Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda siapa tidak menyayangi maka ia pun tidak?

عن أَبيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَبَّلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ وَعِنْدَهُ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيْمِيُّ جَالِسًا، فَقَالَ الْأَقْرَعُ: إِنَّ لِيْ عَشَرَةً مِنْ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mencium Hasan bin Ali sedangkan di samping beliau ada Aqra’ bin Habis al-Tamimi sedang duduk. Lalu Aqra’ berkata, “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium seorangpun di antara mereka.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memandangnya kemudian bersabda, “Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.”

Takhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Shahih al-Bukhari, Kitab al-Adab, Bab Menyayangi Anak, Mencium dan Merangkulnya, nomor 5997, dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim, Kitab al-Fadhail, Bab Sayangnya Nabi shallallahu alaihi wasallam Kepada Anak Kecil dan Keluarga, Tawaduk Beliau, dan Keutamaannya, nomor 2318.

Biografi Sahabat Rawi Hadis:

Lihat: //markazsunnah.com/perawi-islam-abu-hurairah/

Faedah dan Kesimpulan:

1. Kecintaan dan sayangnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang begitu besar kepada cucunya, Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma.

2. Disunahkannya mencium anak keturunan sebagai wujud cinta dan kasih kepadanya.

3. Bolehnya mencium anak di depan orang lain.

4. Keutamaan bersama dan menemani ulama dan orang saleh di mana kita bisa mengambil pelajaran dan teladan terhadap sikap dan perbuatannya, termasuk dalam etika bergaul dengan keluarga dan anak kecil.

5. Aqra’ bin Habis al-Tamimi salah seorang tokoh Badui. menurut sebagian ulama nama asli beliau adalah Firas bin Habis al-Tamimi. Adapun Aqra’ adalah julukan beliau karena rambutnya yang rontok disebabkan penyakit. Beliau adalah paman dari penyair yang terkenal Farazdaq. Beliau adalah pemimpin dan pemuka serta hakim Arab di zaman Jahiliah. Beliau yang pertama kali mengharamkan perjudian bagi bangsa Arab di zaman jahiliah. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masih hidup beliau termasuk muallafah qulubuhum (orang-orang yang masih dalam proses pendekatan dan dijinakkan hatinya) namun demikian beliau telah ikut bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di beberapa momen penting di antaranya Fathu Makkah, perang Hunain, dan perang Thaif. Beliau wafat di Jauzajan dalam salah satu delegasi pasukan yang diutus oleh Abdullah bin ‘Amir radhiyallahu anhu di zaman kekhalifaan Usman bin Affan radhiyallahu anhu, yaitu pada tahun 31 H. Versi lain mengatakan beliau terbunuh di Yarmuk, wallahualam. (1)

6. Bolehnya menyebutkan kepada ulama tentang beberapa penyikapan kita di lingkungan keluarga untuk meminta pandangan dan arahannya.

7. Jumlah anak Aqra’ bin Habis radhiyallahu anhu pada waktu itu 10 orang.

8. Keras dan kakunya perangai orang Arab Badui sebelum tertarbiah dengan tarbiah islamiah di mana mereka merasa risih dan tidak terhormat jika harus mencium anak-anak mereka.

9. Perangai dan pembawaan seseorang harus disesuaikan dengan akhlak dan adab yang diajarkan dalam din yang lengkap dan sempurna ini.

10. Bolehnya mengingkari dan menasihati seseorang yang memiliki sikap yang tidak tepat atau tidak bijak pada keluarganya.

11. Hadis ini adalah salah satu dalil dari kaidah al–jazaa min jins al-‘amal (balasan dan pahala bagi seseorang sangat tergantung dan sesuai dengan perbuatan dan penyikapannya).(2)

12. Allah azza wajalla, manusia, dan seluruh makhluk akan sayang dan kasih kepada manusia yang sayang kepada sesamanya dan juga kepada seluruh makhluk yang ada.

Footnote:

(1) Lihat: Al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab (1/ 103), Usdu al-Ghabah (1/ 264), dan al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah (1/252).

(2) Lihat beberapa contohnya di kitab I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin (2/ 331) karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

7. Ciuman cinta

Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- berkata,

قَبَّلَ النَّبِىّ صلى الله عليه وسلم الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ ، وَعِنْدَهُ الأقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِىُّ جَالِسًا ، فَقَالَ الأقْرَعُ : إِنَّ لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ قَالَ : مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, ‘Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau bersabda, ‘Barangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan dirahmati’” (HR Al-Bukhari no 5997 dan Muslim no 2318).

Dalam kisah yang sama dari ‘Aisyah –semoga Allah meridhainya- ia berkata,

جَاءَ أَعْرَابِى إِلَى النَّبِى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : تُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ ، فَمَا نُقَبِّلُهُمْ ، فَقَالَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ

“Datang seorang Arab badui kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, ‘Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki? Kami tidak mencium mereka.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa sayang dari hatimu’” (HR Al-Bukhari no 5998 dan Muslim no 2317).

Ibnu Baththol rahimahullah berkata, “Menyayangi anak kecil, memeluknya, menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang diridhai oleh Allah dan akan diberi ganjaran oleh Allah. Tidakkah engkau perhatikan Al-Aqro’ bin Haabis menyebutkan kepada Nabi bahwa ia memiliki sepuluh orang anak laki-laki, tidak seorang pun yang pernah ia cium, maka Nabi pun berkata kepada Al-Aqro’ bahwa siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayang.

Maka hal ini menunjukan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya, ramah kepadanya merupakan perkara yang mendatangkan rahmat Allah[1. Dari //firanda.com/494-ternyata-mencium-anak-anak-mendatangkan-rahmat-allah.html].

8. Candaan Cinta

Dari Mahmud bin Ar-Robi’ berkata,

عَقَلْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَجَّةً مَجَّهَا فِي وَجْهِي وَأَنَا ابْنُ خَمْسِ سِنِينَ مِنْ دَلْوٍ

“Saya teringat sebuah semburan (air dari mulut) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau semburkan di wajahku, air itu diambil dari timba, sedangkan ketika itu saya (masih) seorang anak berumur lima tahun” (HR. Al-Bukhari).

Ada sebuah riwayat Imam Ahmad, tentang kisah Abu Umair yang telah disebutkan sebelum ini, terdapat keterangan, “Dan beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ) dahulu banyak mencandainya (Abu Umair). Suatu saat beliau mengunjunginya, lalu beliau melihatnya dalam keadaan sedih, kemudian beliau bertanya,

مالي أرى أبا عمير حزيناً ؟

“Saya melihat Abu Umair bersedih, ada apa gerangan?”

Kemudian orang-orangpun menjawab, “Telah mati burung kecilnya yang dahulu ia bermain dengannya!” (HR. Imam Ahmad, shahih)

[Bersambung]

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

____

🔍 Nabi Muhammad Lahir Pada Tanggal, Hadits Berhijab, Ar-rahman Artinya, Hadits Tholabul Ilmi, Batas Waktu Sahur Puasa Sunnah Senin Kamis

Tags: cintakasih sayangKeluargaorang tuaparentingsayang anak

Islam sebagai agama rahmat secara nyata telah menerbarkan kasih sayangnya bagi seluruh alam, inilah agama rahmatan lil aalamin. Termasuk dalam bagian rahmatnya adalah kepeduliannya dan sikap ramahnya terhadap anak-anak. Islam memandang anak sebagai amanah yang harus dijaga. Menjaga amanah adalah bagian keimanan. Anak juga merupakan investasi terbaik masa depan yang harus dijaga. Sehingga Islam mewajibkan kepada ummatnya khususnya bagi kepala keluarga untuk menjaga keluarga dan anak-anaknya dari api neraka.

Islam memiliki cara pandang tentang keramahan terhadap anak yaitu menegaskan tentang anjuran untuk berbelas kasih sayang kepada anak-anak. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi :

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Siapa yang tidak menyayangi orang yang kecil di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang lebih besar di antara kami, maka ia bukan dari golongan kami.” (HR. Abu Dawud).

Kalimat ini cukup tegas bahwa menyayangi anak-anak adalah bagian dari wajah Islam yang rahmatan lil alamin yaitu Islam yang ramah, Islam yang menebarkan kasih sayang, sehingga siapa saja yang tidak sayang terhadap anak-anak, maka mereka tidak masuk dalam golongan orang-orang penyayang sebagaimana Rasulullah sayang pada anak-anak.

Untuk mengetahui pandangan dan sikap Islam terhadap anak maka kita bisa menelusuri keramahan Sikap Rasulullah dalam berinteraksi dengan anak-anak. Rasulullah saw suka bercanda dan bergurau dengan anak-anak. Mahmud bin Ar Rabi’ meriwayatkan : “Aku ingat Rasulullah saw menyemburkan air ke wajahku ketika aku berumur lima tahun, dimana air tersebut beliau ambil dari sebuah ember” (HR. Bukhari).

Rasulullah saw juga suka bermain-main dengan anak-anak. Suatu ketika Beliau menyuruh anak-anak keluarga al Abbas ( Abdullah, Ubaidillah dan lainnya) berdiri berjajar dan berkata kepada mereka, ” yang menang lari menuju kepadaku akan mendapatkan sesuatu”. Merekapun balapan lari menuju beliau selalu mendarat di pangkuan beliau dan melompati punggung beliau, dan beliau dan jungkir balik kan mereka serta bermain-main dengan mereka” (HR. Ahmad)

Perhatian dan penghormatan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam terhadap anak-anak penuh dengan kasih sayang serta memberikan penghormatan selayaknya orang dewasa. Rasulullah adalah orang yang suka mengucapkan salam setiap kali berjumpa dengan anak-anak. Beliau juga suka mengusap-usap kepala anak-anak dengan kasih sayang serta mendoakannya. Menyentuh pipi mereka dengan lembut, biasa mencium anak-anak serta Rasulullah senang memberikan hadiah kepada mereka.

Bahkan ketika anak-anak melakukan kesalahan Rasulullah membimbing mereka dengan cara penuh kelemahlembutan. Diriwayatkan dari Abu Rafi bin Amr Al Ghifari mengatakan, ” aku melempari pohon kurma milik orang Anshar dengan bebatuan. Kemudian mereka membawa aku kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bertanya, ” Nak, mengapa kamu melempari pohon kurma mereka ?. Aku menjawab karena lapar ya Rasulullah. Beliau bersabda, “Jangan mrlempari pohon kurma, tetapi Makanlah apa yang jatuh dari pohon pohon itu. Kemudian beliau mengusapkan tangan beliau kepalaku dan bersabda, ” Semoga Allah mengenyangkan mu dan memuaskan” (HR. tirmidzi)

Inilah sosok pribadi Rasulullah yang sangat penyayang dan ramah kepada anak-anak. Ramah anak bukanlah hanya Semata suatu tempat atau lokal tertentu yang diperuntukkan sebagai tempat bermain bagi anak, melainkan pula sikap dan tindakan terhadap anak-anak. Yang semua itu bermula dari nilai-nilai yang dibangun berupa kasih sayang dan panduan keimanan. Sehingga kampung ramah anak sejatinya adalah Kampung dimana masyarakatnya sadar bahwa membahagiakan anak-anak dan bersikap lemah lembut pada mereka haruslah hadir menjadi inspirasi dan motivasi untuk terus wujudkan keramahan itu mulai dari diri keluarga lingkungan masyarakat yang hidup dengan penuh penyayang.

Ditulis oleh : Akhmad Muwafik Saleh

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA