Apakah film yo wis ben termasuk komunikasi tradisional

Merdeka.com, Malang - Film dapat menjadi alat untuk mempertahankan budaya asli sebuah daerah. Sayangnya, hingga saat ini jumlah film yang mengangkat budaya, termasuk menggunakan bahasa daerah masih bisa dihitung jari. Para pelaku perfilman sulit keluar dari zona nyaman untuk melahirkaansebuah karya yang berbeda.

"Kalau sekarang di Indonesia lagi ada film ramai satu, misal horor, semua bikin horor. Dulu cinta-cintaan ramai, semua bikin cinta-cintaan. Ini soalnya mereka gak bisa keluar dari zona nyaman. Jadi mereka bikin film yang di lingkaran-lingkaran itu saja,” ujar Bayu Skak, Produser dan Youtuber pada Movie Talk bertemakan Film Indonesia: Antara Idealisme dan Industri di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (18/9).

Bayu menguraikan, negara maju seperti Amerika dan New Zealand berbeda ketentuan penayangan film di bioskop. Pemutaran bioskop Indonesia masih dipegang sepenuhnya oleh para pemilik bioskop tersebut.

"Jadi orang yang punya bioskop itu adalah dewa. Kalau di New Zealand atau Amerika yang nge-gong-in itu pemerintah. Pemerintah yang nonton dulu, misal ini Pusbangnya. Jadi kalau ini deal semua, bioskop-bioskop siap menanyangkan,” tambah Bayu.

Bayu yang berhasil menelurkan film bahasa Jawa, Yowes Ben menyampaikan, perjuangan untuk mengangkat bahasa daerah perlu terus dijalankan. Hanya tekad kuat saja yang dapat memproduksi film berbahasa Jawa logat Malangan di tengah kondisi pasar film yang belum tentu menerima.

Film Yowes Ben sebagai film pertama berbahasa Jawa akhirnya tayang di bioskop di seluruh Indonesia. Salah satunya juga mendapat apresiasi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy.

“Pak Menteri menyimpulkan bahwa ini bagus agar ke depan orang-orang menggunakan bahasa daerah disetiap karya filmya. Kita bisa berguru ke tetangga kita India. Di sana itu setiap tahunnya film terus diproduksi. Bollywood, 20 persennya bahasa nasional, 80 persennya bahasa daerah. Ini kan tidak apa, yang penting ada subtitlenya,” urai Bayu.

Ketua Prodi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politi (FISIP) UMM, M. Himawan Sutanto menjelaskan, Indonesia menjadi negara yang masih minim menggunakan bahasa daerah pada berbagai film produksinya.

“Jika Korea Selatan memiliki puluhan sekolah film dan India ratusan sekolah film, Indonesia yang masih jarang. Kami berharap teman-teman, utamanya dari luar Jawa dan dari pulau-pulau yang terpinggirkan bisa mengembangkan film yang sifatnya lebih lokal, kuat dan matang,” katanya.
Sementara Rudy Satrio Lelono seorang Praktisi Media dan Film menyampaikan, hingga saat ini dunia perfilman Indonesia maupun pemerintah terkait, tidak pernah melakukan riset khusus tentang film yang dikeluarkan di pasaran.

Padahal jika penonton ini diriset dengan jelas, para produser atau sutradara akan lebih mudah menentukan langkah untuk membuat yang selanjutnya. Meski demikian Rudi menekankankan pada para seniman film untuk mempertahankan keaslian karya yang dimiliki.

“Kuncinya satu orisinalitas, kita jujur dengan ide dan karya kita,”urainya.

Kepala Sub Bidang Apresiasi dan Penghargaan Pusbangfilm Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Robert menyampaikan bahwa saat ini pihak (Kemendikbud) siap mengapresiasi karya film dari para generasi muda Indonesia.

“Dengan tangan terbuka kami akan selalu memberikan yang terbaik bagi film-film Indonesia. Silahkan jika nanti mengajukan proposal. Walaupun baru berdiri tiga tahun, kami siap terus berkembang bersama," tegasnya

Staf Khusus Bidang Komunikasi Publik Mendikbud Nasrullah menmbahkan Indonesia, khususnya Malang punya potensi besar untuk perkembangan perfilman Indonesia. Indonesia sendiri perlu kemajuan ekonomi dari industri kreatif.

“Kita juga punya budaya yang harus dikenalkan kepada dunia. Saat ini kita memang berada diantara idealisme dan industri. Kita lumayan dalam perfilman, tetapi idealisme perfilman kita masih terseok-seok," jelas Nasrullah.

Baca juga:

(rwp)

Laporan: Darmadi Sasongko

Yowis Ben merupakan film drama-komedi Indonesia yang dirilis pada 22 Februari 2018. Film ini dibintangi oleh Bayu Skak, Brandon Salim, Cut Meyriska, Joshua Suherman, serta Tutus Thomson. Disutradarai oleh Fajar Nugros dan Bayu Skak, film ini sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dan sebagian kecil menggunakan Bahasa Indonesia.

Apakah film yo wis ben termasuk komunikasi tradisional
Yowis BenSutradara

  • Fajar Nugros
  • Bayu Skak

Produser

  • Chand Parwez Servia
  • Fiaz Servia

Penulis

  • Bagus Bramanti
  • Gea Rexy

Penulis skenario

  • Bagus Bramanti
  • Gea Rexy

Penulis ceritaBayu SkakPemeran

  • Bayu Skak
  • Cut Meyriska
  • Brandon Salim
  • Joshua Suherman
  • Tutus Thomson
  • Glenca Chysara
  • Aliyah Faizah
  • Indra Wijaya
  • Arief Didu
  • Erick Estrada

Penata musikAndhika TriyadiSinematograferGoenrockPenyuntingWawan I. Wibowo

Perusahaan
produksi

Starvision Plus

Distributor

  • CatchPlay
  • Disney+ Hotstar
  • Netflix
  • Vidio
  • Viu

Tanggal rilis

  • 22 Februari 2018 (2018-02-22)

Durasi99 menitNegara
Apakah film yo wis ben termasuk komunikasi tradisional
 
indonesiaBahasa

  • Jawa
  • Indonesia

Bayu (Bayu Skak) menyukai Susan (Cut Meyriska) sejak lama. Namun karena dia merasa minder dengan keadaan dirinya yang pas-pasan, Bayu memutuskan memendam perasaan itu.

Namun hari-hari Bayu berubah sejak Susan mengirim voice chat ke ponsel Bayu, yang membuatnya kegeeran luar biasa mengira Susan memberi isyarat agar didekati. Ternyata Susan hanya memanfaatkan Bayu untuk membantunya mensuplai pecel untuk konsumsi teman-teman OSIS. Bayu bertekad mengubah dirinya menjadi lebih populer dari Roy (Indra Widjaya), pacar Susan, yang dikenal piawai sebagai gitaris band sekolah mereka,

Bayu berinisiatif membentuk band bersama Doni (Joshua Suherman) - sahabat dekatnya, Yayan (Tutus Thomson) - seorang tukang tabuh beduk sebagai drummer dan Nando (Brandon Salim) - siswa ganteng yang jago keyboard. Mereka sepakat menamakan band mereka YOWIS BEN.

Namun rupanya langkah Bayu dan teman-temannya tidak mudah. Dalam masa-masa YOWIS BEN tumbuh di dunia musik kota Malang, perlahan tapi pasti celah perpecahan antar personil YOWIS BEN mulai tampak.

Berhasilkah Bayu mempertahankan band-nya dan mendapatkan Susan? [1]

  • Bayu Skak sebagai Bayu Lukito (Bayu),
  • Brandon Salim sebagai Fernando Cheng (Nando)
  • Joshua Suherman sebagai Doni Suhermanto (Doni)
  • Tutus Thomson sebagai Muhamad Rukhiyan (Yayan)
  • Cut Meyriska sebagai Susan
  • Glenca Chysara sebagai Glenca
  • Aliyah Faizah sebagai Aliyah
  • Arief Didu sebagai Cak Jon
  • Muhadkly Acho sebagai Fajar
  • Devina Aureel sebagai Stevia
  • Ence Bagus sebagai Satpam sekolah
  • Billy Boedjanger sebagai Kepala sekolah
  • Erick Estrada sebagai Kamidi/ Tukang becak
  • Yudha Keling sebagai Penjual Pentol Cilok
  • Wayan Ixora sebagai Teman band Roy
  • Kartolo sebagai Pelanggan Warung Pecel
  • Cak Sapari sebagai Pelanggan Warung Pecel
  • Yoshua Maringka sebagai Teman band Roy
  • Erix Soekamti sebagai Juri 1
  • Sandy Pas Band sebagai Juri 2
  • Tretan Muslim sebagai Juri 3
  • Richard Oh sebagai Papa Nando
  • Ria Ricis sebagai MC Konser Musik
  • Uus sebagai Nugros
  • Rond Weasley / Muhammad Nurcahyo Romadhoni sebagai Teman band Roy
  • Indra Widjaya sebagai Roy
  • Sumaisy Djaitov Yanda sebagai Lelaki yang dikira ayahnya Susan
  • Tri Yudiman sebagai Bu Jum / Ibu Bayu
  • Yudist Ardhana sebagai MC
  • Mangan Pecel (Makan Pecel)
  • Ojo Bolos Pelajaran (Jangan Bolos Pelajaran)
  • Konco Seng Apik (Teman Baik)
  • Gak Iso Turu (Gak Bisa Tidur)

  1. ^ Jadwal film YOWIS BEN hari ini di seluruh bioskop Indonesia Diakses tanggal 2018

  • (Inggris) Yowis Ben di IMDb
 

Artikel bertopik film Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yowis_Ben&oldid=21229575"