Apakah yang membuat voc tidak mampu untuk berperang dengan banten

Sultan Abdulfattah atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa menjadi pemimpin Kesultanan Banten ketika ia menggantikan Abumaali Achmad. Sultan Ageng Tirtayasa adalah seorang raja yang sangat anti terhadap kekuasaan asing. Pada masa pemerintahannya, terjadi perlawanan terhadap kekuasaan VOC di Banten. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Banten, VOC menerapkan politik devide et impera (politik adu domba). Dampak dari politik ini menyebabkan perselisihan dalam lingkungan istana Kesultanan Banten, yaitu perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji. Pertikaian ini dimanfaatkan VOC dengan cara membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Setelah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa berakhir, kekuasaan VOC di Banten semakin kuat dan Banten mengalami kemunduran.

Dengan demikian, maka jawaban yang tepat adalah E.

Dalam perang melawan VOC, Sultan Ageng Tirtayasa melakukan persiapan dengan melakukan penyatuan wilayah yang ada di bawah kekuasaan Kesultanan Banten yaitu Lampung, Bangka, Silebar, dan Indragiri dalam kesatuan pasukan Surosowan. Dari pihak VOC diadakan pula penyatuan kekuatan dengan menyewa serdadu-serdadu dari Kalasi, Ternate, Bandan, Kejawan, Bali, Makasar, dan Bugis. Penyatuan yang dilakukan VOC karena jumlah serdadu Belanda yang sedikit.

Pada tahun 1657 VOC mengajukan gencatan senjata karena kuatnya pasukan Banten ditambah VOC juga sedang berperang dengan Makasar. Namun gencatan senjata itu ditolak disebabkan isi dari perjanjian merugikan kedua belah pihak. satu tahun kemudian pada 1658 diajukan kembali gencata senjata oleh VOC. Kali ini Sultan Ageng Tirtayasa mengajukan usul adanya perubahan pada dua pasal, pihak VOC menolak usul tersebut dan membuat gencatan senjata batal sehingga perang terus berjalan. Serta Sultan Ageng mengumumkan Perang Sabil.

Perang tersebut berjalan secara terus menerus pada periode Mei 1658 sampai dengan Juli 1659. Dengan adanya perang yang berjalan cukup lama, Sultan Ageng Tirtayasa meminta bantuan kepada seorang ulam dari Makasar yaitu Syeikh Yusuf untuk membantu menjalankan pemerintahan. Kedatangan Syeikh Yusuf bersama dengan 5.000 orang ke Banten.

Pasukan Banten yang melakukan penyerangan ke VOC secara terus menerus membuat kedudukan VOC terdesak sampai mendekati batas kota Batavia. Akhirnya VOC mengajukan gencatan senjata dan pada Juli 1659 ditandatagani perjanjian gencatan senjata.

Dengan demikian, maka jawaban yang tepat adalah "C". 

Merdeka.com - Ketika masa pendudukan Belanda, salah satu masalah yang dihadapi oleh rakyat adalah kongsi dagang VOC. VOC melakukan monopoli perdagangan hampir di semua daerah yang ada di Nusantara. Salah satu daerah yang terkena dampak VOC adalah Banten. Banyak perlawanan yang sudah diberikan oleh Banten kepada VOC. Serangan Banten itu dibalas dengan hal yang lebih kejam oleh VOC. Salah satu teknik adu domba yang dilakukan oleh VOC adalah mempengaruhi putra Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Sultan Haji, untuk melawan ayahnya sendiri. Bagaimana kisahnya? Yuk kita simak bersama.

Setelah mendengar ucapan VOC, muncullah perasaan curiga antara Sultan Haji pada Sultan Ageng Tirtayasa. Segera, Sultan Haji membuat persekongkolan dengan VOC dengan tujuan untuk merebut tahta Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa sangat marah mendengar kabar berita ini.

Namun, Sultan Haji tidak gentar. Niat jahat VOC mulai tercium ketika mengajukan syarat dalam persekongkolannya dengan Sultan Haji. Dalam persekongkolan itu, VOC bisa membantu Sultan Haji untuk merebut tahta Kesultanan Banten tetapi dengan empat syarat, yaitu Banten harus menyerahkan wilayah Cirebon kepada VOC, monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan Kesultanan Banten harus mengusir para pedagang Persia, India, dan Cina, Banten harus membayar enam ratus ribu ringgit jika melanggar perjanjian dan pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik kembali.

