Apa yang dilakukan allah terhadap tentara gajah

Ilustrasi burung ababil. Foto: Pixabay

Mayoritas umat Muslim pasti sudah tidak asing lagi dengan burung ababil. Ini merupakan salah satu hewan bersejarah dalam Islam yang ada dalam peristiwa yang mengiringi lahirnya Nabi Muhammad SAW, yakni momen hancurnya pasukan gajah yang hendak menyerang Ka’bah.

Nama burung ababil sendiri diabadikan dalam Al Quran surat Al Fil ayat 3 yang berbunyi:

وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ

Wa arsala 'alaihim tairan abaabiil

Artinya: "Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong."

Ayat tersebut menjelaskan bahwa burung ababil adalah pasukan yang khusus diciptakan oleh Allah SWT untuk mengalahkan rombongan pasukan gajah dari Yaman yang berniat menghancurkan Ka’bah. Lantas, bagaimana kisah lengkap burung ababil yang berperan besar dalam gagalnya penyerangan Ka’bah oleh pasukan gajah? Berikut cerita selengkapnya.

Pasukan Gajah Menyerang Ka’bah

Melalui surat Al Fil, Allah SWT mengingatkan Nabi Muhammad dan pengikutnya dengan suatu peristiwa yang menunjukkan betapa besar kekuasaan-Nya. Peristiwa itu adalah penyerbuan tentara gajah yang dipimpin oleh panglima Abrahah dari Yaman untuk menundukkan penduduk Mekah serta meruntuhkan Ka’bah.

Mengutip buku Telaga Cinta Rasulullah oleh Fuad Bawazir, alasan pasukan ini ingin menghancurkan Ka’bah yaitu karena iri dengan kemajuan masyarakat Mekah yang disebabkan adanya bangunan Ka’bah. Keberadaan Ka’bah di Mekah membuat kota ini selalu ramai dikunjungi peziarah dan menyaingi kepopuleran kuil yang dibangun Abrahah di kawasan Yaman.

Menurut tafsir dari Qur’an Kemenag, pasukan gajah bergerak menuju Ka’bah dengan membawa beberapa ekor gajah untuk menakut-nakuti. Namun, rencana pasukan gajah tersebut gagal total saat ada sekumpulan burung yang menyerang mereka secara tiba-tiba. Burung itulah yang kemudian dikenal dengan burung ababil.

Ilustrasi burung ababil. Foto: Nature TTL

Burung Ababil Memusnahkan Pasukan Gajah

Mengutip buku Rangkaian Cerita Al-Qur'an oleh Bey Arifin , burung Ababil yang dikirim Allah itu datang dalam jumlah besar. Masing-masing burung ababil membawa batu kecil yang bernama Sijjil dengan paruhnya. Kemudian, batu-batu kecil tersebut dijatuhkan tepat mengenai kepala masing-masing pasukan bergajah.

Hasilnya bukan hanya luka-luka, tetapi pasukan Abrahah dan gajah-gajahnya menjadi hancur dan lumat selumat-lumatnya, laksana rumput yang dikunyah sapi. Daging dan tulang mereka bertebaran ke mana-mana, tak ada seorang pun dari pasukan tersebut yang luput dari maut.

Munculnya burung ababil di saat penyerangan pasukan Abrahah terhadap Ka’bah merupakan salah satu bentuk kebesaran dan kekuasaan Allah. Dan itu mengajarkan kepada umat Muslim untuk tidak sepantasnya iri dan berusaha menjatuhkan orang lain. Sebab, perasaan seperti itu akan diganjar dengan dosa dan azab dari Allah sebagaimana yang dialami pasukan Abrahah melalui burung ababil.

TAFSIR JUZ AMMA (151)
 QS. al-Fil/105: 1 s/d 5

{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ (5)} [الفيل : 1-5]

TERJEMAH
(1) Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? (2) Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? (3) dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, (4) yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, (5) sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

KOSAKATA:
1.  Al-Fil  الْفِيلِ  (al-Fil/105: 1)
     Ayat pertama ini mengacu pada peristiwa “Pasukan Gajah” yang terjadi tahun 570 Masehi. Kata al-fil (jamak: fiyalah, fuyul, dan afyal) dalam bahasa Arab berarti gajah, binatang berkaki empat, besar, menyusui, berbelalai, bergading, dan bertelinga lebar, hidup bergerombol di hutan yang sudah cukup dikenal. Di beberapa kawasan, gajah digunakan sebagai kendaraan berperang di samping kuda.   Tapi di semenanjung Arab binatang ini tidak banyak dikenal.
     Dari uraian para mufasir dan sejarawan Arab dapat disimpulkan bahwa ketika itu terjadi pembunuhan besar-besaran orang-orang Nasrani oleh Zu Nuwaz, raja Himyar terakhir yang beragama Yahudi (al-Buruj/85: 4-7).    Mendengar yang demikian, raja Abisinia setelah dihubungi untuk minta bantuan segera mengirim sebuah pasukan besar dipimpin oleh dua orang pangeran, Aryat (al-Hāris) dan Abrahah sebagai wakil raja, dan pasukan ini dapat menaklukkan Yaman. Akan tetapi kemudian, terjadi percekcokan sampai pertarungan antara Aryat dengan Abrahah, yang berakhir dengan terbunuhnya Aryat. Dengan demikian, sekarang Yaman berada di tangan Abrahah sebagai wakil raja dan gubernur di Yaman. Ia membangun sebuah katedral besar Sa’an yang konon dibuat dari barang-barang mewah, pualam dibawa dari peninggalan istana Ratu Saba’ (Sheba), salib-salib dari emas dan perak, serta mimbar dari gading dan kayu hitam. Tujuannya selain untuk mengambil hati raja atas tindakannya itu, sekaligus Abrahah ingin mengubah perhatian masyarakat Arab yang setiap tahun berziarah ke Ka‘bah di Mekah, beralih ke gereja besar Sa’an itu. Karena dengan segala cara harapannya itu tak pernah terwujud, maka tak ada jalan lain Ka‘bah harus dihancurkan. Didorong oleh ambisi dan fanatisme agama, Abrahah mengerahkan dan memimpin sebuah pasukan besar disertai pasukan gajah—yang bagi orang Arab waktu itu asing sekali—menuju Mekah. Mereka hendak menghancur-kan Ka‘bah, dan dia sendiri di depan sekali di atas seekor gajah besar.
     Para mufasir beragam sekali mengomentari peristiwa ini, kendati dalam garis besarnya hampir sama. Ringkasnya, setelah Abrahah dan pasukannya memasuki kawasan Hijaz dan sudah mendekat Mekah, Abrahah mengirim pasukan berkuda sebagai kurir. Dalam perjalanan itu, mereka membawa harta suku Quraisy, di antaranya dua ratus ekor unta milik ‘Abdul Mutallib bin Hāsyim. Melihat besarnya pasukan Abrahah, Quraisy tak akan mampu mengadakan perlawanan. Abrahah mengirim seorang Himyar pengikutnya untuk menemui ‘Abdul Mutallib, pemimpin Mekah, dengan pesan bahwa mereka datang bukan untuk berperang, melainkan hanya akan menghancur-kan Ka‘bah. Pihak Mekah tidak perlu mengadakan perlawanan.
     Mendengar mereka tidak bermaksud berperang, konon ‘Abdul Mutallib pergi ke markas pasukan itu, diantar oleh utusan Abrahah, diikuti oleh anak-anaknya dan beberapa pemuka Mekah yang lain. Melihat sosok ‘Abdul Mutallib yang tegap besar dan tampan Abrahah turun dari tahtanya menyambut dengan hormat, dan duduk bersama-sama dengan tamunya itu. Menjawab pertanyaan Abrahah melalui penerjemahnya apa yang diperlukan ‘Abdul Mutallib dengan kedatangannya itu, konon dijawab bahwa dia mau meminta dua ratus ekor yang dirampas pasukannya dikembalikan. Abrahah mengatakan ia hormat dan kagum kepada ‘Abdul Mutallib ketika melihatnya, tetapi tidak demikian setelah diketahui kedatangannya hanya membicarakan dua ratus ekor unta miliknya yang dirampas anak buahnya, bukan rumah suci yang mendasari agamanya dan agama nenek moyangnya.    Kedatangannya akan menghancurkan Ka‘bah tidak disinggung sama sekali. Akan tetapi, ‘Abdul Mutallib menjawab bahwa ia pemilik unta, bukan pemilik Ka‘bah. Rumah suci itu milik Allah, dan Dia yang akan melindunginya. Abrahah berjanji akan mengembalikan unta ‘Abdul Mutallib. Konon ‘Abdul Mutallib dan beberapa pemuka Mekah kemudian menawarkan sepertiga kekayaan Tihamah untuk Abrahah asal tidak mengganggu Ka‘bah. Tetapi tawaran itu ditolak. ‘Abdul Mutallib kembali ke Mekah setelah dua ratus  untanya  dikembalikan.  ‘Abdul  Mutallib  dan para pemuka Mekah yang lain tidak perlu mengadakan perlawanan, mereka percaya bahwa Ka‘bah sudah ada yang menjaganya.
     Sesudah kembali ke Mekah, ‘Abdul Mutallib memerintahkan Bani Quraisy keluar dari kota Mekah agar tidak menjadi korban pasukan Abrahah. Sesudah itu mereka berdoa, memohon perlindungan kota Mekah, barangkali mereka memohonkan bantuan berhala-berhala.
     Setelah seluruh kota Mekah sunyi, Abrahah mengerahkan pasukannya dan sudah siap menghancurkan Ka‘bah. Dalam perhitungannya setelah itu ia akan kembali ke Yaman. Akan tetapi, pada saat itu tiba-tiba pasukannya merasa dihujani batu yang dibawa oleh kawanan burung besar. Burung itu tampaknya menyebarkan kuman-kuman wabah yang sangat mematikan berupa bisul dan letupan-letupan kulit, yang diduga sejenis campak ganas. Mereka belum tahu dan belum pernah mengalami kejadian serupa itu. Barangkali wabah itu dibawa angin dari jurusan laut. Tidak sedikit pasukan Abrahah yang binasa, dan Abrahah sendiri mati dalam perjalanan pulang ke Yaman. Versi lain mengatakan bahwa Abrahah yang sudah dalam ketakutan, melihat bencana wabah makin hari makin mengganas dan banyak anggota pasukannya yang mati, cepat-cepat ia pulang kembali dan sampai ke San‘a.          Tetapi ternyata badannya sendiri pun sudah digerogoti penyakit mematikan itu. Tidak berselang lama kemudian ia pun mati seperti anggota pasukannya yang lain.
     Peristiwa ini terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad, atau tak lebih dari dua bulan sebelum itu. Tahun itu oleh orang Mekah dicatat sebagai “Tahun Gajah,” dan diabadikan tonggak perhitungan sebelum Hijrah.

 2.  Ababil  أَبَابِيلَ  (al-Fil/105: 3)
      Ababil dalam bahasa Arab berarti ‘kelompok atau kawanan yang terpencar-pencar,” yakni kawanan yang banyak.    Dalam ayat ini, artinya kawanan burung yang beterbangan yang terpencar-pencar kian kemari. Kata ini tak punya bentuk kata tunggal dan tersirat arti kata memperbanyak.
     Suatu mukjizat diperlihatkan dalam ayat pendek ini. Dengan datangnya kawanan besar burung yang di luar dugaan, datang beterbangan dan melemparkan batu-batu yang membawa wabah menimpa pasukan Abrahah. Anggota-anggota pasukannya berlarian menyelamatkan diri setelah banyak yang mati di antara mereka. Abrahah sendiri juga terkena wabah itu dan mati.

MUNASABAH
     Pada akhir Surah al-Humazah yang lalu dijelaskan bahwa orang yang mengumpat akan disiksa dalam waktu yang panjang. Pada awal Surah al-Fil ini dijelaskan azab Allah terhadap orang yang akan menghancurkan Ka‘bah.

 TAFSIR
     (1) Dalam surah ini, Allah mengingatkan Nabi Muhammad dan pengikut-nya dengan suatu peristiwa yang menunjukkan betapa besarnya kekuasaan Allah. Peristiwa itu adalah penyerbuan tentara gajah yang dipimpin oleh panglima Abrahah dari Yaman untuk menundukkan penduduk Mekah dan
meruntuhkan Ka‘bah. Akan tetapi, Allah membinasakan mereka sebelum maksud yang jahat itu tercapai. Peristiwa Gajah adalah suatu peristiwa yang paling terkenal di kalangan bangsa Arab, sehingga peristiwa ini mereka jadikan patokan tanggal bagi peristiwa-peristiwa lainnya.
     Kesimpulan riwayatnya adalah bahwa seorang panglima perang yang berkuasa di Yaman ingin menguasai Ka‘bah dan menghancurkannya, dengan maksud melarang orang-orang Arab mengerjakan haji ke Ka‘bah. Lalu bala tentaranya bergerak menuju Ka‘bah disertai beberapa ekor gajah untuk menakut-nakuti. Ketika iring-iringan angkatan perang tersebut tiba di suatu tempat bernama Muqammas (suatu tempat yang berdekatan dengan Mekah), mereka beristirahat di sana. Panglima perang mengirim utusannya kepada penduduk Mekah untuk menyampaikan maksudnya, yaitu bukan untuk memerangi penduduk tetapi untuk menghancurkan Ka‘bah.    Penduduk Mekah menjadi ketakutan dan lari ke gunung-gunung di sekeliling Ka‘bah untuk melihat dari jauh apa yang akan terjadi dan apa yang akan dilakukan oleh panglima perang tersebut.
Dalam surah ini pula Allah menjelaskan apa yang terjadi terhadap pasukan bergajah dalam bentuk pertanyaan bahwa Muhammad tidak mengetahui keadaan yang sangat aneh dan peristiwa yang sangat dahsyat yang membuktikan kekuasaan Allah, ilmu dan hikmah-Nya yang tinggi terhadap tentara gajah yang ingin menghancurkan Ka‘bah. Kejadian itu berbeda dengan kejadian lainnya yang mempunyai sebab dan akibat.
     (2-5) Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Ia telah menggagalkan tipu muslihat mereka yang hendak menghancurkan Ka‘bah.
Allah mengungkapkan cara menggagalkan tipu daya mereka, yaitu dengan mengirimkan pasukan burung yang berbondong-bondong melempari mereka dengan batu-batu yang berasal dari tanah sehingga menjadikan mereka hancur-lebur dan daging mereka beterbangan ke mana-mana. Maka tentara gajah menjadi laksana daun-daun yang dimakan ulat.

KESIMPULAN
 1. Allah menghancurkan tentara gajah yang ingin menghancurkan Ka‘bah.
 2. Tentara tersebut binasa karena batu-batu yang dilemparkan burung yang bergerombol.
 3. Karena lemparan tersebut, mereka menjadi binasa seperti daun-daun yang dimakan ulat.

P E N U T U P
     Surah al-Fil ini menjelaskan tentang kegagalan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, karena Ka’bah dipelihara oleh Allah swt.

 InsyaaAllah besuk di lanjutkan ke Quiraisy/106: ayat 1 s/d 4 tentang       
”KEMAKMURAN DAN KETENTERAMAN HENDAKNYA MENJADIKAN ORANG BERBAKTI KEPADA ALLAH SWT”

‎والله أعلم… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

 Dinukil oleh: Alfaqir illallah Mangesti Waluyo Sedjati

 REFERENSI :
 1. Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Edisi  
       yang Disempurnakan) Juz 30,
      Departemen Agama RI,
      diterbitkan oleh: Penerbit Lentera
      Abadi, Jakarta, Dicetak oleh:
      Percetakan Ikrar Mandiriabadi,
      Jakarta, 2010
 2. Aplikasi Quran Word by Word

pastikan patuhi protokol kesehatan

(gwa-pbi).