Apa itu fungsi direktif dalam pembelajaran

Masalah yang akan dikaji pada penelitian ini difokuskan pada tuturan direktif guru bahasa Indonesia konservatif dan liberal dalam interaksi pembelajaran di kelas. Berikut paparan fokus dari penelitian ini. Pertama, bagaimana fungsi penggunaan tindak direktif guru bahasa Indonesia konservatif dan liberal dalam interaksi pembelajaran di kelas? Adapun subfokus pada fokus penelitian pertama adalah (a) bagaimana fungsi tutur requirements (perintah) dalam penggunaan tindak direktif guru bahasa Indonesia konservatif dan liberal dalam interaksi pembelajaran di kelas dan (b) bagaimana fungsi tutur prohibitives (melarang) dalam penggunaan tindak direktif guru bahasa Indonesia konservatif dan liberal dalam interaksi pembelajaran di kelas.

Fokus penelitian kedua yakni bagaimana wujud penggunaan tindak direktif pada guru bahasa Indonesia konservatif dan liberal dalam interaksi pembelajaran di kelas? Adapun subfokus pada fokus penelitian kedua adalah (a) bagaimana wujud verbal tuturan requirements (perintah) yang berupa imperatif dan nonimperatif dalam penggunaan tindak direktif guru bahasa Indonesia konservatif dan liberal dalam interaksi pembelajaran di kelas dan (b) bagaimana wujud verbal tuturan prohibitive (larangan)  yang berupa imperatif dan nonimperatif dalam penggunaan tindak direktif guru bahasa Indonesia konservatif dan liberal dalam interaksi pembelajaran di kelas. Fokus penelitian ketiga yakni mendeskripsikan strategi penggunaan tindak direktif guru bahasa Indonesia liberal dan konservatif dalam interaksi di kelas. Adapun subfokus dari fokus penelitian ketiga adalah (a) bagaimana strategi tutur requirements (perintah) langsung dan tidak langsung dalam penggunaan tindak direktif pada guru bahasa Indonesia liberal dan konservatif dalam interaksi pembelajaran di kelas dan (b) bagaimana strategi tutur prohibitive (larangan) langsung dan tidak langsung dalam penggunaan tindak direktif pada guru bahasa Indonesia liberal dan konservatif dalam interaksi pembelajaran di kelas.

Penelitian ini memunyai manfaat yang dapat dilihat dari dua aspek, yakni manfaat teoritis (ontologis) dan praktis (aksiologi).

Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya teori-teori pragmatik, tindak tutur, khususnya teori tindak tutur direktif, maupun wawasan teori ideologi. Dari segi teori pragmatik, hasil penelitian ini dapat memperkaya teori pragmatik terutama yang berkaitan dengan aspek penggunaan tindak tutur direktif guru liberal dan konservatif dalam konteks interaksi pembelajaran di kelas. Penggunaan tindak tutur direktif guru dalam interaksi kelas dipengaruhi oleh karakteristik wacana kelas, baik seperangkat situasi, peranan sosial, maupun tujuan yang diakui untuk wacana itu. Dengan mengkaji aspek pragmatik tindak tutur direktif guru bahasa Indonesia liberal dan konservatif, dapat dipahami secara utuh wujud pragmatik tindak tutur direktif guru bahasa Indonesia liberal dan konservatif.

Hasil penelitian ini juga dapat memperkaya teori-teori tindak tutur, khususnya tindak tutur direktif. Teori tindak tutur yang diperkenalkan oleh Austin (1962), yang kemudian dikembangkan oleh Searle (1969, 1976), telah membawa pengaruh cukup besar kepada orientasi kajian bahasa. Kajian bahasa yang semula hanya terfokus pada kajian struktur bahasa semata, kemudian berubah kepada kajian-kajian yang melihat fungsi bahasa. Dari segi teori tindak tutur, dapat dikemukakan bahwa hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keragaman kategori fungsi, wujud, dan strategi tindak tutur direktif guru bahasa Indonesia liberal dan konservatif.

Secara teoritis, penelitian ini juga memberikan wawasan baru mengenai penelitian tuturan direktif guru liberal dan konservatif. Penelitian ini beranjak dari teori ideologi pendidikan yang dikembangkan William O’Neil (2008). William O’Neil membagi ideologi pendidikan menjadi dua kategori umum, yakni ideologi pendidikan liberal dan ideologi pendidikan konservatif. Penelitian ini memberikan wawasan setapak lebih baru mengenai ideologi tuturan guru yang diambil dari interaksi pembelajaran kelas.

Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini paling tidak dapat dilihat dari dua hal. Pertama, dilihat dari fungsinya sebagai bahan masukan untuk pembenahan proses pembelajaran. Kedua, dilihat dari fungsinya sebagai bahan masukan bagi kegiatan penelitian berikutnya. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam membenahi kualitas pembelajaran, terutama menyangkut aspek budaya komunikasi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini berbagai manfaat karena penelitian ini termasuk penelitian awal yang mengkaji tuturan direktif guru liberal dan konservatif.

Nama Penguji dan Pembimbing

Ketua Penguji/Pembimbing 1 : Prof. Dr. Abd. Syukur Ibrahim

Penguji/Pembimbing 2            : Dr. Nurchasanah, M.Pd.

Penguji                                         : Dr. Sunoto

Penguji                                         : Dr. Roekhan

Biodata Diri

Nama                                    : Agus Purnomo A.P.

NIM                                      : 140211807666

Jur/Prodi                             : S2 Pendidikan Bahasa Indonesia UM

Tempat dan tanggal lahir : Agustus, 7 Agustus 1991

Asal Univ. S1                       : Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Etikasari, Dian. 2012. Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Kelas (Kajian Mikroetnografi terhadap Bahasa Guru). Skripsi,  Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Pembimbing:(I) Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd, (II) Dr. Yuni Pratiwi. M.Pd

Kata Kunci: tindak tutur direktif, wacana kelas, bahasa guru

Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia dalam kehidupannya. Keberadaan bahasa diharapkan dapat membantu manusia untuk memperlancar segala jenis kegiatannya. Semua profesi dan aktivitas  dilakukan oleh manusia tidak akan terlepas dari penggunaan bahasa. Salah satunya adalah guru yang menggunakan bahasa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, penggunaan bahasa merupakan realitas interaksi komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dalam kegiatan berkomunikasi tersebut harus mampu berkomunikasi dengan baik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa sehingga menjadi siswa yang aktif. Dalam mewujudkan keaktifan siswa dalam pembelajaran guru harus mampu mengelola kelas  dengan baik disertai dengan tindak berbahasa yang mampu menumbuhkan keterampilan dan semangat siswa dalam pembelajaran. Satu diantara wujud tindak bahasa yang tidak kalah penting adalah tindak tutur direktif . Tindak tutur direktif  merupakan salah satu usaha untuk memancing respon siswa agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas yang nantinya akan bermanfaat bagi siswa.

Dalam penelitian ini terkait dengan tindak tutur direktif dalam wacana kelas permasalah yang dibahas dalam penelitian ini meliputi tiga hal, yaitu (1) bagaimana bentuk tindak tutur direktif guru dalam wacana kelas, (2) bagaimana fungsi tindak tutur direktif dalam wacana kelas terkait  proses  pembelajaran, dan (3) bagaimana konteks tindak tutur direktif  dalam wacana kelas.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian mikroetnografi yang berorentasi pada teori pragmatik. Penelitian ini digunakan untuk memotret penggunaan bahasa guru dalam wacana kelas selama proses pembelajaran. Data penelitian ini berupa tuturan guru yang diindikasikan sebagai tindak tutur direktif dalam wacana kelas. Data tersebut diperoleh dari tuturan guru kelas II SDN Sumbersari 3 Malang. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu, kehadiran peneliti wajid ada selama proses penelitian (pengumpulan data). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan camera digital untuk merekam tuturan guru dan alat tulis untuk mencatat konteks peristiwa tutur. Pada pengumpulan dat, peneliti menggunakan metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap, yaitu peneliti tidak terlibat dalam interakasi komunikasi antara guru dan siswa, peneliti hanya menjadi pengamat penuh dalam penggunaan bahasa guru dalam pembelajaran di kelas.

Dari hasil penelitian tindak tutur direktif  guru dalam wacana kelas dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, bentuk tindak tutur direktif dalam wacana kelas meliputi (1) bentuk tindak tutur direktif suruhan, (2) bentuk tindak tutur direktif  memerintah, (3) bentuk tindak tutur direktif  meminta, (4) bentuk tindak tutur direktif ajakan, (5) bentuk tindak tutur direktif desakan, (6) tindak tutur direktif larangan, (7) bentuk tindak tutur direktif menyarankan, dan (8) bentuk tindak tutur direktif bujukan. Kedua, penggunaan fungsi tindak tutur direktif dalam wacana kelas, meliputi (1)  fungsi tindak tutur direktif suruhan dalam proses pembelajaran, (2) fungsi tindak tutur direktif  memerintah dalam proses pembelajaran, (3) fungsi tindak tutur direktif  meminta dalam proses pembelajaran, (4) fungsi tindak tutur direktif ajakan dalam proses pembelajaran, (5) fungsi tindak tutur direktif desakan dalam proses pembelajaran, (6) fungsi tindak tutur direktif larangan dalam proses pembelajaran, (7) fungsi tindak tutur direktif menyarankan dalam proses pembelajaran, dan (8) fungsi tindak tutur direktif bujukan dalam proses pembelajaran. Ketiga, Konteks tindak tutur direktif dalam wacana kelas ditemukan pada kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir pada pembelajaran meliputi (1) kegiatan pendahaluan terdiri dari (a) tindak tutur direktif dalam wacana kelas pada konteks menyiapkan kondisi kelas, (b) tindak tutur direktif ajakan dalam wacana kelas pada konteks apersepsi, (c) tindak tutur direkti bujukan dalam wacana kelas pada konteks menyampaikan salam dan memberikan perhatian; (2) pada konteks kegiatan inti terdiri dari (a) tindak tutur direktif suruhan  dalam wacana kelas pada konteks mengevaluasi hasil tugas, (b) tindak tutur direktif suruhan dalam wacana kelas pada konteks menjelaskan konsep materi, (c) tindak tutur direktif memerintah dalam wacana kelas pada konteks menjelaskan contoh, (d) tindak tutur direktif  meminta dalam wacana kelas pada konteks memberikan perhatian dan motivasi, (e) tindak tutur direktif ajakan dalam wacana kelas pada konteks mengevaluasi hasil latihan, (f) tindak tutur direktif desakan dalam wacana kelas pada konteks menjelaskan contoh, (g) tindak tutur direktif desakan dalam wacana kelas pada konteks menjelaskan konsep materi, (h) tindak tutur direktif larangan dalam wacana kelas pada konteks kedisiplinan, (i) tindak tutur direktif bujukan dalam wacana kelas pada konteks menjelaskan contoh, selanjutnya (3) pada kegiatan akhir ditemukan tuturan direktif, yaitu tindak tutur direktif desakan dalam wacana kelas pada konteks mengevaluasi tugas siswa.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru SD dalam memilih dan menggunakan tindak tutur direktif dalam bentuk, fungsi, dan konteks dalam pembelajaran serta guru membiasakan menggunakan bahasa yang baku dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, komunikasi antara guru dan siswa sebagai salah satu bentuk membangun komunikasi yang sehat sehingga siswa memeroleh pembelajaran yang bermakna. Selain itu, kepala sekolah dan guru mampu bekerja sama untuk merencanakan pembelajaran yang lebih baik disertai dengan kemampuan berbahasa yang baik sehingga mampu memotivisi siswa dalam pembelajarannya.