Apa maksud 4-ketetanggan dan 8-ketetanggan dalam pengolahan citra

OPERASI
KETETANGGAAN PIKSEL
STMIK PPKIA Pradnya Paramita
Sigit Setyowibowo, ST., MMSI

Pengertian Operasi Ketetanggaan Piksel
■ Operasi ketetanggaan piksel adalah operasi pengolahan cit
ra untuk mendapatkan nilai suatu piksel yang melibatkan ni
lai piksel-piksel tetangganya

Operasi ketetanggaan piksel.
Sejumlah tetangga menentukan nilai sebuah piksel

Pengertian Ketetanggaan Piksel
■ Ketetanggaan piksel yang umum dipakai adalah 4-ketetang
gaan dan 8-ketetanggan

Pada 4-ketetanggan, T1, T2, T3, dan T4 merupakan
tetangga terdekat piksel P. Pada 8-ketetanggan,
tetangga piksel P yaitu piksel-piksel yang berada
di sekitar P. Totalnya sebanyak 8 buah. Bila P


mempunyai koordinat (b, k) dengan b baris dan k
kolom, hubungan piksel tetangga terhadap P se-


4-ketetanggaan
Pada





Pada 8-ketetanggaan

Aplikasi Ketetanggaan Piksel pada Filter
■ Sebagai filter atau tapis, operasi ketetanggaan piksel berfu
ngsi untuk menyaring atau paling tidak mengurangi gangg
uan atau penyimpangan pada citra
■ Ada tiga jenis filter yang menggunakan operasi ketetangga
an piksel yang akan dibahas sebagai pengantar pada bab i
ni. Ketiga filter tersebut adalah filter batas, filter pererataa


n, dan filter median

Filter Batas
■ Filter batas adalah filter yang dikemukakan dalam D
avies (1990). Idenya adalah mencegah piksel yang i
ntensitasnya di luar intensitas piksel-piksel tetangga

ALGORITMA 4.1 – Menghitung piksel dengan filter
batas
Masukan:
 f(y, x) : Piksel pada posisi (y, x)
Keluaran:
 g(y, x) : Nilai intensitas untuk piksel pada citra g
pada posisi (y, x)

1. Carilah nilai intensitas terkecil pada tetangga f(y, x)
dengan menggunakan 8-ketetanggan dan simpan
pada minInt.
2. Carilah nilai intensitas terbesar pada tetangga f(y,
x) dengan menggunakan 8-ketetanggan dan simpan


pada maksInt.
3. IF f(y, x) < minInt
g(y, x)  minInt
ELSE
IF f(y. x) > maksInt
g(y, x)  maksInt
ELSE
g(y, x)  f(y, x)
END-IF
END-IF

Contoh piksel dan tetangga

Berdasarkan keadaan tersebut,
• minInt = minimum(5, 7, 7, 5, 4, 6, 7, 8) = 4;
• maksInt = maksimum(5, 7, 7, 5, 4, 6, 7, 8) = 8;
• mengingat f(y, x) bernilai 9 dan lebih besar daripada 8
(maksInt) maka g(y, x) bernilai 8;
• seandainya f(y, x) pada keadaan di atas bernilai 2 (bukan
9), g(y,x) akan bernilai 4.



Program : filbatas.m
% FILBATAS Melakukan operasi ketetanggan piksel
%

menggunakan filter batas

F = imread('c:\Image\mobil.tif');
Ukuran = size(F);
tinggi = Ukuran(1);
lebar = Ukuran(2);
G = F;
for baris=2 : tinggi-1
for kolom=2 : lebar-1
minPiksel = min([F(baris-1, kolom-1)
F(baris-1, kolom) F(baris, kolom+1)
F(baris, kolom-1)

...
...



...

F(baris, kolom+1) F(baris+1, kolom-1) ...
F(baris+1, kolom) F(baris+1, kolom+1)]);

maksPiksel = min([F(baris-1, kolom-1)
...
F(baris-1, kolom) F(baris, kolom+1) ...
F(baris, kolom-1)
...
F(baris, kolom+1) F(baris+1, kolom-1) ...
F(baris+1, kolom) F(baris+1, kolom+1)]);
if F(baris, kolom) < minPiksel
G(baris, kolom) = minPiksel;
else
if F(baris, kolom) > maksPiksel
G(baris, kolom) = maksPiksel;
else
G(baris, kolom) = F(baris, kolom);


end
end
end
end

figure(1);
imshow(G);
clear;

■ Perlu diketahui, pemrosesan hanya dilakukan selain baris p
ertama, baris terakhir, kolom pertama, dan kolom terakhir.
Keempat area tersebut tidak diproses karena tidak mempu
nyai tetangga yang lengkap (sebanyak 8).

