Aturan dalam agama Islam yang membutuhkan ilmu astronomi adalah kecuali

Astronomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan terpenting yang berkembang di dunia Islam pada abad pertengahan. Ilmu ini meme­gang peranan penting bagi umat Islam karena merupakan alat bantu umat Islam untuk pelaksanaan ritual-ritual keagamaan mereka. Beberapa praktik ajaran Islam seperti salat dan puasa sangat membutuhkan ilmu astronomi, agar pelaksanaannya tepat dan akurat. Penentuan waktu shalat lima waktu sehari semalam, penentuan  posisi arah kiblat dan penentuan awal dan akhir Ramadan dapat diketahui dengan baik dengan menggunakan ilmu ini. Begitu pentingnya ilmu astronomi ini, sehingga pada abad pertengahan astronomi berkem­bang dengan baik dan pesat.

Buku ini meru­pakan karya repre­sen­tatif tentang perkembangan astro­nomi Islam abad pertengahan. Ba­rang­kali dapat dikatakan bahwa buku ini merupakan karya pertama yang paling lengkap dalam bahasa Indonesia yang membahas capaian umat Islam dalam bidang astronomi. Sebagai doktor  filologi-astronomi dari Institute of Arab Research and Studies, Kairo, Mesir, pengarang  sangat menguasai  bidangnya.  Akses pengarang yang luar biasa pada karya-karya asli astronom Muslim abad pertengahan memberi bobot tersendiri pada akurasi data yang dipaparkan.

Dalam buku ini pengarang memaparkan dengan baik bagaimana astronom-astronom Muslim abad pertengahan melakukan penerjemahan dan pengkajian terhadap karya-karya asing  yang berasal dari India, Persia  dan Yunani. Mereka juga menelaah karya-karya asing tersebut dengan mengoreksi kekeliruan-kekeliruan yang terdapat di dalamnya, lalu mengembangkan pemikiran mereka sendiri. Pada abad pertengahan kita mengenal astronom-astronom Muslim seperti al-Khawarizmi, al-Farghani, al-Naiziri, Ibn al-Haytsam, al-Biruni, Umar Khayam dan al-Thusi. Mereka adalah beberapa di antara astronom Muslim yang memberi andil besar terhadap perkembangan astronomi sekarang. Nama-nama mereka bahkan dihormati di kalangan ilmuwan Barat hingga saat ini. Karya-karya mereka kemudian banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.

Aktivitas ilmiah para astronom ketika itu, seperti penerjemahan, eksperimentasi dan observasi,didukung sepe­nuhnya oleh negara. Pada masa dinasti Bani Abbas, Khalifah al-Makmun berani membayar harga terjemahan yang dilakukan oleh Hunain bin Ishaq, seorang penerjemah yang beragama Nasrani, dengan emas seberat hasil terjemahannya. Al-Makmun bahkan menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk mendirikan Bayt al-Hikmah pada tahun 830. Bayt al-Hikmah merupakan pusat penelitian, penerjemahan dan pengkajian karya-karya asing ke dalam bahasa Arab. Dapat dikatakan lembaga ini merupakan jantung bagi gerakan akademik intelektual Islam yang bergengsi abad pertengahan. Tentu saja kajian astronomi merupakan bidang yang sangat penting saat itu yang dikembangkan di Bayt al-Hikmah tersebut. Menurut pengarang, kajian astronomi tidak hanya untuk kepentingan praktis ibadah saja, tetapi juga dikembangkan untuk kepentingan sains lainnya, seperti pelayaran, militer, pertanian dan pemetaan.

Pengembangan sains dan teknologi di dunia Islam abad pertengahan, terutamadalam bidang astronomi, benar-benar mencengangkan dunia. Barat, yang sekarang menguasai sains dan teknologi, ketika itu malah berada dalam abad kegelapan. Ada beberapa sumbangan terpenting peradaban Islam dalam astronomi ini yang dielaborasi oleh pengarang, yaitu  observatorium, ilmu miqat, tabel-tabel dan instrumen astronomi.

Dalam hal yang pertama, pusat-pusat peradaban Islam abad pertengahan berlomba-lomba mendirikan dan mengembangkan observatorium untuk pengkajian astronomi. Muncullah observatorium seperti Syammasiyah di Baghdad, Maragha di Iran, Malik Syah di Isfahan, al-Hakim di Mesir, Istanbul di Turki, dan Ulugh Beg di Samarkand. Bahkan di wilayah Spanyol seperti  di Toledo dan Sevilla juga berdiri observatorium yang tidak jarang dikelola oleh pribadi.

Ilmu miqat atau ilmu tentang penentuan waktu-waktu ibadah salat, juga berkembang pesat. Tentu saja wajar, karena ilmu ini erat kaitannya dengan kepentingan akurasi waktu umat Islam untuk melaksanakan shalat lima waktu. Demikian juga dengan tabel-tabel astronomi dan instrumen astronomi, umat Islam mencapai puncak kemajuan mengagumkan yang mengalahkan bangsa-bangsa lain. Dengan observasi mereka, para astronom Muslim membuat daftar astronomi hasil observasi dan kalkulasi benda-benda langit, yang meliputi gerak, jarak dan posisi hariannya.

Membaca buku ini kita diajak bertamasya ke abad pertengahan untuk menapaktilasi kekayaan khazanah astronomi Islam. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa astronomi yang dikembangkan umat Islam abad pertengahan merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dari perkembangan astronomi modern sekarang ini. Dunia, terutama Barat, harus mengakui besarnya kontribusi peradaban Islam dalam pengembangan astronomi ini. Banyak karya-karya ilmuwan-astronom Muslim abad pertengahan yang diterjemahkan dan dipelajari orang-orang Barat. Hanya saja, kadang-kadang orang Barat enggan mengakuinya atau berusaha menutupinya.

Kekuatan buku ini antara lain terletak pada paparan yang bersifat ensiklopedis tentang astronomi Islam dan rujukan pengarang pada karya-karya asli para astronom Muslim abad pertengahan yang melimpah ruah.

Peresensi: Muhammad Iqbal, dosen FSH dan Pascasarjana UIN SU Medan

stronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam

Arah kiblat

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Astronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8-15 M). Karya-karya astronomi Islam kebanyakan ditulis da lam bahasa Arab dan dikembangkan para ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol dan Asia Tengah.

Astronomi dalam Islam adalah sebuah ilmu yang sangat penting, karena tidak hanya menyangkut aktivitas yang terkait dengan kehidupan duniawi, tetapi juga tentang ketentuan pelaksanaan ibadah, baik itu ibadah yang wajib maupun yang sunnah. Misalnya dalam menentukan waktu shalat, sistem penanggalan kalendar Hijriyah hingga arah kiblat.

Dalam menentukan waktu shalat, umat Islam sudah mendapatkan petunjuk secara langsung dari Allah SWT melalui kitab suci Alquran. Sehingga aturan baku waktu shalat tidak berubah dan sifatnya tetap walaupun zaman telah berubah. ‘’Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)’’ (QS Al-Isra’ [15]: 78). Dalil Alquran ini diperkuat dengan hadis Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda: Waktu Zuhur itu dimulai dari tergelincirnya matahari tepat diatas bayang benda sampai bayang benda sama panjangnya dengan benda tersebut.

Waktu Ashar di mulai panjang bayang sama dengan bendanya sampai tenggelamnya matahari. Waktu Maghrib di mulai dari tenggelamnya matahari atau munculnya mega merah sampai hilangnya mega merah. Waktu Isya mulai dari hilangnya mega merah sampai tiba waktu subuh. Waktu subuh dimulai sejak munculnya fajar shadiq sampai munculnya matahari kembali. (Hadis Riwayat Muslim).

Ilmu astronomi juga memainkan peran penting dalam membuat sistem penanggalan Hijriyah berdasarkan pada penentuan awal bulan Qomariyah, dan perhitungan gerhana yang kesemuanya mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan ibadah amaliyah, seperti ibadah haji.

Sebagaimana diterangkan dalam surah al-Baqarah ayat 189: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: ‘’Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji... Sebagaimana bangsa Sumeria kuno, yang menggunakan bintang sebagai petunjuk arah. Keberadaan ilmu astronomi bagi masyarakat Muslim juga diperlukan dalam menentukan arah kiblat. Karena, menghadap ke arah kiblat, yakni menghadapkan wajah ke arah Ka’bah di kota Makkah, merupakan syarat sah bagi umat Islam yang hendak menunaikan shalat, baik shalat wajib lima waktu atau pun shalat-shalat sunnah yang lain. Bagi masyarakat yang berada jauh dari Ka’bah, tentunya diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat ini. Dalam khazanah ilmu astronomi, penentuan arah kiblat ini bisa menggunakan penghitungan posisi rasi bintang, bayangan matahari atau pun arah matahari terbenam.

Baca Juga

  • peradaban islam
  • ilmu astronomi
  • nabi idris as

Aturan dalam agama Islam yang membutuhkan ilmu astronomi adalah kecuali

sumber : Mozaik Republika

Tolong di isi yaa, aku nya lagi butuh banget

apa yang saja di hasilkan hutan singapura​

Bantu cari segmentasi pasar dari gambar tersebut..1. Segmentasi Demografis2. S segmentasi Geografis 3. Segmentasi Psikografis ​

1. Setiap tempat di permukaan bumi, tentu memiliki lokasinya masing-masing, antara lain lokasi relatif. Jelaskan pengaruh lokasi relatif pada daerah y … ang berada di dekat jalan raya! 2. Berdasarkan wilayahnya atau letak geografisnya, maka batas-batas negara Indonesia dapat diketahui. Sebutkan batas-batas negara Indonesia!3. Setiap wilayah di Indonesia memiliki cuaca yang mungkin berbeda. Selain itu, iklim setiap negara juga tidak sama persis. Apa sajakah unsur-unsur yang memengaruhi cuaca dan iklim? 4. Diketahui bahwa jarak di lapangan Wilayah A dengan Wilayah C adalah 40 km. Sedangkan jarak di peta 50 cm. Berdasarkan informasi mengenai jarak kedua wilayah tersebut, tentukan skalanya! 5. Sebutkan beberapa manfaat peta digital dalam kehidupan sehari-hari saat ini!​

1.Apakah kamu merasa kesehatan mental kamu baik,Jelaskan!2.Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi ganguan kesehatan mental yang kamu alami ​

Kenapa negara-negara anggota ASEAN masuk kategori sebagai negara berkembang​

sebutkan 25 fungsi anak di keluarga, tolong di jawab y kaka²​

profil negara Laosbentuk pemerintahan:kepala negara:ibukota:kepala pemerintahan: lagu kebangsaan:bangsa:agama:iklim:letak astronomis:letak geografis:l … uas wilayah:jumlah penduduk:##BANTU JAWAB CEPATDIKUMPULIN SENIN##​

kehutanan di indonesia​

pendirian negara pangusul rumusan dasar negara​