Wayang yang terbuat dari kulit dan berbentuk manusia dengan tokoh wayang keseharian disebut wayang

Ilustrasi wayang kulit. ©Shutterstock

TRENDING | 1 Juli 2020 09:34 Reporter : Khulafa Pinta Winastya

Merdeka.com - Jenis-Jenis wayang di Indonesia sangatlah beragam. Wayang sendiri merupakan sebuah seni pertunjukkan rakyat yang dimainkan oleh seorang yang disebut dalang dengan menggerakkan tokoh-tokoh pewayangan sesuai dengan cerita yang dibawakan.

Biasanya, cerita-cerita yang dimainkan oleh seorang dalang bersumber pada kitab Ramayana dan Mahabarata. Namun, penerapannya di Indonesia sendiri sudah disesuaikan dengan kebudayaan yang ada.

Melansir dari laman kemendikbud, Indonesia setidaknya memiliki 18 jenis wayang diantaranya, Wayang kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Orang, Wayang Betawi, Wayang Bali, Wayang Banjar, Wayang Suluh, Wayang Palembang, Wayang Krucil, Wayang Thengul, Timplong, Kancil, Rumput, Cepak, Jemblung, Sasak (Lombok), dan Wayang Beber.

Meski memiliki banyak jenis wayang, ada kurang lebih 7 wayang yang dianggap populer di Indonesia. Berikut ulasannya:

2 dari 8 halaman

Liputan6.com ©2020 Merdeka.com

Wayang kulit merupakan jenis wayang yang bisa dibilang paling terkenal dan familiar di masyarakat Indonesia. Pertunjukkan wayang kulit sendiri paling sering dijumpai di wilayah Jawa Tengah dan jawa Timur.

Wayang kulit ini biasanya tokoh-tokohnya berbentuk pipih dengan kayu sebagai penopang dan penggeraknya dan terbuat dari kulit kerbau atau kambing.

Pertunjukkan wayang kulit biasanya dipimpin oleh seorang dalang sebagai narator cerita. Dengan diiringi alunan musik gamelan, dalang akan memainkan cerita wayang kulit dari balik kelir yang terbuat dari kain putih dan disorot dengan lampu sehingga penonton yang berada di sisi lain bisa melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.

Di Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit sering kali menggabungkan cerita-cerita Hindu dengan Budha dan Islam. Selain kisah-kisah religius, cerita-cerita rakyat serta mitos sering digunakan.

3 dari 8 halaman

©2018 Merdeka.com/Abdul Aziz Rasjid

Wayang golek juga jenis wayang kedua yang paling populer di Indonesia. Jenis ini menggunakan media kayu yang dibentuk secara tiga dimensi. Wayang jenis ini banyak tersebar di daerah kawasan Jawa bagian Barat. Untuk cara pementasannya hampir sama dengan wayang kulit, yakni lakon dan cerita dimainkan oleh seorang dalang. Yang membedakan, dialognya biasanya dibawakan dalam bahasa Sunda. Ceritanya juga sama bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Namun yang membedakan adalah pada tokoh punakawan, penamaan dan bentuk dari punakawan memiliki versi tersendiri yaitu dalam versi sunda.Namun, seiring berkembangnya zaman wayang golek juga menceritakan kisah-kisah Islami. Pada masa Pemerintahan Kerajaan Mataram, wayang golek justru digunakan sebagai media untuk menyebabrkan ajaran agama Islam. Kisah-kisah yang digunakan sering mengacu pada tradisi Jawa dan Islam, seperti kisah Pangeran Panji, Darmawulan, dan Amir Hamzah, pamannya Nabi Muhammad a.s.

4 dari 8 halaman

©2014 Merdeka.com

Wayang beber dikatakan sebagai jenis wayang yang paling tua di Indonesia. Wayang beber adalah wayang berbentuk lembaran-lembaran (beberan) yang terbuat dari kain atau kulit lembu, dan dibentuk menjadi tokoh-tokoh wayang.Penamaan 'Beber' sendiri berasal dari cara memainkannya. Pertunjukan wayang ini dilakukan dengan membeberkan atau membentangkan layar atau kertas yang berupa gambar. Tiap beberan merupakan satu adegan cerita. Jika tidak dimainkan, wayang bisa digulung.

Menurut informasi dari laman Indonesia.go.id, wayang beber pertama kali dikenal di Indonesia pada masa kerajaan Jenggala sekitar tahun 1223 M.  Pada masa tersebut, wayang Jenggala dikenal dengan bentuk gambar yang ada di atas daun lontar.

5 dari 8 halaman

Wayang Purwa pertama kali dikenal di Indonesia saat masa pemerintahan raja Airlangga pada abad ke-11. Pada masa itu, sang raja memiliki keinginan untuk emmbuat wayang purwa karena senang dengan cerita dan riwayat nenek moyangnya, yang tercantum dalam serat Pustakaraja Purwa. Raja kemudian melihat Candi Penataran di Blitar dan melihat arca para dewa dan gambar yang diukir sepanjang tembok batu sekeliling candii yang menceritakan tentang Rama. Ukiran candi inilah yang pada akhirnya memberi inspirasi kepada raja untuk membuat Wayang Purwa.

Wayang kulit Purwa terdiri dari beberapa gaya atau gagrak seperti gagrak Kasunanan, Mangkunegara, Ngayogjokarto, Banyumasan,Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.

6 dari 8 halaman

©REUTERS/Cindy Liu

Wayang klitik memiliki bentuk yang mirip dengan wayang kulit. Namun, wayang jenis ini menggunakan media kayu untuk pembuatannya. Kata “klitik” sendiri berasal dari suara kayu yang bersentuhan di saat wayang digerakkan atau saat adegan perkelahian, misalnya.

Kisah-kisah yang digunakan dalam drama wayang ini berasal dari kerajaan-kerajaan Jawa Timur, seperti Kerajaan Jenggala, Kediri, hingga Majapahit. Cerita yang paling populer adalah tentang Damarwulan. Cerita ini dipenuhi dengan kisah perseturan asmara dan sangat digemari oleh publik.

7 dari 8 halaman

©2019 Merdeka.com/Abdul Aziz Rasjid

Wayang suket juga jenis wayang yang tak kalah terkenal di Indonesia. Walaupun bentuknya sederhana, dan biasanya hanya digunakan sebagai alat permainan atau penyampaian cerita perwayangan pada anak-anak di desa-desa Jawa, wayang jenis ini cukup banyak menarik perhatian karena keunikannya. Wayang suket ini terbuat dari rumput yang dililikan sedemikian rupa, sehingga terbentuk menjadi mirip tokoh wayang kulit. Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan dijalin lalu dirangkai (dengan melipat) membentuk figur serupa wayang kulit. Karena bahannya rumput, wayang suket ini biasanya tidak bertahan lama.

8 dari 8 halaman

©2020 Merdeka.com

Yang terakhir, jenis wayang yang sangat populer di Indonesia adalah wayang orang atau wayang wong. Wayang ini merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Jawa, khususnya Jawa Tengah. Pertunjukan ini mirip seperti theater musikal yang mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata.Kemunculan wayang Orang terinspirasi dari seni drama yang berkembang di Eropa. Wayang orang pertama kali muncul pada abad ke-18 di Solo oleh KGPAA Mangkunegoro I. Keinginan Mangkunegoro I inilah yang pada akhirnya mendasari terwujudkan wayang Orang ini.Hingga kini pertunjukan wayang orang masih sering kita jumpai. Yang cukup terkenal, pertunjukkan wayang orang Bharata Purwa di Jakarta, dan pertunjukkan di Sendratari Ramayana Ballet Prambanan.

Biasanya, cerita yang dimainkan didasarkan pada kisah Mahabrata dan Ramayana yang mengandung pesan moral yang sudah disesuaikan dengan kebudayaan setempat.

(mdk/khu)

Wayang beber Wayang beber merupakan salah satu jenis wayang tertua di Indonesia. Dalam pertunjukan narasi ini, lembaran gambar panjang dijelaskan oleh seorang dalang. Wayang beber tertua dapat ditemukan di Pacitan, Donorojo, Jawa Timur. Selain dari kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana, wayang beber juga menggunakan kisah-kisah dari cerita rakyat, seperti kisah asmara Panji Asmoro Bangun dan Dewi Sekartaji. 2. Wayang kulit Di Jawa Tengah dan Timur, jenis wayang yang paling populer adalah wayang kulit atau  wayang kulit purwa. Wayang ini berbentuk pipih dan terbuat dari kulit kerbau atau kambing. Lengan dan kakinya bisa digerakkan. Di Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit sering kali menggabungkan cerita-cerita Hindu dengan Budha dan Islam. Selain kisah-kisah religius, cerita-cerita rakyat serta mitos sering digunakan. Wayang kulit 3. Wayang Klitik (atau Karucil) Bentuk wayang ini mirip dengan wayang kulit, namun terbuat dari kayu, bukan kulit. Mereka juga menggunakan bayangan dalam pertunjukannya. Kata “klitik” berasal dari suara kayu yang bersentuhan di saat wayang digerakkan atau saat adegan perkelahian, misalnya. Kisah-kisah yang digunakan dalam drama wayang ini berasal dari kerajaan-kerajaan Jawa Timur, seperti Kerajaan Jenggala , Kediri, dan Majapahit. Cerita yang paling populer adalah tentang Damarwulan. Cerita ini dipenuhi dengan kisah perseturan asmara dan sangat digemari oleh publik. Wayang klitik 4. Wayang golek Pertunjukan ini dilakukan menggunakan wayang tiga dimensi yang terbuat dari kayu. Jenis wayang ini paling populer di Jawa Barat. Ada 2 macam wayang golek, yaitu wayang golek papak cepak dan wayang golek purwa. Wayang golek yang banyak dikenal orang adalah wayang golek purwa. Kisah-kisah yang digunakan sering mengacu pada tradisi Jawa dan Islam, seperti kisah Pangeran Panji, Darmawulan, dan Amir Hamzah, pamannya Nabi Muhammad a.s. Wayang golek 5. Wayang wong Jenis wayang ini adalah sebuah drama tari yang menggunakan manusia untuk memerankan tokoh-tokoh yang didasarkan pada kisah-kisah wayang tradisional. Cerita yang sering digunakan adalah  Smaradahana. Awalnya, wayang wong dipertunjukkan sebagai hiburan para bangsawan, namun kini menyebar menjadi bentuk kesenian populer. Wayang wong Wayang Purwa Sama seperti Wayang Beber yang dianggap popular, Wayang kulit jenis ini, juga dikatakan sebagai wayang paling tersohor di Indonesia. Menurut Pandam Guritno (1988) dalam karya Wayang yang dikutip dari laman Indonesia.go.id, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila menganalisis bahwa ketenaran Wayang Purwa tidak terlepas dari kegemaran dan dukungan masyarakat Jawa yang gemar menggelar pertunjukan dari wayang kulit jenis ini.  Wayang krucil adalah kesenian khas Kabupaten Blora, Jawa Tengah dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan Wayang Krucil. Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang Klithik. Wayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk wayangnya hampir sama dengan wayang purwa. Tokoh-tokoh kesatria selalu memakai tekes dan rapekan. Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan gelung keling. . Wayang Titi adalah wayang china. Sumbernya berasal dari cerita china. Wayang ini bisa kita jumpai di perkampungan china atau klenteng. Sebuah pertunjukan yang pertama kali saya lihat dan benar-benar saya mengerti, sungguh luar biasa budaya ini. Pagelaran seni wayang titi ini terjadi di sebuah klenteng di dekat Taman Kota Mojoagung. Panggung wayang ini berukuran kecil, mungkin sekitar satu meteran, dengan hiasan berupa panggung warna-warni. Wayang Lilingong, bahkan mungkin kita tak pernah mendengar kata ini. Sejak kapan hilangnya khazanah budaya ini tak ada yang mengetahui. Almarhum MA Salmun, dalam bukunya “Padalangan di Pasundan”, beliau pernah menonton sekali, pada tahun 1932 di Cianjur. MA Salmun menyatakan , “Wayang Lilingong” begitu sederhana, termasuk sarana pengiring- nayaga terutama jika dibandingakan dengan gamelan. Tokohnya pun berbeda dengan wayang purwa, seperti Lokitaksi, jaransari dan Sambunglangu. Wayang Suluh adalah wayang yang terbuat dari kulit dan berbentuk manusia biasa, dengan tokoh wayang keseharian, misalnya P Lurah, P Haji, Ibu Guru, Bapak Guru, petani, saudagar, anak sekolah, mahasiswa dan lainya. Ceritanya pun tentang permasalahan sehari-hari dalam keluarga, masyarakat,dan kehidupan masyarakat pedesaan, sangat sederhana sesuai dengan keadaan masyarakat waktu itu.