Karena tidak menyadari adanya adu domba di dalam perjanjian itu, Sultan Haji tertipu dan menyetujuinya. Hal ini bisa mengajarkan pada kita untuk bisa lebih percaya kepada keluarga atau saudara terdekat kita. Jadi, sekarang kamu tertarik untuk bisa mempelajari hal itu lebih lanjut kan? Selamat belajar.

Merdeka.com - Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu penggerak perlawanan VOC di Banten. Dia juga merupakan salah satu sultan yang pernah memerintah Kesultanan Banten. Latar belakang perlawanan ini berasal dari kecemburuan VOC dalam kemajuan Banten sebagai bandar perdagangan internasional. Karena kecemburuan itulah, VOC akhirnya membentuk bandar sendiri di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa tidak terima dan melakukan beberapa perlawanan. Lalu, bagaimana kelanjutan kisahnya?

Oleh karena itu, VOC sering melakukan blokade dengan tujuan untuk melemahkan kekuatan Banten sebagai bandar perdagangan internasional. Jung-jung Cina dan kapal-kapal dagang dari Maluku dilarang untuk meneruskan perjalanan menuju Banten. VOC-lah yang menetapkan aturan mengikat ini. untuk balasannya, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim beberapa pasukannya untuk mengganggu kapal-kapal dagang milik VOC dan menimbulkan keributan di Batavia. Rakyat Banten juga melakukan perusakan di beberapa kebun tanaman tebu milik VOC. Hal ini bertujuan untuk memberi balasan kepada VOC dan melemahkan posisinya.

Karena hal-hal itu terus terjadi, hubungan antara Banten dan Batavia semakin memburuk. Untuk menghadapi serangan pasukan Banten, VOC memperkuat kota Batavia dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan seperti Benteng Noordwijk. Dengan adanya beberapa benteng di Batavia, VOC mengharap agar bisa bertahan dari serangan luar. Di pihak Banten, Sultan Ageng memerintahkan untuk membangun saluran irigasi yang terbentang dari Sungai Untung Jawa sampai Pontang. Hal ini terus berlangsung selama beberapa tahun yang membuat hubungan diantara mereka semakin memburuk dari tahun ke tahun.

Nah, sekarang kamu sudah tahu tentang perlawanan, balasan, dan blokade yang dilakukan oleh pihak VOc dan Banten. Bab ini menarik untuk dipelajari karena berhubungan dengan sejarah kita. Tertarik untuk bisa mempelajari bab ini kan?

Dalam perang melawan VOC, Sultan Ageng Tirtayasa melakukan persiapan dengan melakukan penyatuan wilayah yang ada di bawah kekuasaan Kesultanan Banten yaitu Lampung, Bangka, Silebar, dan Indragiri dalam kesatuan pasukan Surosowan. Dari pihak VOC diadakan pula penyatuan kekuatan dengan menyewa serdadu-serdadu dari Kalasi, Ternate, Bandan, Kejawan, Bali, Makasar, dan Bugis. Penyatuan yang dilakukan VOC karena jumlah serdadu Belanda yang sedikit.

Pada tahun 1657 VOC mengajukan gencatan senjata karena kuatnya pasukan Banten ditambah VOC juga sedang berperang dengan Makasar. Namun gencatan senjata itu ditolak disebabkan isi dari perjanjian merugikan kedua belah pihak. satu tahun kemudian pada 1658 diajukan kembali gencata senjata oleh VOC. Kali ini Sultan Ageng Tirtayasa mengajukan usul adanya perubahan pada dua pasal, pihak VOC menolak usul tersebut dan membuat gencatan senjata batal sehingga perang terus berjalan. Serta Sultan Ageng mengumumkan Perang Sabil.

Perang tersebut berjalan secara terus menerus pada periode Mei 1658 sampai dengan Juli 1659. Dengan adanya perang yang berjalan cukup lama, Sultan Ageng Tirtayasa meminta bantuan kepada seorang ulam dari Makasar yaitu Syeikh Yusuf untuk membantu menjalankan pemerintahan. Kedatangan Syeikh Yusuf bersama dengan 5.000 orang ke Banten.

Pasukan Banten yang melakukan penyerangan ke VOC secara terus menerus membuat kedudukan VOC terdesak sampai mendekati batas kota Batavia. Akhirnya VOC mengajukan gencatan senjata dan pada Juli 1659 ditandatagani perjanjian gencatan senjata.

Dengan demikian, maka jawaban yang tepat adalah "C". 

Merdeka.com - Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu penggerak perlawanan VOC di Banten. Dia juga merupakan salah satu sultan yang pernah memerintah Kesultanan Banten. Latar belakang perlawanan ini berasal dari kecemburuan VOC dalam kemajuan Banten sebagai bandar perdagangan internasional. Karena kecemburuan itulah, VOC akhirnya membentuk bandar sendiri di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa tidak terima dan melakukan beberapa perlawanan. Lalu, bagaimana kelanjutan kisahnya?

Oleh karena itu, VOC sering melakukan blokade dengan tujuan untuk melemahkan kekuatan Banten sebagai bandar perdagangan internasional. Jung-jung Cina dan kapal-kapal dagang dari Maluku dilarang untuk meneruskan perjalanan menuju Banten. VOC-lah yang menetapkan aturan mengikat ini. untuk balasannya, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim beberapa pasukannya untuk mengganggu kapal-kapal dagang milik VOC dan menimbulkan keributan di Batavia. Rakyat Banten juga melakukan perusakan di beberapa kebun tanaman tebu milik VOC. Hal ini bertujuan untuk memberi balasan kepada VOC dan melemahkan posisinya.

Karena hal-hal itu terus terjadi, hubungan antara Banten dan Batavia semakin memburuk. Untuk menghadapi serangan pasukan Banten, VOC memperkuat kota Batavia dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan seperti Benteng Noordwijk. Dengan adanya beberapa benteng di Batavia, VOC mengharap agar bisa bertahan dari serangan luar. Di pihak Banten, Sultan Ageng memerintahkan untuk membangun saluran irigasi yang terbentang dari Sungai Untung Jawa sampai Pontang. Hal ini terus berlangsung selama beberapa tahun yang membuat hubungan diantara mereka semakin memburuk dari tahun ke tahun.

Nah, sekarang kamu sudah tahu tentang perlawanan, balasan, dan blokade yang dilakukan oleh pihak VOc dan Banten. Bab ini menarik untuk dipelajari karena berhubungan dengan sejarah kita. Tertarik untuk bisa mempelajari bab ini kan?

rekomendasi film bagus bang​

sebutkan tiga reformasi ajaran sidharta gautama​

mengapa banyak anggota nazi pergi ke argentina​

tuliskan 5 aktivitas Pak AR di persyarikatan Muhammadiyah​

mengapa kerajan mataram kuno ditetapkan namanya kerajaan mataram kuno padahal dia sering berpindah tempat ​

bagaimana Peradaban awal Eropa dari segi pengetahuan dan teknologi?​

peta konsep prestasi daulah Umayyah di Damaskus ​

4. Akses pendidikan masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan Belanda sangat terbatas. Tidak semua rakyat Indonesia dapat memperoleh pendidikan seper … ti keturunan Belanda dan kaum Bangsawan. Akibatnya, perubahan sosial pada masa penjajahan sulit terjadi. Faktor penghambat perubahan sosial berdasarkan uraian tersebut adalah....

permasalahan konkret pada yang terjadi pada era Orde Baru!

Setahun sebelum pemilu bulan mei 1997, situasi politik dalam negeri mulaimemanas, hal ini disebabkan karena

Perlawanan banten terhadap VOC adalah Sejarah perang Banten berawal dari perdagangan rempah – rempah yang seringkali diangkut dari Maluku ke Banten terutama oleh pedagang dari Jawa. Di Banten juga terdapat koloni bangsa Arab, Turki, Gujarat, Siam dan Parsi, juga perkampungan Melayu, Ternate, Banda, Bugis, Banjar, Makassar dan perkampungan lainnya. Pesatnya perkembangan Banten sebagai kota pelabuhan terbesar Nusantara menarik keinginan VOC untuk menguasainya. Mereka melakukan cara kotor dengan memblokade kapal – kapal Cina dan juga kapal yang datang dari Maluku yang akan masuk ke Banten. Karena sering mendapat pertentangan dari rakyat Banten, Belanda kemudian membangun kota pelabuhan di Sunda Kelapa atau Jayakarta. Pelabuhan itu kemudian dinamakan Batavia oleh Belanda pada tahun 1619 M, sejak itu terjadi perebutan posisi sebagai bandar perdagangan internasional antara Banten dan VOC.

Pembahasan

Hai teman-teman BrainlyLovers...!!! Sekarang kita akan membahas perlawanan kerajaan Banten terhadap VOC..  

Selamat belajar...!!!  

Pada tahun 1671 Sultan Ageng mengangkat putrannya yang bernama Sultan Haji sebagai Sultan Muda yang tugasnya adalah untuk mengurus masalah yang ada di dalam negeri, sedangkan Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya mengurusi masalah yang berhubungan dengan luar negeri. Pembagian dalam tata pemerintahan Kesultanan Banten ini membuka peluang bagi Belanda untuk menghasut Sultan Haji agar tidak memisahkan urusan pemerintahan di Banten dan mereka juga mempengaruhi Sultan Haji yang sangat ambisius mengenai Pangeran Purbaya yang akan menjadi Raja Kesultanan Banten.

Sultan Haji yang terhasut kemudian bersekongkol dengan VOC untuk menguasai kerajaan Banten seluruhnya dengan beberapa syarat yang menguntungkan VOC, yaitu agar perdagangan lada di Banten menjadi dibawah kekuasaan VOC, mengusir pedagang dari Cina, India dan Persia, Cirebon harus diserahkan kepada VOC, dan menarik kembali pasukan Banten  yang menguasai pantai. Pada tanggal 1 Maret 1680, Sultan Haji menurunkan ayahnya Sultan Ageng dari tahta kesultanan Banten dan mengangkat dirinya sendiri sebagai raja di Kesultanan Banten.

Rakyat Banten bereaksi atas tindakan yang dilakukan oleh Sultan Haji yang tidak mengakuinya sebagai Sultan, dan melakukan perlawanan terhadap VOC serta Sultan Haji demi kesetiaan mereka kepada Sultan Ageng Tirtayasa. Pasukan Sultan Ageng berhasil menguasai semua Istana Kesultanan Banten kecuali istana Sultan Haji karena terdapat benteng pertahanan yang sangat kuat. Pada 12 Februari 1682 perang saudara di Banten terjadi, ketika pasukan Sultan Ageng menyerbu wilayah Surosowan, tempat Sultan Haji menetap. Caeff memimpin pasukan VOC mempertahankan tempat tersebut bersama dengan Sultan Haji. Ketika bantuan dari Batavia datang, mereka menyerang bailk hingga pasukan Banten mengungsi ke Ciapus, Pagutan dan Jasinga. Kemudian pada tanggal 28 Desember pasukan VOC yang dipimpin Jonker, Tack dan Michielsz menyerang Pontang, Tanara dan Tirtayasa sehingga Sultan Ageng terpaksa menyelamatkan diri ke pedalaman.

Sejak itu Sultaan Ageng diburu VOC agar menyatakan diri takluk pada VOC. Sultan Ageng beserta Pangeran Purbaya dan Syeikh Yusuf, menantunya mendirikan markas di Lebak atau yang sekarang dikenal sebagai Rangkasbitung. Sultan Ageng melancarkan serangan ke VOC selama 1 tahun, namun sering menderita kekalahan hingga tertangkapnya Syeikh Yusuf. Akhirnya pada bulan Maret 1683, Sultan Ageng Tirtayasa menyerah kepada Belanda dan ditawan di Batavia hingga kematiannya pada 1695. Syeikh Yusuf dibuang ke Ceylon, lalu ke Afrika Selatan hingga wafatnya, sementara Pangeran Purbaya meneruskan perjuangan di daerah Periangan dengan bergerilya namun akhirnya terpaksa menyerah juga.

Pelajari Lebih Lanjut

1. Kajian tentang VOC dan penguasa wilayah Banten Pangeran Jayawikarta bisa coba cek brainly.co.id/tugas/22621099

2. Kajian tentang kebijakan Sultan Ageng Tirtayasa untuk memajukan Banten bisa coba cek brainly.co.id/tugas/18678494

3. Kajian tentang ekspansi pertama voc pada tahun 1605 bisa coba cek brainly.co.id/tugas/16802895

Detail Jawaban

Kelas : 11

Mata Pelajaran : Sejarah

Bab 1 : Bangsa Eropa di Indonesia

Kode : 11.3.2001

Kata Kunci : Kerajaan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa, VOC.

Video yang berhubungan