Uraikan bagaimana cara mengakhiri tusuk hias ! *

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 12 are not shown in this preview.

BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul dasar menghias kain merupakan salah satu modul ke dua dari mata diklat membuat hiasan pada busana sub kompetensi yaitu membuat hiasan pada kain atau busana. Tujuan diajarkannya modul ini, agar peserta diklat memiliki wawasan dan keterampilan dalam membuat macam-macam dasar tusuk hias. Agar tujuan pembelajaran tercapai, ada beberapa materi yang harus dikuasai oleh peserta diklat melalui modul ini antara lain macam-macam tusuk hias dan cara pembuatannya. B. Prasyarat Untuk mempelajari modul ini prasyarat yang harus dimiliki oleh peserta diklat adalah telah selesai mempelajari modul Desain Hiasan Busana. 39.BUS.C-m.SEW.16.A.001. C. Petunjuk penggunaan Modul 1. Petunjuk peserta diklat a. Langkah-langkah belajar yang harus ditempuh dalam mempelajari modul ini adalah sebagai berikut : 1). Baca secara seksama hingga benar-benar paham dan mengerti isi modul, kemudian tandai/catat bagian kata atau kalimat yang belum dimengerti atau dipahami. 2). Jika ada yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam mempelajari isi modul, silahkan menghubungi guru pengajar anda. 3). Lakukan kegiatan praktik secara sistemastis menurut langkah-langkah belajar yang ditulis pada modul ini. 4). Agar benar-benar terampil dalam melakukan pekerjaan membuat macam-macam tusuk hias dasar, anda perlu melakukan latihan secara berulang-ulang dengan mencoba membuat macam-macam tusuk hias pada kain. b. Perlengkapan yang perlu disiapkan 1). Bahan-bahan a). Kain bagi b). Benang sulam Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 1 2). Peralatan praktek a). Jarum sulam b). Pemidangan c). Gunting kain d). Gunting bordir e). Kapur jahit f). Pendedel g). Meteran h). Bidal 2. Peran Fasilitator a. Mengkonfirmasikan langkah-langkah belajar yang harus dilakukan peserta diklat untuk terampil membuat macammacam tusuk hias. b. Memberikan penjelasan kepada peserta diklat bagian-bagian dari modul yang belum dapat dipahami oleh peserta diklat. c. Mendemonstrasikan langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan belajar. d. Membimbing peserta diklat untuk melaksanakan praktikum membuat macam-macam tusuk hias. e. Melakukan evaluasi secara komperhensif melalui proses dan produk belajar yang dicapai peserta diklat meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. D. Tujuan akhir Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat mampu : 1. menyapkan alat dan bahan 2. terampil mengawali dan mengakhiri jahitan sulaman 3. menjelaskan berbagai macam tusuk hias. 4. terampil membuat tusuk hias sesuai dengan teknik yang dipelajari. 5. mengenal macam-macam sulaman 6. terampil mengenal karakteristik tusuk hias sesuai dengan jenis sulaman. E. Kompetensi Kode : 39. BUS. C-m. SEW. 16. A. 002 Kompetensi : Membuat hiasan pada busana Sub komppetensi 1. Menyiapkan tempat kerja dan alat 2. Membuat hiasan pada kain atau busana Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 2 Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 3 KOMPETENSI : Membuat hiasan pada busana (Embroidery) KODE : 39. BUS. C-m. SEW. 16. A DURASI PEMELAJARAN : 120 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KONDISI KERJA A 1 B 1 C 1 D 2 E 2 F 3 G 3  Area kerja dan alat, serta sikap kerja dalam membuat hiasan busana sesuai dengan peraturan K3 No. 1 Th 1970.  Membuat hiasan pada busana dapat dilakukan pada bahan yang belum jadi (belum dipotong) dan dapat juga dibuat langsung pada busana yang sudah jadi.  Untuk mencapai kompetensi ini harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang tusuk dasar, macam-macam teknik menyulam dan penggunaan alat jahit tangan.  Alat yang digunakan adalah alat tulis, karbon jahit, jarum tangan, jarum payet dan pemidangan.  Benang hias digunakan sesuai dengan bahan dasar/busana yang akan dihias.  Unit ini berlaku untuk sektor “Custume-made”.  Kompetensi ini dapat diaplikasikan pada busana anak, wanita maupun pria.  Limbah dibuang atau dimanfaatkan sesuai dengan peraturan KLH. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 4 SUB KRITERIA KOMPETENSI KINERJA 1. Menyiapkan  Tempat kerja tempat kerja disiapkan dengan dan alat. memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.  Peralatan disiapkan sesuai dengan kebutuhan 2. Membuat desain hiasan busana. MATERI POKOK PEMELAJARAN LINGKUP BELAJAR SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Persiapan tempat  Memiliki  Mengidentifika  Menerapkan dan alat kerja kesadaran akan sikan prosedur menghias pentingnya kesehatan dan kesehatan dan busana dengan kesehatan dan keselamatan keselamatan sulaman tangan keselamatan kerja dalam kerja. dan bordir. lingkungan bidang  Menyiapkan kerja. busana. alat menghias  Menyiapkan  Memahami busana alat menghias jenis dan dengan tepat. busana dengan fungsi alat cermat dan menghias tepat. busana.  Letak hiasan  Dasar-dasar  Responsif  Memahami  Merencanakan busana desain hiasan terhadap prinsip-prinsip desain hiasan diidentifikasi busana. perkembangan desain hiasan busana. sesuai dengan  Desain hiasan desain hiasan busana.  Membuat busana yang busana.  Memahami busana sesuai desain hiasan akan dihias. dan dengan jenis  Kreatif jenis dan busana sesuai  Jenis dan bentuk bahan dan inovatif dalam bentuk hiasan dengan jenis hiasan jenis busana. membuat busana. bahan dan diidentifikasi desain hiasan  Memahami jenis busana. sesuai dengan busana. jenis ragam Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 5 jenis bahan dan jenis busana.  Desain hiasan dibuat sesuai rencana. SUB KRITERIA KOMPETENSI KINERJA 3. Memindahka  Lokasi desain n desain busana diukur hiasan pada atau ditetapkan kain atau secara busana. proporsional.  Desain dipindahkan dengan alat bantu sesuai dengan teknik memindahkan desain hiasan.  Alat bantu yang dipilih memiliki sifat tidak permanen pada busana yang akan dihias Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 hias. MATERI POKOK PEMELAJARAN LINGKUP BELAJAR SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Memindahkan  Teliti dan  Memahami Memindahkan desain hiasan desain hiasan cermat dalam lokasi/letak pada kain atau pada kain atau memindahkan desain pada busana. busana dengan desain hiasan busana/kain. menggunakan pada kain atau  Memahami alat bantu yang busana. teknik (karbin memindahkan tepat desain hiasan. jahit, kapur jahit dll).  Memahami alat bantu yang digunakan untuk memindahkan desain hiasan pada kain atau busana. 6 MATERI POKOK PEMELAJARAN SUB KRITERIA LINGKUP KOMPETENSI KINERJA BELAJAR SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN 4. Membuat  Alat yang Membuat hiasan  Kreatif dan  Memahami Menghias busana hiasan pada sesuai dengan digunakan sesuai pada kain atau inovatif dalam jenis-jenis kain atau busana. desain hiasan dengan membuat hiasan busana. (menyulam, fungsinya. desain hiasan busana/kain. membordir dll).  Sikap tubuh busana.  Memahami dalam macammengerjakan macam teknik ragam hias menghias dengan dengan memperhatikan sulaman kesehatan dan tangan. keselamatan  Memahami kerja. macam Ragam hias macam teknik dikerjakan sesuai menghias dengan desain busana dan dengan Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 7 menggunakan teknik yang sesuai dengan prosedur.  Ragam hias diselesaikan sesuai dengan prosedur. SUB KRITERIA LINGKUP KOMPETENSI KINERJA BELAJAR 5. Mengemas  Busana yang Pengemasan kain busana atau sudah dihias atau busana. kain yang digantung atau sudah dihias. dikemas dengan menonjolkan hiasannya.  Busana yang sudah dikemas dilengkapi dengan identitas Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 menggunakan teknik bordir. MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Teliti dan cermat  Mengetahui Mengemas dalam yang alat dan busana melaksanakan sudah dihias bahan busana yang berikut identitas kemasan sudah dihias. pemesan. busana.  Memahami teknik penulisan identitas pemesan dan 8 yang diperlukan. 6. Menyimpan.  Busana yang Menyimpan sudah dihias busana atau kain (disulam, pasang payet) digantung/disimp an dengan benar.  Busana disimpan dengan sistematis (sesuai dengan tanggal pengambilan). Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 pengemasan busana yang sudah dihias. Hati-hati dalam menyimpan busana atau kain yang sudah dihias. Memahami teknik dan sistematika penyimpanan busana atau kain yang sudah dihias. Menyimpan busana atau kain yang sudah dihias sesuai dengan teknik penyimpanan. 9 Kriteria unjuk kerja 1. Alat yang digunakan sesuai dengan fungsinya. 2. Sikap tubuh pada saat membuat macam-macam tusuk hias dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja. 3. Tusuk hias dikerjakan dengan menggunakan teknik yang sesuai dengan prosedur. 4. Tusuk hias diselesaikan sesuai dengan prosedur dengan hasil yang rapih dan bersih. F. Cek kemampuan N o 1. 2. Aspek yang dinilai Belu m Suda h Fungsi alat untuk membuat tusuk hias Pembuatan macam-macam tusuk hias yang benar 3. 4. Sikap tubuh pada saat membuat macammacam tusuk hias dasar :  Duduk dikursi masing-masing  Duduk dengan tegak dan bersandar  Ruang lingkup gerak cukup nyaman  Jarak mata dengan pekerjaan tidak terlalu dekat + 30 cm  Memakai jas lab dan perhiasan tidak berlebihan 5. Ketelitian dalam menyelesaikan tusuk hias sesuai dengan teknik menyulam 6. Kerapihan hasil pembuatan macam-macam tusuk hias 7. Kebersihan hasil pembuatan macam-macam tusuk hias 8. 9. Kebersihan tempat atau area lingkungan kerja Terampil menyiapkan alat dan bahan Terampil dalam penggunaan alat dan bahan Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 10 N o Aspek yang dinilai Belu m Suda h Terampil membuat macam-macam tusuk hias :  tusuk jelujur dan variasinya  tusuk rantai dan variasinya  tusuk pipih dan variasinya  tusuk feston dan variasinya  tusuk flanel dan variasinya  tusuk tangkai dan variasinya  tusuk tikam jejak dan variasinya  tusuk ranting dan variasinya  tusuk silang dan variasinya  tusuk melekatkan benang dan variasinya Pengenalan macam-macam sulaman Catatan pembimbing : 1. …………………………………………………………………………………………… ……......……… 2. …………………………………………………………………………………………… ………………… 3. …………………………………………………………………………………………… ………………… Kesimpulan : ……………………………………………………………………………………………… …………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………… Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 11 BAB II PEMELAJARAN A. Rencana Belajar Peserta Diklat Kompetensi : Membuat hiasan pada busana Sub Kompetensi : Membuat hiasan pada kain/busana Waktu : 15 Jam Jenis Kegiatan Tanggal Waktu Tempat Belajar Pengenalan alat dan bahan untuk menyulam 1 Jam @ Lab.Bordi 45 r/ menit Lab.Jahit Teknik memulai dan mengakhiri jahitan 1 Jam @ Lab.Bordi 45 r/ menit Lab.Jahit Praktek macammacam tusuk hias dan variasinya 1 Jam @ Lab.Bordi 45 r/ menit Lab.Jahit Pengenalan macammacam sulaman 1 Jam @ Lab.Bordi 45 r/ menit Lab.Jahit Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 Alasan Perubaha n Paraf Fasilitato r 12 B. Kegiatan Belajar Pada kegiatan belajar Modul Dasar Menghias Kain peserta diklat harus menguasai kompetensi: terampil menyiapkan alat dan bahan untuk menyulam, cara memulai dan mengakhiri sulaman, membuat macam-macam tusuk hias dan variasinya serta pengenalan macammacam sulaman. Kegiatan Belajar 1 Kegiatan belajar 1 meliputi pengenalan alat dan bahan yang diperlukan untuk menyulam. a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran Pada akhir kegiatan pemelajaran tentang alat dan bahan untuk menyulam, peserta diklat mampu : 1). menyebutkan minimal lima alat yang digunakan untukmenyulam 2). menyebutkan kain yang sesuai untuk menyulam 3). menyiapkan alat, benang dan kain untuk praktek membuat tusuk hias sulaman b. Uraian Materi 1. Alat yang digunakan untuk menghias kain adalah: Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 13 Gambar 2.1 alat-alat menghias kain 7 Keterangan gambar : 1 1. Rader 2. gunting kecil 3. Gunting besar 4. Benang sulam 5. Jarum tangan dengan berbagai ukuran 6. Karbon jahit/racing paper 7. Bantal jarum dan jarum pentul 8. Kapur jahit 9. Pendedel 10. Meteran 11. Tudung jari/bidal 12. Pemidangan Macam-macam jarum tangan untuk menyulam 1. Jarum runcing Jarum runcing biasa diguankan untuk menyulam secara bebas pada tenunan polos seperti batis, oxpord, tetoron dan lain- Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 14 lain. Ciri-cirinya yaitu sangat tajam, memiliki ujung yang runcing dan mempunyai ukuran dengan nomor 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22 dan 24. Gambar 2.2 macam-macam jarum runcing 2. Jarum tumpul Jarum tumpul dikelompokkan menjadi dua yaitu jarum tumpul dengan nomor 12, 14, 16, 18, 20, yang biasa digunakan untuk menyulam dengan hitungan tertentu terutama untuk membuat tusuk hias pada kain strimin. Gambar 2.3 macam-macam jarum tumpul Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 15 3. Jarum tumpul yang berukuran besar dan tidak bernomor, digunakan hanya untuk pekerjaan menusuk. Gambar 2.4 macam-macam jarum tumpul Benang Sulam Menyulam adalah istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang seara dekoratif, untuk itu diperlukan benang hias yang sesuai dengan jenis kain yang akan dihias serta jenis sulaman yang dibuat, begitu juga ukuran dan warnanya. Untuk sulaman tangan digunakan benang sulam mouline atau benang mutiara. Untuk bahan halus dan tipis dapat digunakan benang mouline, sedangkan untuk bahan ang lebih tebal dengan pori-pori besar, digunakan benang mutiara. Untuk benang yang jarang tenunannya seperti kasah, dapat digunakan benang woll atau cashmilon. Pada sampul pembungkus kertas benang dicantumkan merk, panjang benang, nomor dan ukuran serta warnanya. Maka untuk mempermudah pembelian benang berikutnya, label kertas itu perlu kita simpan baik-baik. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 16 Gambar 2.5 macam-macam benang sulam Benang sulam pada umumnya dalam bentuk gulungan atau digulung. Untuk membukanya dapat dilakukan dengan dua cara, seperti pada gambar 2.6. 1 2 Gambar 2.6 cara membuka benang dari untaian benang sulam 2. Bahan yang digunakan untuk menghias kain Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 17 Pembagian berdasarkan penggunaan jenis kain yang digunakan : 1. Teknik menghias kain dengan menggunakan kain rapat (tenunan rapat) atau tenunan yang tidak dapat dibagi. Misalnya : sulaman fantasi, sulaman inkrustasi, sulaman Inggris, sulaman Richelieu dan sulaman bayangan. 