Tuliskan pendapatmu tentang patung Sura dan Baya

Surabaya -

Patung Sura dan Baya menjadi ikon Surabaya yang legendaris. Terdapat 3 patung ikan hiu dan buaya yang membentuk huruf 'S' itu di Surabaya.

Patung itu kerap dijadikan spot foto bagi warga maupun wisatawan yang sedang berkunjung. Masyarakat akan menjumpai patung tersebut jika melewati 3 kawasan ini. Berikut rinciannya.

1. Depan Kebun Binatang Surabaya (KBS)

Salah satu Patung Sura dan Baya yang sangat familiar berada di Jalan Diponegoro No.1-B, Darmo. Tepatnya di depan KBS, Surabaya bagian Selatan.

Jika ingin berkunjung ke KBS, Anda bisa menyempatkan berfoto di sana. Biasanya, akan ada juru foto yang berkenan untuk memotret anda bersama keluarga.

2. Area Skate and BMX Park Surabaya

Patung Sura dan Baya kedua berada di tengah kota Surabaya. Tepatnya di Jl. Gubeng Pojok No.5, Genteng. Lokasinya menjadi satu dengan area Skate and BMX Park Surabaya.

Jika anda melintas ke area Jalan Gubeng-Pemuda, anda akan melihat patung ini berdiri di sana dengan gagah. Lokasinya juga berdekatan dengan Monumen Kapal Selam, sehingga pengunjung bisa sekalian berwisata ke sana.

3. Area Pantai Kenjeran

Patung Sura dan Baya yang ketiga bisa dilihat di sekitar Jalan Pantai Kenjeran Surabaya. Patung ini baru saja dibangun tahun 2019.

Posisinya di dekat area pantai dan ukurannya yang lebih besar akan tampak jelas dari laut. Selain bisa berfoto di sana, pengunjung juga bisa menikmati area jogging track yang melingkari patung Sura dan Baya itu.

Simak Video "Saksi Mata Cerita soal Perosotan Kenpark Surabaya Ambrol"


[Gambas:Video 20detik]
(hse/sun)

Bisnis.com, JAKARTA-Setiap daerah pasti memiliki kisah asal usulnya masing-masing. Tak jarang, sejarah berdirinya suatu tempat bersentuhan dengan legenda maupun mitos yang akhirnya berkembang menjadi cerita rakyat.

Salah satu cerita rakyat yang cukup terkenal adalah berdirinya Kota Surabaya. Menurut legenda, pada zaman dahulu hiduplah dua binatang buas di lautan, yaitu ikan sura (hiu) dan buaya.

Kedua hewan tersebut sama-sama angkuh dan tidak mau kalah. Karena memperebutkan makanan dan kekuasaan, suatu ketika mereka terlibat pertarungan sengit yang berlangsung lama. Lelah bertempur, pada akhirnya mereka sepakat membagi wilayah kekuasaan.

Waktu silih berganti, ikan-ikan yang menjadi mangsa sura di lautan mulai habis dan diapun diam-diam masuk ke wilayah kekuasaan buaya di muara sungai untuk mencari mangsa. Saat mengetahui sura melanggar perjanjian, buaya marah besar.

Pertarungan sengit pun pecah lagi antara keduanya. Buaya menggigit ekor sura hingga hampir putus, sedangkan sura menggigit ekor buaya dari sisi kanan sehingga ekor buaya selalu terlihat membelok ke kiri.

Meskipun pada akhirnya buaya berhasil mengalahkan sura dan memperoleh kembali wilayah kekuasaannya, kedua hewan itu terluka parah akibat pertarungan tersebut dan pada akhirnya mereka pun sama-sama meregang nyawa.

Legenda pertarungan sura dan buaya itu begitu berkesan bagi warga Surabaya, dan diyakini sebagai mitos berdirinya kota tersebut. Bahkan, kedua binatang legendaris tersebut didapuk menjadi simbol kota terbesar kedua di Indonesia itu.

Bagaimanapun, banyak juga kalangan yang mempercayai bahwa Surabaya berasal dari kata sura yang berarti jaya, dan baya yang berarti selamat. Sehingga, Surabaya memiliki makna simbolis ‘selamat dalam menghadapi bahaya’.

Di era modern, memaknai hari jadi Surabaya tidak lagi selalu dikaitkan dengan cerita-cerita rakyat, mitos, atau legenda. Ada banyak cara kreatif yang dilakukan warga Surabaya untuk mengenal lebih dekat kota kecintaannya itu.

Salah satunya seperti yang dilakukan generasi muda dari jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra. Mereka memaknai hari jadi Surabaya yang jatuh pada 31 Mei dengan menggelar pameran seni visual bertajuk Kotakukotakita sepanjang bulan ini.

Pameran tersebut dihelat selama 5 Mei—3 Juni sebagai wujud respons dari civitas akademika untuk memperingati HUT Kota Surabaya ke-724, serta sebagai ungkapan rasa syukur dan kecintaan pada kota yang saat ini dipimpin oleh Tri Rismaharini itu.

Koordinator pameran, Rebecca Milka, menjelaskan terdapat 30 karya seni visual yang meliputi seni lukis, grafis, ilustrasi, instalasi, video, dan sebagainya. Setiap karya memberikan menggambarkan tentang dinamika Kota Surabaya.

“Kotakukotakita ini adalah ekspresi dan apresiasi, serta kebanggaan kami atas Surabaya. Namun, sekaligus menjadi kritik dan doa agar Surabaya terus tumbuh, terutama dalam membangun masyarakat dengan karakteristik yang unik melalui seni dan budaya,” tuturnya.

Rebecca memaparkan pameran tersebut mengangkat berbagai subtema yang mencakup ragam permasalahan kota, impresi dan apresiasi warga Surabaya, kondisi masyarakat, dan hal-hal lain yang tidak terpantau. Semua dikemas secara apik dan unik.

BERBAGAI KARYA

Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah Subo dari Aristarchus Pranayama. Karya ini menginterpretasikan kembali legenda berdirinya Surabaya, yang melibatkan dua makhluk buas legendaris.

Alih-alih menggambarkan ikan sura dan buaya sebagai dua kubu yang berseteru, kedua entitas itu justru digambarkan sebagai simbol pemersatu menuju kebhinekaan dan harapan akan Surabaya di masa yang akan datang.

Ada juga karya digital imaging dari Adrian Dektisa Hagijanto bertajuk Semanggi Suroboyo yang mengupas cerita tentang makanan khas yang hanya ada di Surabaya itu. Karya lain berjudul Distorted Surabaya dari Daniel Kurniawan menampilkan dinamika kota tersebut.

Lain halnya dengan Cindy Muljosumarto dan Hartaman Satrio yang memaknai hari jadi Kota Surabaya dengan karya kolaborasi bertema KOTAKITA.Karya visual mereka menggambarkan modernisasi yang menghempas Surabaya.

“Kami menampilkan transformasi Surabaya menuju kotakotak /ko·tak-ko·tak/ metropolis modern yang berbaur dengan ikon-ikon Kota Surabaya, yang digambarkan melalui karya instalasi interaktif dari barang bekas berbentuk dasar kota yang bisa ditemui sehari-hari.”

Karya lain yang tak kalah menarik adalah Keber PKL: A Creative Contribution to Surabaya yang dikerjakan oleh Maria Nala Damajanti, Elisabeth Christine Yuwono, Ferry Harjanto, Pauline Yosephine.

Pameran seni visual tentang interpretasi generasi muda terhadap hari jadi Surabaya itu sekaligus menjadi rangkaian obyek penelitian dosen, tugas akhir para mahasiswa DKV UK Petra, serta bagian dari program pengabdian kepada masyarakat.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

surabaya

Mengapa daerah nusantara Tenggara Timur memiliki potensi besar dalam memanfaatkan energi matahari sebagai energi alternatif ​

gambar hiasan yang tidak begitu menonjolkan kesan jarak jauh dekat maupun gelap terang adalah gambar .....A. DekoratifB. PrespektifC. Ilustratif​

kak saran kata kata untuk bhinneka tunggal ika dan persatuan&kesatuan​

Tari banyak dipengaruhi gerak pencat silat tari dari? A. Solo B. Jabar C. Jogjakarta D. Jateng

Tarian dengan pola tetap yaitu tari? A. Jatilan B. Saman C. Gatot kaca D. Bambangan cakil

tolong ya kak pls no ngasal:'​

tolong ya kak plis no ngasal :')​

Sebutkan teknik mewarnai ?​

Posisi jari kelingking saat memainkan pianikan berada dinomor …. * A. 1 B. 4 C. 6 D. 7​

garis garis yang dilalui penari disebut....tolong dijawab ya kak ​

Tugu Pahlawan (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota ini juga dikenal sebagai Kota Pahlawan, hal ini terjadi sejak adanya pertempuran rakyat Surabaya melawan tentara Belanda dalam revolusi kemerdekaan Indonesia. 

Sebagai Kota Pahlawan, surabaya memiliki beragam jenis patung dan monumen. Patung dan monumen tersebut bukan hanya sekedar media untuk mengenang peristiwa sejarah dimasa lalu, atau untuk mempercantik area sekitar, melainkan juga berfungsi sebagai obyek wisata.

Jika kamu sedang jalan-jalan ke Surabaya, jangan lupa untuk mengunjungu patung dan monumen yang kaya akan nilai sejarah. Di sana, kamu bisa berfoto ria sambil menikmati keindahan kota.

Tak hanya itu, kamu bisa membagikan momen tersebut di sosial media. Patung dan monumen di Surabaya ini tak kalah Instagramable dengan tempat lainnya. Berikut 5 patung dan monumen di Surabaya yang dirangkum Liputan.com dari berbagai sumber, Kamis (26/9/2019).

Patung Sura dan Buaya (Dipta Wahyu/Jawa Pos)

Patung Sura dan Buaya merupakan simbol dari kawasan berjuluk kota pahlawan ini. Nama kata Surabaya sendiri berasal dari dua hewan yakni Sura yang memiliki arti hiu dan baya yang berarti buaya. Konon hal itu dikaitkan dengan kisah perkelahian hidup dan mati antara Adipati Jayengrono yang menguasai ilmu buaya dan Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.

Patung Sura dan Buaya ini selalu menjadi sasaran para wisatawan yang berkunjung ke Surabaya. Mengabadikan momen dengan berfoto di depan patung menjadi aktivitas yang paling sering dilakukan oleh para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Bahkan ada pendapat yang mengatakan, seperti ada yang kurang jika ke Surabaya belum berfoto di depan patung yang menjadi ikon kota terbesar kedua di Indonesia ini.

Monumen Jalesveva Jayamahe (Sumber: Wikipedia)

Monumen Jalesveva Jayamahe adalah monumen tertinggi yang ada di Surabaya. Monumen ini terletak di ujung dermaga kawasan armada timur, ujung Surabaya. Jalesveva Jayamahe merupakan motto Angkatan Laut yang berarti Di Laut Kita Berjaya.

Di monumen ini terdapat patung raksasa perwira Angkatan Laut yang berdiri dengan gagah di atas sebuah bangunan. Itulah Monumen Jalesveva Jayamahe yang menjadi salah satu tempat wisata andalan di Surabaya.

Keberadaan monumen ini tentu bisa mengingatkan betapa kuatnya kemampuan yang dimiliki pasukan Angkatan Laut Republik Indonesia. Gedung penyangga patung berlantai 4 juga difungsikan sebagai museum. Di dalamnya, kamu bisa melihat berbagai replika dan foto kapal TNI AL. Dari lantai paling atas, pengunjung pun bisa menikmati Pelabuhan Tanjung Perak.

Bambung Runcing merupakan salah satu ikon Surabaya. Monumen ini didirikan sebagai bentuk penghargaan atas keberanian arek-arek Surabaya melawan tentara sekutu pada peristiwa pertempuran 10 November 1945. Dalam peristiwa pertempuran tersebut memakan korban sekitar 60.000 orang dari pihak arek-arek Surabaya.

Monumen Bambu Runcing berbentuk sekumpulan bambu runcing yang berjumlah lima buah dengan ketinggian yang berbeda. Di area kaki monumen ini dipercantik dengan taman indah yang ditanam beragam tanaman hias. Saat malam hari, penampilan monumen ini semakin indah dengan sorotan lampu warna-warni.

Monumen Tugu Pahlawan (foto: travelmatekamu.com)

Monumen Tugu Pahlawan merupakan salah satu ikon bersejarah yang ,menjadi ciri khas kota Surabaya. Monumen ini memiliki ketinggian sekitar 41 meter dengan bentuk menyerupai lingga atau paku yang berdiri terbalik.

Monumen Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, dimana arek-arek Suroboyo berjuang melawan pasukan sekutu dan Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia.

Monumen Tugu Pahlawan diresmikan pada 1952 oleh Presiden Soekarno. Selain itu, di dekat Tugu Pahlawan terdapat bangunan menyerupai piramida. Saat masuk ke dalamnya, kamu akan tahu bahwa piramida tersebut adalah museum yang menyimpan beragam koleksi tentang sejarah Surabaya, termasuk rekaman asli suara Bung Tomo kala menyemangati arek-arek Suroboya yang berjuang mengusir penjajah.

Parasamya Purnakarya Nugraha (Sumber: surabaya.go.id)

Parasamya Purnakarya Nugraha merupakan penghargaan untuk provinsi Jawa Timur atas keberhasilan pembangunan. Jawa Timur, ibu kota Surabaya sudah tiga kali mendapat penghargaan tersebut, yakni pada 1974, 2014, dan 2017.

Parasamya Purnakarya Nugraha yang berhasil diraih Provinsi Jawa Timur lantas diwujudkan dengan pendirian patung yang sekaligus jadi simbol titik nol kilometer Surabaya. Jika dilihat sekilas, patung Parasamya Purnakarya Nugraha yang berwarna emas itu berwujud wanita penari.

Patung tersebut memang berwujud penari Remo, penari Gandrung, seniman Reog, dan pemain karapan sapi. Hal itu bertujuan untuk mengenalkan kesenian khas Jawa Timur.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA