Apa tujuan kawin menurut gereja katolik

Tujuan pernikahan Katolik menurut KHK atau Kitab Hukum Kanonik sangatlah wajib untuk dipahami terlebih dahulu oleh para pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan.

Definisi Pernikahan dalam Katolik

Pernikahan memiliki arti dalam Katolik adalah perjanjian atau foedus, yang mana antara laki-laki dan perempuan saling membentuk persekutan atau consortium dalam seluruh hidup mereka. Selain itu, menjadi sangat penting karena terdapat sifat kodrati antara keduanya yang menjelaskan tentang kesejahteraan kehidupan bersama.

Menyentil mengenai pendidikan anak kelak, arti pernikahan yang telah dilakukan dan dibaptis adalah Sakramen dihadapan Tuhan. Sebagai penentu perjalanan seseorang, pernikahan yang dijalani pun ingin bisa berjalan dengan baik bukan? Dalam KHK telah dijelaskan mengenai apa saja yang harus dijadikan tujuan saat menjalani kehidupan rumah tangga.

Perbedaaan agama katolik dan kristen dalam pernikahan, Bagi umat Katolik, dalam KHK telah tersedia semua pemahaman tentang pengertian pernikahan, sifat pernikahan, tujuan dan juga hakekat pernikahan. Pada dasarnya apa yang dibahas di KHK bertujuan agar setiap pasangan tidak salah mengambil langkah ketika akhirnya memutuskan untuk menikah.

Karena dalam ajaran agama Katolik, perceraian adalah hal yang sangat dilarang karena pernikahan adalah hal yang sakral dan harus dilakukan sekali seumur hidup. Dengan adanya panduan dari KHK, akan sangat membantu para pasangan.

Gagasan Pokok Mengenai Tujuan Pernikahan Katolik

Dalam Kitab Hukum Kanonik, terdapat lima gagasan pokok mengenai tujuan pernikahan Katolik dalam konan 1055 yang dijelaskan dengan sangat rinci dan mudah dipahami oleh para pasangan, yang memang telah memantapkan hati untuk mengikat pernikahan di gereja. Apa saja tujuan pernikahan menurut KHK? Berikut ini penjabaran jelasnya:

  1. Pernikahan adalah perjanjian antara kisah suami dan istri

Janji merupakan hal biasa yang kerap kali diucapkan oleh siapapun, tak terkecuali ketika melangsungkan prosesi pernikahan Katolik. Tentu sudah sangat sering dilihat dan didengar dalam prosesi pemberkatan, kedua mempelai mengucapkan janji perkawinan yang tak hanya dihadapan para hadirin dan imam, tapi juga dihadapan Tuhan.

Janji yang berisikan mengenai telah memilih pasangannya untuk dijadikan suami atau istri, mencintai suka dan duka, serta bersedia untuk menjadi orang tua bagi anak-anaknya kelak. Janji yang telah diucapkan tersebut pun akan menjadi penanda bahwa keduanya telah sah menjadi pasangan suami istri dan benar-benar akan menepatinya seluruh hidup.

2. Pernikahan sebagai kesepakatan untuk senasib sepenanggungan

Ketika sudah berjanji untuk menikah dengan pasangan, tentunya kita pun telah berjanji dan sepakat untuk selalu bersama menaggung apapun dalam semua aspek hidup. Terdengar sangat sederhana, tetapi dalam kenyataannya akan sangat berat untuk ditanggung karena menyangkut kebahagiaan dari kepala orang lain.

Diharapkan para pasangan pun mau terbuka dan selalu berkomunikasi mengenai hal yang kecil hingga sebesar dunia, agar segala sesuatu yang dihadapi bisa ditangani bersama-sama tanpa memberatkan satu sisi saja. Itulah kunci dari untuk sedia senasib sepenanggungan dengan pasangan saat telah melangsungkan pernikahan.

3. Pernikahan dengan tujuan kesejahteraan suami istri

Kesejahteraan pasangan suami istri, sangat berkaitan dengan yang dinamakan kebahagiaan. Tidak ada yang ingin pernikahannya hanya dihujani dengan kesedihan dan tidak menciptakan kebahagiaan secara bersama. Dalam tujuan pernikahan menurut KHK yang ketiga, suami istri sangat dianjurkan untuk menciptakan kesejahteraan secara bersama dan bukan hanya satu sisi saja yang merasakan.

Dengan adanya rasa bahagia yang ditanamkan dalam diri masing-masing, tentu akan membuat hubungan pernikahan berjalan lama dan selalu tumbuh rasa cinta yang semakin besar setiap harinya.

4. Pernikahan berjalan searah dengan pendidikan anak

Siapa yang tak menginginkan kehadiran buah hati dalam maghligai pernikahan? Tak ada yang mengingkan rasa sepi terus menghantui ketika di rumah tentunya. Ketika pada akhirnya sudah diberikan kepercayaan oleh Tuhan untuk bisa memiliki anak, tentu kita pun harus memikirkan sejak dini tentang pendidikan mereka.

Tak hanya bagaimana mereka akan hidup, tapi juga mengenai pendidikan yang bisa mewujudkan cita-citanya kelak setelah dewasa. Namun, meskipun nantinya tidak dianugerahi pun, sebagai pasangan tetap dalam penyelamatan Tuhan dengan cara saling menjaga dan mengayomi pasangan masing-masing. Jangan sampai, hanya karena alasan tak diberikan anak menjadi tujuan untuk mengakhiri pernikahan dengan bercerai.

5. Pernikahan yang telah dibaptis adalah Sakramen

Apa itu Sakramen? Sakramen merupakan tanda atau sebagai penyelamatan Tuhan yang diartikan secara umum. Melalui inilah, Tuhan mewujudkan kasih dan menjadikannya sebagai sarana penyelamatan kelak. Diharapkan, suami istri mampu saling sama-sama menyanyangi, membahagikan, dan menyempurnakan jika salah satu pasangannya memiliki kekurangan di hadapan Tuhan.

Tak ada istilahnya bahagia tanpa menghiraukan bimbingan Tuhan dan menjadi teramat sedih juga menderita karena mengikuti bimbingan dari Tuhan. Semua pengorbanan, tantangan, dan usaha tentu akan menghiasi kehidupan rumah tangga masing-masing, agar mampu mencapai sebuah kebahagiaan yang hakiki. Jangan lupa untuk selalu berdoa dan beribadah, agar Tuhan selalu berada di tengah-tengah kehidupan pernikahan untuk memberikan berkatnya.

Itulah penjelasan mengenai apa tujuan yang akan digapai dalam kehidupan pernikahan bersama pasangan menurut KHK. Apapun tujuan yang digapai, dan juga bagaimana hukum pindah agama menurut katolik harus benar-benar dimengerti ya.

Perkawinan dalam Gereja Katolik, atau juga disebut Sakramen Perkawinan, adalah "perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan hidup". Perkawinan mempunyai tiga tujuan yaitu: kesejahteraan suami-istri, kelahiran anak, dan pendidikan anak.[1]

Apa tujuan kawin menurut gereja katolik

Sakramen Perkawinan, Tujuh Sakramen, Rogier van der Weyden, c. 1445.

  • Pernyataan nulitas

  1. ^ http://www.kaj.or.id/dokumen/kursus-persiapan-perkawinan-2/hukum-gereja-mengenai-pernikahan-katolik

  • Catechism of the Catholic Church: The Sacrament of Matrimony Diarsipkan 2010-10-23 di Wayback Machine. An authoritative summary of Church teaching on marriage, including the main requirements for the celebration of the sacrament of Marriage.[pranala nonaktif]
  • Order of the Rite for Celebrating Marriage During Mass Order of a Catholic wedding during Mass, with links to official texts from the Rite of Marriage
  • Liberté plus haute… The canon law for dummies.
  • Arcanum Ensiklik Paus Leo XIII tentang Perkawinan Kristen
  •   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Moral and Canonical Aspect of Marriage". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  •   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Ritual of Marriage". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  •   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Sacrament of Marriage". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sakramen_Perkawinan_(Gereja_Katolik)&oldid=21092488"

Bersamakristus.org – Tujuan sakramen perkawinan. Perkawinan atau pernikahan menjad salah satu sakramen yang dikenal dalam ajaran Katolik. Sakramen ini menjadi tanda cinta kasih Tuhan kepada manusia.

Skaramen perkawinan dalam Katolik berarti perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama. Sakramen ini berupa upacara pemberkatan bagi pasangan yang sama-sama sudah dibaptis dan akan disempurnakan dengan persetubuhan.

Seajk saat itulah mereka menjadi satu daging dan tak terpisahkan kembali. Alkitab juga menjelaskan hubungan suami istri digambarkan sebagai ikatan cinta kasih yang tak terpisahkan antara Kristus dan orang yang percaya pada-Nya.

Kadang gereja enggan melakukan sakramen perkawinan bagi mereka yang sebelumnya sudah pernah menikah. Meski demikian di Perjanjian Lama banyak sekali praktik yang tak sesuai dengan kehendak Allah dalam hal perkawinan, yakni poligami.

Hal tersebut karena kelemahan manusaia dan bukan bagian dari rencana Allah. Di Perjanjian Baru Tuhan mengatakan karena ketegaran hari umat Israel, Musa membolehkan umatnya untuk menceraikan istrinya namun bukan seperti itu rencana Allah pada awalnya.

Sifat Pernikahan Menurut Alkitab

Ada empat sifat dasar yang harus dipenuhi dalam perkawinan, yakn monogami, tak terceraikan, tanad cita kasih Allah, dan memiliki tujuan. Perkawinan juga harus dilandari dengan prinsip kasih satu sama lain, mau membahagiakan, dan mau mengorbankan diri.

Hubungan kasih ini merupakan karunia yang ingin Tuhan berikan kepada manusia. Suami menjadi rahmat Tuhan abgi istrinya baegitu pula sebaliknya. Dari dulu sampai sekarang terjadi perubahan pandangan dalam hal tujuan perkawinan.

Pada tahun 1950-an, umat Katolik ditanamkan pengertian bahwa pernikahan memiliki dua tujuan, yakni melahirkan anak dan untuk menyatukan suami istri. Melahirkan menjadi tujuan primer dan menyatukan pasangan menjadi tujuan sekunder.

Selain iut jgua dikatakan bahwa esensi dari perniakhan adalah penyatuan. Ini yang mendasari pendangan umat Katolik mengenai tujuan pernikahan ketika itu. Lalu diterbitkan Kitab Hukum Kanoik yang baru pada tahun 1983 dan memuat tentang tujuan pernikahan Kristen.

Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen.

KHK 1055

Makna dan Tujuan Sakramen Perkawinan dalam Kristen

Paus Fransiskus juga mengeluarkan nubuatnya tentang pernikahan, yakni bahwa wanita dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama atau lebih mendalam lagi. Aspek menyatukan pasangan dalam pernikahan lebih besar daripada aspek prokresasi.

Dilihat dari sisi lain, tidak semua pasangan mendapat kesuburan dalam pernikahan yang mengakibatkan mereka tidak bisa memiliki anak. Berikut lima gagasan tentang tujuan perkawinan dalam Kitab Hukum Kanonik.

1. Perjanjian Kasih

Ketika melakukan perkawinan, suami dan istri sama-sama mengucapkan janji pernikahan yang terdiri sebagai berikut.

  • Sejak saat itu ia memilih pasangannya menjadi suami atau istri,
  • Ia berjanji untuk mencintai pasangannya dalam suka dan duka,
  • Ia berjanji pula untuk menjadi bapak/ibu yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka.

2. Kesepakatan Senasib Sepenanggungan

Mempelai bersedia untuk ada dalam suka dan duka. Mereka harus selalu mau belajar untuk terbuka satu sama lain dan saling memahami. Keterbukaan ini diperkuat dengan adanya hubungan suami istri dalam Kristen yang menggambarkan karunia cinta timabl balik.

Mereka sudah menjadi satu dagign dan mau menghadapi tantangan bersama serta saling menopang. Suami dan istri perlu untuk membagi tanggung jawab dalam rumah tangga sehingga ada keteraturan.

3. Kesejahteraan Suami Istri

Perlu untuk mendukung satu sama lain, entah dalam cita-cita atau kebahagiaan masing-mmasing. Agar pernikahan tak hambar, pasangan sebaiknya memiliki tujuan beasr dan berusaha untuk salign bersama mencapainya. Karena jika pernikahan hanya untuk kebahagiaan, mereka akan cenderung cepat bosan satu sama lain apabila tak lagi menemukan sesuatu yang menarik bagi pasangan.

4. Kelahiran dan Pendidikan Anak

Tujuan perkawinan lain adalah untuk memenuhi perntah Allah yang meminta manusia beranak cucu dan memenuhi bumi. Maka hal tersebut merujuk pada lahirnya kehidupan baru. Selain melahirkan anak, pasangan juga diharapkan bisa mendidik anak dengan baik. Hal tersebut bisa dimulai dari orangtua yang mengasihi anaknya.

Dengan demikian dia juga akan menyalurkan kasih kepada sesama. Namun orangtua jgua harus paham bagaimana cara mengasihi dengan benar. Tidak hanya memenuhi kebutuhan materi namun juga meluangkan waktu berkualitas dengan anak dan mengajarkan ke gereja sejak dini.

5. Sarana Penyelamatan Allah

Pernikahan merupaan sakramen, maka pernikahan jgua merupakan salah satu cara Tuhan untuk mewujudkan kasih dan menjadikannya sebagai pondasi serta dasar dalam segala keputusan. Supaya Tuhan senantiasa membimbing dan memperbaharui keluarga menjadi yang lebih baik.

Akhir Kata

Mungkin itu saja pembahasan mengenai tujuan sakramen perkawinan katolik. Semoga bisa menjelaskan kepada Anda tentang makna serta tujuan sakramen perkawinan dalam agama Katolik.

Baca: