Apa balasan yang diterima oleh raja abrahah dan pasukan yang ingin menghancurkan kabah

Illustrasi Pasukan Gajah. Foto: Pixabay

Terdapat peristiwa besar sewaktu kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu penyerangan Kabah yang dilakukan oleh Raja Abrahah. Kisah Raja Abrahah ini pun secara ringkas dan padat dijelaskan dalam Alquran surat Al Fiil.

لَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَٰبِ ٱلۡفِيلِ أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ تَرۡمِيهِم بِحِجَارَةٖ مِّن سِجِّيلٖ فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِۢ

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (Q.S. Al-Fiil 105: 1-5)

Dalam Kitab Ar-Rahiqul Makhtum: Sirah Nabawiyah karya Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury diceritakan, Raja Abrahah memiliki nama lengkap Abrahah al-Asyram. Ia merupakan seorang gubernur Yaman yang berambisi ingin membangun gereja megah di Shan’a kemudian diberi nama al-Qalis. Dengan harapan dapat menjadi tempat ibadah terbesar di seluruh Arab, menyaingi Kabah di Mekah.

Kabah. Foto: Pixabay

Sebagai pusat keagamaan, kota Mekah menjadi destinasi utama yang kerap dikunjungi oleh umat Islam. Hal tersebut memberi kesempatan bagi pedagang-pedagang untuk menjajakan barangnya. Oleh karena itu juga Abrahah pun memiliki keinginan untuk mengubah pusat perdagangan tersebut ke Yaman.

Mengetahui hal tersebut, kebencian Bangsa Arab dan juga Qahthan kepada Abrahah semakin bertambah. Mereka kemudian menghancurkan gereja tersebut. Penghancuran gereja tersebut kemudian disinyalir menjadi alasan Abrahah kemudian ingin menghancurkan Kabah.

Abrahah mendatangkan tentara dari Abbesenia. Dia sendiri yang memimpin pasukan itu dengan mengendarai seekor gajah. Beberapa suku Arab yang mendengar rencana itu mencoba untuk menghalangi Abrahah.

Seorang pemimpin Arab di Yaman bernama Dzun Nafar menggalang kekuatan sukunya dan suku-suku Arab di sekitarnya untuk menghalangi tentara Abrahah. Dzu Nafar dapat dikalahkan oleh tentara Abrahah sehingga ia ditawan dan hampir dihukum mati.

Setelah itu, ia kembali meneruskan perjalanannya hingga sampai di Mughammis. Di sini Abrahah memobilisasi pasukannya, menyiagakan gajahnya dan bersiap-siap melakukan invasi ke kota Mekah.

Kabah. Foto: Pixabay

Ketika tiba di Mughammis, Abrahah mengutus Aswad bin Maqsud menuju Mekah menggunakan kuda dan merampas kekayaan orang-orang Quraisy termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muttalib. Mendengar 200 ekor untanya dirampas pasukan Abrahah, Abdul Muthalib pun beranjak menemui Abrahah.

Mendapat tamu dari pemuka Mekah, berbangga hatilah Abrahah. Dia menyangka Abdul Muthalib cemas Kabah akan dihancurkan oleh pasukan gajahnya.

Abrahah pun bertanya kepada kakek Rasulullah dengan congkak, “Apa keperluan Anda hingga datang ke mari?

Namun, jawaban Abdul Muthalib sangat di luar dugaan Abrahah.

Kembalikan 200 ekor unta milikku yang telah dirampas oleh pasukanmu,” ujar Abdul Muthalib.

Abrahah pun terheran, “Mengapa kau lebih mengkhawatirkan untamu, padahal kami datang ke sini untuk menghancurkan Ka’bah? Mengapa kau tidak mengkhawatirkan Ka’bah itu saja?” ujarnya.

Unta-unta yang kau rampas itu adalah miliku, sementara Ka’bah merupakan milik Allah. Maka, Allahlah yang akan melindunginya,” jawab Abdul Muthalib ringan. Abrahah terdiam, namun geram.

Dikembalikanlah unta-unta milik Abdul Muthalib. Saat kembali ke Makkah, Abdul Muthalib pun memperingatkan warga kota agar berlindung menyelamatkan diri.

Wahai kaumku, tinggalkanlah Makkah, berlindunglah ke bukit. Sungguh aku melihat pasukan Abrahah yang besar dan mustahil kita lawan,” seru Abdul Muthalib.

Bergegaslah warga Makkah meninggalkan kota. Sementara, Ka’bah tetap berdiri tak satu pun warga yang melindungi. “Ya Allah, kami menyelamatkan diri kami maka lindungilah rumah-Mu ini,” doa Abdul Muthalib di depan Ka’bah sebelum meninggalkan kota.

Sementara itu, pasukan Abrahah pun bergegas menuju Makkah. Hentakan kaki gajah telah membuat bulu kuduk warga Makkah merinding. Mereka berpikir, inilah hari akhir bagi Kota Makkah. Abrahah pun memerintahkan untuk menyerang. Namun, tiba-tiba gajah-gajah enggan melangkahkan kaki. Mereka hanya terdiam dan enggan untuk menyerang.

Meski telah dicambuk sang majikan, gajah-gajah itu berbalik arah dan enggan menuju Kabah. Gajah-gajah itu justru hanya berputar-putar saja di lembah Muhassir, dekat Kabah.

Abrahah geram dan terus memerintahkan pasukannya untuk mencambuk gajah-gajah itu agar menurut. Namun, pasukannya kehabisan akal dan kelelahan menangani gajah yang menurut mereka telah terlatih tersebut.

Saat kondisi seperti itu, terjadi peristiwa dahsyat yang diabadikan dalam Alquran surat Al Fiil. Yaitu datangnya rombongan burung ababil dari angkasa. Jumlahnya amat banyak dan mengerikan, setiap ekor burung membawa batu-batu panas.

Burung-burung tersebut menargetkan pasukan Abrahah kemudian melemparkan batu membara tersebut. Setiap yang terkena batu itu langsung binasa. Melihatnya, panik dan bubarlah pasukan.

Mereka berlarian mencari tempat berlindung. Namun, tak ada yang selamat, mereka binasa, bahkan sebelum menyentuhkan sedikit pun jemari ke Baitullah. Pasukan Abrahah binasa dan selamatlah Kabah. Allah selalu melindungi Kabah hingga akhir zaman.