam kehidupan mahasantri kita harus selalu jujur kepada siapapun baik dalam perkataan maupun perbuatan kita.

  • Sifat Amanah, yang artinya “dapat dipercaya”

Kepercayaan itu sangat mahal harganya, maka dari itu kita harus menjadi orang yg dapat dipercaya bagi siapapun, dan jangan pernah merusak kepercayaan orang lain kepada kita karena bila kepercayaan itu  telah hilang, sulit sekali untuk mendapatkannya kembali.

  • Sifat Tabligh, yang artinya “menyampaikan”

Karena jumlah mahasantri yang mencapai seribu lebih, dan keberadaannya yang berbeda-beda menyebabkan sulit untuk dijangkau apabila ingin menyampaikan hal-hal penting dan mendesak secara langsung atau tatap muka, maka tidak jarang kita menitipkan salam dengan orang yang kita maksud. Maka sebagai orang yang dititipi pesan atau salam, kita harus menyampaikannya agar membantu dan meringankan urusan orang lain.

  • Sifat Fathonah, yang artinya “cerdas”

Sebagai mahasiswi UNIDA Gontor sudah sewajarnya kita memiliki sifat yang satu ini, karena kita telah memiliki bekal ilmu mulai dari SD, SMP, SMA/sederajat (di Gontor namanya KMI). Maka hendaknya kita mensyukuri dengan kecerdasan yang kita miliki serta berupaya untuk  menambah kadar kecerdasan kita dengan rajin belajar, mengerjakan tugas dan aktif dalam kegiatan-kegiatan non-akademik lainnya.

Bagaimana cara meneladani sifat wajib wujud

Rasulullah SAW telah melakukan isra’ mi’raj pada 27 Rajab. Beliau melakukan perjalanan hanya semalam saja untuk menempuh perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, dan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha. Dalam peristiwa tersebut Allah memerintahkan Jibril untuk mencuci dan membersihkan hati Baginda Rosulullah, yakni, dibersihkan hatinya dari perasaan iri, dengki, dendam, marah benci dan sifat-sifat normal lainnya yang biasa dimiliki semua manusia.

Kita dapat mengambil pelajaran dari sini, bahwa hendaknya kita selalu berusaha menghindari perasaan iri, dengki, dendam, marah, benci. Karena sebagai “wanita”, hati dan perasaan kita tidak jauh dari sifat-sifat tersebut. (Ilma Nafi’a Zuhria Febriza/1)

Ilustrasi meneladani arti muridan. Foto: freepik.

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang pasti ada pada-Nya, sehingga akal manusia tidak akan menerimanya jika sifat itu tidak ada. Contohnya, Allah itu wajib bersifat Al-Wujud, artinya Allah itu ada.

Sifat wajib bagi Allah jumlahnya ada 20. Mengutip buku Asmaul Husna dan 20 Sifat Allah oleh HF. Rahadian, yang menetapkan 20 sifat wajib ini adalah Abu Manshur AI-Maturidi, yaitu imam mahsyur Mazhab Hanafi.

Salah satu yang tercantum dalam 20 sifat wajib Allah adalah Muridan. Apa arti Muridan? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Arti Muridan Sebagai Sifat Wajib Allah

Mengutip buku 99 Asmaul Husna: Nama-nama Indah Allah, Sifat 20, dan Sholawat oleh Umar Faruq, sifat Muridan memiliki kesamaan arti dengan sifat Iradah, yaitu "Dzat yang berkehendak". Hakikat dari sifat Muridan ini ialah suatu sifat yang qadim dan azali. Maksudnya, sifat Allah ini tidak bermula, tetapi tetap berdiri di atas Dzat-Nya.

Ilustrasi arti muridan. Foto: freepik

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hajj ayat 14 yang berbunyi:

اِنَّ اللّٰهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ

"(Sungguh,) Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Sungguh, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."

Allah juga berfirman dalam Surat Hud ayat 107:

خٰلِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ اِلَّا مَا شَاۤءَ رَبُّكَۗ اِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ

"Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki."

Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Allah berkehendak melakukan apapun. Dia bisa mewujudkan segala yang mungkin atau memusnahkannya, memberi kelonggaran atau kesempitan, memberi pengetahuan atau meniadakannya, dan seterusnya.

Ilustrasi meneladani arti muridan. Foto: freepik

Sebaliknya, Allah mustahil memiliki sifat Karahah yang berarti “Dzat yang Terpaksa”. Sangat tidak mungkin Allah dipaksa oleh makhluk-Nya karena Allah adalah Sang Khaliq. Jika Allah terpaksa, maka Dia lemah, dan ini adalah hal yang mustahil.

Maka, untuk meneladani sifat Muridan, umat Muslim hendaknya mengaitkan segala aktivitas yang dilakukannya pada takdir Allah. Manusia boleh berencana, tapi Allah lah yang berkehendak atas segalanya.

Tugas manusia di muka bumi ini hanyalah berupaya dan berdoa. Untuk hasilnya, cukup serahkan kepada Allah semata. Karena Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya yang senantiasa berserah diri.