Adverbia frekuensi dalam kutipan teks editorial tersebut adalah

Tujuan Pembelajaran: Siswa memahami kaidah teks editorial.
Sebelumnya kalian sudah paham akan struktur teks editorial. Dalam materi ini, kita akan mempelajari kaidah teks editorial. Kaidah-kaidah dalam teks editorial adalah sebagai berikut.
1. Terdapat kalimat utama dalam setiap paragraf. Dalam setiap paragraf selalu ada kalimat utama. Kalimat utama adalah kalimat yang mewakili gagasan utama. Contoh pada teks berjudul Perekonomian Indonesia Memprihatinkan pada paragraf satu, Saat ini kondisi perekonomian Indonesia sedang masa memprihatinkan.
2. Menggunakan adverbial frekuensi. Adverbia frekuensi adalah kata keterangan yang menunjukkan intensitas kegiatan, seperti sering, kadang-kadang, jarang, dan kerap. Contoh, Hal ini tentu seringkali membuat pusing masyarakat.
3. Menggunakan konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi. Konjungsi ini menunjukkan urutan dari sebuah peristiwa, seperti pertama, kedua, kemudian, dan berikutnya. Contohnya, kemudian, tak lama setelah itu, imbas dari kenaikan BBM mulai terasa.
4. Menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi. Konjungsi ini menunjukkan tambahan argumen dari argumen sebelumnya, seperti bahkan, juga, selain itu, dan lagi pula, dan justru. Contohnya, Selain itu, cabai dan bawang pun ikut-ikutan naik.
5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan harapan. Konjungsi ini terdiri dua bagian kalimat. Kalimat yang pertama berisi pernyataan sedangkan kalimat kedua berisi tujuan atau harapan. Contohnya, Pemerintah mencari strategi-strategi jitu untuk mengatasi masalah ekonomi agar ekonomi Indonesai tidak semakin parah.
6. Menggunakan kata kerja material, relasional, dan mental.
Kata kerja material adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, seperti berlari, atau mencuci. Contohnya, Akibat kebijakan tersebut, masyarakat harus membeli BBM lebih mahal.
Kata kerja relasional adalah kata kerja yang mengandung pengertian A adalah B. Kata kerja ini biasanya digunakan untuk menjabarkan sebuah definisi. Contohnya, Ironi memang, Indonesia adalah negara agraris, dan dahulu terkenal dengan swasembada beras, justru bermasalah dengan harga beras. Selain itu, adapula kata kerja relasional atributif. Kata kerja relasional atributif adalah kata kerja yang menyatakan milik. A memiliki B, contoh Budi memiliki tiga buah mobil.
Kata kerja mental adalah kata kerja ini terdiri atas kata kerja yang menerangkan persepsi, afeksi, kognisi. Kata kerja persepsi adalah kata kerja yang berkaitan dengan pancaindera, contoh melihat, mendengar, mencium. Contohnya, Pemerintah harus melihat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia secara real. Sedangkan kata kerja afeksi adalah kata kerja yang berkaitan dengan perasaan psikologis seseorang,seperti marah, sedih, khawatir, dan senang. Contohnya, masyarakat Indonesia khawatir dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Selain itu, ada pula kata kerja kognisi. Kata kerja kognisi adalah kata kerja yang berkaitan dengan proses memahami sesuatu, seperti berpikir, mengerti, dan memahami. Contohnya, Saya memahami bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini dipengaruhi oleh merosotnya nilai tukar rupiah.

7. Kaya akan kosakata. Dalam teks editorial/opini biasanya banyak dijumpai kata-kata yang jarang digunakan dalam keseharian, seperti dianalogikan, subsidi, imbas, dan kewirausahaan.

Perekonomian Indonesia Memprihatinkan
(1) Saat ini kondisi perekonomian Indonesia sedang masa memprihatinkan. Mungkin jika dapat dianalogikan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang dalam keadaan lampu merah (warning). Akibatnya kehidupan masyarakat kelas bawah yang pas-pasan semakin menjadi korban. Mereka tidak kuasa menghadapi kenyataan ekonomi yang kian pahit saja. (2) Di awali dengan mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada masa awal pemerintahan baru. Akibat kebijakan tersebut, masyarakat harus membeli BBM lebih mahal. Kemudian, tak lama setelah itu, imbas dari kenaikan BBM mulai terasa. Harga-harga bahan makanan semakin melambung tinggi. Beras contohnya, harga beras yang notabene adalah makanan pokok masyarakat Indonesia pada umumnya, harganya kian melambung. Kenaikannya mencapai hingga 30 persen. Ironi memang, Indonesia adalah negara agraris, dan dahulu terkenal dengan swasembada beras, justru bermasalah dengan harga beras.
Setelah kamu memahami isi teks editorial di atas, marilah kita analisis teks tersebut berdasarkan kaidahnya.
Adverbia frekuensi dalam kutipan teks editorial tersebut adalah

Adverbia frekuensi dalam kutipan teks editorial tersebut adalah
Dalam penulisan teks editorial/ opini ada beberapa kaidah yang harus diikuti. Kaidah-kaidah yang terdapat pada teks tersebut adalah sebagai berikut. 1. Terdapat kalimat utama dalam setiap paragraf. 2. Menggunakan adverbial frekuensi. 3. Menggunakan konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi. 4. Menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi. 5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan harapan 6. Menggunakan kata kerja material, relasional, dan mental. 7. Kaya akan kosakata.


Page 2

Adverbia frekuensi dalam kutipan teks editorial tersebut adalah

Adverbia frekuensi dalam kutipan teks editorial tersebut adalah
Lihat Foto

KOMPAS.com/Gischa Prameswari

Ilustrasi kaidah kebahasaan teks editorial

KOMPAS.com - Teks editorial dapat dengan mudah ditemui di koran atau majalah. Teks ini berisikan pendapat pribadi seseorang atau berbentuk opini.

Teks editorial bisa mengangkat berbagai tema, seperti permasalahan pendidikan, ekonomi, politik, sosial budaya, dan lain sebagainya.

Oleh karena memuat opini atau pendapat seseorang, maka teks editorial bersifat subyektif. Namun, dalam pembuatannya tetap harus didasarkan pada temuan data atau fakta.

Menurut Taufiqur Rahman dalam buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan (2018), teks editorial atau opini merupakan wadah atau sarana penyampaian aspirasi dalam bentuk tulisan.

Kaidah kebahasaan teks editorial

Umumnya, jenis bahasa yang digunakan dalam teks editorial bercirikan bahasa jurnalistik. Dalam pembuatan teks editorial, penulis harus memperhatikan segi kaidah kebahasaan atau penggunaan bahasanya. Contohnya menggunakan bahasa yang santun dan tidak berbelit-belit.

Baca juga: Teks Editorial: Pengertian, Ciri-ciri, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan

Mengapa teks editorial harus menggunakan bahasa yang santun? Karena teks editorial bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pembaca akan sebuah isu yang sedang dibahas.

Selain itu, teks ini juga bertujuan untuk membuat masyarakat lebih memahami tentang betapa pentingnya isu tersebut. Jika tidak menggunakan bahasa yang santun, dikhawatirkan masyarakat akan bingung atau salah menangkap makna atau pesan dari isu tersebut.

Bagaimanakah bentuk kaidah kebahasaan dalam teks editorial?

Adverbia merupakan penggunaan kata keterangan atau adverbia frekuentatif dalam teks editorial. Bentuk kata-katanya bersifat tegas untuk memberi kepastian kepada pembaca.

Dalam buku Gerakan Literasi Nasional (Literacy Goes to School) (2020) karya Albert Efendi Pohan, dituliskan jika tujuan utama penggunaan adverbia memang untuk memberi ketegasan pada teks atau tulisan yang disusun.

Adverbia frekuensi dalam kutipan teks editorial tersebut adalah

Adverbia frekuensi dalam kutipan teks editorial tersebut adalah
Lihat Foto

KOMPAS.com/Gischa Prameswari

Ilutsrasi jenis kata keterangan (adverbia)

KOMPAS.com - Adverbia adalah kata keterangan. Dalam bahasa Indonesia, adverbia sering dipakai untuk menjelaskan jenis kata lainnya, seperti verba dan adjektiva. Adverbia memberi keterangan tambahan dalam sebuah kalimat agar semakin jelas.

Menurut Widjono Hs. dalam buku Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi) (2007), adverbia merupakan kata pemberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.

Dalam sebuah kalimat, adverbia bisa didampingi dengan adjektiva, numeralia, atau proposisi. Ada banyak jenis adverbia dalam bahasa Indonesia. Contohnya kata keterangan alat, kata keterangan perlawanan, kata keterangan tujuan, kata keterangan sebab, dan masih banyak lagi.

Walau terdiri atas berbagai jenis, pada dasarnya adverbia bisa dibagi menjadi dua bentuk atau jenis, yakni adverbia bentuk tunggal serta adverbia bentuk gabungan. Perbedaan antar keduanya terletak pada penggunaan kata kerjanya.

Baca juga: 3 Fungsi Kata Sifat (Adjektiva) Beserta Contoh Kalimatnya

Adverbia bentuk tunggal

Dalam buku Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi (2009) karya Zaenal Arifin dan Junaiyah, adverbia bentuk tunggal adalah bentuk adverbia yang meliputi kata dasar, kata berafiks, serta kata ulang. Jenis adverbia ini hanya mempunyai satu kata saja.

Contohnya:

  1. Dia orang yang sangat rajin.
    Kata sangat dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk tunggal.
  2. Andin hanya membaca satu buku saja.
    Kata hanya dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk tunggal.
  3. Menurutku dia terlihat agak linglung hari ini.
    Kata agak dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk tunggal.
  4. Bima mengatakan kalau hari ini dia akan pergi sendiri.
    Kata akan dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk tunggal.
  5. Hari ini Bela tampak lebih ceria dibanding biasanya.
    Kata lebih dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk tunggal.
  6. Seharusnya kamu langsung meminta bantuannya.
    Kata seharusnya dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk tunggal.

Baca juga: Penulisan Kata Sandang Si dan Sang

Adverbia bentuk gabungan

Adalah gabungan dari dua bentuk adverbia, berupa kata dasar. Dalam adverbia bentuk gabungan, kata dasar dapat saling berdampingan, tetapi ada pula yang tidak.

Dikatakan berdampingan jika adverbianya tidak memiliki perantara. Sedangkan disebut tidak berdampingan apabila adverbianya dipisahkan oleh unsur lain.

Contohnya:

  1. Aku merasa malu untuk menemuinya. Lagi pula dia belum memaafkan soal perbuatanku kemarin.
    Kata lagi pula dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk gabungan berdampingan.
  2. Dalam 24 jam terakhir, aku hampir selalu bertemu dengannya.
    Kata hampir selalu dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk gabungan berdampingan.
  3. Mau tidak mau, aku harus menemuinya besok pagi.
    Kata mau tidak mau dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk gabungan berdampingan.
  4. Adit tidak kapok juga mencontek berkali-kali.
    Kata tidak dan juga dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk gabungan tidak berdampingan.
  5. Kalian hanya buang-buang waktu saja di sini.
    Kata hanya dan saja dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk gabungan tidak berdampingan.
  6. Ian merasa sangat sedih sekali setelah mengetahui berita tersebut.
    Kata sangat dan sekali dalam kalimat di atas merupakan adverbia bentuk gabungan tidak berdampingan.

Baca juga: Penulisan Kata Ganti -Ku, Kau-, -Mu, dan -Nya, Dipisah atau Disambung?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya