4 Sebutkan apa saja tahapan pembenihan ikan hias?

JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Budidaya ikan hias termasuk hobi yang menyenangkan. Setiap orang memiliki hoby masing-masing. Seperti salah satu berikut ini saya akan membahas tentang ikan hias.

Bagi yang hobi ikan hias, biasanya mereka bisa berjam-jam duduk di depan akuarium hanya untuk memperhatikan keindahan, keelokan warna serta goyang lenggak-lenggok si ikan hias.

Salah satu yang menjadikan alasan, mengapa ikan hias bisa menjadi sumber penghasilan yang menggiurkan? Jawabannya adalah karena usaha budidaya ikan hias tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak harus dimulai dengan modal yang besar, dan yang terpenting adalah dapat dilakukan oleh siapa saja.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, kita dapat melakukannya dengan menjaga kualitas. Dan selanjutnya kita tingkatkan kuantitasnya. Dalam menjaga dan meningkatkan kualitas serta kuantitas tidak lepas dari cara budidaya yang dilakukan.

9 cara budidaya ikan hias, seperti dikutip dari kampoengilmu, yakni:

1. Wadah Pemeliharaan Ikan Hias

Untuk wadah pemeliharaan umumnya menggunakan akuarium, kolam bak dari semen, kolam bak dai terpal, bak fiber glass atau wadah lain yang tidak bocor dan dengan ukuran yang beragam. Karena itu kita dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang tidak bocor dan dengan ukuran yang beragam pula.

Wadah pemeliharaan ikan ada yang sistem airnya mengalir dan ada yang tidak atau hanya tergenang. Wadah pemeliharaan bisa digunakan dengan fungsi yang berbeda, seperti wadah untuk perawatan induk ikan, tempat pemijahan, tempat penetasan telur, tempat pendederaan, tempat pembesaran serta untuk tempat penampungan hasil.

Sesuaikan wadah sesuai jenis ikan yang dibudidayakan. Seperti besarnya wadah dan juga untuk beberapa jenis sebaiknya anda beri sket untuk memisahkan mereka. Ini dilakukan agar ikan tidak melukai yang lainnya.

2. Penyesuaian Wadah Untuk Ikan Hias

Ikan hias yang satu dengan yang lainnya memiliki lingkungan hidup yang berbeda. Lingkungan hidup yang paling berpengaruh adalah air, suhu, derjat keasaman (PH), kandungan oksigen dan juga kecerahan.

Sediakan air dengan kandungan kimiawi zero atau paling tidak minimal. Untuk suhu air sebaiknya berkisar antara 24-30 C. keasaman air (PH) kurang lebih 6-7, oksigen terlarutnya > 3 ppm dan kecerahan air berkisar 30-60 cm.

Sumber air bisa kita dapatkan juga dari berbagai sumber, seperti berasal dari air tanah, air sungai dan air PAM. Air yang akan digunakan harus didiamkan terlebih dahulu dan diendapkan selama 12-24 jam sebelum dipakai. Ini bertujuan agar kandungan oksigen terlarutnya cukup dan gas-gas yang ada di dalam air hilang. Dan untuk menyesuaikan PH dapat dilakukan dengan memberikan kapur pertanian atau kapur bordo dengan dosis secukupnya bila terlalu asam atau basa.

Air yang digunakan akan mengalami penurunan kualitas. Seperti air menjadi kotor akibat sisa pakan dan kotoran ikan. Oleh karena itu di butuhkan pembersih air (penyiponan). Caranya dengan membuka pipa pembuangan atau menyedotnya. Air yang dibuang maksimal ¾ bagiannya. Setelah itu diisi kembali dengan air yang sudah diendapkan sebelumnya.

3. Pakan Ikan Hias

Pakan untuk ikan hias biasanya pakan alami dan pakan buatan. Jenis pakan alami yang biasa diberikan yaitu infusoria, kutu air, jentik nyamuk, cacing sutera, serangga, kodok, dan ikan kecil. Untuk pakan buatan pada umumnya berbentuk pellet yang kadar proteinnya dapat diatur sesuai kebutuhan pertumbuhan ikan.

4. Memilih Calon Indukan Ikan Hias

Dalam proses pemijahan diperlukan indukan ikan jantan dan ikan betina. Induk yang digunakan harus cukup umur untuk dipijahkan dan sudah matang gonad (kelamin).

Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad pada ikan hias dapat dilihat dari cirinya seperti kalau pada induk betina, perut gendut kea rah genital dan apabila diraba terasa lembek serta halus, genital menonjol dan apabila diurut akan keluar telur. Untuk induk jantan bila diurut kearah genital akan mengeluarkan cairan sperma.

Calon indukan kondisi badannya harus sehat, tidak terjangkit penyakit dan berasal dari keturunan yang bagus. Untuk mendapatkan indukan ini anda bisa membeli ke peternak ikan hias dan bisa juga dengan cara hobiis atau menghasilkan sendiri.

5. Pemijahan Ikan Hias

Pada proses pemijahan atau pembuahan telurnya ada yang berlangsung secara internal dan eksternal. Kerana ikan hias ada yang bertelur dan beranak. Pada setiap jens ikan perlakuan proses pemijahannya berbeda. Untuk memudahkan kita harus menyiapkan media, bahan, alat yang diperlukan dalam proses pemijahan.

Ikan hias yang tidak bisa memijah sendiri atau secara alami dapat diperlakukan dengan cara menyuntikkan hormone perangsang (induced spawning) agar dapat memijah sendiri baik secara alami atau melalui pengurutan (stripping).

6. Penetasan Telur Ikan Hias

Lama waktu telur menetas tergantung pada masing-masing jenis ikannya. Biasanya telur akan menetas setelah 24 jam dan menjadi larva. Proses penetasan (inkubasi) telur dapat dilakukan di akuarium, kolam permanen, corong dan hampa.

Saat proses penetasan ada yang dilakukan dengan cara mengangkat induk secara keseluruhan atau ditinggal salah satu induknya. Ini tergantung jenis ikan hiasnya karena setiap jenis ikan hias memiliki karakteristik yang berbeda.

7. Perawatan Larva Hingga Pembesaran

Telur yang menetas akan menjadi larva. Larva ikan biasanya ditempatkan di akuarium, kolam bak, bak plastic, fiber glass, kolam tanah ataupun wadah lain.

Sejak menetas dan sampai kurang lebih berumur seminggu larva tidak perlu diberi makan karena cadangan makanan mereka masih ada yaitu berupa kuning telur (yolksack). Setelah seminggu baru bisa diberi makan berupa kutu air, infusoria, cacing sutera atau makanan lain baik yang alami maupun jenis makan buatan.

Di saat larva berubah menjadi ukuran benih dan mulai besar, maka pakan yang diberikan juga berubah. Pakan yang biasanya diberikan berupa kutu air, jentik nyamuk, cacing sutera, serangga, kodok, ikan kecil dan pellet. Pemberian pakan harus disesuaikan, karena jika tidak akan berpengaruh juga terhadap kualitas air. Apabila pemberian pakan berlebihan akan mengakibatkan kekurangan oksigen dalam air dan keracunan.

Untuk kepadatan penebaran benih harus disesuaikan dengan luasan media. Jangan terlalu padat karena dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat dan jangan terlalu jarang karena tidak efisien atau pemborosan.

Ikan yang terawat akan mengalami pertumbuhan dengan baik. Namun biasanya ada yang tidak seragam, ada yang besar dibanding yang lain dan ada yang kecil. Untuk itu diperlukan penyortiran berdasarkan ukuran agar pertumbuhannya seragam.

Setelah dilakukan penyortiran berdasarkan ukuran, lakukan juga penyortiran anakan jantan dan betina. Ini dimaksudkan untuk menghindari pemijahan dini.

8. Hama Dan Penyakit Ikan Hias

Penyakit yang menyerang ikan hias berupa penyakit yang disebabkan oleh parasit dan bukan parasit (non parasiter). Penyakit yang disebabkan oleh parasit pada umumnya menyerang badan ikan, insang, maupun tubuh ikan itu sendiri. Penyakit ini berupa protozoa, cacing, jamur, bakteri, dan virus.

Penyakit yang disebabkan bukan dari parasit (non parasite) biasanya bersumber dari factor lingkungan dan makanan. Makanan yang tidak dibersihkan akan menimbulkan berbagai penyakit, oleh karena itu makanan harus dicuci terlebih dahulu sebelum diberikan.

9. Pemasaran Ikan Hias

Untuk memasarkan ikan hias kita bisa langsung menjualnya sendiri ke konsumen atau menggunakan jasa pengepul yang biasanya sudah mempunyai jaringan yang luas. Untuk memaksimalkan pemasaran para pembudidaya harus bisa membuka jaringan yang luas agar mendapat konsumen yang tetap.

Pembudidaya dianjurkan mempunyai pengepul tetap yang siap menampung hasil budidaya mereka. Yang terpenting para pembudidaya harus aktif mencari konsumen secara langsung maupun melalui media komunikasi.

SariAgri -  Ikan cupang (Betta sp.) merupakan salah satu favorit pecinta ikan hias. Bentuk dan keindahan warnanya menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran banyak orang yang tertarik dengan budidaya ikan cupang karena menjanjikan nilai ekonomi.

Pembenihan ikan cupang bisa dilakukan di dalam rumah. Meski demikian budidaya ikan cupang “gampang-gampang susah” karena membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam membudidayakannya.

Berikut teknik pembenihan ikan cupang di rumah seperti dilansir Balai Besar perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi:

1. Seleksi Induk

Dalam pembenihan, pilih induk jantan berusia 4-8 bulan. Sedangkan untukindukan betina pilih yang berusia lebih dari 5 bulan. Ikan cupang jantan memiliki gerakan lebih lincah dengan sirip serta ekornya melebar dan mengembang. Tubuhnya lebih besar dari betina dan memiliki warna lebih cerah. Ikan cupang betina memiliki gerakan lebih lamban. Sirip dan ekornya lebih pendek serta tubuhnya lebih kecil dan warna lebih gelap.

2. Siapkan wadah pemijahan

Siapkan wadah pemijahan yang diisi air setinggi 10-15 cm. Selanjutnya masukkan tanaman air seperti kapu-kapu, eceng gondok atau jenis lainnya ke dalam wadah sebagai tempat berlindung bagi burayak (benih ikan cupang). Diamkan selama 1-2 hari sebelum wadah siap digunakan.

3. Proses pemijahan ikan cupang

Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Proses ini dapat dilakukan dengan memasukukan pejantan terlebih dahulu ke dalam wadah pemijahan. Setelah gelembung terlihat dalam wadah, masukkan ikan betina. Tutup dengan kertas atau simpan wadah di tempat yang terhindar dari suara bising. Biarkan selama 12-24 jam dimana waktu pemijahan biasanyaberlangsung pagi atau sore hari.

4. Pasca pemijahan ikan cupang

Setelah proses pemijahan selesai, segera angkat induk betina karena induk jantan akan memunguti telur yang sudah dibuahi dengan mulutnya dan meletakkannya di gelembung-gelembung yang sudah dibuat sebelumnya. Dalam satu hari telur-telur akan menetas menjadi burayak. Burayak tersebut tidak perlu diberikan pakan karena masih ada nutrisi tersisa yang terbawa dalam telur.

5. Pemeliharaan benih

Setelah dua hari, pindahkan burayak ke wadah pemeliharaan yang lebih luas dan beri pakan alami berupa larva nyamuk, kutu air (Moina sp.), cacing sutera (Tubifex sp.). Pemberian pakan dengan frekuensi 3-4 kali sehari. Ganti air secara berkala dan cek apakah terjadi penumpukan kotoran dan sisa pakan pada wadah pemeliharaan. Jika tidak diperhatikan, tumpukan ini akan menimbulkan penyakit pada ikan. (Arif Ferdianto)