Wayang beber Wayang beber mangrupikeun salah sahiji jinis wayang pangkolotna di Indonésia. Dina pagelaran naratif ieu, lambar panjang gambar digambarkeun ku dalang. Beberesih wayang pangkolotna tiasa dipendakan di Pacitan, Donorojo, Jawa Wétan. Salian ti carita Mahabharata sareng Ramayana, beber beber ogé nganggo carita dongéng-dongéng masarakat, sapertos carita cinta Panji Asmoro Bangun sareng Dewi Sekartaji. 2. Wayang kulit Di Jawa Tengah jeung Wétan, anu pang populerna jinis carita wayang nyaéta wayang kulit atanapi wayang kulit purwa. Wayang ieu datar sareng didamel tina kulit munding atanapi kulit domba. Leungeun na suku aya nu dicirikeun. Di Bali sareng Java, pagelaran wayang kulit sering ngagabungkeun carita-carita Hindu sareng Budha sareng Islam. Salian ti carita agama, dongéng sareng mitos sering dianggo. Wayang Kulit 3. Wayang Klitik (atanapi Karucil) Bentuk wayang ieu mirip sareng wayang kulit, tapi didamel tina kai, sanes kulit. Aranjeunna ogé nganggo bayangan dina pagelaran maranéhna. Kecap "klitik" asalna tina sora kai anu ngarampa nalika wayang dipindahkeun atanapi nalika adegan tarung, contona. Carita anu dianggo dina drama wayang ieu asalna tina karajaan Jawa Wétan, sapertos Karajaan Jenggala, Kediri, sareng Majapahit. Carita anu pang populerna nyaéta ngeunaan Damarwulan. Carita ieu ngeusi carita-carita asmara sareng pohara populer ku masarakat.Wayang klitik 4. Wayang golek Acara ieu dilakukeun nganggo wayang tilu diménsi anu didamel tina kai. Gelem jenis ieu anu paling populer di Jawa Barat. Aya 2 jinis pintonan wayang, nyaéta papak cepak wayang golek sareng purwa golek wayang. Carita wayang anu seueur anu terang nyaéta pintonan wayang purwa. Carita anu sering dianggo kana tradisi Jawa sareng Islam, sapertos carita Pangeran Panji, Darmawulan, sareng Amir Hamzah, pamanna Nabi Muhammad a.s. Pagelaran wayang 5. Wayang wong Wayang jenis ieu mangrupikeun drama tari anu ngagunakeun manusa pikeun ngagambarkeun karakter dumasar kana carita wayang tradisional. Carita anu sering dianggo nyaéta Smaradahana. Mimitina, wayang wong dijantenkeun hiburan pikeun aristokrat, tapi ayeuna janten bentuk seni anu kasohor. Wayang jalma Wayang Purwa Ngan sapertos Wayang beber anu dianggap populer, wayang jinis jenis ieu ogé nyebatkeun janten carita wayang anu kasohor di Indonésia.Numutkeun Pandam Guritno (1988) dina karya Wayang dikutip tina halaman Indonésia.go.id, Budaya Indonésia sareng Pancasila nganalisa yén Kinérja Wayang Purwa henteu pisah tina karesep sareng dukungan masarakat Jawa anu resep ngayakeun pagelaran wayang bayang jenis ieu. Wayang krucil mangrupikeun kasenian khas Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dijieun tina kulit na leutik pisan ukuranna langkung umum disebut wayang Krucil. Dina kamekaranana, wayang ieu nganggo kayu datar (dua diménsi) anu dikenal salaku Wayang Klithik. Wayang Gedog atanapi Wayang Panji mangrupikeun wayang anu nganggo carita tina serat Panji. Wayang ieu mungkin parantos aya saprak jaman Majapahit. Bentuk wayang ampir sarua sareng wayang purwa. Karakter satria tiasa ngagem tapes sareng kasét. Tokoh raja ngagem elang mungkur sareng coil rivet. . Wayang Titi mangrupikeun wayang Cina. Sumberna asalna tina carita Cina. Urang tiasa mendakan wayang-wayang ieu di desa Cina atanapi pagodas. Pintonan anu kuring mimiti ningali sareng kuring terang pisan, naon budaya ieu. Pagelaran seni boneka titi ieu kajantenan di hiji candi caket Taman Kota Mojoagung. Panggung wayang leutik, meureun sakitar hiji meter, dihiasi sareng tahapan warni. Wayang Lilingong, panginten urang henteu kantos nguping kecap ieu.Ti saprak iraha leungitna harta budaya ieu, teu aya anu terang. Almarhum MA Salmun, dina bukuna "Padalangan di Pasundan", anjeunna kantos nonton deui taun 1932 di Cianjur. MA Salmun nyatakeun, "Wayang Lilingong" basajan pisan, kaasup alat iringan, khususna lamun dibandingkeun sareng gamelan. Karakter ogé béda ti wayang purwa, sapertos Lokitaksi, jaransari sareng Kontaklangu. Wayang Suluh nyaéta wayang anu didamel tina kulit sareng bentuk jalma biasa, kalayan tokoh wayang sapopoé, contona Kepala Désa, P Haji, Guru, Guru, patani, saudagar, murangkalih sakola, sareng sanésna. Caritana ogé ngeunaan masalah poéan di kulawarga, masarakat, sareng kahirupan masarakat désa, sederhana pisan dumasar kana kaayaan masarakat dina waktos éta.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA