Agar selamat di dunia dan di akhirat harus berpedoman pada

Yang mengaku umat Nabi Muhammad, harusnya mengikuti wasiat ini!

Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah menitipkan wasiat untuk umat beliau melalui para sahabat. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan pesan untuk umat Islam amalkan meski sang Rasul telah pergi ke maghfirah-Nya. Wasiat yang disampaikan sang uswatun hasanah pun bukan lain untuk menyelamatkan umatnya di dunia maupun di akhirat. Inilah sedikitnya wasiat-wasiat Rasulullah tercinta. Dikutip dari muslimadaily.com berikut 7 wasiat itu.

  1. Jagalah Allah, Maka Allah akan Menjagamu.

Rasulullah menyampaikan wasiat kepada Ibnu Abbas yang saat itu masih sangat muda. Beliau bersabda, “Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan dapati Dia di hadapanmu.” (HR. At Tirmidzi).

Makna “menjaga Allah” yakni menjaga syariat-Nya dengan menegakkan perintah-Nya sesuai batasan. Yaitu melaksanakan kewajiban tanpa melampauinya, serta meninggalkan hal yang diharamkan sekecil apapun itu. Dengan menjaga Allah, maka Allah akan menjaga orang tersebut baik dalam hal agama, keluarga, maupun hartanya, baik saat ia hidup maupun ia telah tiada.

Contoh nyata ada pada kisah Nabi Khidhir yang melakukan perjalanan bersama Nabi Musa. Di tengah jalan Nabi Khidir membetulkan sebuah tembok rumah yang hampir roboh. Ketika ditanya oleh Nabi Musa, mengapa melakukannya, ternyata Nabi Khidir menjaga harta anak yatim yang ditinggalkan ayahnya di bawah dinding yang hendak roboh tersebut.

Penjagaan tersebut dilakukan atas perintah Allah karena ayah sang anak yatim seorang yang menjaga syariat-Nya. “Adalah ayah keduanya seorang yang saleh.” (QS. Al Kahfi: 82). Meski si ayah telah meninggal, Allah masih menjaga keluarganya, Masya Allah.

  1. Kenalilah Allah Saat Lapang, Maka Allah akan Mengenali Saat Sempit.

Nabi Muhammad bersabda, “Kenalilah Allah dalam keadaan engkau lapang niscaya Dia akan mengenalimu saat engkau dalam kesempitan. Ketahuilah, apa yang telah ditetapkan luput dari mu niscaya tidak akan menimpamu dan apa yang ditetapkan menimpamu niscaya tidak akan luput darimu. Ketahuilah, pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesulitan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (HR. Ahmad dan Al Hakim).

Pada umumnya, manusia hanya dekat pada Allah saat kondisi sulit. Ketika ditimpa masalah atau hendak mengerjakan suatu kesulitan, tiba-tiba ibadah lebih giat dan lebih sungguh-sungguh. Namun begitu kesulitan itu terlewati, luntur sudah ibadah yang giat tersebut. Karena itulah Rasulullah mewasiatkan untuk terus beriman, bertakwa dan beribadah apapun kondisinya, baik senang atau sedih, susah atau lapang.

Dengannya, Allah pun akan menolong di setiap kesulitan, termasuk pertolongan saat menghadapi sakitnya kematian, serta memberikan kelancaran di setiap persoalan yang dihadapi. Ingatlah, Allah akan memberikan dan menjanjikan kemudahan setelah kesulitan yang dihadapi hamba-Nya yang dekat dengan-Nya di saat lapang maupun sempit. Siapa yang tak ingin bantuan Allah yang tak memiliki batas, di mana pun dan kapan pun.

  1. Bertaqwalah di Mana pun Kau Berada

Melalui Abu Dzar, Rasulullah menyampaikan tiga poin wasiat, beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya kebaikan akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang mulia.” (HR. At Tirmidzi).

Poin pertama yakni mengajak agar selalu bertakwa kepada-Nya di mana pun itu. Tak hanya bertakwa saat di masjid, namun juga di tempat kerja, di lingkungan tempat tinggal, bahkan di jalanan. Tak hanya saat dilihat banyak orang, namun juga bertakwa saat seorang diri. Sering kali seorang nampak saleh di mata teman, kerabat dan tetangga, namun ternyata gemar bermaksiat saat seorang diri.

  1. Ikutilah Perbuatan Buruk dengan Perbuatan Baik

Masih disebutkan dalam hadits sebelumnya, Rasulullah juga menyampaikan wasiat kepada umat beliau agar segera melakukan perbuatan baik setelah lalai melakukan perbuatan buruk. Manusia tak pernah luput dari dosa. Karena itulah Rasulullah mewasiatkan agar menghapus dosa dan kesalahan dengan amal baik.

Ibnu Mas’ud mengisahkan tentang wasiat tersebut. Suatu hari seorang pemuda mendatangi Rasulullah dan mengatakan bahwa dahulu ia pernah berbuat dosa, yakni mencium seorang wanita yang bukan halal untuknya. Ia pun mengungkap kesalahannya kepada Rasulullah dan ingin bertaubat.

Rasulullah lalu mendapat wahyu dari Allah, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114).

Pemuda itu lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah hal itu khusus bagiku?” Rasulullah menjawab, “Bagi semua orang yang mengamalkannya dari umatku.” (HR. Al Bukhari).

  1. Bergaullah dengan Akhlak Mulia

Rasulullah Sang teladan berkata, “Dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang mulia.” (HR. At Tirmidzi). Agama Islam datang melalui seorang yang paling bagus akhlaknya dan bertugas menyempurnakan akhlak manusia. Karena itulah beliau mewasiatkan umatnya untuk memiliki budi pekerti yang baik dalam bersosial, baik berteman, bertetangga, ataupun bermasyarakat.

Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik.” (QS. Al Ahzab: 21). Rasulullah juga bersabda, “Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Al Bukhari).

Lalu seperti apa akhlak yang baik itu? Ummul Mukminin Aisyah pernah ditanya seperti apa akhlak Rasulullah. beliau radiyallahu ‘anha pun menjawab, “Akhlak beliau adalah Al Qur’an.” Maksudnya, perilaku Rasulullah tidaklah keluar dari segala budi pekerti yang diajarkan kitabullah.

  1. Janganlah Engkau Marah, Maka Bagimu Surga
    Hadits datang dari Abu Hurairah, ia berkata, seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah, “Berilah wasiat kepadaku.” Rasulullah bersabda, “Janganlah engkau marah.” Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Rasulullah kembali bersabda, “Janganlah engkau marah.” (HR. Al Bukhari). Dalam riwayat lain, si pria yang meminta wasiat tersebut berkata, “(Lalu aku memikirkan wasiat Nabi tersebut), ternyata kemarahan mencakup keburukan seluruhnya.” (HR. Ahmad).

Wasiat yang disampaikan Rasulullah terus diulang berkali-kali dan lafadznya sama, “Janganlah engkau marah”. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya menahan amarah dalam ajaran Islam. Rasulullah juga bersabda, “Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Ibnu Abid Dunya).

Menahan marah pastilah sangat sulit, karena saat marah seakan emosi meluap hingga lisan dan tangan tak terkendali. Karena itulah Rasulullah memberikan tips menahan marah, “Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri hendaknya ia duduk. Jika dengan itu kemarahan menjadi hilang (itulah yang diharapkan). Jika masih belum hilang, hendaknya berbaring.” (HR. Abu Dawud).

Kalau marah, duduklah! Itu wasiat Nabi! Click To Tweet

Wasiat ini disampaikan Rasulullah ketika ditimpa sakit menjelang kematian beliau. Diriwayatkan dari Ummu Salamah, pada saat sakit yang menyebabkan kematian, Rasulullah bersabda, Sholatlah… dan (jagalah) budak sahaya kalian. Beliau ucapkan itu terus menerus hingga lisan beliau tidak bisa lagi mengucapkannya dengan fasih.” (HR. Ibnu Majah).

Di akhir usia beliau, Rasulullah mengingatkan umatnya agar selalu mendirikan shalat, dan menjaga atau tidak merendahkan budak. Meski rasa sakit yang teramat sangat menyerang tubuh mulianya, Rasulullah terus berusaha menyelamatkan umatnya agar selamat dunia dan akhirat.

Sedikitnya itulah tujuh wasiat yang pernah disampaikan Rasulullah. Ada banyak wasiat lain yang beliau sampaikan dan peringatkan karena besarnya kasih sayang sang khatimul anbiya pada umat. Wasiat-wasiat tersebut bukan lain untuk bekal para hamba Allah dalam menjalani dunia dan menghadapi akhirat kelak.

MANUSIA merupakan hamba Allah, maka sudah sewajarnya manusia mendapatkan petunjuk langsung dari-Nya dalam menjalani kehidupan ini. Untuk itu, Allah telah menurunkan Alquran sebagai pedoman dan pembimbing manusia mencapai keberhasilan di dunia dan di akhirat. "Dalam Surah Albaqarah ayat 2 Allah menegaskan, 'Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa'. Jadi, tidaklah masuk akal apabila manusia tidak berpedoman kepada Alquran. Sebab, hanya Allah yang mengetahui segalanya tentang manusia dan bumi yang diciptakan-Nya," ujar Ustaz Suhairi Ilyas dalam khotbahnya di Masjid Al Azhar, Jakarta, Kamis (23/6).

Ayat tersebut, lanjutnya, merupakan penegasan Allah bahwa Alquran merupakan sesuatu yang mutlak sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa. Alquran juga disebut sebagai alfurqon atau pemisah antara yang benar dan yang salah. "Alquran membimbing manusia pada jalan hidup yang lebih baik dan berkualitas." Manusia, lanjut Suhairi, perlu senantiasa menyadari bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Akhiratlah yang menjadi tujuan akhir. Kehidupan sejati ada di sana. Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, Allah sudah menunjukkan jalannya melalui Alquran. "Dunia dan akhirat ciptaan Allah. Allah Maha Tahu semua hal terkait dengan dunia dan akhirat. Maka, Allahlah yang paling pantas memberikan petunjuk bagaimana kita bisa mencapai keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat."

Suhairi mengungkapkan Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satunya manusia yang telah berhasil memimpin umatnya dengan waktu relatif singkat, yakni hanya kurang dari 23 tahun, tetapi beliau memimpin dengan sukses. Keberhasilan tersebut sepenuhnya karena Rasulullah berpedoman kepada Alquran. "Karena itu, pada detik-detik terakhir sebelum beliau wafat, Nabi berpesan agar kita tidak meninggalkan dua pedoman hidup. Yakni, Alquran dan sunah Nabi. Jika kita berpegang teguh pada keduanya, niscaya kita tidak akan pernah krisis dan sesat," terang Suhairi. Jika manusia tidak berpedoman pada Alquran, krisis rumah tangga, negara, dan dunia akan terjadi.

Prinsip 5M
Lebih lanjut Suhairi menjelaskan, untuk menjadikan Alquran sebagai pedoman kehidupan, manusia perlu menjalankan prinsip 5 M. Pertama, manusia harus mengimani Alquran dan meyakini bahwa Alquran itu merupakan firman Allah yang sifatnya mutlak. "Harus pula meyakini bahwa Alquran dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat." Kedua, membaca Alquran dengan tajwid yang benar, sebab arti Alquran tidak lepas dari tajwid. Kemudian yang ketiga ialah berusaha memahaminya. Keempat ialah mengamalkan semampu manusia, bukan semaunya.

Yang terakhir ialah mendakwahkan Alquran. Yakni, mengajak orang-orang untuk mengamalkan apa yang diperintahkan dalam Alquran sesuai prinsip amar maruf nahi munkar (mendorong pada kebaikan, mencegah kejahatan). "Terlebih kepada keluarga kita sendiri, kalau mengajak untuk beribadah jangan asal-asalan karena keluarga merupakan tanggung jawab kita di hadapan Allah. Tanggung jawab orangtua pada anak bukan cuma memenuhi kebutuhan pakaian, makan, dan minum, melainkan juga mengajak untuk beribadah pada Allah SWT," pungkas Suhairi. (H-3)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA