Rep: Mgrol97 Red: Agus Yulianto
REPUBLIKA.CO.ID, Sesaat setelah Rasulullah SAW wafat dan beritanya pun tersebar, banyak orang Arab yang murtad (keluar dari Islam) dan tidak mau membayar zakat. Gerakan murtad ini merupakan alur pembangkangan dan fitnah tanpa dasar. Target alamiahnya adalah memusnahkan Islam dan menghancurkan kekuatan Islam Arab yang dibentuk oleh Rasulullah SAW yang saat itu kekhalifahannya dijabat oleh Abu Bakar Al-Shiddiq.Dikisahkan dalam buku yang berjudul “Para Penggenggam Surga” karya Syaikh Muhammad Ahmad Isa, bahwa di Jazirah Arab apinya dipicu oleh banyak kabilah, negara, kekaisaran, agama juga ras yang beragam. Ketika kabar itu sampai kepada Abu Bakar, dia merespons keras, lalu bangkit untuk memerangi mereka. Dia telah memahami hakikat kemurtadan tersebut. Oleh karena itu, sahabat yang terkenal lembut dan penuh toleransi ini memandang penanganannya harus dengan tegas dan keras.Namun, Umar yang walaupun terkenal keras dan tegas berbeda pandangan. Umar tidak setuju untuk memerangi mereka. Dia menolak pandangan Abu Bakar dan memintanya untuk mengampuni mereka yang menolak membayar zakat asalkan mereka masih mengerjakan kewajiban lain. Umar berkata, “Satukanlah manusia dan berlemah lembutlah kepada orang-orang itu.”Abu Bakar menjawab seakan dirinya kayu yang terbakar api. “Aku berharap bantuanmu, tetapi engkau mendatangiku dengan pembangkanganmu. Engkau begitu berani pada masa jahiliyah, tetapi menjadi pengecut setelah memeluk Islam. Lalu menurutmu, dengan apa kau harus menyatukan mereka? Dengan syair yang dikarang-karang atau dengan sihir penuh tipu daya? Tidak, tidak Rasulullah SAW sudah wafat dan wahyu terputus. Demi Allah selama pedang di tangan, aku akan memerangi mereka. Walaupun hanya menolak memberikan seutas tali unta yang dulu pernah mereka berikan kepada Rasulullah SAW.”Mendengar jawaban tersebut Umar berkata, Bagaimana engkau akan memerangi mereka, sedangkan Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka mengucapkan, ‘Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.’ Siapa yang mengatakannya, harta dan darahnya semua perhitungannya adalah milik Allah.”“Demi Allah,” kata Abu Bakar. “Akan kuperangi siapa pun yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah haknya harta. Karena itu akau berkata, ‘Kecuali karena sesuatu yang benar.’“Demi Allah,” kata Umar, “ Aku melihat Allah telah mencerahkan dada Abu Bakar untuk berperang. Maka aku mengetahui bahwa dia benar.”Sebab-sebab kemurtadanAda banyak sebab kemurtadan yang terjadi saat itu, salah satunya adalah kurangnya iman dalam hati setiap kabilah Arab. Mereka hanya berlindung dengan keimanan, tetapi belum pernah merasakan kenikmatannya. Allah menggambarkan mereka dalam firman-Nya: “Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah beriman”, Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman,” tetapi katakanlah, “Kamu telah tunduk (Islam),” karena iman belum masuk ke hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat (49): 14).Mereka menunjukan ketidaksetiaannya terhadap Islam, sebagaimana kaum munafik pada saat Perang Uhud dan Tabuk. Sebenarnya, bibit gerakan pemurtadan itu sudah muncul sebelum Rasulullah SAW wafat. Namun, saat itu, nyalanya dapat diredupkan dengan wibawa kenabian dan kekuatan pengaruh Rasulullah SAW. Dengan wafatnya beliau, dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, gerakan tersebut bangkit, aktif, dan menyebar hingga Semenanjung Arab, terkecuali Makkah, Madinah, dan Thaif yang terus berpegang teguh pada Islam serta menjaga keberlangsungannya.
Golongan kaum murtad
Golongan kaum mutad ini di antaranya ada tiga, yaitu mereka yang murtad, mengaku sebagai nabi, dan membangkang membayar zakat. Kelompok yang murtad adalah mereka yang tidak ingin terikat oleh berbagai kewajiban dalam Islam sebagai usaha untuk memperbarui syahwat dan tingkah kebinatangan mereka. Mereka menampik ajaran Islam dan kembali pada ajaran sebelumnya yakni kehidupan jahiliyah. Mereka menyembah patung sebagai jawaban terhadap panggilan hasrat ke duniawian seperti yang dilakukan oleh penduduk Bahrain. Sedangkan kelompok yang mengaku sebagai nabi beserta kabilah pengikutnya adalah mereka yang menyakini bahwa sebab langsung kepemimpinan Quraisy atas seluruh Arab dikarenakan kenabian Muhammad Saw. Oleh karena itu, mereka ingin nabi dari kalangan mereka agar bisa menguasai Arab dan menjadi raja. Hal ini yang tampak pada dakwah Musailamah Al-Kadzab di tengah-tengah sukunya, Bani Hanifah, Thulaihah Al-Asadi dari Bani Asad, Al-Aswad Al-Ansi di Yaman, dan Najah binti Al-Harits dari Bani Tamin. Suku-suku tersebut membela mereka karena primordialisme walaupun tahu kebohongannya.Adapun kelompok yang membangkang untuk membayar zakat adalah mereka yang pernah membayarnya pada masa Rassulullah Saw. sebagai bentuk kepatuhan terhadap firman Allah: “Ambilah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka." (QS Al Taubah).Mereka berkeyakinan bahwa perintah Allah SWT tersebut diperuntukkan bagi rasul-Nya saja. Ketika Rasulullah SAW wafat, mereka menolak untuk membayar zakat kepada selain Rasul-Nya adalah firman-Nya bagi umat sang rasul. Hal ini ditambah dengan lemahnya keimanan mereka dan menganggap pembayar zakat tersebut sebagi upeti. Dengan demikian, mereka membayar zakat karena terpaksa dan menunggu hari ketika mereka dibebaskan dari kewajiban itu.Selain itu adanya pengaruh bangsa lain yang menjadi tetangga Arab seperti Persia, Romawi, dan Habasyah. Sebelumnya, mereka memiliki koloni di Jazirah Arab sehingga mengulurkan tangan untuk membantu nyala api pembangkangan terhadap agama baru tersebut.Fanatisme jahiliyah juga menjadi faktor kemurtadan. Hal ini bisa kita tangkap pada pernyataan Thalhah Al-Namri, “Aku bersaksi bahwa Musailamah itu pembohong dan Muhammad itu jujur. Namun, pembohong dari Arab Rabi’ah lebih kusukai daripada orang yang jujur dari Arab Mudhar.”Hal senada juga dinyatakan oleh Al-Huthiah dan Uyainah ibn Hishn Al-Fizari dan yang lain. Mereka tidak memandang kenabian sebagai sesuatu yang murni pilihan Allah sebagaimana yang ditegaskan oleh difirman-Nya dalam QS. Al-Anam(6): 124.Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan.Kondisi ini tampak jelas dari kisah ‘Amr ibn Al-Ash ketika Rasulullah SAW mengutusnya ke Oman setelah Haji Wadda. Dia sampai di negeri Bani Amir dan menginap di rumah Qurrah ibn Hubuirah. Qurrah menjamunya sambil berkata, “Amr, orang Arab tidak senang dengan upeti. Jika engkau dapat menghentikan hal tersebut, mereka akan menyukai dan mematuhi kalian. Jika tidak, dugaanku mereka akan melawan kalian.” Mendengar hal tersebut, Amr berkata, “Qurrah, apakah engkau kafir? Engkau menakut-nakuti dengan Arab? Demi Allah, akan aku injakkan kaki di kepala ibumu.”Dengan demikian, tampaklah mereka yang murtad dan mengaku nabi palsu serta membangkang membayar zakat. Interpretasi mereka ini jelas salah dan tidak dapat dibenarkan. Oleh karena itu Abu Bakar Al-Shiddiq mempersiapkan pasukan untuk memeranginya.Jalannya peperangan Riddah
- kaum murtad merajalela
- muslim perangi kaum murtad
- khalifah abu bakar
Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...