2. Teknik menghias kain dengan menggunakan kain bagi : a) Kain bagi polos Kain bagi adalah kain yang tenunan benangnya mudah dihitung. Kain bagi polos alur benangnya tampak jelas dan mudah dibagi. Umumnya jenis desain dekorasi untuk sulaman pada kain bagi berupa desain geometris. Misalnya kain strimin, matting. b) Kain bagi bercorak Kain bagi bercorak adalah kain yang tenunannya rapat dengan corak bergaris, berkotak-kotak atau berbintikbintik. Ukuran sisi kotak antara tiga millimeter sampai tiga perempat sentimeter. Jika ukuran yang lebih besar dari yang telah disebutkan akan mempersulit membuat disain dan hasilnya kurang indah. Pada kain bagi bercorak bintik-bintik disain dekorasi tidak terbatas pada disain geometris saja, tetapi juga dapat ditambahkan desain lengkung dan desain flora atau fauna. Dapat dikatakan bahwa semua jenis kain (bahan tekstil) dapat dihias. Jenis sulaman yang digunakan, tergantung dari jenis tenunan dan corak kain, misalnya : a) Belacu, popelin, berkolin dan jenis tenuann yang rapat tenunnya, sulaman fantasi (sulaman bebas), aplikasi. b) Bahan serupa dengan corak kotak atau bintik dapat diubah dengan macam-macam tusuk hias (merubah corak) contohnya aplikasi, smock dan lain-lain dan tusuk-tusuk hias (merobah corak) c) Bahan yang dapat dihitung benangnya seperti strimin dan matting, yaitu terawang, tusuk silang dan holbein. d) Bahan yang tipis dan bening yaitu sulaman bayangan, inkrustasi, lekapan renda, mute dan lain-lain. e) Bahan lemas berkilau seperti satin yaitu dengan sulaman bebas, lekapan quilt dan lain-lain. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 18 Polkadot kecil Berkotak Strimin Strimin Lubang Besar Bahan Tipis Bahan Lemas Berkilau Poplin Blacu Gambar 2.7Aneka macam contoh kain c. Rangkuman Alat-alat menyulam, benang sulam dan kain banyak ragamnya dan harus disesuaikan dengan jenis sulaman yang dipilih. Penggunaan alat dan bahan yang tepat akan mempermudah dalam mengerjakannya, sehingga memungkinkan akan menghasilkan tusuk hias yang indah dan menarik. d. Tugas 1). Menyiapkan alat-alat untuk membuat tusuk hias 2). Menyiapkan benang sulam yang sesuai 3). Menyiapkan kain bagi polos untuk membuat tusuk hias ukuran 35 cm x 60 cm 4). Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersih e. Tes Formatif Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 19 1. Sebutkan lima alat yang digunakan untuk menyulam ! 2. Sebutkan kain yang sesuai untuk membuat macammacam tusuk hias ! 3. Sebutkan jarum yang sesuai untuk menyulam pada kain strimin ! f. Kunci Jawaban Formatif 1. Jarum sulam yang ujungnya tumpul, pendedel, pita ukuran, gunting benang dan gunting kain. 2. Kain bagi polos seperti strimin, matting. 3. Jarum sulam tumpul dengan nomor 12, 14, 16, 18 dan 20 g. Lembar Kerja 1. Alat : a. Jarum sulam tumpul b. jarum pentul c. Pendedel d. Pita ukuran e. Gunting benang f. Gunting kain 2. Bahan : a. Benang sulam : Melange/Pelangi b. Kain bagi : 35 cm x 60 cm Mouline, 3. Kesehatan dan keselamatan kerja 1). Meja kerja rapih dan bersih. a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. b. Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil bantalannya. c. Perhitungkan bahan secara teliti. dan 4. Langkah kerja a. Menyiapkan alat yang diperlukan b. Menggunting benang sulam sesuai yang dibutuhkan c. Menggunting kain ukuran 35 cm x 60 cm d. Siap memulai sulaman tusuk hias Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 20 Kegiatan Belajar 2 Kegiatan belajar 2 ini meliputi cara memulai dan mengakhiri jahitan tusuk hias. a. Tujuan kegiatan pemelajaran Pada akhir kegiatan pemelajaran cara memulai dan mengakhiri jahitan, peserta diklat mampu: 1. memulai jahitan tusuk hias dengan benar 2. mengakhiri jahitan tusuk hias dengan benar 3. merapihkan jahitan tusuk hias b. Uraian materi Dalam teknik menjahit dengan tangan, biasanya diperoleh hasil karya yang rapih dan halus. Dari depan nampak indah dari belakang nampak rapih. Selain untuk kerapian juga untuk kekuatan jahitan perlu diperhatikan cara memulai dan mengakhiri jahitan yaitu : a. Sebelum tusukan pertama, jarum dijelujurkan halus dari bagian buruk hanya mengambil sedikit saja dari tenunan tiga sampai empat langkah kemudian jarum ditusukkan kebagian yang baik untuk memulai sulaman. b. Cara lain adalah dengan menusukan jarum dari bagian buruk kebagian baik, tinggalkan 1½ -2 cm ujung benang. Pada waktu membuat tusuk- tusuk sulaman, ujung benang tersebut ikut dijepit sehingga ujung benang itu tidak ikut tercabut. c. Menyisakan ujung benang + 6 cm pada bagian buruk waktu memulai tusukan, dan setelah benang tersebut diselipkan pada tusuk yang sudah seperti waktu mengakhiri jahitan. d. Mengakhiri jahitan caranya adalah dengan menusukan jarum kebagian buruk, jahitkan beberapa tusuk balut pada bagian belakang tusuk sulam sebelum benang digunting. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 21 Gambar 2.8 mengawali dan mengakhiri jahitan c. Rangkuman Pembuatan macam-macam tusuk hias ataupun sulaman harus mempunyai penampilan yang rapih. Kerapihan tusuk hias harus tampak pada bagian baik juga bagian buruk kain. Oleh karena itu penampilan benang hias harus diperhatikan kerapihannya baik pada awal jahitan maupun di akhir jahitan. d. Tugas 1. 2. 3. 4. 5. Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tusuk hias Mempraktikan cara mengawali membuat tusuk hias Mempraktikan cara mengakhiri membuat tusuk hias Merapihkan jahitan tusuk hias Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersih e. Tes formatif 1. 2. Terangkan satu cara mengawali jahitan tusuk hias ! Terangkan cara mengakhiri jahitan tusuk hias ! Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 22 f. Kunci jawaban formatif 1. 2. Mula-mula buat jelujur halus dimulai dari bagian buruk tiga atau empat langkah jelujur. Jarum ditusukan ke bagian baik kain untuk memulai membuat tusuk hias. Menusukan jarum ke bagian buruk kemudian benang tersebut dililitkan ke bagian belakang hasil tusuk hias yang telah dibuat. g. Lembar kerja 1. Alat: a. Jarum sulam b. Jarum pentul c. Gunting benang 2. Bahan: a. Benang sulam : Mouline, Melange/Pelangi b. Kain bagi : 35 cm x 60 cm 3. Kesehatan dan keselamatan kerja a. Meja kerja rapih dan bersih. b. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. c. Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil dan bantalannya. d. Jarak mata dan benda yang akan dihias + 30 cm. e. Posisi bekerja, pekerjaan diatas meja, tidak diatas pangkuan. f. Bekerja dengan hati-hati dan teliti. g. Penerangan yang cukup. 4. Langkah kerja a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. b. Memberi tanda dimulai tusuk hias dengan jarum pentul. c. Menyiapkan benang sulam dengan jarum sulam yang tumpul. d. Mengawali jahitan tusuk hias. e. Mengakhiri jahitan tusuk hias. f. Merapihkan jahitan tusuk hias. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 23 Kegiatan belajar 3 Kegiatan belajar 3 ini meliputi pembuatan macam-macam tusuk hias sulaman a. Tujuan kegiatan pemelajaran Pada akhir kegiatan pemelajaran pembuatan macam-macam tusuk hias, peserta diklat mampu : 2. Membuat macam-macam tusuk hias 3. Merencanakan penerapan tusuk hias pada sulaman b. Uraian materi Untuk menghiasi busana dapat dilakukan dengan bermacammacam teknik hiasan. Teknik hiasan yang dimaksud adalah teknik menghias kain yang erat hubungannya dengan sulam menyulam. Sebelum memahami macam-macam teknik teknik menghias kain sebaiknya terlebih dahulu mempelajari macammacam tusuk hias, karena tusuk hias merupakan dasar dari menghias kain. Tiap-tiap tusuk hias mempunyai keindahan masing-masing. Penyusunan bermacam tusuk hias yang harmonis akan melahirkan suatu dekoratif yang menarik. Berikut ini dikemukakan beberapa tusuk hias yang sering digunakan dalam menghias kain, diantaranya: 1. Tusuk Jelujur Tusuk hias ini paling sederhana, akan tetapi sangat bernilai juga berguna untuk jahitan sementara. Arahnya dari kanan ke kiri. Gambar 2.9 tusuk jelujur Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 24 2. Tusuk Jelujur yang dililit Gambar 2.10 tusuk jelujur yang dililit Dalam hal ini kita dapat membuat variasi dengan cara menggunakan dua macam benang yang berlainan tebal ataupun warnannya. 3. Tusuk Jelujur Berganda atau Tusuk Holbein Gambar 2.11 tusuk jelujur berganda/holbein Tusuk Holbein ini harus dikerjakan pada kain bagi yang mudah dihitung benang pakannya maupun lungsinnya. Setiap baris tusuk Holbein harus dikerjakan dua kali/bolak balik. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 25 4. Tusuk Hias Holbein yang Dililit Gambar 2.12 tusuk holbein yang dililit Mula-mula membuat satu baris tusuk hias Holbein yang berbikubiku, kemudian tusuk hias tersebut dililitkan dengan benang lain. 6. Tusuk Hias Rantai Gambar 2.13 tusuk rantai Tusuk rantai ini merupakan garis yang teratur dan rata sedangkan pengerjaannya harus agak longgar, lebih-lebih jika dikerjakan sebagai garis lengkung. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 26 6. Tusuk Rantai Berwarna Gambar 2.14 tusuk rantai berwarna Dalam hal ini kita menggunakan dua warna benang yang keduaduanya dimasukan kedalam satu lubang jarum, dan dipergunakan saling berganti membuat tusuk rantai. Bila kita tidak hati-hati dalam mengerjakannya, benang yang sedang tidak dikerjakan dapat lepas kebagian belakang kain dasar. 7. Tusuk Rantai Lebar atau Persegi Gambar 2.15 tusuk rantai lebar/persegi Tusuk hias ini bila tidak dihias tampaknya kurang bagus dan kurang halus, kecuali jika dihiasi lagi dengan tusuk hias lainnya. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 27 8. Tusuk Rantai Berganda Gambar 2.16 tusuk rantai berganda Tampaknya hampir seperti tusuk tangkai yang tertutup, akan tetapi dalam hal ini jarum setiap kali ditusukan kedalam sengkelit sebanyak dua kali. Sedangkan pada tusuk tangkai biasanya hanya satu kali. 9. Tusuk Rantai Lepas Gambar 2.17 tusuk rantai lepas Tusuk hias ini dibuat sendiri-sendiri tidak sambung menyambung. Dapat dipergunakan sebagai tusuk hias pengisi bidang ragam hias. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 28 10. Tusuk Rantai Terbuka Gambar 2.18 tusuk rantai terbuka Tusuk hias ini banyak dipakai dan dapat dipergunakan menurut keperluannya. Dapat dikombinsasikan dengan tusuk hias lainnya, untuk membuat pinggiran dan sebagai pengisi bidang yang merupakan pola ragam hias beranting. 11. Kombinasi /gabungan Tusuk Rantai dengan Tusuk Jelujur Gambar 2.19 Kombinasi tusuk rantai dengan tusuk tikam jejak Mula-mula kita mengerjakan tusuk rantai, kemudian tusuk jelujur yang dikerjakan di tengah tusuk rantai tersebut. Disini kita dapat mempergunakan dua warna benang. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 29 12. Tusuk Pipih Gambar 2.20 tusuk pipih Mula-mula kita membuat tusuk pipih berdiri, arahnya dari kanan ke kiri, kemudian satu sama lain disambungkan dengan tusuk pipih serong, dikerjakan pada waktu mulai lagi membuat dari kiri ke arah kanan. 13. Tusuk Pipih yang di Ikat Gambar 2.21 tusuk pipih di ikat Mula-mula kita membuat sebaris tusuk pipih dengan jarak antara satu sama lain sama begitu pula tingginya. Kemudian setiap dua tusuk pipih diikat dengan cara menyisipkan benang lain kebawah tusuk pipih yang pertama, benang kerja mempersatukan tusuk pipih kesatu dan kedua dengan cara menyisipkan benang kebawah tusuk pipih yang kedua. Benang kerja ini seterusnya disisipkan kebawah tusuk pipih berikutnya dan ulangi cara mengikat dua Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 30 tusuk pipih itu seperti yang pertama kali tanpa menyangkut kain dasar. 14. Tusuk Cordon Gambar 2.22 tusuk cordon Tusuk pipih yang rapat ini digunakan untuk mengisi garis yang sebelumnya ditandai dengan tusuk tikam jejak. Gambar A menunjukkan cara menutup garis tikam jejak dengan cara menyangkut sedikit dari kain dasarnya. Gambar B menunjukkan cara menutup garis tusuk jelujur pada tepi bahan yang bertiras, umpamanya pada teknik aplikasi atau teknik lekapan. 15. Tusuk Pipih Berderet Gambar 2.23 tusuk pipih berderet Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 31 Setiap deretan tusuk pipih berikutnya dikerjakan diantara deretan tusuk pipih, sehingga nampak saling mengisi. Tusuk pipih semacam ini sangat baik sebagai pengisi bidang bentuk kecil-kecil, dan kita juga dapat mengatur warnanya secara bertingkat atau seperti pelangi dari warna tua sampai muda. 16. Tusuk Feston Tusuk hias feston ini memungkinkan banyak variasi yang sangat dikenal antara lain :  Tusuk Feston biasa atau tusuk selimut Gambar 2.24 tusuk feston biasa  Tusuk Feston bersilang Gambar 2.25 tusuk feston bersilang  Tusuk Feston tertutup atau bentuknya segitiga Gambar 2.26 tusuk feston tertutup dan bentuk segitiga  Tusuk Feston berkelompok yang diikat Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 32 Gambar 2.27 tusuk feston tertutup dan bentuk segitiga  Tusuk Feston kaki dua dan tusuk feston berganda Gambar 2.28 tusuk feston berganda dan kaki dua  Tusuk Feston berkelompok dengan antara Gambar 2.29 tusuk feston berkelompok dengan antara  Tusuk Feston naik turun Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 33 Gambar 2.30 tusuk feston naik turun 17. Tusuk Feston dengan Sisipan Gambar 2.31 tusuk feston dengan sisipan Dengan berbagai macam cara kita dapat menyisipi tusuk feston seperti dengan cara mengepang, untuk itu kita dapat menggunakan benang yang bermacam-macam tebalnya. 18. Tusuk Feston dengan Buhulan Gambar 2.32 tusuk feston dengan buhulan Dengan cara membuat sengkelit yang melingkari ibu jari, dengan mudah kita dapat membuat buhulan pada ujung kaki tusuk feston. 19. Tusuk Feston yang dililit Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 34 Gambar 2.33 tusuk feston yang dililit Kalau kita melilit tusuk feston itu dari kiri ke arah kanan, akan memberi kesan lain daripada kalau kita melilit dari kanan kekiri. 20. Tusuk Feston sebagai Pengisi Gambar 2.34 tusuk feston sebagai pengisi Tusuk hias ini sebagian besar merupakan pengisi bidang yang letaknya bebas, dikerjakan setiap baris dengan cara dibolak-balik. Pada baris pertama setiap tusuk feston menyangkut sedikit kain dasar, pada baris-baris berikutnya hanya pada permulaan dan pada ujungnya atau akhir saja. 21. Tusuk Flanel Gambar 2.35 tusuk flanel Tusuk hias yang terkenal ini merupakan dasar untuk berbagai macam sisipan dan variasi menjalin. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 35 22. Tusuk Flanel Berganda Gambar 2.36 tusuk flanel berganda Kita membuat dua baris tusuk flanel dengan mempergunakan warna yang berlainan, hingga kedua baris tusuk flanel itu saling menumpang, hal ini dapat dibuat dengan dua cara, yaitu : a) Sebagai dasar untuk tusuk hiasan jalin secara Timur, pada silang bagian atas benangnya sisipkan dibawah flanel pertama, kebalikannya dengan tusuk silang biasa b) Pada gambar B, perlu diperhatikan bahwa benangbenang itu selalu menurut cara yang sama yaitu saling menyilang (A). Kedua baris itu dibuat seperti tusuk flanel biasa (B). 23. Tusuk Flanel dengan Sisipan Tunggal Gambar 2.37 tusuk flanel dengan sisipan tunggal Mula-mula kita membuat satu baris tusuk flanel. Kemudian kita sisipi dengan benang berwarna lain tanpa menyangkut kain dasar. Kita harus menghindari adanya sambungan pada benang sisipan itu, jadi benang ini harus panjang sekali dan baris tusuk flanel ini jangan terlalu besar. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 36 24. Tusuk Flanel dengan Sisipan Berganda Gambar 2.38 tusuk flanel dengan sisipan berganda Mula-mula kita membuat tusuk flanel berganda sebagai dasar yang saling menumpang. Kemudian bagian atas disisipi benang lain dahulu, baru sesudah itu menyisipi bagian bawahnya tanpa menyangkut kain dasar, terkecuali pada permulaan bekerja atau pada akhir pekerjaan. 25. Tusuk Flanel yang dililit Gambar 2.39 tusuk flanel yang dililit Pada gambar kita lihat tusuk flanel ini tidak seperti biasanya yang kita kerjakan, agak berbeda yakni tusuk lilit yang kedua kali itu tidak menumpang pada tusuk lilit yang pertama, melainkan letaknya dibawah yang pertama. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 37 26. Tusuk Flanel Tertutup/Yanina Gambar 2.40 tusuk flanel tertutup/Yanina Tusuk hias ini cepat dibuatnya dan merupakan dua garis tertutup. Jika dipakai untuk sulaman bayangan tusuk hias ini dikerjakan pada bagian buruk dari kain dasar. Pada bagian yang baiknya terdapat dua baris tikam jejak (karena itulah mendapat nama tusuk hias bayangan). Pada teknik perzisch ayour dikerjakan pada bagian buruk juga, sehingga dapat menutup bidang ragam hiasanya sedangkan pada bagian yang baik merupakan suatu relief (lihatlah halaman 48 contoh tusuk hias bayangan). 27. Tusuk Flanel dilekat dengan Tusuk Koral Gambar 2.41 tusuk flanel yang dilekat dengan tusuk koral Setelah membuat satu baris tusuk flanel biasa, kita bekerja dengan benang lain melekat pada setiap persilangan tusuk flanel dengan tusuk rantai yang diputar (inilah yang disebut tusuk koral). Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 38 28. Tusuk Flanel dilekat dengan Tusuk Jelujur Gambar 2.42 tusuk flanel yang dilekat dengan tusuk jelujur Dalam hal ini tusuk jelujur melintang dipergunakan untuk menekat. Tusuk flanel dapat juga ditekat dengan tusuk jelujur tegak lurus atau tusuk rantai pada setiap persilangan. 29. Tusuk Tangkai Gambar 2.43 tusuk tangkai Pada tusuk tangkai biasanya benang kerja itu letaknya dibawah jarum (lihat gambar). Dapat juga benang kerja itu selalu ada diatas jarum dan tusuk hiasnya disebut juga tusuk pinggiran (sebagai batas). Dalam hal ini kedua jarum tersebut ditusukan dan dikeluarkan tepat pada ujung tusuk hias yang sebelumnya. Pada bagian buruk kita harus memperoleh suatu baris tusuk tikam jejak yang rapi. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 39 30. Tusuk Tangkai Melompat Gambar 2.44 tusuk tangkai melompat Benang kerja secara bergilir letaknya diatas atau dibawah. 31. Tusuk Tikam Jejak Gambar 2.45 tusuk tikam jejak Tusuk ini harus dikerjakan secara teratur dan jaraknya kecil-kecil. Tusuk tikam jejak diperguakan untuk mengisi garis-garis tipis dan merupakan dasar untuk berbagai macam tusuk hias lainnya seperti tusuk hias manik-manik, tusuk pekinees atau tusuk tikam jejak yang dikepang dan tusuk tikam jejak berganda yang disisipi tusuk flanel. 32. Tusuk Tikam Jejak Serong Gambar 2.46 tusuk tikam jejak serong Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 40 Tusuk tikam jejak yang terlihat pada bagian atas nampaknya serong dan berpasangan. Letaknya tegak lurus dan pada bagian belakang/buruk terjadi dua tusuk jahit mendatar (samakan dengan tusuk kantil atau runcing panah. 33. Tusuk Tikam Jejak dengan Sisipan Bersilang Gambar 2.47 tusuk tikam jejak dengan sisipan bersilang Bilamana kita menghendaki hasil pekerjaan itu pada kedua belah kain sama, kita dapat menganti tusuk tikam jejak dengan tusuk hias holbein, tusuk hias ini pada kedua belah kain bagian atas dan bawah disisipi benang. Saran yang baik janganlah membuat ban yang terlalu lebar nanti benang sisipannya terlalu panjang karena tidak bisa disambung. 34. Tusuk Ranting Gambar 2.48 tusuk ranting Tusuk ranting mempunyai efek satu arah yang seolah-olah tumbuh. Tusuk hias ini harus dikerjakan dengan teliti. Ada berbagai macam variasi dari tusuk ranting ini. Di Belanda tusuk hias ini sangat dikenal. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 41 35. Tusuk Ranting Tulang Daun Bagian dalam sengkelit berbentuk V dibuat pendek dan tegak lurus, yang keluar panjang dan serong. Gambar 2.49 tusuk ranting tulang daun 36. Tusuk Ranting Lurus Bagian dalam sengkelit berbentuk V serong, bagian yang luar menajdi tegak lurus dan lebih panjang atau lebih pendek. Gambar 2.50 tusuk ranting lurus 37. Tusuk Ranting Rantai Gambar 2.51 tusuk ranting rantai Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 42 Tusuk hias ini biasanya dibuat sedemikian rupa, agar tusuk rantai itu pada bagian luar sama panjang seperti tusuk serong dibagian tengah. Dapat juga dibuat biku-biku pada bagian tengah harus teratur dan timbul dengan baik. 38. Tusuk Silang (kruisteek) Gambar 2.52 tusuk silang Tusuk hias ini dikerjakan silang menyilang menurut dua arah yang serong. Hendaknya dikerjakan pada kain bagi, yaitu kain yang benang tenunannya mudah dihitung seperti bahan strimin, matting, lenan kasar dengan silang polos. Karena tusuk silang ini bentuk dasarnya segi empat maka dalam mengerjakannya melebar maupun memanjang harus sama-sama simetris. Syarat utama pekerjaan tusuk silang ini adalah tusuk silang yang kedua kalinya diatas yang pertama, harus sama arahnya, agar hasil seluruh pekerjaan itu rapi nampaknya. Tusuk silang dapat dikombinasikan dengan teknik lainnya yang khusus dikerjakan pada kain bagi seperti tusuk holbein, tusuk perzis ayour dan tapisseri. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 43 39. Melekatkan Benang Gambar 2.53 melekatkan benang Sehelai benang tebal ataupun seikat benang tipis dilekatkan pada kain dasar dengan tusuk hias kecil-kecil. Untuk ini kita dapat memakai benang yang lebih tipis. Sehelai atau dua helai dengan warnanya yang sama atau kontras/bertentangan dengan benang tebal tersebut diatas. Untuk melekatkan benang tebal tadi kita mempergunakan tusuk hias yang tidak terlalu mencolok, umpamanya tusuk pipih kecil-kecil atau tusuk hias lainnya yang merupakan bentuk V, tusuk rantai terbuka, yang mempunyai fungsi menghiasi benang tebal. [melekatkan benang tebal dengan tusuk pipih yang rapat (B)]. Dalam hal ini seikat benang tipis-tipis dilekatkan pada kain dasar sedemikian rupa hingga tidak kelihatan lagi. Untuk ini kita pakai benang tipis untuk membuat pipih kecil rapat-rapat, setiap kali sedikit dari kain dasar tersangkut. c. Rangkuman Tusuk hias sulaman banyak jenis dan ragamnya, mulai dari tusuk jelujur dan variasinya, tusuk rantai dan variasinya, tusuk pipih dan variasinya, tusuk feston dan variasinya, tusuk flanel dan variasinya, tusuk tangkai dan variasinya, tusuk tikam jejak dan variasinya, tusuk ranting dan variasinya, tusuk silang dan variasinya dan tusuk melekatkan benang. Tusuk-tusuk hias tersebut mempunyai kekhasan, keunikan dan keindahan masing-masing. Keindahan tusuk hias tersebut akan banyak dipengaruhi oleh pemilihan benang, warna benang, tekstur benang atau pilinan benang Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 44 disamping teknik tarikan benang saat menyulam. Tusuk hias yang baik adalah tusuk hias yang indah, rapih, permukaannya rata tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar. d. Tugas 1) 2) 3) 4) 5) hias Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tusuk hias Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersih Mengakhiri pembuatan tusuk hias Merapihkan jahitan tusuk hias Setelah mempraktekan cara mengawali membuat tusuk dilanjutkan dengan pembuatan tusuk hias e. Tes formatif 1) Sebutkan 6 buah tusuk hias ! 2) Gambarkan 2 buah variasi tusuk jelujur ! 3) Gambarkan 2 buah variasi tusuk flanel ! 4) Gambarkan 2 buah variasi tusuk feston ! 5) Terangkan penggunaan benang hias untuk tusuk hias ! f. Kunci jawaban formatif 1. Tusuk jelujur, tusuk rantai, tusuk pipih, tusuk feston, tusuk flannel dan tusuk silang 2. a) b) 3. a) b) 4. a) b) Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 45 5. Benang dapat dipilih yang teksturnya tebal, halus, kasar, kusam atau mengkilat, juga dapat dipilih benang tunggal atau yang dengan sedikit pilinan akan lebih kuat, dengan atau tanpa penebalan, sengkelit, keriting dan sebaginya. Sebaiknya kita coba dahulu membuat tusuk hias yang akan kita kerjakan satu helai atau lebih agar tusuk hias benar- benar muncul keindahannya. g. Lembar kerja Alat 1). 2). 3). 4). 5). 6). 7). : Jarum sulam Jarum pentul Pendedel Gunting benang Gunting kain Pita ukuran Kapur jahit Bahan : 1) Benang sulam 2) Kain bagi : Mouline,Melange/Pelangi : 35 cm x 60 cm Kesehatan dan keselamatan kerja 1) Meja kerja rapih dan bersih. 2) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3) Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil dan bantalannya. 4) Benang hias dibuka secara benar agar tidak kusut dan dapat dirapihkan lagi. 5) Jarak mata dan benda yang akan dihias + 30 cm. 6) Duduk bersandar santai dan rileks. 7) Posisi bekerja, pekerjaan diatas meja, tidak diatas pangkuan. 8) Bekerja dengan hati-hati dan teliti. 9) Penerangan yang cukup. Langkah kerja 1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2) Memberi tanda dimulai tusuk hias dengan jarum pentul. 3) Menyiapkan benang sulam dengan jarum sulam yang tumpul. 4) Mengawali jahitan tusuk hias dengan teliti. 5) Mulai membuat tusuk hias dengan teliti, perhatikan gambar tusuk hias. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 46 6) 7) Mengakhiri jahitan tusuk hias dengan hati-hati. Merapihkan jahitan tusuk hias. 4. Kegiatan belajar 4 Kegiatan belajar 4 ini meliputi pengenalan macam-macam sulaman. a. Tujuan kegiatan pemelajaran Pada akhir kegiatan pemelajaran pengenalan macam-macam sulaman, peserta diklat mampu : 1) Menyebutkan 2 jenis sulaman putih 2) Menyebutkan 2 jenis sulaman berwarna 3) Merencanakan pemilihan tusuk hias untuk sulaman fantasi b. Uraian materi Menghias kain adalah seni untuk membuat suatu kain atau busana menjadi lebih indah. Cara menghias kain dengan jahitan biasa disebut menyulam atau membordir, yang berasal dari bahasa Belanda “Borduur”. Menghias dengan menyulam sudah digemari dan dilakukan orang sejak ribuan tahun yang lalu dan hingga saat ini berkembang menjadi barang komoditi yang trend di masyarakat. Menyulam digunakan untuk menghias pakaian, lenan rumah tangga maupun benda lain yang dibuat dari bahan tekstil seperti tas, selop (sejenis alas kaki ber-hak) dan lain-lain. Sebutan untuk beberapa jenis sulaman masih menggunakan nama asing atau sebutan negara dimana sulaman tersebut lebih dahulu dipraktekan, seperti : sulaman Perancis, Inggris, Richelieu, Holbei dan Quilt. Pada mulanya, sulaman Perancis, Inggris dan Richelieu hanya dikerjakan pada kain lenan atau katun putih dengan menggunakan benang berwarna putih. Oleh karena itu disebut sulaman putih, akan tetapi pada masa kini hal tersebut tidak berlaku lagi, sulaman tersebut dapat dibuat pada kain berwarna warni dengan benang yang berwarna warni pula sehingga banyak disukai orang dan pekerjaan menyulam pun berkembang menjadi industri.Teknik menghias kain yang didasarkan atas penggunaan warna kain dan benang hiasnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Sulaman Putih Sulaman putih dikerjakan pada kain polos dengan benang hias sewarna, lebih tua atau lebih muda. Pada zaman dahulu Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 47 sulaman putih dikerjakan pada tenunan yang putih dengan benang hias putih. Keindahan dari sulaman ini terletak pada serat timbul dan berlubang dari ragam hias. Yang termasuk dalam kelompok sulaman putih adalah sulaman Perancis, Richelieu dan sulaman bayangan. a) Sulaman Inggris Gambar 2.54 sulaman Inggris Sulaman Inggris dikenal pada bentuk motif hias yang terdiri dari lubang-lubang bundar, lonjong atau berbentuk tetes air yang diselesaikan dengan tusuk feston atau tusuk cordon, dirangkai dengan tusuk pipih dan tusuk tangkai. Tepi sulaman diberi pinggiran yang berbentuk lengkungan yang disebut bentuk ringgitan. Untuk membuat lubang, digunakan alat pelubang yang disebut priem. Untuk membuat lubang yang besar dan bentuk yang lonjong, keliling lubang dijelujur dua kali kemudian lubang dibuat dengan menggunakan gunting kecil. Teknik sulaman Inggris dikerjakan pada kain polos misalnya tetoron, oxpord, berkolin, poplin, mori dan lain-lain. Benang yang digunakan benang katun sewarna dengan kain, atau boleh berbeda, hanya tingkatan warnanya saja misalnya hijau dengan hijau muda. Benda yang dapat dihias yaitu blus, kerah, saku, alas vas, serbet, saputangan dan sebagainya. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 48 b) Sulaman Perancis Gambar 2.55 sulaman Perancis Sulaman Perancis merupakan sulaman yang timbul (relief) karena motif-motif diisi dengan tusuk rantai sebagai pengisi atau penebal. Tepi motif dijelujur halus dua kali penyelesaian motif dengan tusuk pipih. Untuk membuat garis yang merupakan tangkai daun digunakan tusuk jelujur yang diselesaikan dengan tusuk balut. Sulaman ini banyak dipergunakan untuk monogrem ataupun simbolsimbol, selain itu juga dapat diterapkan pada blus, kemeja maupun pakaian anak-anak. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 49 c) Sulaman Richeulieu Gambar sulaman Richeulieu 2.56 Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 50 Gambar 2.57 contoh hasil produk sulaman Richeulieu Sulaman ini disebut juga dengan sulaman terbuka karena efeknya terbuka (seperti renda). Motif dari sulaman ini berlubang-lubang. Lubang tersebut diberi beberapa rentangan benang yang difeston (brides). Dengan demikian lubang- lubang pada sulaman Richeulieu harus lebar (lebih besar dari pada sulaman inggris). Diluar lubang masih ada garis motif yang mengelilinginya yang harus diselesaikan dengan tusuk feston yang kaki festonnya menghadap kedalam sedangkan bagian lubang kakinya menghadap keluar. Sulaman Richeulieu ini dapat digunakan untuk menghiasi berbagai macam pakaian atau lenan rumah tangga. Kain yang dihias haruslah rapat tenunannya dan polos. d) Sulaman Bayangan Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 51 Gambar sulaman Bayangan 2.58 Sulaman ini dikenal pada hiasan yang membayang dari bagian dalam. Untuk mengisi bentuk hias digunakan tusuk flanel. Menyulamnya muai dari bagian dalam sehingga pada bagian luar bentuk itu hanya membayang dengan tepi garis berupa tusuk tikam jejak. Sulaman ini dikerjakan pada kain yang tembus terang seperti voile, paris, ciffon dan sebagainya. Benda-benda yang dapat dihiasi dengan teknik ini antara lain blus, kebaya, alas kaki, kerudung, selendang, rok anak dan sebagainya. e) Sulaman Matelase Gambar 2.59 sulaman Matelase Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 52 Sulaman matelase termasuk sulaman putih, karena menggunakan benang yang sama/senada dengan warna kain. Motif hias sulaman matelase dapat berbentuk renggaan bunga, binatang dll. Sebaiknya dalam pemilihan motif tidak menggunakan motif yang terlalu besar/lebar. Motif hias sulaman matelase akan membentuk relief dari bahan pengisi yaitu kapas, dacron atau busa tipis yang diberi jahitan pada tepi motif. Kain yang digunakan dipilih yang mempunyai tenunan rapat, bermotif ataupun polos. Sulaman matelase dapat diterapkan pada lenan rumah tangga ataupun hiasan busana. f) Sulaman Inkrustasi Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 53 Gambar sulaman Inkrustasi 2.60 Menghias kain dengan cara inkrustasi adalah melekatkan bahan pada bahan yang lain, pada tempat lekapan itu bahan dasar dihilangkan. Bila pada aplikasi bahan pelekap diletakan diatas, maka pada inkrustasi bahan pelekap diletakan dibawah. 2. Teknik Menghias Kain Sulaman Berwarna Sulaman yang menggunakan bahan dasar (kain yang akan dihias) maupun benang hiasnya bervariasi yang dikombinasikan secara harmonis. Kain yang dapat dihiasnyapun bermacam-macam, seperti kain polos, kain bagi, kain berkotak, berbintik dan sebagainya, dan teknik hiasannya dapat menyesuaikan dengan kain tersebut. Adapun sulaman berwarna meliputi : a) Sulaman fantasi Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 54 Gambar 2.61 sulaman Fantasi Sulaman fantasi adalah sulaman yang menerapkan bermacam-macam tusuk hias dengan aneka warna benang. Motif hias yang akan dibuat dikerjakan dengan bermacam-macam tusuk hias paling sedikit tiga macam tusuk hias. Pemakaian tusuk hias harus sesuai dengan bentuk ragam hias. Motif hias dapat berbentuk bunga, pemandangan atau geometris. Biasanya sulaman fantasi ini dikerjakan pada kain polos misalnya : kain tetoron, poplin, nerkolin, mori, harmonis dan kontras, sehingga sulaman atau hiasan terlihat lebih menonjol, menarik dan rapih. b) Merubah corak Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 55 Gambar 2.62 merubah corak Menyulam dengan merubah corak dikerjakan pada kain yang bercorak seperti bergaris, berkotak, berbintik. Tusuktusuk yang dapat digunakan adalah tusuk jelujur, tusuk silang, tusuk rantai terbuka, tusuk biku dan lain-lain. Pada jarak tertentu sesuai desain, kotak, garis atau bulatan diubah atau ditambah dengan jahitan sehingga terdapat variasi dan hiasan pada kain tersebut. Gunakan warna benang yang sama dengan warna corak kain. Mengubah corak dapat diterapkan pada gaun, blus, rok, bantal kursi, taplak dan lain-lain. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 56 c) Smock Gambar 2.63 smock Gambar 2.64 contoh hasil produk smock Teknik menghias yang disebut dengan smock dikenal pada sulaman diatas kain yang dikerut rata. Sulaman tersebut dapat dikerjakan pada kain yang dapat dibagi, yaitu kain bersalur, bergaris, berkotak atau berbintik. Bila smock itu dikerjakan pada kain polos, maka pada kain tersebut harus diberi tanda-tnda titik atau garis. Pekerjaan smock sifatnya elastis, kecuali pada bagian tertentu yang dikehendaki tidak elastis. Benda yang dapat di smock yaitu gaun, blus, rok, bebe anak, bantal hias dan lain-lain. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 57 d) Terawang (openhadiwerk) Gambar 2.65 pinggiran terawang Dengan menarik satu helai benang atau lebih dari tenunan, maka akan terdapat benang lepas. Bila yang dicabut benang lungsin maka akan terdapat sejajaran benang pakan yang lepas. Bila dicabut baik lungsin maupun pakan, maka akan terdapat lubang pada titik persilangan benang yang dicabut. Benang lepas tersebut diikat dengan tusuk terawang sehingga terdapat hiasan terawang. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 58 e) Tusuk silang (Kruissteek) Gambar 2.66 Kruissteek Teknik tusuk silang dikenal pada sulaman dengan cara mengisi kotak tenunan dengan tusuk silang. Sulaman tusuk silang harus dikerjakan pada kain yang jelas tenunannya, dimana tenunan itu membentuk kotak-kotak kecil seperti pada kain strimin. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 59 f) Sulaman Holbein Gambar 2.67 sulaman holbein Holbein dikenal dikenal pada sulaman yang menggunakan tusuk jelujur/lurus membentuk segi-segi dan biku-biku. Bentuk tersebut diperoleh dengan dua kali jalan. Teknik ini dikerjakan pada kain yang dapat dihitung benagnya. Pada bagian baik dan buruk garis motif sama. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 60 g) Sulaman Asisi Gambar 2.68 sulaman asisi Sulaman Asisi merupakan antara tusuk silang dengan tusuk holbein. Ciri khas dari sulaman asisi ini adalah pada batas motif dikerjakan dengan tusuk holbein. Dengan demikian pada sulaman asisi menggunakan dua tusuk hias yaitu tusuk silang dengan tusuk holbein. Warna benang yang digunakan hanya dua warna yang merupakan kombinasi warna tua dan muda dari satu warna. Warna muda untuk tusuk silangnya dan warna tua untuk tusuk holbeinnya atau kebalikannya. Bahkan kadang-kadang digunakan warna kontras antara tusuk silang dengan tusuk holbeinnya. Pada asisi ini motif hiasnya dikosongkan dan tepinya dikerjakan dengan tusuk holbein. Diluar holbein tersebut (diluar motif) dikerjakan dengan tusuk silang sampai batas tertentu. Motif hiasan asisi pada umumnya sama dengan motif untuk hiasan kruisteek. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 61 h) Melekatkan benang Gambar 2.69 melekatkan benang Melekatkan benang adalah teknik menghias kain yang menggunakan benang tebal untuk membuat hiasan berbentuk garis yang bersambung. Untuk menjahitkan benang tebal digunakan tusuk balut. c. Rangkuman Untuk menghias busana dapat dilakukan dengan bermacam teknik hiasan, diantaranya teknik menghias kain yang erat hubungannya dengan sulam menyulam. Pada pembahasan ini akan diperkenalkan macam-macam sulaman yaitu sulaman fantasi, sulaman Inggris, sulaman Perancis, sulaman Richeulieu, sulaman Bayangan, sulaman Mengubah Corak, sulaman Smock, sulaman Terawang, sulaman Tusuk silang, sulaman Holbein, sulaman Asisi, sulaman Inkrustasi dan sulaman Melekatkan Benang. d. Tugas 1) Baca uraian materi modul dengan seksama 2) Tentukan salah satu jenis sulaman (misal : sulaman fantasi) perencanaan 3) Buat motif untuk sulaman fantasi 4) Rencanakan tusuk hias untuk sulaman fantasi sesuai dengan motif 5) Konsultasikan dengan gurumu, perencanaan yang sudah dibuat e. Tes formatif 1) Sebutkan 2 jenis sulaman putih ! 2) Sebutkan 2 jenis sulaman berwarna ! Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 62 f. 3) Rencanakan pemilihan tusuk sulaman (sulaman fantasi) ! Kunci jawaban formatif hias untuk salah satu 1). a. Sulaman Inggris b. Sulaman Perancis 2). a. Sulaman Fantasi b. Sulaman Holbein 3). g. Lembar kerja Alat : 1) Alat Tulis 2) Kertas HVS 3) Pensil warna Kesehatan dan keselamatan kerja 1) 2) 3) 4) Meja kerja rapih dan bersih. Menyiapkan alat yang diperlukan. Bekerja dengan tenang dan tertib Penerangan yang cukup. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 63 Langkah kerja 1) Menyiapkan alat yang diperlukan. 2) Membaca dengan seksama pengenalan macam-macam sulaman. 3) Merncanakan tusuk hias sesuai dengan motif sulaman fantasi 4) Memberi warna dengan pensil warna sesuai dengan tusuk hias pada motif. 5) Merapihkan hasil pekerjaan 6) Mengkonsultasikan dengan guru pembimbing. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 64 BAB III EVALUASI A. Tes Tertulis Latihan I (Pilihan Berganda) Pilihlah salah satu jawaban pada setiap pertanyaan di bawah ini, yang anda anggap benar ! 1. Berikut ini adalah alat-alat yang dipergunakan untuk menyulam, kecuali : a. Jarum pentul c. Jarum tangan b. Jarum mesin d. Pita ukuran e. Gunting benang 2. Jarum yang digunakan sebagai penolong untuk meletakan pola adalah ….. a. Jarumtangan c. Jarum mesin b. Jarum tumpul d. Jarum pentul e. Jarum juki 3. Alat yang digunakan untuk membentangkan kain yang dihias atau disulam adalah ….. a. Pemidangan c. Pita ukuran b. Penggaris d. Pendedel e. Bidal 4. Bahan strimin biasanya dihias dengan menggunakan benang ….. a. Kasur c. Cashmilon b. Wol d. Mutiara e. Jahit 5. Bahan yang digunakan untuk membuat lenan rumah tangga dengan hiasan tusuk silang adalah ….. a. Belacu c. Strimin b. Tetoron d. Berkolin e. Oxford 6. Teknik melekatkan benang merupakan teknik menghias kain dengan menggunakan : a. Benang panjang & tidak terputus c. Pita b. Benang pendek-pendek d. Bisban e. Renda 7. Gambar berikut dibuat dengan menggunakan tusuk ….. a. Rantai, tikam jejak c. Feston, tikam jejak b. Rantai, flanel d. Tangkai, jelujur e. Silang, jelujur Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 65 8. Sulaman bayangan menggunakan tusuk ….. a. Tikam jejak c. Flanel b. Rantai d. Feston e. Silang 9. Yang termasuk sulaman putih ….. a. Aplikasi c. Sulaman Fantasi b. Melekatkan Benang d. Sulaman Asisi e. Sulaman Inggris 10.Yang termasuk sulaman berwarna ….. a. Sulaman Richeulieu c. Sulaman Fantasi b. Sulaman Bayangan d. Sulaman Perancis e. Sulaman English Latihan II (Soal Isian) Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas ! 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sebutkan salah satu cara untuk memulai suatu tusuk hias ! Uraikan bagaimana cara mengakhiri tusuk hias ! Sebutkan kain yang cocok untuk sulaman fantasi ! Apa perbedaan sulaman asisi dengan holbein ? Gambarkan tusuk rantai lepas ! Gambarkan tusuk rantai terbuka ! Gambarkan tusuk flannel dan variasinya ! Untuk membuat sulaman Inggris, tusuk apa yang biasa digunakan ? 9. Sebutkan tiga variasi tusuk rantai ! 10.Sebutkan tiga variasi tusuk flanel ! B. Tes Praktik Buatlah macam-macam tusuk hias pada kain bagi dengan ukuran 35 cm x 60 cm. Kerjakan minimal 30 tusuk hias. Tusuk hias yang anda buat mewakili variasinya. Gunakanlah benang mouline, warna bebas. Perhatikan keserasian warna benang tusuk hias yang satu dengan yanglainnya, kerapihan tusuk hias dan teknik jenis tusuk hias. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 66 C. Kunci Jawaban Lembar kunci jawaban latihan I 1. b 2. d 3. a 4. d 5. c 6. a 7. a 8. c 9. e 10.c Lembar kunci jawaban latihan II 1. Buat jelujur yang halus dimulai dari bagian buruk kain dengan hanya membuat sebanyak tiga atau empat langkah jelujur. Jarum ditusukan ke bagian baik kain untuk memulai membuat tusuk hias. 2. Menusukan jarum ke bagian buruk kain kemudian benang tersebut dililitkan ke bagian belakang hasil tusuk hias yang telah dibuat. 3. Kain tetoron, oxford, blacu dan berkolin 4. Kalau sulaman asisi diluar motif diberi tuku silang sampai batas tepi motif. 5. 6. 7. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 67 8. Tusuk feston, tusuk tangkai dan tusuk pipih 9. Rantai kabel, rantai berkepala dan rantai berganda 10.Flanel dengan sisipan tunggal, flanel dengan sisipan berganda, flanel tertutup Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 68 Format Penilaian Praktik Nama Peserta : No Induk : Program Keahlian : Nama Jenis Pekerjaan No I : Aspek yang dinilai Persiapan 1. Persiapan alat 2. Persiapan bahan tusuk hias Skor maks II III (sistematika membuat dan memulai tusuk hias mengakhiri tusuk hias pembuatan tusuk hias Jumlah Sikap/etos kerja 1. Kebersihan area kerja 2. Sikap bekerja 3. Ketelitian 4. Tanggung jawab 5. Kemandirian Kualitas produk 1. Hasil pembuatan tusuk hias sesuai dengan prosedur 2. Keserasian benang dengan tusuk hias 3. Kerapihan tusuk hias 4. Kebersihan tusuk hias 5. Pekerjaan diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan Jumlah Jumlah total Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 5 10 cara Jumlah IV Keteranga n 5 Jumlah Proses kerja) 1. Cara 2. Cara 3. Cara Skor peroleh an 6 6 8 20 4 4 4 4 4 20 10 10 10 10 10 50 100 69 KRITERIA PENILAIAN No. Aspek yang dinilai I. Persiapan 1. Persiapan alat II. Kriteria penilaian Skor  Alat disiapkan sesuai dengan kebutuhan  Alat disiapkan tidak sesuai dengan kebutuhan 5 2. Persiapan bahan membuat  Persiapan bahan sesuai tusuk hias dengan kebutuhan  Persiapan bahan tidak sesuai dengan kebutuhan 5 Proses (sistematika dan cara kerja) 1. Cara memulai tusuk hias  Mengawali jahitan tusuk hias sesuai dengan teknik jahitan sulaman.  Mengawali jahitan tusuk hias tidak sesuai dengan teknik jahitan sulaman. 2. Cara hias 3. Cara hias III. mengakhiri pembuatan Sikap/etos kerja 1. Kebersihan area kerja Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 1 1 6 1 tusuk  Mengakhiri jahitan tusuk hias sesuai dengan teknik jahitan sulaman.  Mengakhiri jahitan tusuk hias tidak sesuai dengan teknik jahitan sulaman. 6  Pembuatan tusuk hias tusuk sesuai dengan teknik  Pembuatan tusuk hias tidak sesuai dengan teknik 8  Memelihara kebersihan area kerja  Tidak memelihara kebersihan area kerja 4 1 1 1 70 2. Sikap bekerja 3. Ketelitian  Sikap bekerja memperhatikan proses kerja  Sikap bekerja tidak memperhatikan proses kerja 4 1 4 1 4. Tanggung jawab 5. Kemandirian  Tidak banyak melakukan kesalahan  Banyak melakukan kesalahan  Membereskan kembali alat dan bahan yang dipergunakan  Tidak membereskan kembali alat dan bahan yang dipergunakan 4 1 4 1  Bekerja tanpa banyak diperintah  Bekerja dengan banyak diperintah IV. Kualitas produk 1. Hasil pembuatan tusuk  Hasil pembuatan tusuk hias sesuai dengan hias sesuai dengan prosedur prosedur  Hasil pembuatan tusuk hias tidak sesuai dengan prosedur 2. Keserasian benang dengan tusuk hias  Pemilihan benang dengan tusuk hias serasi  Pemilihan benang dengan tusuk hias tidak serasi 3. Kerapihan tusuk hias  Tusuk hias rapih Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 71  Tusuk hias tidak rapih 4. Kebersihan tusuk hias  Tusuk hias bersih  Tusuk hias tidak bersih 5. Pekerjaan diselesaikan dengan waktu yang telah  Menyelesaikan pekerjaan ditentukan lebih cepat dari waktu yang ditentukan  Menyelesaikan pekerjaan tepat dari waktu yang ditentukan  Menyelesaikan pekerjaan melebihi dari waktu yang ditentukan Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 72 BAB IV PENUTUP Modul dasar menghias kain ini membahas penggunaan alat dan bahan menyulam, membuat macam-macam tusuk hias dan pengenalan macam-macam sulaman. Modul ini merupakan modul dasar yang harus dipelajari sebelum mempelajari teknik-teknik hiasan lainnya. Penguasaan peserta diklat setelah selesai mempelajari modul ini diwujudkan dengan serangkaian kegiatan berupa : memahami isi modul, melaksanakan tugas-tugas yang diwujudkan dalam bentuk portofolio, menjawab dengan benar evaluasi formatif dan sumatif dengan standar nilai yang sudah ditetapkan. Untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam membuat macam-macam tusuk hias, peserta diklat disarankan mengikuti perkembangan usaha industri hiasan busana yang sedang trend dilapangan. Setelah peserta diklat mengikuti serangkaian kegiatan pemelajaran dan memiliki kemampuan membuat macam-macam tusuk hias dan pengenalan macam-macam sulaman, peserta diklat berhak mengikuti uji kompetensi dan selanjutnya mintalah petunjuk kepada instruktur untuk modul berikutnya. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002 73 DAFTAR PUSTAKA Atisah Sipahelut,. 1979. Desain Sulaman Busana dan Perlengkapannya. Jakarta ; Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dep Dik Bud. De Dilmout Mulhouse. 1974. Asisi Embroideries. France. DMC Library. Herni Kusantati, dkk. Desain Hiasan. PKK FPTK UPI. Lisyani Affandi. 1984. Keterampilan Tata Busana 1. Bandung. Ganeca Exact. R. Roesmini Soeria Atmadja. 1983. (Terjemah) 450 Contoh Sulaman. Jakarta. Bhratara Karya Aksara. Soedjono. 1990. Seni Kerajinan Membordir. Bandung. Angkasa. V.M Bambang Soemantri. 2005. Tusuk Sulam Dasar. Yogyakarta. Gramedia Pustaka Utama. Wasia Roesbani Pulu Karang. 1982. Keterampilan Menghias Kain. Bandung. Angkasa. Widjiningsih. 1982. Disain Hiasan Busana dan Lenan Rumah Tangga. Yogyakarta. IKIP Yogyakarta. Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

74

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA