Lihat Foto Show
Pengertian piramida jumlahDilansir dari Lumen Learning, piramida ekologi pertama kali digagas oleh Charles Elton pada tahun 1927 untuk memvisualisasikan suatu ekosistem. Piramida jumlah adalah piramida ekologi yang menggambarkan jumlah spesies dalam tingkatan trofik rantai makanan. Artinya, piramida jumlah menunjukkan jumlah produsen, konsumen primer, konsumen sekunder, dan konsumen tersier dalam suatu rantai makanan. Baca juga: Piramida Biomassa: Pengertian dan Contohnya Dilansir dari BBC, piramida jumlah tidak selalu memiliki bentuk yang teratur karena tidak memperhitungkan biomassa maupun aliran energi dalam suatu ekosistem. Piramida jumlah hanya memperhitungkan angka keberadaan organisme. Misalnya, piramida jumlah dapat berbentuk piramida tegak ataupun berbentuk piramida jumlah terbalik. Untuk memahami kemungkinan bentuk-bentuk piramida jumlah, berikut adalah contoh piramida jumlah! Contoh piramida jumlah 1
Lihat Foto Gambar di atas menunjukkan ekosistem piramida jumlah pada ekosistem padang rumput. Terlihat bahwa rumput memiliki jumlah sekitar 1,5 juta individu dan berperan sebagai produsen yang menyediakan makan bagi sekitar 200 ribu serangga herbivora. Selanjutnya, serangga herbivora dimakan oleh konsumen sekunder, yaitu sekitar 90 ribu serangga predator. Dan di puncak trofik terdapat seekor burung sebagai konsumen tersier. Baca juga: Aliran Energi pada Rantai Makanan Contoh piramida jumlah 2
Lihat Foto Gambar di atas adalah contoh piramida jumlah ekosistem hutan. Pada gambar terlihat, bahwa piramida tidak terbentuk secara sempurna. Produsen dalam ekosistem tersebut adalah pohon yang hanya berjumlah 200 batang. Piramida ekologi adalah gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap trofik. Susunan trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik yang secara umum memperlihatkan bangun kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi untuk menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama diduduki produsen sbg dasar dari piramida ekologi, kemudian konsumen primer, sekunder, tersier sampai konsumen puncak.[1][2] Ketika organisme autotrof (produsen) dimakan oleh herbivora (konsumen I), maka energi yang tersimpan dalam produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh konsumen I (pemakannya) dan konsumen II akan memperoleh energi dari memakan konsumen I, dst-nya. Setiap tingkatan pada rantai makanan itu disebut taraf trofi. Benar beberapa tingkatan taraf trofi pada rantai makan sbg berikut.[3]
Di dalam rantai makanan tersebut, tak seluruh energi dapat dimanfaatkan, tetapi hanya beberapa yang mengalami perpindahan dari satu organisme ke organisme lainnya, karena dalam ronde transformasi dari organisme satu ke organisme yang lain benar beberapa energi yang terlepas dan tak dapat dimanfaatkan. Misalnya, tumbuhan hijau sbg produsen menguasai taraf trofi pertama yang hanya menggunakan sekitar 1% dari seluruh energi sinar matahari yang jatuh di permukaan bumi melewati fotosintesis yang diubah menjadi zat organik.[3] Jika tumbuhan hijau dimakan organisme lain (konsumen primer), maka hanya 10% energi yang berasal dari tumbuhan hijau dimanfaatkan oleh organisme itu untuk pertumbuhannya dan sisanya terdegradasi dalam bangun panas terbuang ke atmosfer. Selama adanya produsen dan konsumen-konsumen tetap membentuk piramida, maka keseimbangan dunia dalam ekosistem akan terpelihara.[3] Macam-macam piramida ekologi
Lihat juga
Pustaka
edunitas.com Page 2Piramida ekologi adalah gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap trofik. Susunan trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik yang secara umum memperlihatkan bangun kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi untuk menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama diduduki produsen sbg dasar dari piramida ekologi, kemudian konsumen primer, sekunder, tersier sampai konsumen puncak.[1][2] Ketika organisme autotrof (produsen) dimakan oleh herbivora (konsumen I), maka energi yang tersimpan dalam produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh konsumen I (pemakannya) dan konsumen II akan memperoleh energi dari memakan konsumen I, dst-nya. Setiap tingkatan pada rantai makanan itu disebut taraf trofi. Benar beberapa tingkatan taraf trofi pada rantai makan sbg berikut.[3]
Di dalam rantai makanan tersebut, tak seluruh energi dapat dimanfaatkan, tetapi hanya beberapa yang mengalami perpindahan dari satu organisme ke organisme lainnya, karena dalam ronde transformasi dari organisme satu ke organisme yang lain benar beberapa energi yang terlepas dan tak dapat dimanfaatkan. Misalnya, tumbuhan hijau sbg produsen menguasai taraf trofi pertama yang hanya menggunakan sekitar 1% dari seluruh energi sinar matahari yang jatuh di permukaan bumi melewati fotosintesis yang diubah menjadi zat organik.[3] Jika tumbuhan hijau dimakan organisme lain (konsumen primer), maka hanya 10% energi yang berasal dari tumbuhan hijau dimanfaatkan oleh organisme itu untuk pertumbuhannya dan sisanya terdegradasi dalam bangun panas terbuang ke atmosfer. Selama adanya produsen dan konsumen-konsumen tetap membentuk piramida, maka keseimbangan dunia dalam ekosistem akan terpelihara.[3] Macam-macam piramida ekologi
Lihat juga
Pustaka
edunitas.com Page 3Piramida ekologi adalah gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap trofik. Susunan trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik yang secara umum memperlihatkan bangun kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi untuk menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama diduduki produsen sbg dasar dari piramida ekologi, kemudian konsumen primer, sekunder, tersier sampai konsumen puncak.[1][2] Ketika organisme autotrof (produsen) dimakan oleh herbivora (konsumen I), maka energi yang tersimpan dalam produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh konsumen I (pemakannya) dan konsumen II akan memperoleh energi dari memakan konsumen I, dst-nya. Setiap tingkatan pada rantai makanan itu disebut taraf trofi. Benar beberapa tingkatan taraf trofi pada rantai makan sbg berikut.[3]
Di dalam rantai makanan tersebut, tak seluruh energi dapat dimanfaatkan, tetapi hanya beberapa yang mengalami perpindahan dari satu organisme ke organisme lainnya, karena dalam ronde transformasi dari organisme satu ke organisme yang lain benar beberapa energi yang terlepas dan tak dapat dimanfaatkan. Misalnya, tumbuhan hijau sbg produsen menguasai taraf trofi pertama yang hanya menggunakan sekitar 1% dari seluruh energi sinar matahari yang jatuh di permukaan bumi melewati fotosintesis yang diubah menjadi zat organik.[3] Jika tumbuhan hijau dimakan organisme lain (konsumen primer), maka hanya 10% energi yang berasal dari tumbuhan hijau dimanfaatkan oleh organisme itu untuk pertumbuhannya dan sisanya terdegradasi dalam bangun panas terbuang ke atmosfer. Selama adanya produsen dan konsumen-konsumen tetap membentuk piramida, maka keseimbangan dunia dalam ekosistem akan terpelihara.[3] Macam-macam piramida ekologi
Lihat juga
Pustaka
edunitas.com Page 4Standar simbol racun Uni Eropa menurut Directive 67/548/EEC. Tengkorak dan tulang sudah lama menjadi standar simbol racun. Toksin (dari bahasa Yunani Lawas: τοξικόν) adalah suatu zat beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup,[1][2] kecuali zat hasil pekerjaan manusia yang dibuat melewati proses artifisial. Kata ini pertama dipakai oleh kimiawan organik Ludwig Brieger (1849–1919).[3] Sbg zat beracun yang tak diproduksi di dalam organisme hidup, "toksikan" dan "toksik" sering dipakai. Toksin bisa berupa molekul kecil, peptida, atau protein yang bisa membuat penyakit melewati sentuhan atau serapan oleh jaringan tubuh yang berinteraksi dengan makromolekul biologis, seperti enzim atau reseptor seluler. Toksin benar tingkat merusak yang sangat beragam, mulai dari kecil dan akut (misalnya sengat lebah) sampai mematikan (misalnya toksin botulinum). Lihat pula
ReferensiPranala luaredunitas.com Page 5Standar simbol racun Uni Eropa menurut Directive 67/548/EEC. Tengkorak dan tulang sudah lama menjadi standar simbol racun. Toksin (dari bahasa Yunani Lawas: τοξικόν) adalah suatu zat beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup,[1][2] kecuali zat hasil pekerjaan manusia yang dibuat melewati proses artifisial. Kata ini pertama dipakai oleh kimiawan organik Ludwig Brieger (1849–1919).[3] Sbg zat beracun yang tak diproduksi di dalam organisme hidup, "toksikan" dan "toksik" sering dipakai. Toksin bisa berupa molekul kecil, peptida, atau protein yang bisa membuat penyakit melewati sentuhan atau serapan oleh jaringan tubuh yang berinteraksi dengan makromolekul biologis, seperti enzim atau reseptor seluler. Toksin benar tingkat merusak yang sangat beragam, mulai dari kecil dan akut (misalnya sengat lebah) sampai mematikan (misalnya toksin botulinum). Lihat pula
ReferensiPranala luaredunitas.com Page 6Standar simbol racun Uni Eropa menurut Directive 67/548/EEC. Tengkorak dan tulang sudah lama menjadi standar simbol racun. Toksin (dari bahasa Yunani Lawas: τοξικόν) adalah suatu zat beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup,[1][2] kecuali zat hasil pekerjaan manusia yang dibuat melewati proses artifisial. Kata ini pertama dipakai oleh kimiawan organik Ludwig Brieger (1849–1919).[3] Sbg zat beracun yang tak diproduksi di dalam organisme hidup, "toksikan" dan "toksik" sering dipakai. Toksin bisa berupa molekul kecil, peptida, atau protein yang bisa membuat penyakit melewati sentuhan atau serapan oleh jaringan tubuh yang berinteraksi dengan makromolekul biologis, seperti enzim atau reseptor seluler. Toksin benar tingkat merusak yang sangat beragam, mulai dari kecil dan akut (misalnya sengat lebah) sampai mematikan (misalnya toksin botulinum). Lihat pula
ReferensiPranala luaredunitas.com Page 7Standar simbol racun Uni Eropa menurut Directive 67/548/EEC. Tengkorak dan tulang sudah lama menjadi standar simbol racun. Toksin (dari bahasa Yunani Lawas: τοξικόν) adalah suatu zat beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup,[1][2] kecuali zat hasil pekerjaan manusia yang dibuat melewati proses artifisial. Kata ini pertama dipakai oleh kimiawan organik Ludwig Brieger (1849–1919).[3] Sbg zat beracun yang tak diproduksi di dalam organisme hidup, "toksikan" dan "toksik" sering dipakai. Toksin bisa berupa molekul kecil, peptida, atau protein yang bisa membuat penyakit melewati sentuhan atau serapan oleh jaringan tubuh yang berinteraksi dengan makromolekul biologis, seperti enzim atau reseptor seluler. Toksin benar tingkat merusak yang sangat beragam, mulai dari kecil dan akut (misalnya sengat lebah) sampai mematikan (misalnya toksin botulinum). Lihat pula
ReferensiPranala luaredunitas.com |