Efek filter batas terhadap citra yang mengadung
derau


Filter


Pererataan
■ Filter pererataan (Costa dan Cesar, 2001) dilakukan
dengan menggunakan rumus:


Pada

contoh di atas, yang diarsir (yaitu
yang bernilai 68) merupakan nilai pada f(y,
x). Nilai rerata pengganti untuk g(y, x) dihitung dengan cara seperti berikut:

g(y, x) = 1/9 x
(65+50+55+76+68+60+60+60+62) =
61,7778

Jadi, nilai 68 pada f(y, x) diubah menjadi 62
pada g(y, x).

Program : pemerataan.m


% PEMERATAAN Melakukan operasi dengan filter pererataan
F = imread('C:\Image\mobil.tif');
[tinggi, lebar] = size(F);

F2 = double(F);
for baris=2 : tinggi-1
for kolom=2 : lebar-1
jum = F2(baris-1, kolom-1)+ ...
F2(baris-1, kolom) + F2(baris-1, kolom-1) + F2(baris, kolom-1) +
...
F2(baris, kolom) + F2(baris, kolom+1) + F2(baris+1, kolom-1) + ...
F2(baris+1, kolom) + F2(baris+1, kolom+1);
G(baris, kolom) = uint8(1/9 * jum);
end
end
figure(1); imshow(G);
clear;

■ Pada program di atas baris dan kolom yang terletak
di pinggir citra tidak ikut diproses.


■ Dibandingkan dengan filter batas, hasil pemrosesan
filter pererataan tidak menghilangkan bintik-bintik
putih pada citra mobil, tetapi hanya agak menyama
rkan. Pada citra boneka2.png, derau lebih dihaluska
n

Filter
Median


■ Filter median sangat populer dalam pengolahan citr
a. Filter ini dapat dipakai untuk menghilangkan derau
bintik-bintik. Nilai yang lebih baik digunakan untuk s
uatu piksel ditentukan oleh nilai median dari setiap p
iksel dan kedelapan piksel tetangga pada 8-ketetang
gaan. Secara matematis, filter dapat dinotasikan sep
erti berikut:

Gambaran operasi penggunaa
n filter median



Pada contoh di atas terlihat bahwa untuk mendapatka
n median, diperlukan pengurutan (sorting) terlebih dul
u

Program : filmedian.m
% FILMEDIAN Melakukan operasi dengan filter median
F = imread('C:\Image\mobil.tif');
[tinggi, lebar] = size(F);
for baris=2 : tinggi-1
for kolom=2 : lebar-1
data = [F(baris-1, kolom-1) F(baris-1, kolom) ...
F(baris-1, kolom+1) F(baris, kolom-1) ...
F(baris, kolom) F(baris, kolom+1) ...
F(baris+1, kolom-1) F(baris+1, kolom) ...
F(baris+1, kolom+1)];

% Urutkan
for i=1 : 8
for j=i+1 : 9


if data(i) > data(j)
tmp = data(i);
data(i) = data(j);
data(j) = tmp;
end
end
end
% Ambil nilai median
G(baris, kolom) = data(5);
end
end
figure(1); imshow(G);
clear;

Hasilnya terlihat bahwa derau dapat dihilangkan, tetapi
detail pada citra tetap dipertahankan. Namun, hal ini
tentu saja didapat dengan tambahan beban komputasi
“pengurutan”.

Pengertian Konvolusi
■ Konvolusi pada citra sering disebut sebagai konvolusi
dua-dimensi (konvolusi 2D).
■ Konvolusi 2D didefinisikan sebagai proses untuk mem
peroleh suatu piksel didasarkan pada nilai piksel itu s
endiri dan tetangganya, dengan melibatkan suatu ma
triks yang disebut kernel yang merepresentasikan pe
mbobotan. Wujud kernel umumnya bujur sangkar, tet
api dapat pula berbentuk persegi panjang

Contoh kernel untuk konvolusi berukura
n 3 x 3 dan m x n

■ Operasi ini dilakukan dengan menumpangkan suatu
jendela (kernel) yang berisi angka-angka pengali pa
da setiap piksel yang ditimpali. Kemudian, nilai rerat
a diambil dari hasil-hasil kali tersebut. Khusus bila a
ngka-angka pengali tersebut semua adalah 1, hasil
yang didapat sama saja dengan filter pererataan.
■ Pada pelaksanaan konvolusi, kernel digeser sepanja
ng baris dan kolom dalam citra (lihat Gambar ) sehin
gga diperoleh nilai yang baru pada citra keluaran

Konvolusi dilakukan dengan melakukan
proses
di sepanjang kolom dan baris pada citra

Bagaimana
konvolusi dilakukan? Prosesnya dirumuskan sebagai berikut:





Dalam hal ini,
■ m2 adalah separuh dari tinggi kernel (m2 = floor(m/2)),
■ n2 adalah separuh dari lebar kernel (n2 = floor(n/2)),
■ floor menyatakan pembulatan ke bawah, dan
■ h menyatakan kernel, dengan indeks dimulai dari 1.

Ilustrasi konvolusi dijelaskan melalui contoh
misalkan citra f(x,y) yang berukuran 5 x 5 dan sebuah kernel
atau mask yang berukuran 3 x 3 masing-masing adalah sebagai
berikut :

■ Operasi konvulasi antara citra f(x,y) dengan kernel g(x,y), f(x,y) * g(x,y) da
pat diilustrasikan sebagai berikut :
■ 1. Tempatkan kernel pada sudut kiri atas, kemudian hitung nilai pixel pada
posisi (0,0) dari kernel :

Hasil konvulasi = 3.


Nilai ini dihitung dengan cara berikut :


(0 x 4) + (-1 x 4) + (0 x 3) + (-1 x 6) + (4 x 6) + (-1 x 5) + (0 x 5) + (-1 x
6) + (0 x 6) = 3
■ 2. Geser kernel satu pixel ke kanan, kemudian hitung nilai pixel pada posis
i (0,0) dari kernel. Hasil konvulasi = 0. nilai ini dihitung dengan cara beriku
t:
(0 x 4) + (-1 x 3) + (0 x 5) + (-1 x 6) + (4 x 5) + (-1 x 5) + (0 x 6) + (-1 x 6)
+ (0 x 6) = 0

3. Geser kernel satu pixel ke kanan, kemudian hitung nilai p
ixel pada posisi (0,0) dari
kernel. Hasil konvulasi = 2. nilai ini dihitung dengan cara b
erikut :

(0 x 3) + (-1 x 5) + (0 x 4) + (-1 x 5) + (4 x 5) + (-1 x 2) +
(0 x 6) + (-1 x 6) + (0 x 2) = 2

■ Selanjutnya geser kernel satu pixel ke bawah, lalu mulai
lagi melakukan konvolusi dari sisi kiri citra. Setiap kali ko
nvolusi, geser kernel satu pixel ke kanan.
■ Dengan cara yang sama seperti tadi, maka pixel-pixel p
ada baris ketiga dikonvolusi sehingga menghasilkan :

Hasil Konvolusi

Sebagai catatan, jika hasil konvolusi menghasilkan nilai
pixel negatif, maka nilai tersebut dijadikan 0, sebaliknya jika
hasil konvolusi menghasilkan nilai pixel lebih besar dari nilai
keabuan maksimum, maka nilai tersebut dijadikan ke nilai keabuan maksimum

ALGORITMA 4.2 – Konvolusi pada citra dengan mengabaikan bagian tepi

Masukan:
f : Citra yang akan dikonvolusi

h : kernel konvolusi

Keluaran:
g : Citra hasil konvolusi


1. m2  floor(jumlah_baris_kernel h)
2.
3.

n2  floor(jumlah_lebar_kernel h)
FOR y  m2+1 TO tinggi_citra_f – m2
FOR x n2+1 TO lebar_citra_f – n2
// Lakukan konvolusi
jum  0;
FOR p  -m2 TO m2
FOR q  -n2 TO n2

jum  jum * h(p+m2+1, q+n2+1) * f(y-p, x-p)
END-FOR
END-FOR
g2(y, x)  jum
END-FOR
END-FOR
4. // Salin posisi g2 ke g dengan membuang yang tidak dikonvolusi
5. FOR y  m2+1 TO tinggi_citra_f – m2
FOR x  n2+1 TO lebar_citra_f – n2
g(y-m2, x-n2)  g2(y, x)
END-FOR
END-FOR


■ Berdasarkan algoritma di atas, maka citra hasil akan
kehilangan sebesar:
■ 2 * m2 baris atau sama dengan jumlah baris kernel
dikurangi 1
■ 2 * n2 kolom atau sama dengan jumlah kolom kerne
l dikurangi 1
■ Baris dan kolom yang dihilangkan adalah yang bera
da di tepi citra

Program : konvolusi.m
function [G] = konvolusi(F, H)
% KONVOLUSI Melakukan konvolusi kernel H dengan citra F
%

H harus mempunyai tinggi dan lebar ganjil

%

Hasil: citra G

[tinggi_f, lebar_f] = size(F);
[tinggi_h, lebar_h] = size(H);
m2 = floor(tinggi_h/2);
n2 = floor(lebar_h/2);
F2=double(F);
for y=m2+1 : tinggi_f-m2
for x=n2+1 : lebar_f-n2
% Pelaksanaan konvolusi F(baris, kolom)
jum = 0;
for p=-m2 : m2
for q=-n2 : n2
jum = jum + H(p+m2+1,q+n2+1) * ...
F2(y-p, x-q);
end
end
G(y-m2, x-n2) = jum;

■ Contoh pemakaian fungsi konvolusi ditunjukkan berikut ini.

■ >> H = [-1 0 -1; 0 4 0; -1 0 -1]; 
■ >> F = imread(‘C:\Image\gedung.tif’); 
■ >> K = konvolusi (F, H); 

■ Pertama-tama, kernel H ditentukan melalui

■ H=[-1 0 -1; 0 4 0; -1 0 -1];

■ Kernel di atas dinamakan “Quick Mask” (Phillips, 2000) dan berguna untuk
deteksi tepi.
■ Selanjutnya, citra gedung.tif dibaca dan diletakkan di F. Lalu, konvolusi dila
ksanakan dengan memanggil fungsi konvolusi. Dengan cara seperti itu, K b
erisi hasil konvolusi citra F dan kernel H. Nilai K dapat dilihat secara sekilas
dengan mengetikkan

■ >> K

■ Nilai yang dihasilkan dengan konvolusi dapat bernilai negat
if dan bahkan dapat melebihi nilai 255. Oleh karena itu, pe
mrosesan konvolusi harus dilaksanakan dengan mengguna
kan presisi ganda (bukan bilangan bulat). Lalu, setelah sem
ua citra diproses dengan konvolusi, perlu dilakukan pengat
uran nilai piksel agar berada pada jangkauan [0, 255]. Nilai
yang kurang dari 0 diubah menjadi 0 dan yang melebihi 25
5 diubah menjadi 255. Fungsi uint8 dapat digunakan untuk
kepentingan tersebut Contoh:



>> K2 = uint8(K); 


■ Dengan cara seperti itu, nilai pada K2 berada pada jangkau
an [0, 255]. Citra K2 dapat ditampilkan dengan menggunak
an imshow

Untuk memperlihatkan hasil deteksi tepi objek, nilai-nilai piksel hasil perlu dinaikkan yaitu ditambah 127

Problem pada Konvolusi
■ Pada Algoritma 4.2, terlihat bahwa tidak semua piksel diken
ai konvolusi, yaitu baris dan kolom yang terletak di tepi citr
a. Hal ini disebabkan piksel yang berada pada tepi tidak me
miliki tetangga yang lengkap sehingga tentu saja rumus ko
nvolusi tidak berlaku pada piksel seperti itu. Gambar beriku
t menjelaskan contoh tentang hal ini. Sebagai contoh, konv
olusi tidak mungkin dilakukan pada posisi A dan B.

Ada bagian dari kernel yang tidak punya pasangan dengan
piksel

Untuk mengatasi keadaan seperti itu, terdapat beberapa solusi.

■ Abaikan piksel pada bagian tepi.
Cara ini yang dilakukan pada Algoritma 4.2. Karena pada bagian tepi citra, teta
ngga tidak lengkap maka piksel pada posisi tersebut tidak dikenai konvolusi. Se
bagai konsekuensinya, citra yang tidak mengalami konvolusi maka diisi dengan
nol atau diisi sesuai nilai pada citra asal. Alternatif lain (seperti pada contoh pr
ogram konvolusi.m), bagian yang tidak diproses tidak diikutkan dalam citra hasi
l. Akibatnya, ukuran citra hasil mengecil.
■ Buat baris tambahan pada bagian tepi.
Baris dan kolom ditambahkan pada bagian tepi sehingga proses konvolusi dapa
t dilaksanakan. Dalam hal ini, baris dan kolom baru diisi dengan nilai 0.
■ Ambil bagian yang tidak punya pasangan dengan bagian lain dari citr
a.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Dua diantara cara-cara yang
dapat digunakan dijelaskan dalam Gambar sebelumnya. Indeks melingkar dilak
sanakan dengan mengambil data pada posisi di seberang citra, sedangkan inde
ks tercermin diambilkan dari baris/kolom yang ada di dekatnya. Dua cara yang l
ain yang diilustrasikan pada Gambar berikut(Cara menangani bagian tepi ci
tra):


mengisi dengan citra pada bagian tepi (baik baris tepi ( maupun kolom te
pi);



melakukan penggulungan secara periodis.

Penentuan indeks untuk
mengambil data
untuk posisi kernel di luar area
citra

Cara menangani bagian tepi citra

ALGORITMA 4.3 – Konvolusi pada citra memakai indeks tercermin
Masukan:
f : Citra yang akan dikonvolusi

h : kernel konvolusi

Keluaran:
g(y, x) : Citra hasil konvolusi


1. m2  floor(jumlah baris kernel h)
2. n2  floor(jumlah lebar_kernel h)
3. FOR y  1 TO tinggi_citra_f
FOR x  1 TO lebar_citra_f
// Lakukan konvolusi
jum  0
FOR p  -m2 TO m2
FOR q  -n2 TO n2
// Penanganan pada x
x2  x-p
IF x2 < 1
x2  -x2 + 1
ELSE
IF x2 > lebar_citra_f
x2 2 lebar_citra_f – x2 + 1
END-IF
END-IF
// Penanganan pada y
y2  y-p
IF y2 < 1
y2  -y2 + 1
ELSE
IF y2 > tinggi_citra_f
x2  2 tinggi_citra_f – x2 + 1
END-IF
END-IF
jum  jum * h(p+m2+1, q+n2+1) * f(y2, x2)
END-FOR
END-FOR
g(y, x)  jum
END-FOR
END-FOR


Program : konvolusi2.m
function [G] = konvolusi2(F, H)
% KONVOLUSI2 Melakukan konvolusi kernel H dengan citra F
%
(Versi Algoritma 4.3)
%
H harus mempunyai tinggi dan lebar ganjil
%
Hasil: citra G

[tinggi_f, lebar_f] = size(F);
[tinggi_h, lebar_h] = size(H);
m2 = floor(tinggi_h/2);
n2 = floor(lebar_h/2);
F2=double(F);
for y=1 : tinggi_f
for x=1 : lebar_f
% Pelaksanaan konvolusi F(baris, kolom)
jum = 0;
for p=-m2 : m2
for q=-n2 : n2
% Penanganan x
x2 = x-q;
if x2 < 1
x2 = -x2 + 1;
else
if x2 > lebar_f
x2 = 2 * lebar_f - x2 + 1;
end
end
% Penanganan y
y2 = y-p;
if y2 < 1
y2 = -y2 + 1;
else
if y2 > tinggi_f
y2 = 2 * tinggi_f - y2 + 1;
end
end

jum = jum + H(p+m2+1,q+m2+1) * ...
F2(y2, x2);
end
end
G(y, x) = jum;
end
end


Pengertian Frekuensi
■ Pada citra, istilah frekuensi tidak berhubungan dengan wak
tu, melainkan berkaitan dengan keruangan atau spasial. Ol
eh karena itu, citra dikatakan memiliki frekuensi spasial. De
finisi di Wikipedia menyatakan bahwa frekuensi spasial adal
ah karakteristik sebarang struktur yang bersifat periodis se
panjang posisi dalam ruang. Frekuensi spasial adalah ukura
n seberapa sering struktur muncul berulang dalam satu sat
uan jarak.
■ Frekuensi spasial pada citra menunjukkan seberapa sering
suatu perubahan aras keabuan terjadi dari suatu posisi ke p
osisi berikutnya
■ Gambar berikut menunjukkan secara visual perbedaan ant
ara frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Pada citra berfre
kuensi tinggi, perubahan aras sering terjadi seiring dengan
pergeseran jarak

Perbedaan frekuensi rendah dan
frekuensi tinggi pada citra

Pada Gambar (a), perubahan aras keabuan terjadi sekali
saja, sedangkan pada Gambar (b) terlihat bahwa perubahan
aras keabuan sering terjadi. Itulah sebabnya, Gambar (c)
menyatakan contoh frekuensi rendah dan Gambar (d) menunjukkan contoh frekuensi tinggi

Filter Lolos-Rendah
■ Filter lolos-bawah (low-pass filter) adalah filter yang memp
unyai sifat dapat meloloskan yang berfrekuensi rendah dan
menghilangkan yang berfrekuensi tinggi. Efek filter ini me
mbuat perubahan aras keabuan menjadi lebih lembut
■ Filter ini berguna untuk menghaluskan derau atau untuk ke
pentingan interpolasi tepi objek dalam citra.

Contoh kernel untuk filter lolos-ba
wah

Apa pengaruhnya secara visual pada citra? Melalui filter lolos-rendah, hal-hal yang menyatakan frekuensi tinggi akan
diredupkan, sedangkan bagian berfrekuensi rendah hampir
tidak berubah

Program : tapis.m
function [G] = tapis(berkas, H)
% TAPIS Menerapkan filter H dengan citra F
%

H harus mempunyai tinggi dan lebar ganjil

%

Hasil: citra G

F = imread(berkas);
K = konvolusi(F, H);
G = uint8(K);
figure(1); imshow(F);
figure(2); imshow(G);
■ Contoh penguji program di atas:

>> H = [1 1 1; 1 1 1; 1 1 1] / 9;
>> tapis('C:\Image\mobil.tif', H);

Contoh penerapan konvolusi menggunakan kernel #2

Efek pemakaian tiga macam filter lolos-rendah pada b
oneka

Filter Lolos-Tinggi
Filter lolos-tinggi adalah filter yang ditujukan untuk melewatka
n frekuensi tinggi dan menghalangi yang berfrekuensi rendah.
Hal ini biasa dipakai untuk mendapatkan tepi objek dalam citr
a atau menajamkan citra

Contoh tiga kernel filter lolos-tinggi

Filter lolos-tinggi mempunyai sifat yaitu jumlah seluru
h koefisien adalah nol. Selain itu terdapat sifat sebagai
berikut (Efford, 2000).
■ Apabila dikenakan pada area dengan perubahan ar
as keabuan yang lambat (frekuensi rendah), hasil b
erupa nol atau nilai yang sangat kecil.
■ Apabila dikenakan pada area yang perubahan aras
keabuannya cepat (frekuensi tinggi), hasil konvolusi
bernilai sangat besar.

■ Jika kernel seperti berikut

Hasil pemrosesan dengan filter lolos-tinggi
pada citra boneka

Hasil pemrosesan dengan filter
lolos-tinggi
pada citra bulat

Filter High-Boost
■ Filter “high boost” (Efford, 2000) dapat digunakan untuk m
enajamkan citra melalui konvolusi. Kernel yang dapat dipak
ai adalah kernel filter lolos-tinggi dengan nilai di pusat diisi
dengan nilai yang lebih besar daripada nilai pada posisi ter
sebut untuk filter lolos-tinggi

filter high boost

Gambar berikut menunjukkan efek saat c diisi dengan 9,
10, dan 11

Efek Emboss
■ Gambar berikut menunjukkan contoh hasil embossing. Terli
hat ada penebalan garis pada arah tertentu

Kernel yang digunakan seperti berikut
Nilai negatif dan positif yang
berpasangan menentukan perubahan
kecerahan yang berefek pada
penggambaran garis gelap atau
terang

Nilai negatif pada kernel emboss menentukan arah penebalan garis. B
eberapa contoh yang dapat dicoba ditunjukkan pada gambar berikut

■ Latihan
1.

Apa maksud 4-ketetanggan dan 8-ketetanggan?

2.

Menurut pengamatan Anda, apa yang membedakan pemr
osesan berikut kalau dilihat hasilnya secara visual?
1.

Filter batas

2.

Filter pererataan

3.

Filter median

3. Terdapat kernel seperti berikut

■ Jika dikenakan pada citra yang berisi data seperti berikut,
berapa hasil pada posisi yang diarsir abu-abu?