Menurut Theodore Van Deventer bangsa Belanda mempunyai hutang kehormatan pada rakyat Indonesia Apa yang dimaksud dengan hutang kehormatan itu?

Conrad Theodor van Deventer

Conrad Theodore van Deventer (1857-1915) dikenal sebagai seorang pakar hukum Belanda dan juga tokoh Politik Etis.

Dia pada usia muda bertolak ke Hindia Belanda. Dalam waktu sepuluh tahun, Deventer telah menjadi kaya, karena perkebunan perkebunan swasta serta maskapai minyak BPM yang muncul bersamaan saat itu banyak memerlukan kelakuan baik penasihat hukum.

Pada sebuah surat tertanggal 30 April 1886 yang ditujukan kepada orang tuanya, Deventer mengetengahkan perlunya sebuah gerakan yang semakin manusiawi bagi pribumi karena mengkhawatirkan akan kebangkrutan yang dialami Spanyol akhir suatu peristiwa salah pengelolaan tanah taklukan.

Lalu pada 1899 Deventer menulis dalam majalah De Gids (Panduan), berjudul Een Eereschuld (Hutang kehormatan). Pengertian Eereschuld secara substasial adalah "Hutang yang demi kehormatan harus dibayar, walaupun tidak dapat di tuntut dimuka hakim". Tulisan itu mengandung angka-angka konkret yang menjelaskan pada publik Belanda bagaimana mereka menjadi negara yang makmur dan aman (adanya kereta api, bendungan-bendungan, dst) adalah hasil kolonialisasi yang datang dari wilayah taklukan di Hindia Belanda ("Indonesia"), sementara Hindia Belanda saat itu miskin dan terbelakang. Berlaku sudah sepantasnya jika kekayaan tersebut dikembalikan.

Saat Deventer menjadi anggota Parlemen Belanda, dia menerima tugas dari menteri wilayah taklukan Idenburg kepada menyusun sebuah laporan mengenai keadaan ekonomi rakyat pribumi di Jawa dan Madura. Dalam waktu satu tahun, Deventer sukses menyelesaikan tugasnya (1904). Dengan buka Deventer mengungkapkan keadaan yang menyedihkan, akhir dengan tegas mempersalahkan kebijakan pemerintah. Tulisan itu paling terkenal, dan tentu saja mengundang banyak reaksi pro-kontra. Sebuah tulisan lain yang tidak kalah terkenalnya adalah yang dimuat oleh De Gids juga (1908) ialah sebuah uraian tentang Hari Hadapan Insulinde, yang menjabarkan prinsip-prinsip etis bagi beleid pemerintah terhadap tanah taklukannya.

Yayasan Kartini

Kartinischool ("sekolah Kartini") di Semarang di saat Hindia Belanda

Saat pada tahuan 1911 surat-surat Kartini diterbitkan, Van Deventer terkesan sekali, sehingga tergerak kepada menulis sebuah resensi yang panjang-lebar, sekadar kepada menyebarluaskan cita-cita Kartini, yang cocok dengan cita-cita Deventer sendiri : mengangkat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis, memperjuangkan emansipasi mereka.

Secara pribadi, Van Deventer pernah berjumpa dengan Kartini, waktu puteri Bupati Jepara itu berumur 12 tahun, tapi komunikasi tidak berlanjut. Waktu Kartini mulai menulis surat-suratnya kepada teman-teman puteri di Negeri Belanda, keluarga Van Deventer sudah meninggalkan Indonesia. Baru lewat surat-surat terbitan Abendanon, keluarga Deventer menempatkan minat terhadap cita-cita Kartini.

Sejak itulah, Nyonya Van Deventer tampil ke muka. Tahun 1913 dia membangun Yayasan Kartini, yang dimaksudkan kepada membuka sekolah-sekolah bagi puteri-puteri pribumi sesudah van Deventer meninggal (1915), Nyonya Deventer sendirilah yang mengurus segala-galanya dengan tidak kenal lelah. Ribuan murid puteri pun memasuki "Sekolah Kartini" yang bernaung dibawah Yayasan Kartini.

Waktu Belanda didiami Jerman (1942), Nyonya Deventer meninggal dalam usia 85 tahun. Dia mewariskan sejumlah luhur dana yang harus dimanfaatkan kepada memajukan bangsa Indonesia dalam segi pendidikan. Selanjutnya dana tersebut dikendalikan oleh Van Deventer-Maas Stichting.


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya.

Page 2

Conrad Theodor van Deventer

Conrad Theodore van Deventer (1857-1915) dikenal sebagai seorang pakar hukum Belanda dan juga tokoh Politik Etis.

Dia pada usia muda bertolak ke Hindia Belanda. Dalam waktu sepuluh tahun, Deventer telah menjadi kaya, karena perkebunan perkebunan swasta serta maskapai minyak BPM yang muncul bersamaan saat itu banyak memerlukan kelakuan baik penasihat hukum.

Pada sebuah surat tertanggal 30 April 1886 yang ditujukan kepada orang tuanya, Deventer mengetengahkan perlunya sebuah gerakan yang semakin manusiawi bagi pribumi karena mengkhawatirkan akan kebangkrutan yang dialami Spanyol akhir suatu peristiwa keliru pengelolaan tanah taklukan.

Lalu pada 1899 Deventer menulis dalam majalah De Gids (Panduan), berjudul Een Eereschuld (Hutang kehormatan). Pengertian Eereschuld secara substasial adalah "Hutang yang demi kehormatan harus dibayar, walaupun tidak dapat di tuntut dimuka hakim". Tulisan itu mengandung angka-angka konkret yang menjelaskan pada publik Belanda bagaimana mereka menjadi negara yang makmur dan aman (adanya kereta api, bendungan-bendungan, dst) adalah hasil kolonialisasi yang datang dari wilayah taklukan di Hindia Belanda ("Indonesia"), sementara Hindia Belanda saat itu miskin dan terbelakang. Berlaku sudah sepantasnya jika kekayaan tersebut dikembalikan.

Saat Deventer menjadi anggota Parlemen Belanda, dia menerima tugas dari menteri wilayah taklukan Idenburg kepada menyusun sebuah laporan mengenai keadaan ekonomi rakyat pribumi di Jawa dan Madura. Dalam waktu satu tahun, Deventer sukses menyelesaikan tugasnya (1904). Dengan buka Deventer mengungkapkan keadaan yang menyedihkan, akhir dengan tegas mempersalahkan kebijakan pemerintah. Tulisan itu paling terkenal, dan tentu saja mengundang banyak reaksi pro-kontra. Sebuah tulisan lain yang tidak kalah terkenalnya adalah yang dimuat oleh De Gids juga (1908) ialah sebuah uraian tentang Hari Hadapan Insulinde, yang menjabarkan prinsip-prinsip etis bagi beleid pemerintah terhadap tanah taklukannya.

Yayasan Kartini

Kartinischool ("sekolah Kartini") di Semarang di saat Hindia Belanda

Saat pada tahuan 1911 surat-surat Kartini diterbitkan, Van Deventer terkesan sekali, sehingga tergerak kepada menulis sebuah resensi yang panjang-lebar, sekadar kepada menyebarluaskan cita-cita Kartini, yang cocok dengan cita-cita Deventer sendiri : mengangkat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis, memperjuangkan emansipasi mereka.

Secara pribadi, Van Deventer pernah berjumpa dengan Kartini, waktu puteri Bupati Jepara itu berumur 12 tahun, tapi komunikasi tidak berlanjut. Waktu Kartini mulai menulis surat-suratnya kepada teman-teman puteri di Negeri Belanda, keluarga Van Deventer sudah meninggalkan Indonesia. Baru lewat surat-surat terbitan Abendanon, keluarga Deventer menempatkan minat terhadap cita-cita Kartini.

Sejak itulah, Nyonya Van Deventer tampil ke muka. Tahun 1913 dia membangun Yayasan Kartini, yang dimaksudkan kepada membuka sekolah-sekolah bagi puteri-puteri pribumi sesudah van Deventer meninggal (1915), Nyonya Deventer sendirilah yang mengurus segala-galanya dengan tidak kenal lelah. Ribuan murid puteri pun memasuki "Sekolah Kartini" yang bernaung dibawah Yayasan Kartini.

Waktu Belanda didiami Jerman (1942), Nyonya Deventer meninggal dalam usia 85 tahun. Dia mewariskan sejumlah luhur dana yang harus dimanfaatkan kepada memajukan bangsa Indonesia dalam segi pendidikan. Selanjutnya dana tersebut dikendalikan oleh Van Deventer-Maas Stichting.


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya.

Page 3

Conrad Theodor van Deventer

Conrad Theodore van Deventer (1857-1915) dikenal sebagai seorang pakar hukum Belanda dan juga tokoh Politik Etis.

Dia pada usia muda bertolak ke Hindia Belanda. Dalam waktu sepuluh tahun, Deventer telah menjadi kaya, karena perkebunan perkebunan swasta serta maskapai minyak BPM yang muncul bersamaan saat itu banyak memerlukan kelakuan baik penasihat hukum.

Pada sebuah surat tertanggal 30 April 1886 yang ditujukan kepada orang tuanya, Deventer mengetengahkan perlunya sebuah gerakan yang semakin manusiawi bagi pribumi karena mengkhawatirkan akan kebangkrutan yang dialami Spanyol akhir suatu peristiwa salah pengelolaan tanah taklukan.

Lalu pada 1899 Deventer menulis dalam majalah De Gids (Panduan), berjudul Een Eereschuld (Hutang kehormatan). Pengertian Eereschuld secara substasial adalah "Hutang yang demi kehormatan harus dibayar, walaupun tidak dapat di tuntut dimuka hakim". Tulisan itu mengandung angka-angka konkret yang menjelaskan pada publik Belanda bagaimana mereka menjadi negara yang makmur dan aman (adanya kereta api, bendungan-bendungan, dst) adalah hasil kolonialisasi yang datang dari wilayah taklukan di Hindia Belanda ("Indonesia"), sementara Hindia Belanda saat itu miskin dan terbelakang. Berlaku sudah sepantasnya jika kekayaan tersebut dikembalikan.

Saat Deventer menjadi anggota Parlemen Belanda, dia menerima tugas dari menteri wilayah taklukan Idenburg kepada menyusun sebuah laporan mengenai keadaan ekonomi rakyat pribumi di Jawa dan Madura. Dalam waktu satu tahun, Deventer sukses menyelesaikan tugasnya (1904). Dengan buka Deventer mengungkapkan keadaan yang menyedihkan, akhir dengan tegas mempersalahkan kebijakan pemerintah. Tulisan itu paling terkenal, dan tentu saja mengundang banyak reaksi pro-kontra. Sebuah tulisan lain yang tidak kalah terkenalnya adalah yang dimuat oleh De Gids juga (1908) ialah sebuah uraian tentang Hari Hadapan Insulinde, yang menjabarkan prinsip-prinsip etis bagi beleid pemerintah terhadap tanah taklukannya.

Yayasan Kartini

Kartinischool ("sekolah Kartini") di Semarang di saat Hindia Belanda

Saat pada tahuan 1911 surat-surat Kartini diterbitkan, Van Deventer terkesan sekali, sehingga tergerak kepada menulis sebuah resensi yang panjang-lebar, sekadar kepada menyebarluaskan cita-cita Kartini, yang cocok dengan cita-cita Deventer sendiri : mengangkat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis, memperjuangkan emansipasi mereka.

Secara pribadi, Van Deventer pernah berjumpa dengan Kartini, waktu puteri Bupati Jepara itu berumur 12 tahun, tapi komunikasi tidak berlanjut. Waktu Kartini mulai menulis surat-suratnya kepada teman-teman puteri di Negeri Belanda, keluarga Van Deventer sudah meninggalkan Indonesia. Baru lewat surat-surat terbitan Abendanon, keluarga Deventer menempatkan minat terhadap cita-cita Kartini.

Sejak itulah, Nyonya Van Deventer tampil ke muka. Tahun 1913 dia membangun Yayasan Kartini, yang dimaksudkan kepada membuka sekolah-sekolah bagi puteri-puteri pribumi sesudah van Deventer meninggal (1915), Nyonya Deventer sendirilah yang mengurus segala-galanya dengan tidak kenal lelah. Ribuan murid puteri pun memasuki "Sekolah Kartini" yang bernaung dibawah Yayasan Kartini.

Waktu Belanda didiami Jerman (1942), Nyonya Deventer meninggal dalam usia 85 tahun. Dia mewariskan sejumlah luhur dana yang harus dimanfaatkan kepada memajukan bangsa Indonesia dalam segi pendidikan. Selanjutnya dana tersebut dikendalikan oleh Van Deventer-Maas Stichting.


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya.

Page 4

Conrad Theodor van Deventer

Conrad Theodore van Deventer (1857-1915) dikenal sebagai seorang pakar hukum Belanda dan juga tokoh Politik Etis.

Dia pada usia muda bertolak ke Hindia Belanda. Dalam waktu sepuluh tahun, Deventer telah menjadi kaya, karena perkebunan perkebunan swasta serta maskapai minyak BPM yang muncul bersamaan saat itu banyak memerlukan kelakuan baik penasihat hukum.

Pada sebuah surat tertanggal 30 April 1886 yang ditujukan kepada orang tuanya, Deventer mengetengahkan perlunya sebuah gerakan yang semakin manusiawi bagi pribumi karena mengkhawatirkan akan kebangkrutan yang dialami Spanyol akhir suatu peristiwa keliru pengelolaan tanah taklukan.

Lalu pada 1899 Deventer menulis dalam majalah De Gids (Panduan), berjudul Een Eereschuld (Hutang kehormatan). Pengertian Eereschuld secara substasial adalah "Hutang yang demi kehormatan harus dibayar, walaupun tidak dapat di tuntut dimuka hakim". Tulisan itu mengandung angka-angka konkret yang menjelaskan pada publik Belanda bagaimana mereka menjadi negara yang makmur dan aman (adanya kereta api, bendungan-bendungan, dst) adalah hasil kolonialisasi yang datang dari wilayah taklukan di Hindia Belanda ("Indonesia"), sementara Hindia Belanda saat itu miskin dan terbelakang. Berlaku sudah sepantasnya jika kekayaan tersebut dikembalikan.

Saat Deventer menjadi anggota Parlemen Belanda, dia menerima tugas dari menteri wilayah taklukan Idenburg kepada menyusun sebuah laporan mengenai keadaan ekonomi rakyat pribumi di Jawa dan Madura. Dalam waktu satu tahun, Deventer sukses menyelesaikan tugasnya (1904). Dengan buka Deventer mengungkapkan keadaan yang menyedihkan, akhir dengan tegas mempersalahkan kebijakan pemerintah. Tulisan itu paling terkenal, dan tentu saja mengundang banyak reaksi pro-kontra. Sebuah tulisan lain yang tidak kalah terkenalnya adalah yang dimuat oleh De Gids juga (1908) ialah sebuah uraian tentang Hari Hadapan Insulinde, yang menjabarkan prinsip-prinsip etis bagi beleid pemerintah terhadap tanah taklukannya.

Yayasan Kartini

Kartinischool ("sekolah Kartini") di Semarang di saat Hindia Belanda

Saat pada tahuan 1911 surat-surat Kartini diterbitkan, Van Deventer terkesan sekali, sehingga tergerak kepada menulis sebuah resensi yang panjang-lebar, sekadar kepada menyebarluaskan cita-cita Kartini, yang cocok dengan cita-cita Deventer sendiri : mengangkat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis, memperjuangkan emansipasi mereka.

Secara pribadi, Van Deventer pernah berjumpa dengan Kartini, waktu puteri Bupati Jepara itu berumur 12 tahun, tapi komunikasi tidak berlanjut. Waktu Kartini mulai menulis surat-suratnya kepada teman-teman puteri di Negeri Belanda, keluarga Van Deventer sudah meninggalkan Indonesia. Baru lewat surat-surat terbitan Abendanon, keluarga Deventer menempatkan minat terhadap cita-cita Kartini.

Sejak itulah, Nyonya Van Deventer tampil ke muka. Tahun 1913 dia membangun Yayasan Kartini, yang dimaksudkan kepada membuka sekolah-sekolah bagi puteri-puteri pribumi sesudah van Deventer meninggal (1915), Nyonya Deventer sendirilah yang mengurus segala-galanya dengan tidak kenal lelah. Ribuan murid puteri pun memasuki "Sekolah Kartini" yang bernaung dibawah Yayasan Kartini.

Waktu Belanda didiami Jerman (1942), Nyonya Deventer meninggal dalam usia 85 tahun. Dia mewariskan sejumlah luhur dana yang harus dimanfaatkan kepada memajukan bangsa Indonesia dalam segi pendidikan. Selanjutnya dana tersebut dikendalikan oleh Van Deventer-Maas Stichting.


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dan lain sebagainya.

Page 5

Drs. Cornelis, M.H. (kelahiran 27 Juli 1953) yaitu Gubernur Kalimantan Barat saat ini. Cornelis memenangi Pilkada Gubernur Kalimantan Barat yang dipersiapkan pada 15 November 2007. Beliau dilantik oleh Mendagri Mardiyanto pada 14 Januari 2008, berpasangan dengan Wakilnya Christiandy Sanjaya.[2][3] Pada tahun 2013, beliau mencalonkan kembali sebagai yang hendak menjadi gubernur Kalbar dan sedang berpasangan dengan wakilnya Christiandy Sanjaya dan kemudian terpilih kembali sebagai Gubernur Kalbar untuk periode 2013-2018. Cornelis juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Barat dan Ketua Keluarga Mulia Putra Putri Polri (KBPPP) Kalimantan Barat.

Karier pemerintahannya dimulai sebagai staf di Kantor Camat Mandor, Camat Menyuke (Darit), dan kemudian menjadi Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001–2006 dan 2006–2008.[4] Setelah menjadi Gubernur Kalimantan Barat, posisinya sebagai Bupati Landak dialihkan oleh Adrianus Asia Sidot.

Beliau yaitu Gubernur Kalimantan Barat bersuku Dayak serta beragama Katolik kedua setelah J.C. Oevaang Oeray.

Kehidupan awal

Dia lahir di Sanggau, pada 27 Juli 1953. Beliau sedang berkerabat dengan Panglima Sidong, seorang tokoh warga di Sanggau. Sepupunya, Frans Anes menceritakan bahwa ayahnya tidak ikut disungkup oleh Jepang karena seorang pendiam dan cengeng.

Sebaliknya, Panglima Sidong yaitu orang yang melawan Jepang. Karena dianggap berbahaya, beliau disungkup di dan bokongnya dikenai besi panas dikarenakan Panglima seorang yang punya kanuragan yang tinggi. Frans Anes selanjutnya merekomendasikan agar Alif Sidong menjadi narasumber tentang Peristiwa Mandor karena dia kenal banyak tentang perihal acinya itu.

Menjadi gubernur

Pencaplokan Camar Bulan oleh Malaysia

Nama Camar Bulan mencuat pada pemberitaan di media Indonesia pada bulan Oktober 2011 mengenai saling klaim wilayah, dimana pihak Indonesia mengklaim jika seluruh wilayah Dusun Camar Bulan yaitu milik Indonesia, dan sebaliknya, pihak Malaysia mengklaim telah tersedia sebagian kecil wilayah di Dusun Camar Bulan yang menjadi hak mereka.[5] Gubernur Kalimantan Barat Cornelis M.H mengatakan bahwa telah tersedia 1.440 hektar wilayah Indonesia masuk ke Malaysia karena patok yang bergeser di titik tapal batas A88 - A156 Camar Bulan ke dalam wilayah Serawak, Malaysia.[6]

Peluncuran buku biografi

Pada 7 Juli 2012, Cornelis meluncurkan buku berjudul Jejak Langkah Sang Orator di Rumah Betang Raya Dori' Mpulor, Kabupaten Sanggau.[7] Buku ini ditulis oleh Aju dan Nur Iskandar dengan pengantar Megawati Soekarnoputri.[7]

Keluarga

Cornelis hadir dua orang putri, yang salah satunya yaitu bagian DPR-RI dari PDI-P. dr. Karolin Margret Natasa yaitu putri sulungnya yang terpilih sebagai bagian DPR-RI Kawasan Pemilihan Kalimantan Barat yang meraih suara terbanyak ketiga setelah Edhi Baskoro Yudhoyono dan Puan Maharani. [8]

Referensi

Pranala luar

  • Blog Gubernur Kalbar Drs. Cornelis

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 6

Drs. Cornelis, M.H. (kelahiran 27 Juli 1953) yaitu Gubernur Kalimantan Barat saat ini. Cornelis memenangi Pilkada Gubernur Kalimantan Barat yang dipersiapkan pada 15 November 2007. Beliau dilantik oleh Mendagri Mardiyanto pada 14 Januari 2008, berpasangan dengan Wakilnya Christiandy Sanjaya.[2][3] Pada tahun 2013, beliau mencalonkan kembali sebagai yang hendak menjadi gubernur Kalbar dan sedang berpasangan dengan wakilnya Christiandy Sanjaya dan kemudian terpilih kembali sebagai Gubernur Kalbar untuk periode 2013-2018. Cornelis juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Barat dan Ketua Keluarga Mulia Putra Putri Polri (KBPPP) Kalimantan Barat.

Karier pemerintahannya dimulai sebagai staf di Kantor Camat Mandor, Camat Menyuke (Darit), dan kemudian menjadi Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001–2006 dan 2006–2008.[4] Setelah menjadi Gubernur Kalimantan Barat, posisinya sebagai Bupati Landak dialihkan oleh Adrianus Asia Sidot.

Beliau yaitu Gubernur Kalimantan Barat bersuku Dayak serta beragama Katolik kedua setelah J.C. Oevaang Oeray.

Kehidupan awal

Dia lahir di Sanggau, pada 27 Juli 1953. Beliau sedang berkerabat dengan Panglima Sidong, seorang tokoh warga di Sanggau. Sepupunya, Frans Anes menceritakan bahwa ayahnya tidak ikut disungkup oleh Jepang karena seorang pendiam dan cengeng.

Sebaliknya, Panglima Sidong yaitu orang yang melawan Jepang. Karena dianggap berbahaya, beliau disungkup di dan bokongnya dikenai besi panas dikarenakan Panglima seorang yang punya kanuragan yang tinggi. Frans Anes selanjutnya merekomendasikan agar Alif Sidong menjadi narasumber tentang Peristiwa Mandor karena dia kenal banyak tentang perihal acinya itu.

Menjadi gubernur

Pencaplokan Camar Bulan oleh Malaysia

Nama Camar Bulan mencuat pada pemberitaan di media Indonesia pada bulan Oktober 2011 mengenai saling klaim wilayah, dimana pihak Indonesia mengklaim jika seluruh wilayah Dusun Camar Bulan yaitu milik Indonesia, dan sebaliknya, pihak Malaysia mengklaim telah tersedia sebagian kecil wilayah di Dusun Camar Bulan yang menjadi hak mereka.[5] Gubernur Kalimantan Barat Cornelis M.H mengatakan bahwa telah tersedia 1.440 hektar wilayah Indonesia masuk ke Malaysia karena patok yang bergeser di titik tapal batas A88 - A156 Camar Bulan ke dalam wilayah Serawak, Malaysia.[6]

Peluncuran buku biografi

Pada 7 Juli 2012, Cornelis meluncurkan buku berjudul Jejak Langkah Sang Orator di Rumah Betang Raya Dori' Mpulor, Kabupaten Sanggau.[7] Buku ini ditulis oleh Aju dan Nur Iskandar dengan pengantar Megawati Soekarnoputri.[7]

Keluarga

Cornelis hadir dua orang putri, yang cela satunya yaitu bagian DPR-RI dari PDI-P. dr. Karolin Margret Natasa yaitu putri sulungnya yang terpilih sebagai bagian DPR-RI Kawasan Pemilihan Kalimantan Barat yang meraih suara terbanyak ketiga setelah Edhi Baskoro Yudhoyono dan Puan Maharani. [8]

Referensi

Pranala luar

  • Blog Gubernur Kalbar Drs. Cornelis

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 7

Drs. Cornelis, M.H. (kelahiran 27 Juli 1953) yaitu Gubernur Kalimantan Barat saat ini. Cornelis memenangi Pilkada Gubernur Kalimantan Barat yang dipersiapkan pada 15 November 2007. Beliau dilantik oleh Mendagri Mardiyanto pada 14 Januari 2008, berpasangan dengan Wakilnya Christiandy Sanjaya.[2][3] Pada tahun 2013, beliau mencalonkan kembali sebagai yang hendak menjadi gubernur Kalbar dan sedang berpasangan dengan wakilnya Christiandy Sanjaya dan kemudian terpilih kembali sebagai Gubernur Kalbar untuk periode 2013-2018. Cornelis juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Barat dan Ketua Keluarga Mulia Putra Putri Polri (KBPPP) Kalimantan Barat.

Karier pemerintahannya dimulai sebagai staf di Kantor Camat Mandor, Camat Menyuke (Darit), dan kemudian menjadi Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001–2006 dan 2006–2008.[4] Setelah menjadi Gubernur Kalimantan Barat, posisinya sebagai Bupati Landak dialihkan oleh Adrianus Asia Sidot.

Beliau yaitu Gubernur Kalimantan Barat bersuku Dayak serta beragama Katolik kedua setelah J.C. Oevaang Oeray.

Kehidupan awal

Dia lahir di Sanggau, pada 27 Juli 1953. Beliau sedang berkerabat dengan Panglima Sidong, seorang tokoh warga di Sanggau. Sepupunya, Frans Anes menceritakan bahwa ayahnya tidak ikut disungkup oleh Jepang karena seorang pendiam dan cengeng.

Sebaliknya, Panglima Sidong yaitu orang yang melawan Jepang. Karena dianggap berbahaya, beliau disungkup di dan bokongnya dikenai besi panas dikarenakan Panglima seorang yang punya kanuragan yang tinggi. Frans Anes selanjutnya merekomendasikan agar Alif Sidong menjadi narasumber tentang Peristiwa Mandor karena dia kenal banyak tentang perihal acinya itu.

Menjadi gubernur

Pencaplokan Camar Bulan oleh Malaysia

Nama Camar Bulan mencuat pada pemberitaan di media Indonesia pada bulan Oktober 2011 mengenai saling klaim wilayah, dimana pihak Indonesia mengklaim jika seluruh wilayah Dusun Camar Bulan yaitu milik Indonesia, dan sebaliknya, pihak Malaysia mengklaim telah tersedia sebagian kecil wilayah di Dusun Camar Bulan yang menjadi hak mereka.[5] Gubernur Kalimantan Barat Cornelis M.H mengatakan bahwa telah tersedia 1.440 hektar wilayah Indonesia masuk ke Malaysia karena patok yang bergeser di titik tapal batas A88 - A156 Camar Bulan ke dalam wilayah Serawak, Malaysia.[6]

Peluncuran buku biografi

Pada 7 Juli 2012, Cornelis meluncurkan buku berjudul Jejak Langkah Sang Orator di Rumah Betang Raya Dori' Mpulor, Kabupaten Sanggau.[7] Buku ini ditulis oleh Aju dan Nur Iskandar dengan pengantar Megawati Soekarnoputri.[7]

Keluarga

Cornelis hadir dua orang putri, yang salah satunya yaitu bagian DPR-RI dari PDI-P. dr. Karolin Margret Natasa yaitu putri sulungnya yang terpilih sebagai bagian DPR-RI Kawasan Pemilihan Kalimantan Barat yang meraih suara terbanyak ketiga setelah Edhi Baskoro Yudhoyono dan Puan Maharani. [8]

Referensi

Pranala luar

  • Blog Gubernur Kalbar Drs. Cornelis

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 8

Drs. Cornelis, M.H. (kelahiran 27 Juli 1953) yaitu Gubernur Kalimantan Barat saat ini. Cornelis memenangi Pilkada Gubernur Kalimantan Barat yang dipersiapkan pada 15 November 2007. Beliau dilantik oleh Mendagri Mardiyanto pada 14 Januari 2008, berpasangan dengan Wakilnya Christiandy Sanjaya.[2][3] Pada tahun 2013, beliau mencalonkan kembali sebagai yang hendak menjadi gubernur Kalbar dan sedang berpasangan dengan wakilnya Christiandy Sanjaya dan kemudian terpilih kembali sebagai Gubernur Kalbar untuk periode 2013-2018. Cornelis juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Barat dan Ketua Keluarga Mulia Putra Putri Polri (KBPPP) Kalimantan Barat.

Karier pemerintahannya dimulai sebagai staf di Kantor Camat Mandor, Camat Menyuke (Darit), dan kemudian menjadi Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001–2006 dan 2006–2008.[4] Setelah menjadi Gubernur Kalimantan Barat, posisinya sebagai Bupati Landak dialihkan oleh Adrianus Asia Sidot.

Beliau yaitu Gubernur Kalimantan Barat bersuku Dayak serta beragama Katolik kedua setelah J.C. Oevaang Oeray.

Kehidupan awal

Dia lahir di Sanggau, pada 27 Juli 1953. Beliau sedang berkerabat dengan Panglima Sidong, seorang tokoh warga di Sanggau. Sepupunya, Frans Anes menceritakan bahwa ayahnya tidak ikut disungkup oleh Jepang karena seorang pendiam dan cengeng.

Sebaliknya, Panglima Sidong yaitu orang yang melawan Jepang. Karena dianggap berbahaya, beliau disungkup di dan bokongnya dikenai besi panas dikarenakan Panglima seorang yang punya kanuragan yang tinggi. Frans Anes selanjutnya merekomendasikan agar Alif Sidong menjadi narasumber tentang Peristiwa Mandor karena dia kenal banyak tentang perihal acinya itu.

Menjadi gubernur

Pencaplokan Camar Bulan oleh Malaysia

Nama Camar Bulan mencuat pada pemberitaan di media Indonesia pada bulan Oktober 2011 mengenai saling klaim wilayah, dimana pihak Indonesia mengklaim jika seluruh wilayah Dusun Camar Bulan yaitu milik Indonesia, dan sebaliknya, pihak Malaysia mengklaim telah tersedia sebagian kecil wilayah di Dusun Camar Bulan yang menjadi hak mereka.[5] Gubernur Kalimantan Barat Cornelis M.H mengatakan bahwa telah tersedia 1.440 hektar wilayah Indonesia masuk ke Malaysia karena patok yang bergeser di titik tapal batas A88 - A156 Camar Bulan ke dalam wilayah Serawak, Malaysia.[6]

Peluncuran buku biografi

Pada 7 Juli 2012, Cornelis meluncurkan buku berjudul Jejak Langkah Sang Orator di Rumah Betang Raya Dori' Mpulor, Kabupaten Sanggau.[7] Buku ini ditulis oleh Aju dan Nur Iskandar dengan pengantar Megawati Soekarnoputri.[7]

Keluarga

Cornelis hadir dua orang putri, yang cela satunya yaitu bagian DPR-RI dari PDI-P. dr. Karolin Margret Natasa yaitu putri sulungnya yang terpilih sebagai bagian DPR-RI Kawasan Pemilihan Kalimantan Barat yang meraih suara terbanyak ketiga setelah Edhi Baskoro Yudhoyono dan Puan Maharani. [8]

Referensi

Pranala luar

  • Blog Gubernur Kalbar Drs. Cornelis

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 9

Drs. Cornelis, M.H. (kelahiran 27 Juli 1953) yaitu Gubernur Kalimantan Barat saat ini. Cornelis memenangi Pilkada Gubernur Kalimantan Barat yang dipersiapkan pada 15 November 2007. Beliau dilantik oleh Mendagri Mardiyanto pada 14 Januari 2008, berpasangan dengan Wakilnya Christiandy Sanjaya.[2][3] Pada tahun 2013, beliau mencalonkan kembali sebagai yang hendak menjadi gubernur Kalbar dan sedang berpasangan dengan wakilnya Christiandy Sanjaya dan kemudian terpilih kembali sebagai Gubernur Kalbar untuk periode 2013-2018. Cornelis juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Barat dan Ketua Keluarga Mulia Putra Putri Polri (KBPPP) Kalimantan Barat.

Karier pemerintahannya dimulai sebagai staf di Kantor Camat Mandor, Camat Menyuke (Darit), dan kemudian menjadi Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001–2006 dan 2006–2008.[4] Setelah menjadi Gubernur Kalimantan Barat, posisinya sebagai Bupati Landak dialihkan oleh Adrianus Asia Sidot.

Beliau yaitu Gubernur Kalimantan Barat bersuku Dayak serta beragama Katolik kedua setelah J.C. Oevaang Oeray.

Kehidupan awal

Dia lahir di Sanggau, pada 27 Juli 1953. Beliau sedang berkerabat dengan Panglima Sidong, seorang tokoh warga di Sanggau. Sepupunya, Frans Anes menceritakan bahwa ayahnya tidak ikut disungkup oleh Jepang karena seorang pendiam dan cengeng.

Sebaliknya, Panglima Sidong yaitu orang yang melawan Jepang. Karena dianggap berbahaya, beliau disungkup di dan bokongnya dikenai besi panas dikarenakan Panglima seorang yang punya kanuragan yang tinggi. Frans Anes selanjutnya merekomendasikan agar Alif Sidong menjadi narasumber tentang Peristiwa Mandor karena dia kenal banyak tentang perihal acinya itu.

Menjadi gubernur

Pencaplokan Camar Bulan oleh Malaysia

Nama Camar Bulan mencuat pada pemberitaan di media Indonesia pada bulan Oktober 2011 mengenai saling klaim wilayah, dimana pihak Indonesia mengklaim jika seluruh wilayah Dusun Camar Bulan yaitu milik Indonesia, dan sebaliknya, pihak Malaysia mengklaim telah tersedia sebagian kecil wilayah di Dusun Camar Bulan yang menjadi hak mereka.[5] Gubernur Kalimantan Barat Cornelis M.H mengatakan bahwa telah tersedia 1.440 hektar wilayah Indonesia masuk ke Malaysia karena patok yang bergeser di titik tapal batas A88 - A156 Camar Bulan ke dalam wilayah Serawak, Malaysia.[6]

Peluncuran buku biografi

Pada 7 Juli 2012, Cornelis meluncurkan buku berjudul Jejak Langkah Sang Orator di Rumah Betang Raya Dori' Mpulor, Kabupaten Sanggau.[7] Buku ini ditulis oleh Aju dan Nur Iskandar dengan pengantar Megawati Soekarnoputri.[7]

Keluarga

Cornelis hadir dua orang putri, yang salah satunya yaitu bagian DPR-RI dari PDI-P. dr. Karolin Margret Natasa yaitu putri sulungnya yang terpilih sebagai bagian DPR-RI Kawasan Pemilihan Kalimantan Barat yang meraih suara terbanyak ketiga setelah Edhi Baskoro Yudhoyono dan Puan Maharani. [8]

Referensi

Pranala luar

  • Blog Gubernur Kalbar Drs. Cornelis

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.

Page 10

Potret de Houtman

Cornelis de Houtman (kelahiran di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 – meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34 tahun) yang merupakan saudara dari Frederik de Houtman, yaitu seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah untuk Belanda. Saat itu Kerajaan Portugis mempunyai monopoli terhadap perdagangan tersebut, dan perjalanan de Houtman yaitu kemenangan simbolis untuk pihak Belanda, meski perjalanan tersebut sebenarnya berjalan buruk.

Latar balik dan permulaan perjalanan

Pada tahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdam ke Lisboa untuk menemukan sebanyak mungkin informasi mengenai Kepulauan Rempah-Rempah. Pada saat de Houtman kembali ke Amsterdan, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang tersebut memastikan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre (yang berfaedah "Perusahaan jarak jauh"), dan pada 2 April 1595 empat buah kapal meninggalkan Amsterdam: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken.

Perjalanannya dipenuhi masalah sejak permulaan. Penyakit seriawan merebak hanya beberapa ahad setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di selang para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat direncanakan, masalah bertambah lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan. (Teluk di Madagaskar tempat mereka berakhir kini dikenal sebagai "Kuburan Belanda").

Tiba di Jawa

Pada 27 Juni 1596, ekspedisi de Houtman tiba di Banten. Hanya 249 orang yang tersisa dari pelayaran permulaan. Penerimaan penduduk permulaannya berteman, tapi setelah beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama dengan petugas Portugis di Banten, mengusir kapal Belanda tersebut.

Ekspedisi de Houtman berlanjut ke utara pantai Jawa. Kapalnya takluk ke pembajak. Beberapa tabiat buruk berujung ke keliru pengertian dan kekerasan di Madura: seorang pangeran di Madura terbunuh, beberapa awak kapal Belanda ditangkap dan ditahan sehingga de Houtman membayar denda untuk melepaskannya.

