Apa saja yang harus dilakukan remaja dalam menghadapi perubahan psikologi dan emosinya

Ada kalanya ia percaya sudah tak ada lagi pemecahan masalah yang bisa dicapai selain memberontak atau melakukan kenakalan remaja.

Beberapa penyebab yang membuat perkembangan emosi remaja jadi memberontak, seperti:

1. Merasa tidak aman di rumah

Anak bisa saja merasa bahwa situasi di rumah benar-benar menakutkan sehingga mengakibatkan perkembangan psikologisnya terganggu.

Hal ini bisa terjadi jika ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan verbal, fisik, psikologis, atau seksual.

2. Masalah di sekolah atau lingkungan pergaulan

Bila terjadi bullying pada remaja di sekolah tapi tidak ada sosok yang bisa membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur.

Dengan begitu, anak bisa membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh orangtua.

Hal lain yang mengakibatkan psikologis remaja terganggu adalah ketika terlibat masalah tertentu tapi ia tidak berani menganggung akibat atau hukumannya.

Maka, ia pun memilih untuk memberontak seperti lari dari rumah daripada harus menerima konsekuensi.

3. Merasa tidak dihargai

Salah satu kasus pemberontakan yang bisa mengganggu psikologi atau emosi remaja adalah anak merasa cemburu dengan kakak atau adiknya.

Ia merasa kurang dihargai dan berpikiran bahwa orangtua lebih menyayangi kakak atau adiknya.

Selain itu, anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan hukuman yang sangat berat atas kesalahannya.

Dalam kasus lainnya, anak yang merasa tidak mendapat cukup perhatian dari orangtua juga mungkin “menguji” kasih sayang orangtua dengan cara memberontak.

4. Tidak bijak menggunakan media sosial

Media sosial adalah tempat bagi sebagian besar remaja untuk mengekspresikan diri mereka, lewat kata-kata maupun foto.

Di antara semua jenis media sosial, instagram cukup mendapat banyak perhatian bagi anak remaja.

Melalui instagram, ia bisa mengunggah hasil jepretan foto terbaiknya dan mendapat feedback, berupa like atau komentar.

Namun, tidak semua mendapatkan efek positif sehingga memengaruhi perkembangan psikologi atau emosi remaja.

Ada juga yang sampai terobsesi dengan hasil selfie sehingga berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja.

Tips menghadapi kondisi emosi remaja yang tidak menentu

Kesabaran setiap orang memang ada batasnya. Namun, sebagai orangtua Anda merupakan peran penting dalam kehidupan anak termasuk pada perkembangan psikologi atau emosi remaja.

Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini untuk membangun hubungan emosional orangtua dengan anak, seperti:

1. Menjaga komunikasi dengan anak

Walaupun tidak semua, tetapi ada sebagian remaja yang cenderung acuh tak acuh terhadap orangtua.

Kadang anak merasa sudah cukup besar sehingga memperlihatkan sikap seperti tidak membutuhkan peran Anda.

Namun, tetap jaga komunikasi dengan cara apapun. Misalnya, menanyakan apa saja yang ia lakukan dan bagaimana perasaannya di hari itu.

Lalu, Anda juga bisa meluangkan waktu melakukan hal yang menyenangkan misal menonton film bersama.

Dengan begitu, lama-lama ia tahu dan berpikir bahwa secuek apa pun ia, orangtuanya tetap peduli padanya.

Menjaga komunikasi dengan anak juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya depresi pada remaja.

Anak jadi memiliki orang yang selalu bisa diajak berkeluh kesah soal apa pun yang dialaminya.

2. Saling menghargai pendapat

Di masa remaja, ada kalanya ia memiliki pandangan yang berbeda dengan Anda.

Jangan langsung menarik urat, pasalnya semakin dewasa anak Anda, pemikirannya pun akan semakin berkembang

Ketimbang berdebat kusir, coba diskusikan dan cari solusi yang menguntungkan di kedua belah pihak.

Coba dengarkan pandangan anak, begitu pun anak akan mendengarkan apa yang Anda pikirkan.

Saling mendengarkan dan menghargai pendapat akan membuat ikatan anak dan orangtua menjadi semakin erat.

3. Melibatkan anak dalam membuat peraturan

Saat hendak membuat peraturan tertentu di rumah, libatkan anak dalam diskusi.

Hal ini dimaksudkan agar anak bisa bertanggung jawab dan menaati kesepakatan yang telah dibuat.

Berikan anak pemahaman bahwa peraturan yang adil dibuat agar ia juga mempunyai kendali pada diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab.

Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.

Quiz timee Siapa sih Presiden yang ke lima? Note: No ngasal No nyontek No copas Btw selamat merayakan lebaran ya. Bagi yang melakukan. Aku sih enggak.

Bagaimana pemilik usaha perseorangan dalam mengelola usahanya​

tolong akh yaaaaaaaaaa​

1. produk yang diiklankan adalah . . . .2. berdasarkan isinya iklan tersebut termasuk jenis iklan . . . .tolong cepat dijawab sebentar lagi dikumpul ​

jelaskan serta berikan contoh apa yang dimaksud dengan teks fiksi,non fiksi,ilmia,biografi​

Mengapa apakah lingkungan hanya bermanfaat bagi manusia?mengapa?​

buatlah pertanyaan dari teks "kedatangan bangsa barat ke indonesia"dgn kata tanya "APA" dan "MENGAPA" + jawabanya! ​

apakah lingkungan?jawab kaka​

Dalam cerita , tokoh merupakan unsur......

buatlah 3 pantun perkenalan diri​

Apa saja yang harus dilakukan remaja dalam menghadapi perubahan psikologi dan emosinya

Apa saja yang harus dilakukan remaja dalam menghadapi perubahan psikologi dan emosinya
Lihat Foto

Ilustrasi emosi membaca cerita online.

KOMPAS.com - Saat ini, banyak persoalan yang dihadapi anak-anak remaja. Biasanya, permasalahan itu terjadi atas dasar ego. Tentu karena kondisi kejiwaan emosi anak remaja masih labil.

Mereka masih belum siap dengan situasi yang terjadi pada dirinya. Bisa karena yang dialami di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya.

Tak hanya itu saja, masalah yang dihadapi juga bisa dimulai dari hal-hal sepele hingga besar. Mereka akan terombang-ambing emosinya tak menentu.

Baca juga: Penting Dipahami! Ternyata Begini 3 Gaya Belajar Anak

Jika anak remaja sedang labil dan dibiarkan terus maka bisa merugikan dirinya sendiri. Lebih parahnya lagi bisa merusak masa depannya.

Apalagi dengan hadirnya teknologi dan media sosial yang makin marak bisa merugikan diri sendiri, jika tidak dibentengi dengan hal-hal yang baik.

Merangkum laman Sahabat Keluarga Kemendikbud RI, berikut ini 8 cara atasi emosi labil pada anak remaja:

1. Bentengi dengan agama

Sebagai pondasi utama ialah pendidikan agama. Dengan agama mereka mempunyai arah dan tujuan untuk melangkah. Sehingga remaja tidak salah jalan dalam hidupnya.

2. Bergaul dengan orang baik

Ketika berada di luar rumah, maka anak remaja akan bergaul dengan teman-temannya. Karena itu teman adalah cerminan diri.

Untuk melihat siapa diri kita lihatlah dari temannya. Begitupun remaja jika bergaul dengan orang baik, maka dia akan ikut menjadi baik. Begitupun sebaliknya, jika salah memilih teman, maka bisa ikut terbawa arus.

3. Wawasan diperluas

Ketika masih remaja, maka anak akan haus segala hal, segala informasi dan segala sesuatu yang baru. Karena masih bersemangat, maka remaja perlu diperluas wawasannya.

Perubahan emosional dan fisik sering terjadi selama masa pubertas. Perubahan psikologis atau emosional selama masa pubertas bermanifestasi dengan cara yang berbeda, tetapi seringkali melalui perubahan perilaku. 

Menghadapi perubahan emosional ini tidak mudah bagi remaja, tetapi mungkin juga tidak mudah bagi orang tua. Pada artikel ini akan membahas mengenai berbagai perubahan emosional yang dialami remaja selama masa pubertas dan bagaimana Anda dapat membantu mereka menghadapinya.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Apa saja yang harus dilakukan remaja dalam menghadapi perubahan psikologi dan emosinya

Mengapa perubahan emosional terjadi selama masa pubertas?

Pubertas adalah proses di mana seorang anak berkembang menjadi orang dewasa yang matang secara seksual. Masa remaja adalah periode yang digambarkan sebagai naiknya roller coaster secara emosional.

Pubertas dimulai dengan peningkatan produksi hormon, yang mengarah pada perubahan neurobiologis yang menghasilkan perubahan fisik dan psikologis. Perubahan hormon memiliki efek langsung pada perkembangan, pertumbuhan, dan fungsi otak, tulang, kulit, dan organ seks. 

Selain itu, juga dapat merangsang libido, yang merupakan salah satu pemicu emosional utama selama masa pubertas.

Perubahan emosional selama pubertas pada anak perempuan dan laki-laki

Anak perempuan mencapai usia puber sekitar 10 atau 11 tahun, sementara anak laki-laki mencapai sekitar 11 atau 12 tahun. Namun, baik anak laki-laki maupun perempuan dapat memiliki onset pubertas dini atau tertunda. Perubahan ini dapat mengubah perilaku dan interaksi mereka secara sosial dan di rumah.

Sementara perubahan biologis atau tubuh pada pria dan wanita berbeda, namun perubahan emosional dan kognitif kurang lebih sama. Perubahan-perubahan ini juga menimbulkan perubahan suasana hati, yang dialami remaja laki-laki dan perempuan. 

Anak-anak juga memiliki banyak pertanyaan dan keraguan tentang siapa mereka dan apa yang mereka alami, berkat hormon aktif yang mengendalikan tubuh dan emosi mereka.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Apa saja yang harus dilakukan remaja dalam menghadapi perubahan psikologi dan emosinya

Perubahan emosional yang dialami anak remaja Anda selama pubertas

Sebagai orang tua, Anda dapat membuat masa remaja lebih menyenangkan dan tidak membuat stres anak Anda dengan memahami apa yang dialami anak Anda selama periode itu dan bagaimana Anda dapat membantunya. 

Berikut adalah daftar perubahan emosional yang kemungkinan akan dialami anak Anda selama masa pubertas.

1. Perubahan yang terjadi karena perubahan fisik

Timbulnya masa puber memicu perkembangan organ seksual sekunder dalam tubuh. Perubahan-perubahan ini dapat secara lahiriah seperti perkembangan payudara dan lekuk pada anak perempuan, dan rambut wajah, jakun yang lebih besar, dan perubahan suara pada anak laki-laki.

  • Baik laki-laki maupun perempuan mulai bertambah berat dan mulai mengembangkan bahu yang lebih luas dan otot yang lebih kuat.
  • Anak perempuan juga mulai menstruasi dan pertumbuhan rambut kemaluan, sementara anak laki-laki memiliki penis dan testis mereka tumbuh lebih besar.
  • Perkembangan otak juga merupakan salah satu perubahan biologis paling signifikan yang terjadi selama masa pubertas.
  • Tingkat perubahan ini juga tergantung pada tingkat sekresi organ seksual utama mereka. Ini berarti bahwa beberapa anak mungkin terlalu tinggi untuk usia mereka, beberapa mungkin tidak mengembangkan rambut wajah sama sekali.
  • Jerawat juga menjadi perhatian di kalangan remaja yang mengalami pubertas.
  • Kedewasaan seksual dini bahkan dapat menyebabkan anak digoda atau diintimidasi di sekolah.

Perubahan tubuh bisa membingungkan dan menakutkan bagi seorang anak, apalagi jika mereka tidak tahu apa yang terjadi. Kurangnya kesadaran dapat membuat anak-anak Anda berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan mereka dan membuat mereka merasa malu. 

Bagaimana cara mengatasinya

Kesadaran tentang perubahan fisik yang dialami sangatlah penting untuk membantu anak-anak menghadapinya secara efisien. Penting bagi orang tua untuk berbicara dengan anak-anak mereka tentang perubahan ini saat mereka mendekati usia pubertas.

Membicarakan perubahan dan perasaan seksual bisa jadi sulit, dan bahkan canggung untuk anak-anak Anda. Perkenalkan topik secara halus dan dengan cara yang menarik perhatian mereka. Jangan mendorong mereka untuk membicarakannya, karena itu hanya akan menambah tekanan mereka.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Apa saja yang harus dilakukan remaja dalam menghadapi perubahan psikologi dan emosinya

2. Perubahan suasana hati - lonjakan emosional, serangan menangis, agresi

Perubahan suasana hati biasa terjadi di kalangan remaja. Perubahan ini disebabkan oleh perubahan hormonal dalam tubuh mereka. 

Remaja yang mengalami pubertas lebih mudah tersinggung, bersemangat dan terlalu emosional. Kemarahan adalah salah satu emosi yang remaja rasakan dengan kuat. Mengalami emosi yang berbeda dalam rentang waktu yang singkat bisa mengarah pada frustrasi, kemarahan dan sikap agresi.

Bagaimana cara mengatasinya

Kematangan emosional diperlukan untuk menjalani kehidupan yang sehat. Sebagai orang tua, adalah tanggung jawab Anda untuk membantu anak Anda menghadapi pasang surut emosi yang mereka alami.

Selalu ingat bahwa perubahan emosional ini disebabkan oleh perubahan kadar hormon. Jadi mood ekstrem yang ditampilkan anak Anda biasanya akibat dari itu dan tidak bertahan lama.

Cara terbaik untuk menghadapi perubahan suasana hati ini adalah dengan tidak bereaksi terhadapnya. Jika anak Anda membentak Anda, jangan kembali menyerang anak. Luangkan waktu sebentar untuk memikirkan apa yang mungkin mereka alami untuk berperilaku seperti itu. 

Hal ini juga memberi anak itu waktu untuk tenang.

Bicarakan tentang apa yang mereka lakukan atau katakan, tanpa menggunakan nada menuduh dan nada keras. Biarkan mereka tahu bahwa mereka selalu dapat berbicara dengan Anda jika mereka merasa kewalahan atau bingung.

3. Krisis identitas- sadar tentang diri

Selama masa remaja, anak-anak mulai mengalami perasaan dan emosi baru selama masa pubertas. Mereka menjadi sadar akan perubahan dalam tubuh mereka. Ini terutama berlaku untuk anak perempuan yang berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki. 

Remaja mencoba untuk mengetahui apa yang mereka sukai dan tidak sukai. Ini adalah waktu untuk bereksperimen dan mengalami hal-hal yang berbeda untuk mengenal diri mereka lebih baik dan memahami apa yang membuat mereka unik. 

Upaya untuk mencari tahu siapa mereka juga merupakan hasil dari tekanan untuk menyesuaikan diri. 

Bagaimana cara mengatasinya

Pada tahap ini, anak remaja Anda membutuhkan panutan yang bisa mereka perhatikan untuk pertumbuhan pribadi. Jika Anda memiliki hubungan yang baik dengan anak Anda, anak mungkin ingin menjadi seperti Anda dan mendapat nasihat dari Anda. 

Namun, jika anak Anda memberontak, mereka mungkin mencari model peran di luar, dan itu merupakan hal yang normal.

Meskipun demikian, penting bagi Anda untuk jeli dan sadar akan pilihan dan sikap mereka dan menawarkan bimbingan bila perlu.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Terima kasih atas saran dan masukannya! Kami akan meningkatkan kualitas layanan kami agar lebih bermanfaat.