Kapal-kapal tersebut lalu berlayar ke Bali, dan bertemu dengan raja Bali. Mereka berakhir berhasil memperoleh beberapa pot merica pada 26 Februari 1597. Kapal-kapal Portugis melarang mereka mengisi persediaan cairan dan bahan-bahan di St. Helena. Dari 249 awak, hanya 87 yang berhasil kembali. Cornelis de Houtman tewas dalam perjalanan keduanya di atas geladak kapal di Aceh saat pertempuran dengan pasukan Inong Balee yang dipimpin Malahayati tanggal 11 September 1599 dalam pertempuran satu lawan satu dengan Malahayati.

Akibat dari perjalanan ini

Meski perjalanan ini bisa dibilang gagal, ini juga dapat dianggap sebagai semacam kemenangan untuk Belanda. Pihak Belanda sejak saat itu mulai berlayar untuk berjualan ke Timur. Dalam lima tahun belakang, 65 kapal Belanda telah berlayar ke wilayah tersebut dan bisa dikata memulai penjajahan Hindia-Belanda.


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Page 11

Potret de Houtman

Cornelis de Houtman (kelahiran di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 – meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34 tahun) yang merupakan saudara dari Frederik de Houtman, yaitu seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah untuk Belanda. Saat itu Kerajaan Portugis mempunyai monopoli terhadap perdagangan tersebut, dan perjalanan de Houtman yaitu kemenangan simbolis untuk pihak Belanda, meski perjalanan tersebut sebenarnya berjalan buruk.

Latar balik dan permulaan perjalanan

Pada tahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdam ke Lisboa untuk menemukan sebanyak mungkin informasi mengenai Kepulauan Rempah-Rempah. Pada saat de Houtman kembali ke Amsterdan, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang tersebut memastikan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre (yang berfaedah "Perusahaan jarak jauh"), dan pada 2 April 1595 empat buah kapal meninggalkan Amsterdam: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken.

Perjalanannya dipenuhi masalah sejak permulaan. Penyakit seriawan merebak hanya beberapa ahad setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di selang para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat direncanakan, masalah bertambah lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan. (Teluk di Madagaskar tempat mereka berakhir kini dikenal sebagai "Kuburan Belanda").

Tiba di Jawa

Pada 27 Juni 1596, ekspedisi de Houtman tiba di Banten. Hanya 249 orang yang tersisa dari pelayaran permulaan. Penerimaan penduduk permulaannya berteman, tapi setelah beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama dengan petugas Portugis di Banten, mengusir kapal Belanda tersebut.

Ekspedisi de Houtman berlanjut ke utara pantai Jawa. Kapalnya takluk ke pembajak. Beberapa tabiat buruk berujung ke salah pengertian dan kekerasan di Madura: seorang pangeran di Madura terbunuh, beberapa awak kapal Belanda ditangkap dan ditahan sehingga de Houtman membayar denda untuk melepaskannya.

Kapal-kapal tersebut lalu berlayar ke Bali, dan bertemu dengan raja Bali. Mereka berakhir berhasil memperoleh beberapa pot merica pada 26 Februari 1597. Kapal-kapal Portugis melarang mereka mengisi persediaan cairan dan bahan-bahan di St. Helena. Dari 249 awak, hanya 87 yang berhasil kembali. Cornelis de Houtman tewas dalam perjalanan keduanya di atas geladak kapal di Aceh saat pertempuran dengan pasukan Inong Balee yang dipimpin Malahayati tanggal 11 September 1599 dalam pertempuran satu lawan satu dengan Malahayati.

Akibat dari perjalanan ini

Meski perjalanan ini bisa dibilang gagal, ini juga dapat dianggap sebagai semacam kemenangan untuk Belanda. Pihak Belanda sejak saat itu mulai berlayar untuk berjualan ke Timur. Dalam lima tahun belakang, 65 kapal Belanda telah berlayar ke wilayah tersebut dan bisa dikata memulai penjajahan Hindia-Belanda.


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Page 12

Potret de Houtman

Cornelis de Houtman (kelahiran di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 – meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34 tahun) yang merupakan saudara dari Frederik de Houtman, yaitu seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah untuk Belanda. Saat itu Kerajaan Portugis mempunyai monopoli terhadap perdagangan tersebut, dan perjalanan de Houtman yaitu kemenangan simbolis untuk pihak Belanda, meski perjalanan tersebut sebenarnya berjalan buruk.

Latar balik dan permulaan perjalanan

Pada tahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdam ke Lisboa untuk menemukan sebanyak mungkin informasi mengenai Kepulauan Rempah-Rempah. Pada saat de Houtman kembali ke Amsterdan, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang tersebut memastikan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre (yang berfaedah "Perusahaan jarak jauh"), dan pada 2 April 1595 empat buah kapal meninggalkan Amsterdam: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken.

Perjalanannya dipenuhi masalah sejak permulaan. Penyakit seriawan merebak hanya beberapa ahad setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di selang para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat direncanakan, masalah bertambah lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan. (Teluk di Madagaskar tempat mereka berakhir kini dikenal sebagai "Kuburan Belanda").

Tiba di Jawa

Pada 27 Juni 1596, ekspedisi de Houtman tiba di Banten. Hanya 249 orang yang tersisa dari pelayaran permulaan. Penerimaan penduduk permulaannya berteman, tapi setelah beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama dengan petugas Portugis di Banten, mengusir kapal Belanda tersebut.

Ekspedisi de Houtman berlanjut ke utara pantai Jawa. Kapalnya takluk ke pembajak. Beberapa tabiat buruk berujung ke keliru pengertian dan kekerasan di Madura: seorang pangeran di Madura terbunuh, beberapa awak kapal Belanda ditangkap dan ditahan sehingga de Houtman membayar denda untuk melepaskannya.

Kapal-kapal tersebut lalu berlayar ke Bali, dan bertemu dengan raja Bali. Mereka berakhir berhasil memperoleh beberapa pot merica pada 26 Februari 1597. Kapal-kapal Portugis melarang mereka mengisi persediaan cairan dan bahan-bahan di St. Helena. Dari 249 awak, hanya 87 yang berhasil kembali. Cornelis de Houtman tewas dalam perjalanan keduanya di atas geladak kapal di Aceh saat pertempuran dengan pasukan Inong Balee yang dipimpin Malahayati tanggal 11 September 1599 dalam pertempuran satu lawan satu dengan Malahayati.

Akibat dari perjalanan ini

Meski perjalanan ini bisa dibilang gagal, ini juga dapat dianggap sebagai semacam kemenangan untuk Belanda. Pihak Belanda sejak saat itu mulai berlayar untuk berjualan ke Timur. Dalam lima tahun belakang, 65 kapal Belanda telah berlayar ke wilayah tersebut dan bisa dikata memulai penjajahan Hindia-Belanda.


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Page 13

Potret de Houtman

Cornelis de Houtman (kelahiran di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 – meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34 tahun) yang merupakan saudara dari Frederik de Houtman, yaitu seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah untuk Belanda. Saat itu Kerajaan Portugis mempunyai monopoli terhadap perdagangan tersebut, dan perjalanan de Houtman yaitu kemenangan simbolis untuk pihak Belanda, meski perjalanan tersebut sebenarnya berjalan buruk.

Latar balik dan permulaan perjalanan

Pada tahun 1592 Cornelis de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdam ke Lisboa untuk menemukan sebanyak mungkin informasi mengenai Kepulauan Rempah-Rempah. Pada saat de Houtman kembali ke Amsterdan, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Para pedagang tersebut memastikan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan compagnie van Verre (yang berfaedah "Perusahaan jarak jauh"), dan pada 2 April 1595 empat buah kapal meninggalkan Amsterdam: Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan Duyfken.

Perjalanannya dipenuhi masalah sejak permulaan. Penyakit seriawan merebak hanya beberapa ahad setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di selang para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat direncanakan, masalah bertambah lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan. (Teluk di Madagaskar tempat mereka berakhir kini dikenal sebagai "Kuburan Belanda").

Tiba di Jawa

Pada 27 Juni 1596, ekspedisi de Houtman tiba di Banten. Hanya 249 orang yang tersisa dari pelayaran permulaan. Penerimaan penduduk permulaannya berteman, tapi setelah beberapa tabiat kasar yang ditunjukkan awak kapal Belanda, Sultan Banten, bersama dengan petugas Portugis di Banten, mengusir kapal Belanda tersebut.

Ekspedisi de Houtman berlanjut ke utara pantai Jawa. Kapalnya takluk ke pembajak. Beberapa tabiat buruk berujung ke salah pengertian dan kekerasan di Madura: seorang pangeran di Madura terbunuh, beberapa awak kapal Belanda ditangkap dan ditahan sehingga de Houtman membayar denda untuk melepaskannya.

Kapal-kapal tersebut lalu berlayar ke Bali, dan bertemu dengan raja Bali. Mereka berakhir berhasil memperoleh beberapa pot merica pada 26 Februari 1597. Kapal-kapal Portugis melarang mereka mengisi persediaan cairan dan bahan-bahan di St. Helena. Dari 249 awak, hanya 87 yang berhasil kembali. Cornelis de Houtman tewas dalam perjalanan keduanya di atas geladak kapal di Aceh saat pertempuran dengan pasukan Inong Balee yang dipimpin Malahayati tanggal 11 September 1599 dalam pertempuran satu lawan satu dengan Malahayati.

Akibat dari perjalanan ini

Meski perjalanan ini bisa dibilang gagal, ini juga dapat dianggap sebagai semacam kemenangan untuk Belanda. Pihak Belanda sejak saat itu mulai berlayar untuk berjualan ke Timur. Dalam lima tahun belakang, 65 kapal Belanda telah berlayar ke wilayah tersebut dan bisa dikata memulai penjajahan Hindia-Belanda.


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Page 14

Cornelis John Rantung (kelahiran di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 7 Desember 1935 – meninggal di Jakarta, 3 April 2013 pada umur 77 tahun[1]) yaitu Gubernur Sulawesi Utara periode 1985-1995. Beliau dinaikkan dijadikan Gubernur Sulawesi Utara mengalihkan Gustaf Hendrik Mantik. Sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI. Dia wafat pada tanggal 3 April 2013 di RSPAD Jakarta, dan rencananya dimakamkan pada tanggal 6 April 2013 di Taman Makam Pahlawan Kairagi, Kota Manado, Sulawesi Utara. Sebelum dimakamkan beliau disemayamkan terlebih dahului di Kantor Gubernur Sulawesi Utara.

Karier

Pada tanggal 4 Maret 1985, Brigadir Jenderal C.J. Rantung dilantik dalam Sidang Paripurna Khusus DPRD Provinsi Kawasan Tingkat I Sulawesi Utara untuk mengalihkan Pejabat lama Letjen (Purn) G.H. Mantik yang telah berakhir masa posisinya sebagai gubernur. Beliau dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 45/M Tahun 1985 tanggal 18 Februari 1985, untuk masa posisi 1985-1990. Belakang kembali di diberikan keyakinan di periode kedua berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34/M Tahun 1990 tanggal 10 Februari 1990, untuk masa posisi 1990-1995.

Semasa hidupnya, CJ Rantung menjalani karier sebagai perwira militer di masa pemerintah Presiden Soeharto. Terakhir menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI, sebelum dinaikkan dijadikan Gubernur Sulut pada 1985.

Rujukan

  1. ^ "C.J. Rantung Dimakamkan di Manado", Kompas

Pranala luar


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Page 15

Cornelis John Rantung (kelahiran di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 7 Desember 1935 – meninggal di Jakarta, 3 April 2013 pada umur 77 tahun[1]) yaitu Gubernur Sulawesi Utara periode 1985-1995. Beliau dinaikkan dijadikan Gubernur Sulawesi Utara mengalihkan Gustaf Hendrik Mantik. Sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI. Dia wafat pada tanggal 3 April 2013 di RSPAD Jakarta, dan rencananya dimakamkan pada tanggal 6 April 2013 di Taman Makam Pahlawan Kairagi, Kota Manado, Sulawesi Utara. Sebelum dimakamkan beliau disemayamkan terlebih dahului di Kantor Gubernur Sulawesi Utara.

Karier

Pada tanggal 4 Maret 1985, Brigadir Jenderal C.J. Rantung dilantik dalam Sidang Paripurna Khusus DPRD Provinsi Kawasan Tingkat I Sulawesi Utara untuk mengalihkan Pejabat lama Letjen (Purn) G.H. Mantik yang telah berakhir masa posisinya sebagai gubernur. Beliau dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 45/M Tahun 1985 tanggal 18 Februari 1985, untuk masa posisi 1985-1990. Belakang kembali di diberikan keyakinan di periode kedua berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34/M Tahun 1990 tanggal 10 Februari 1990, untuk masa posisi 1990-1995.

Semasa hidupnya, CJ Rantung menjalani karier sebagai perwira militer di masa pemerintah Presiden Soeharto. Terakhir menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI, sebelum dinaikkan dijadikan Gubernur Sulut pada 1985.

Rujukan

  1. ^ "C.J. Rantung Dimakamkan di Manado", Kompas

Pranala luar


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Page 16

Cornelis John Rantung (kelahiran di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 7 Desember 1935 – meninggal di Jakarta, 3 April 2013 pada umur 77 tahun[1]) yaitu Gubernur Sulawesi Utara periode 1985-1995. Beliau dinaikkan dijadikan Gubernur Sulawesi Utara mengalihkan Gustaf Hendrik Mantik. Sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI. Dia wafat pada tanggal 3 April 2013 di RSPAD Jakarta, dan rencananya dimakamkan pada tanggal 6 April 2013 di Taman Makam Pahlawan Kairagi, Kota Manado, Sulawesi Utara. Sebelum dimakamkan beliau disemayamkan terlebih dahului di Kantor Gubernur Sulawesi Utara.

Karier

Pada tanggal 4 Maret 1985, Brigadir Jenderal C.J. Rantung dilantik dalam Sidang Paripurna Khusus DPRD Provinsi Kawasan Tingkat I Sulawesi Utara untuk mengalihkan Pejabat lama Letjen (Purn) G.H. Mantik yang telah berakhir masa jabatannya sebagai gubernur. Beliau dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 45/M Tahun 1985 tanggal 18 Februari 1985, untuk masa jabatan 1985-1990. Belakang kembali di diberikan keyakinan di periode kedua berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34/M Tahun 1990 tanggal 10 Februari 1990, untuk masa jabatan 1990-1995.

Semasa hidupnya, CJ Rantung menjalani karier sebagai perwira militer di masa pemerintah Presiden Soeharto. Terakhir menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI, sebelum dinaikkan dijadikan Gubernur Sulut pada 1985.

Rujukan

  1. ^ "C.J. Rantung Dimakamkan di Manado", Kompas

Pranala luar


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Page 17

Cornelis Janzoon Speelman (Lahir di Belanda, 2 Maret 1628. Meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 11 Januari 1684) adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684

Kehidupan dan karier permulaan

Sejarah keluraga yang dikenali adalah bahwa Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, beliau berkunjung ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 beliau tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala atur administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 beliau menjadi sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini beliau diperintahkan untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta akbar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan beristirahat pada tahun 1657. Sementara itu beliau menikahi seorang gadis bernama Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun. Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-Penerima) di Hindia Belanda. Di tahun 1659 beliau ditempatkan di kantor juru tulis perusahaan dan kantor atur administrasi (kapitein over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Beliau menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).

Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman dituding sebagai Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena beliau dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan membeli berlian untuk istrinya yang kesudahan dijualnya lagi karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun beliau melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar 3.000 gulden. Pada tahun 1666, beliau dikirim ke Makassar sebagai admiral pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 1667, beliau menandatangani Akad Bongaya. Di tahun yang sama, beliau juga dibentuk menjadi sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Di tahun 1669, beliau berkunjung lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, beliau memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Menjadi gubernur jenderal

Beliau menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula beliau menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676, beliau memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, dimana penguasa Mataram saat itu mempunyai dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC. Lalu armadanya bangkit menuju daerah pantai Jawa segi timur dan terjun dalam pertempuran Toerana Djaja. Beliau dipanggil kembali ke Batavia pada penghabisan 1677 dan pada tanggal 18 Januari 1678 beliau dilantik menjadi Konsul Utama dan Direktur Jenderal Hindia Belanda (Eerste Raad en Directeur-Generaal van Indië). Dan juga pada tahun yang sama, beliau dituding sebagai Ketua Sekolah van Schepenen di Batavia. Dan pada 29 Oktober 1680 beliau dituding sebagai Gubernur-Jenderal. Speelman memulai jabatannya ini pada 25 November 1681, menggantikan Rijkloff van Goens.

Referensi

  • Site in Dutch dedicated to the VOC [2]
  • Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, part Soek-Zij.
  • Putten, L.P. van, 2002. - Ambitie en onvermogen : gouverneurs-generaal van Nederlands-Indië 1610-1796.
  • //www.bezuidenhout.nl

Lihat pula

  • Daftar Penguasa Hindia Belanda

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dll-nya.

Page 18

Cornelis Janzoon Speelman (Lahir di Belanda, 2 Maret 1628. Meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 11 Januari 1684) adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684

Kehidupan dan karier permulaan

Sejarah keluraga yang dikenali adalah bahwa Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, beliau berkunjung ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 beliau tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala atur administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 beliau menjadi sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini beliau diperintahkan untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta akbar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan beristirahat pada tahun 1657. Sementara itu beliau menikahi seorang gadis bernama Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun. Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-Penerima) di Hindia Belanda. Di tahun 1659 beliau ditempatkan di kantor juru tulis perusahaan dan kantor atur administrasi (kapitein over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Beliau menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).

Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman dituding sebagai Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena beliau dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan membeli berlian untuk istrinya yang kesudahan dijualnya lagi karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun beliau melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar 3.000 gulden. Pada tahun 1666, beliau dikirim ke Makassar sebagai admiral pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 1667, beliau menandatangani Akad Bongaya. Di tahun yang sama, beliau juga dibentuk menjadi sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Di tahun 1669, beliau berkunjung lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, beliau memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Menjadi gubernur jenderal

Beliau menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula beliau menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676, beliau memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, dimana penguasa Mataram saat itu mempunyai dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC. Lalu armadanya bangkit menuju daerah pantai Jawa segi timur dan terjun dalam pertempuran Toerana Djaja. Beliau dipanggil kembali ke Batavia pada penghabisan 1677 dan pada tanggal 18 Januari 1678 beliau dilantik menjadi Konsul Utama dan Direktur Jenderal Hindia Belanda (Eerste Raad en Directeur-Generaal van Indië). Dan juga pada tahun yang sama, beliau dituding sebagai Ketua Sekolah van Schepenen di Batavia. Dan pada 29 Oktober 1680 beliau dituding sebagai Gubernur-Jenderal. Speelman memulai jabatannya ini pada 25 November 1681, menggantikan Rijkloff van Goens.

Referensi

  • Site in Dutch dedicated to the VOC [2]
  • Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, part Soek-Zij.
  • Putten, L.P. van, 2002. - Ambitie en onvermogen : gouverneurs-generaal van Nederlands-Indië 1610-1796.
  • //www.bezuidenhout.nl

Lihat pula

  • Daftar Penguasa Hindia Belanda

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dll-nya.

Page 19

Cornelis Janzoon Speelman (Lahir di Belanda, 2 Maret 1628. Meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 11 Januari 1684) adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684

Kehidupan dan karier permulaan

Sejarah keluraga yang dikenali adalah bahwa Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, beliau berkunjung ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 beliau tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala atur administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 beliau menjadi sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini beliau diperintahkan untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta akbar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan beristirahat pada tahun 1657. Sementara itu beliau menikahi seorang gadis bernama Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun. Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-Penerima) di Hindia Belanda. Di tahun 1659 beliau ditempatkan di kantor juru tulis perusahaan dan kantor atur administrasi (kapitein over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Beliau menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).

Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman dituding sebagai Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena beliau dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan melakukan pembelian berlian untuk istrinya yang kesudahan dijualnya lagi karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun beliau melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar 3.000 gulden. Pada tahun 1666, beliau dikirim ke Makassar sebagai admiral pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 1667, beliau menandatangani Akad Bongaya. Di tahun yang sama, beliau juga dibentuk menjadi sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Di tahun 1669, beliau berkunjung lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, beliau memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Menjadi gubernur jenderal

Beliau menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula beliau menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676, beliau memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, dimana penguasa Mataram saat itu mempunyai dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC. Lalu armadanya bangkit menuju daerah pantai Jawa segi timur dan terjun dalam pertempuran Toerana Djaja. Beliau dipanggil kembali ke Batavia pada penghabisan 1677 dan pada tanggal 18 Januari 1678 beliau dilantik menjadi Konsul Utama dan Direktur Jenderal Hindia Belanda (Eerste Raad en Directeur-Generaal van Indië). Dan juga pada tahun yang sama, beliau dituding sebagai Ketua Sekolah van Schepenen di Batavia. Dan pada 29 Oktober 1680 beliau dituding sebagai Gubernur-Jenderal. Speelman memulai jabatannya ini pada 25 November 1681, menggantikan Rijkloff van Goens.

Referensi

  • Site in Dutch dedicated to the VOC [2]
  • Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, part Soek-Zij.
  • Putten, L.P. van, 2002. - Ambitie en onvermogen : gouverneurs-generaal van Nederlands-Indië 1610-1796.
  • //www.bezuidenhout.nl

Lihat pula

  • Daftar Penguasa Hindia Belanda

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dll-nya.

Page 20

Cornelis Janzoon Speelman (Lahir di Belanda, 2 Maret 1628. Meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 11 Januari 1684) adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684

Kehidupan dan karier permulaan

Sejarah keluraga yang dikenali adalah bahwa Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, beliau berkunjung ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 beliau tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala atur administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 beliau menjadi sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini beliau diperintahkan untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta akbar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan beristirahat pada tahun 1657. Sementara itu beliau menikahi seorang gadis bernama Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun. Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-Penerima) di Hindia Belanda. Di tahun 1659 beliau ditempatkan di kantor juru tulis perusahaan dan kantor atur administrasi (kapitein over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Beliau menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).

Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman dituding sebagai Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena beliau dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan melakukan pembelian berlian untuk istrinya yang kesudahan dijualnya lagi karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun beliau melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar 3.000 gulden. Pada tahun 1666, beliau dikirim ke Makassar sebagai admiral pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 1667, beliau menandatangani Akad Bongaya. Di tahun yang sama, beliau juga dibentuk menjadi sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Di tahun 1669, beliau berkunjung lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, beliau memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Menjadi gubernur jenderal

Beliau menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula beliau menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676, beliau memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, dimana penguasa Mataram saat itu mempunyai dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC. Lalu armadanya bangkit menuju daerah pantai Jawa segi timur dan terjun dalam pertempuran Toerana Djaja. Beliau dipanggil kembali ke Batavia pada penghabisan 1677 dan pada tanggal 18 Januari 1678 beliau dilantik menjadi Konsul Utama dan Direktur Jenderal Hindia Belanda (Eerste Raad en Directeur-Generaal van Indië). Dan juga pada tahun yang sama, beliau dituding sebagai Ketua Sekolah van Schepenen di Batavia. Dan pada 29 Oktober 1680 beliau dituding sebagai Gubernur-Jenderal. Speelman memulai jabatannya ini pada 25 November 1681, menggantikan Rijkloff van Goens.

Referensi

  • Site in Dutch dedicated to the VOC [2]
  • Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, part Soek-Zij.
  • Putten, L.P. van, 2002. - Ambitie en onvermogen : gouverneurs-generaal van Nederlands-Indië 1610-1796.
  • //www.bezuidenhout.nl

Lihat pula

  • Daftar Penguasa Hindia Belanda

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dll-nya.

Page 21

Cornelis Janzoon Speelman (Lahir di Belanda, 2 Maret 1628. Meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 11 Januari 1684) adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684

Kehidupan dan karier permulaan

Sejarah keluraga yang dikenali adalah bahwa Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, beliau berkunjung ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 beliau tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala atur administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 beliau menjadi sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini beliau diperintahkan untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta akbar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan beristirahat pada tahun 1657. Sementara itu beliau menikahi seorang gadis bernama Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun. Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-Penerima) di Hindia Belanda. Di tahun 1659 beliau ditempatkan di kantor juru tulis perusahaan dan kantor atur administrasi (kapitein over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Beliau menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).

Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman dituding sebagai Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena beliau dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan melakukan pembelian berlian untuk istrinya yang kesudahan dijualnya lagi karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun beliau melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar 3.000 gulden. Pada tahun 1666, beliau dikirim ke Makassar sebagai admiral pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 1667, beliau menandatangani Akad Bongaya. Di tahun yang sama, beliau juga dibentuk menjadi sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Di tahun 1669, beliau berkunjung lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, beliau memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Menjadi gubernur jenderal

Beliau menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula beliau menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676, beliau memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, dimana penguasa Mataram saat itu mempunyai dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC. Lalu armadanya bangkit menuju daerah pantai Jawa segi timur dan terjun dalam pertempuran Toerana Djaja. Beliau dipanggil kembali ke Batavia pada penghabisan 1677 dan pada tanggal 18 Januari 1678 beliau dilantik menjadi Konsul Utama dan Direktur Jenderal Hindia Belanda (Eerste Raad en Directeur-Generaal van Indië). Dan juga pada tahun yang sama, beliau dituding sebagai Ketua Sekolah van Schepenen di Batavia. Dan pada 29 Oktober 1680 beliau dituding sebagai Gubernur-Jenderal. Speelman memulai jabatannya ini pada 25 November 1681, menggantikan Rijkloff van Goens.

Referensi

  • Site in Dutch dedicated to the VOC [2]
  • Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, part Soek-Zij.
  • Putten, L.P. van, 2002. - Ambitie en onvermogen : gouverneurs-generaal van Nederlands-Indië 1610-1796.
  • //www.bezuidenhout.nl

Lihat pula

  • Daftar Penguasa Hindia Belanda

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dll-nya.

Page 22

Cornelis Janzoon Speelman (Lahir di Belanda, 2 Maret 1628. Meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 11 Januari 1684) adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684

Kehidupan dan karier permulaan

Sejarah keluraga yang diketahui adalah bahwa Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, beliau pergi ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 beliau tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala atur administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 beliau menjadi sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini beliau diperintahkan untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta akbar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan beristirahat pada tahun 1657. Sementara itu beliau menikahi seorang gadis bernama Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun. Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-Penerima) di Hindia Belanda. Di tahun 1659 beliau diletakkan di kantor juru tulis perusahaan dan kantor atur administrasi (kapitein over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Beliau menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).

Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman dituding sebagai Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena beliau dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan melakukan pembelian berlian untuk istrinya yang kesudahan dijualnya lagi karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun beliau melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar 3.000 gulden. Pada tahun 1666, beliau dikirim ke Makassar sebagai admiral pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 1667, beliau menandatangani Akad Bongaya. Di tahun yang sama, beliau juga dibentuk menjadi sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Di tahun 1669, beliau pergi lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, beliau memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Menjadi gubernur jenderal

Beliau menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula beliau menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676, beliau memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, dimana penguasa Mataram saat itu mempunyai dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC. Lalu armadanya bangkit menuju daerah pantai Jawa bidang timur dan terjun dalam pertempuran Toerana Djaja. Beliau dipanggil kembali ke Batavia pada belakang 1677 dan pada tanggal 18 Januari 1678 beliau dilantik menjadi Konsul Utama dan Direktur Jenderal Hindia Belanda (Eerste Raad en Directeur-Generaal van Indië). Dan juga pada tahun yang sama, beliau dituding sebagai Ketua Sekolah van Schepenen di Batavia. Dan pada 29 Oktober 1680 beliau dituding sebagai Gubernur-Jenderal. Speelman memulai jabatannya ini pada 25 November 1681, menggantikan Rijkloff van Goens.

Referensi

  • Site in Dutch dedicated to the VOC [2]
  • Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, part Soek-Zij.
  • Putten, L.P. van, 2002. - Ambitie en onvermogen : gouverneurs-generaal van Nederlands-Indië 1610-1796.
  • //www.bezuidenhout.nl

Lihat pula

  • Daftar Penguasa Hindia Belanda

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dll-nya.

Page 23

Cornelis Janzoon Speelman (Lahir di Belanda, 2 Maret 1628. Meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 11 Januari 1684) adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684

Kehidupan dan karier permulaan

Sejarah keluraga yang dikenali adalah bahwa Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, beliau berkunjung ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 beliau tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala atur administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 beliau menjadi sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini beliau diperintahkan untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta akbar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan beristirahat pada tahun 1657. Sementara itu beliau menikahi seorang gadis bernama Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun. Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-Penerima) di Hindia Belanda. Di tahun 1659 beliau ditempatkan di kantor juru tulis perusahaan dan kantor atur administrasi (kapitein over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Beliau menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).

Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman dituding sebagai Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena beliau dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan membeli berlian untuk istrinya yang kesudahan dijualnya lagi karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun beliau melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar 3.000 gulden. Pada tahun 1666, beliau dikirim ke Makassar sebagai admiral pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 1667, beliau menandatangani Akad Bongaya. Di tahun yang sama, beliau juga dibentuk menjadi sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Di tahun 1669, beliau berkunjung lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, beliau memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Menjadi gubernur jenderal

Beliau menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula beliau menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676, beliau memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, dimana penguasa Mataram saat itu mempunyai dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC. Lalu armadanya bangkit menuju daerah pantai Jawa segi timur dan terjun dalam pertempuran Toerana Djaja. Beliau dipanggil kembali ke Batavia pada penghabisan 1677 dan pada tanggal 18 Januari 1678 beliau dilantik menjadi Konsul Utama dan Direktur Jenderal Hindia Belanda (Eerste Raad en Directeur-Generaal van Indië). Dan juga pada tahun yang sama, beliau dituding sebagai Ketua Sekolah van Schepenen di Batavia. Dan pada 29 Oktober 1680 beliau dituding sebagai Gubernur-Jenderal. Speelman memulai jabatannya ini pada 25 November 1681, menggantikan Rijkloff van Goens.

Referensi

  • Site in Dutch dedicated to the VOC [2]
  • Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, part Soek-Zij.
  • Putten, L.P. van, 2002. - Ambitie en onvermogen : gouverneurs-generaal van Nederlands-Indië 1610-1796.
  • //www.bezuidenhout.nl

Lihat pula

  • Daftar Penguasa Hindia Belanda

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dll-nya.

Page 24

Cornelis Janzoon Speelman (Lahir di Belanda, 2 Maret 1628. Meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 11 Januari 1684) adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah pada periode 1680 hingga 1684

Kehidupan dan karier permulaan

Sejarah keluraga yang dikenali adalah bahwa Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam. Pada saat usianya menginjak 16 tahun, beliau berkunjung ke timur (Hindia Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 beliau tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam kepala atur administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 beliau menjadi sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka jabatannya yang baru ini beliau diperintahkan untuk melakukan pelayaran ke Persia bersama duta akbar Joan Cunaeus. Mereka diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari Persia, Speelman memangku jabatan seperti Buyer atau koopman dan beristirahat pada tahun 1657. Sementara itu beliau menikahi seorang gadis bernama Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun. Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-Penerima) di Hindia Belanda. Di tahun 1659 beliau ditempatkan di kantor juru tulis perusahaan dan kantor atur administrasi (kapitein over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Beliau menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).

Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman dituding sebagai Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena beliau dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan membeli berlian untuk istrinya yang kesudahan dijualnya lagi karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun beliau melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar 3.000 gulden. Pada tahun 1666, beliau dikirim ke Makassar sebagai admiral pemimpin armada perang untuk menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 1667, beliau menandatangani Akad Bongaya. Di tahun yang sama, beliau juga dibentuk menjadi sebagai Komisioner (commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Di tahun 1669, beliau berkunjung lagi ke Makassar untuk mematahkan secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, beliau memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.

Menjadi gubernur jenderal

Beliau menjadi konsul penuh Hindia Belanda pada 23 Maret 1671. Dan pada tahun yang sama pula beliau menjadi komandan armada perang yang akan melakukan serangan ke Prancis. Pada December 1676, beliau memimpin ekspedisi ke Jawa Tengah, dimana penguasa Mataram saat itu mempunyai dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan dari pihak VOC. Lalu armadanya bangkit menuju daerah pantai Jawa segi timur dan terjun dalam pertempuran Toerana Djaja. Beliau dipanggil kembali ke Batavia pada penghabisan 1677 dan pada tanggal 18 Januari 1678 beliau dilantik menjadi Konsul Utama dan Direktur Jenderal Hindia Belanda (Eerste Raad en Directeur-Generaal van Indië). Dan juga pada tahun yang sama, beliau dituding sebagai Ketua Sekolah van Schepenen di Batavia. Dan pada 29 Oktober 1680 beliau dituding sebagai Gubernur-Jenderal. Speelman memulai jabatannya ini pada 25 November 1681, menggantikan Rijkloff van Goens.

Referensi

  • Site in Dutch dedicated to the VOC [2]
  • Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, part Soek-Zij.
  • Putten, L.P. van, 2002. - Ambitie en onvermogen : gouverneurs-generaal van Nederlands-Indië 1610-1796.
  • //www.bezuidenhout.nl

Lihat pula

  • Daftar Penguasa Hindia Belanda

Sumber :
p2k.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dll-nya.

Page 25

Cornelis John Rantung (kelahiran di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 7 Desember 1935 – meninggal di Jakarta, 3 April 2013 pada umur 77 tahun[1]) yaitu Gubernur Sulawesi Utara periode 1985-1995. Beliau dinaikkan dijadikan Gubernur Sulawesi Utara mengalihkan Gustaf Hendrik Mantik. Sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI. Dia wafat pada tanggal 3 April 2013 di RSPAD Jakarta, dan rencananya dimakamkan pada tanggal 6 April 2013 di Taman Makam Pahlawan Kairagi, Kota Manado, Sulawesi Utara. Sebelum dimakamkan beliau disemayamkan terlebih dahului di Kantor Gubernur Sulawesi Utara.

Karier

Pada tanggal 4 Maret 1985, Brigadir Jenderal C.J. Rantung dilantik dalam Sidang Paripurna Khusus DPRD Provinsi Kawasan Tingkat I Sulawesi Utara untuk mengalihkan Pejabat lama Letjen (Purn) G.H. Mantik yang telah berakhir masa posisinya sebagai gubernur. Beliau dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 45/M Tahun 1985 tanggal 18 Februari 1985, untuk masa posisi 1985-1990. Belakang kembali di diberikan keyakinan di periode kedua berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34/M Tahun 1990 tanggal 10 Februari 1990, untuk masa posisi 1990-1995.

Semasa hidupnya, CJ Rantung menjalani karier sebagai perwira militer di masa pemerintah Presiden Soeharto. Terakhir menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI, sebelum dinaikkan dijadikan Gubernur Sulut pada 1985.

Rujukan

  1. ^ "C.J. Rantung Dimakamkan di Manado", Kompas

Pranala luar


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Page 26

Cornelis John Rantung (kelahiran di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, 7 Desember 1935 – meninggal di Jakarta, 3 April 2013 pada umur 77 tahun[1]) yaitu Gubernur Sulawesi Utara periode 1985-1995. Beliau dinaikkan dijadikan Gubernur Sulawesi Utara mengalihkan Gustaf Hendrik Mantik. Sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI. Dia wafat pada tanggal 3 April 2013 di RSPAD Jakarta, dan rencananya dimakamkan pada tanggal 6 April 2013 di Taman Makam Pahlawan Kairagi, Kota Manado, Sulawesi Utara. Sebelum dimakamkan beliau disemayamkan terlebih dahului di Kantor Gubernur Sulawesi Utara.

Karier

Pada tanggal 4 Maret 1985, Brigadir Jenderal C.J. Rantung dilantik dalam Sidang Paripurna Khusus DPRD Provinsi Kawasan Tingkat I Sulawesi Utara untuk mengalihkan Pejabat lama Letjen (Purn) G.H. Mantik yang telah berakhir masa posisinya sebagai gubernur. Beliau dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 45/M Tahun 1985 tanggal 18 Februari 1985, untuk masa posisi 1985-1990. Belakang kembali di diberikan keyakinan di periode kedua berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34/M Tahun 1990 tanggal 10 Februari 1990, untuk masa posisi 1990-1995.

Semasa hidupnya, CJ Rantung menjalani karier sebagai perwira militer di masa pemerintah Presiden Soeharto. Terakhir menjabat sebagai Direktur Pengembangan dan Pengkajian Strategis Sesko ABRI, sebelum dinaikkan dijadikan Gubernur Sulut pada 1985.

Rujukan

  1. ^ "C.J. Rantung Dimakamkan di Manado", Kompas

Pranala luar


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain sebagainya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA