Menurut teori kutub pertumbuhan yang dikemukakan oleh perroux, proses pembangunan terjadi secara

Pusat pertumbuhan dapat terbentuk di suatu wilayah. Terbentuknya pusat pertumbuhan dapat terjadi secara alami atau dengan perencanaan.

Teori polarisasi ekonomi dikemukakan oleh Gunar Myrdal. Menurut Myrdal, setiap daerah mempunyai pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran. Pusat pertumbuhan tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap tenaga terampil, modal, dan barang-barang dagangan yang menunjang pertumbuhan suatu lokasi. Demikian terus-menerus akan terjadi pertumbuhan yang makin lama makin pesat atau akan terjadi polarisasi pertumbuhan ekonomi (polarization of economic growth).

Teori polarisasi ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-pinggiran (coreperiphery). Konsep pusat-pinggiran merugikan daerah pinggiran, sehingga perlu diatasi dengan membatasi migrasi (urbanisasi), mencegah keluarnya modal dari daerah pinggiran, membangun daerah pinggiran, dan membangun wilayah pedesaan.

Adanya pusat pertumbuhan akan berpengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif terhadap perkembangan daerah sekitarnya disebut spread effect. Contohnya adalah terbukanya kesempatan kerja, banyaknya investasi yang masuk, upah buruk semakin tinggi, serta penduduk dapat memasarkan bahan mentah. Sedangkan pengaruh negatifnya disebut backwash effect, contohnya adalah adanya ketimpangan wilayah, meningkatnya kriminalitas, kerusakan lingkungan, dan lain sebagainya.

Konsep kutub pertumbuhan (growth pole concept) dikemukakan oleh Perroux, seorang ahli ekonomi Prancis (1950). Menurut Perroux, kutub pertumbuhan adalah pusat-pusat dalam arti keruangan yang abstrak, sebagai tempat memancarnya kekuatankekuatan sentrifugal dan tertariknya kekuatan-kekuatan sentripetal. Pembangunan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Kutub pertumbuhan bukanlah kota atau wilayah, melainkan suatu kegiatan ekonomi yang dinamis. Hubungan kekuatan ekonomi yang dinamis tercipta di dalam dan di antara sektor-sektor ekonomi.

Contoh: industri baja di suatu daerah akan menimbulkan kekuatan sentripetal, yaitu menarik kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembuatan baja, baik pada penyediaan bahan mentah maupun pasar. Industri tersebut juga menimbulkan kekuatan sentrifugal, yaitu rangsangan timbulnya kegiatan baru yang tidak berhubungan langsung dengan industry baja.

Teori pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut Boudeville (ahli ekonomi Prancis), pusat pertumbuhan adalah sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan yang ada di permukaan Bumi. Suatu kota atau wilayah kota yang mempunyai industri populasi yang kompleks, dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Industri populasi merupakan industri yang mempunyai pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak langsung) terhadap kegiatan lainnya.

Teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli geografi dari Jerman. Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola persebaran permukiman dalam ruang. Dalam suatu ruang kadang ditemukan persebaran pola permukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya. Teori pusat pertumbuhan dari Christaller ini diperkuat oleh pendapat August Losch (1945) seorang ahli ekonomi Jerman.

Keduanya berkesimpulan, bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan dengan menempatkan aktivitas yang dimaksud pada hierarki permukiman yang luasnya meningkat dan lokasinya ada pada simpul-simpul jaringan heksagonal. Lokasi ini terdapat pada tempat sentral yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang yang dihasilkannya.

Tempat-tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk geometrik berdiagonal yang memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Hubungan antara suatu tempat sentral dengan tempat sentral yang lain di sekitarnya membentuk jaringan sarang lebah seperti yang kamu lihat pada gambar samping.

Menurut Walter Christaller, suatu tempat sentral mempunyai batas-batas pengaruh yang melingkar dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut. Daerah atau wilayah yang komplementer ini adalah daerah yang dilayani oleh tempat sentral. Lingkaran batas yang ada pada kawasan pengaruh tempat-tempat sentral itu disebut batas ambang (threshold level).

Konsep dasar dari teori tempat sentral sebagai berikut.

1) Population threshold,

yaitu jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk melancarkan dan kesinambungan dari unit pelayanan.

2) Range (jangkauan),

yaitu jarak maksimum yang perlu ditempuh penduduk untuk mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkannya dari tempat pusat. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

  1. a) Range selalu lebih besar dibanding daerah tempat population threshold.
  2. b) Inner limit (batas dalam) adalah batas wilayah yang didiami population threshold.
  3. c) Outer limit (batas luar) adalah batas wilayah yang mendapatkan pelayanan terbaik, sehingga di luar batas itu penduduk akan mencari atau pergi ke pusat lain.

Agar kamu lebih jelas, coba perhatikan gambar di bawah.

Tempat sentral memiliki batas-batas pengaruh. Batasbatas itu melingkar dan komplementer dengan tempat sentral tersebut. Suatu tempat sentral dapat berupa kota-kota besar, pusat perbelanjaan, rumah sakit, ibu kota provinsi, dan kota kabupaten. Masing-masing tempat sentral tersebut menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda-beda.

Teori Walter Christaller dapat diterapkan secara baik di suatu wilayah dengan syarat-syarat sebagai berikut.

1) Topografi dari wilayah tersebut relatif seragam, sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lainnya dalam hubungannya dengan jalur angkutan.

2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogeny dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, atau batu bara.

Tiga asas tempat sentral menurut Christaller sebagai berikut.

  1. Tempat Sentral Menurut Asas Pasar (K3)

Merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang responsif terhadap ketersediaan barang dan jasa atau sering disebut dengan kasus pasar optimal. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil terbagi menjadi tiga kelompok yang sama besarnya, jika berbelanja ke tiga tempat lebih besar yang letaknya terdekat.

  1. Tempat Sentral Menurut Asas Transportasi (K4)

Tempat sentral memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien kepada daerah sekitarnya. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil terbagi menjadi dua kelompok yang sama, jika berbelanja ke dua tempat lebih besar yang terdekat.

  1. Tempat Sentral Menurut Administrasi (K7)

Tempat sentral ini memengaruhi seluruh bagian wilayah sekitarnya dan wilayah itu sendiri. Pembangunan tempat sentral ini tidak berorientasi pada sektor ekonomi, tetapi pada sektor sosial dan politik. Contohnya kota pusat pemerintah. Para konsumen di tempat-tempat yang lebih kecil berbelanja ke tempat-tempat yang lebih besar yang letaknya terdekat.

Hai sobat Zenius! Menurut elo, apa sih teori pusat pertumbuhan wilayah? Di mana sih wilayah pusat pertumbuhan di Indonesia? Mungkin elo langsung kepikiran sama kota-kota besar yang terlihat lebih maju dibanding wilayah di sekitarnya. 

Apalagi kalau dilihat dari infrastruktur modern dan banyaknya kegiatan ekonomi yang berjalan kayak di Kota Jakarta, Surabaya, atau Makassar. Lho tapi, apakah yang dimaksud pusat pertumbuhan itu sendiri?

Apa Itu Pusat Pertumbuhan?

Pusat pertumbuhan atau growth pole adalah wilayah dengan pertumbuhan yang sangat pesat ketika dibandingkan dengan wilayah lain.

Salah satu faktor yang menyebabkan suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan adalah wilayah tersebut bisa mempengaruhi pembangunan wilayah lain di sekitarnya. Selain itu pusat pertumbuhan biasanya berperan menjadi pusat pelayanan bagi daerah sekitar.

Contoh pusat pertumbuhan yang terkenal adalah wilayah Silicon Valley di San Jose, California. Wilayah tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat terutama berkat industri teknologi yang ada di dalamnya. 

Faktor Penyebab Suatu Wilayah Menjadi Pusat Pertumbuhan

Tentunya banyak banget faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah pusat pertumbuhan di suatu wilayah. Bisa jadi karena faktor geografis, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh pembentukan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Indonesia memiliki tujuan utama menjadi wilayah menjadi pusat pertumbuhan.

  • Kondisi geografis seperti jenis dataran, iklim, dan kesuburan tanah.
  • Lengkapnya fasilitas (kesehatan, tempat tinggal, dsb) dan infrastruktur (jalanan dan transportasi) sehingga mendukung kondisi ekonomi dan sosial.
  • Adanya industri sehingga banyak lapangan kerja dan tempat tinggal.

Mengapa Kita Perlu Mengetahui Pusat Pertumbuhan Wilayah?

Dengan mengetahui pusat pertumbuhan wilayah, kita jadi tahu wilayah atau kawasan mana aja yang pertumbuhannya pesat sehingga kita bisa paham pengaruh dan peran wilayah-wilayah tersebut ke wilayah sekitarnya.

Tidak hanya itu, manfaat pusat pertumbuhan di suatu wilayah dari segi budaya adalah terjadinya akulturasi budaya antara penduduk pendatang dan penduduk lokal serta antarpenduduk pendatang sendiri.

Sebelum kita lanjut, elo udah download aplikasi Zenius belum? Elo bisa dapetin berbagai materi dan fitur seru yang bisa dimanfaatin buat teman belajar. Caranya tinggal klik banner di bawah ini, ya!

Download Aplikasi Zenius

Fokus UTBK untuk kejar kampus impian? Persiapin diri elo lewat pembahasan video materi, ribuan contoh soal, dan kumpulan try out di Zenius!

Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah

Nah, sebenarnya ada beberapa teori yang berkaitan dengan pusat pertumbuhan wilayah. Kita akan bahas beberapa di antaranya. Contohnya ada Teori Kutub Pertumbuhan, Teori Polarisasi Ekonomi, Trickle Down Theory yang sebenarnya merupakan dasar-dasar dari Teori Kutub Pertumbuhan. Selain itu, kita juga akan membahas Teori Tempat Sentral. Tanpa berlama-lama lagi, yuk kita bahas satu per satu.

Dasar-dasar Teori Kutub Pertumbuhan (Arsip Zenius)

Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)

Teori kutub pertumbuhan dikemukakan oleh Francois Perroux pada tahun 1955 ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan dan pembangunan di setiap wilayah tidak terjadi secara bersamaan. Setiap wilayah memiliki kecepatan dan intensitas masing-masing berdasarkan potensial yang ada. 

Menurut Perroux, pusat pertumbuhan akan menimbulkan dua dampak yang disebut kekuatan sentrifugal dan sentripetal. Gimana tuh maksudnya?

Dampak Pusat Pertumbuhan Wilayah (Arsip Zenius)

Nah, dari Teori Kutub Pertumbuhan ini terdapat dampak positif yang dijelaskan dengan Teori Trickle-down dan dampak negatif yang dijelaskan dengan Teori Polarisasi Ekonomi. Yuk, kita mulai bahas dari Teori Trickle-down. 

Teori Ekonomi “menetes ke bawah” (Trickle Down Theory)

Kutub pertumbuhan memberikan trickling down effect yang berarti teori menetes ke bawah. Menurut Teori Trickle-down yang dikemukakan Hirschman pada tahun 1959, pembangunan bisa terfokus pada sektor penting saja (industri) dengan harapan dapat menstimulasi sektor lainnya.

Coba lihat gambar di bawah. Kira-kira gambaran Teori Trickle-down seperti tumpukan gelas di sebelah kiri. Namun, kenyataan yang terjadi digambarkan oleh  tumpukan gelas di sebelah kanan.

Trickle Down Theory (Arsip Zenius)

Sobat Zenius, menurut elo apa contoh nyata dari gambaran kondisi ini? Fenomena ini dicerminkan oleh salah satu kota yang menjadi pusat industri di Indonesia: Kota Karawang. Di kota ini, elo bisa lihat banyak banget perusahaan dan pabrik yang produk-produknya pasti elo kenali.

Berdasarkan ekspektasi Teori Trickle-down tadi, harusnya berkembangnya industri dan pabrik di Karawang ini dapat mendorong perkembangan sektor lainnya. Namun kenyataannya, lahan pertanian di sana justru semakin sempit dikarenakan pembangunan industri yang terus meluas.

Teori Polarisasi Ekonomi

Berdasarkan Teori Polarisasi Ekonomi(1955) oleh Gunnar Myrdal, setiap daerah memiliki pusat yang menjadi daya tarik masuknya tenaga kerja, modal, dan barang dagangan. Untuk contoh paling mudah, kita bisa bahas desa dan kota. 

Menurut teori ini, kota sebagai pusat pertumbuhan menjadi daya tarik bagi orang-orang yang tinggal di pinggiran. Pinggiran di sini biasanya berarti desa dan daerah lain di sekitar kota. Pertanyaannya, apakah ini suatu hal yang baik?

Ilustrasi Hubungan Desa dan Kota

Ada dampak positif dan negatif dari fenomena ini. Dampak positif ini disebut spread effect. Sedangkan, dampak negatif disebut backwash effect. Berikut ini beberapa spread effect dan backwash effect menurut Teori Polarisasi Ekonomi.

Spread effect atau dampak positif pembentukan pusat pertumbuhan bagi suatu negara adalah, sebagai berikut:

  • Kesempatan bekerja bertambah
  • Upah buruh semakin tinggi
  • Bahan mentah dapat dipasarkan

Dampak negatif (backwash effect)

  • Kriminalitas meningkat
  • Kerusakan lingkungan 

Bisa dilihat dari dampak di atas, sebenarnya polarisasi ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi baik di pusat pertumbuhan (kota) maupun daerah sekitarnya (pedesaan).  

Lalu apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir backwash effect tadi? Dapat dilakukan pembatasan migrasi atau urbanisasi, pencegahan modal keluar dari daerah pinggiran, serta pembangunan di daerah pinggiran dan pedesaan.

Teori Tempat Sentral

Menurut Teori Tempat Sentral yang dikemukakan oleh Christaller, tempat sentral merupakan pusat pasar untuk pertukaran barang dan jasa. Faktor lokasi sangat penting dalam pemasaran. Selain itu, antar tempat sentral akan saling bersaing satu sama lain.

Ilustrasi Teori Sentral (Arsip Zenius)

Menurut teori ini, ada tiga macam hierarki tempat sentral yang dinotasikan dengan K. Supaya nggak bingung, coba lihat ilustrasi di bawah ini.

Belajar Geografi bersama Zenius

Oke sobat Zenius, itulah pembahasan singkat materi pusat pertumbuhan wilayah. Sekarang tentunya elo udah bisa dong menjelaskan 3 teori untuk menentukan wilayah pusat pertumbuhan, bahkan bisa lebih dari tiga ya? Sebelum elo pindah ke artikel lain, bolehlah istirahat dulu sambil nonton video ini. Hayoo.. kenapa kota-kota besar Indonesia banyak berada di dataran rendah?

Oke sobat Zenius, sampai di sini dulu ya pembahasan materi pusat pertumbuhan wilayah. Kalo elo ingin belajar lebih lanjut, silahkan tonton video-videonya di sini. Pastikan elo punya akun Zenius ya supaya bisa akses video materi, flashcard, chapter summary, quiz, dan tes evaluasinya.  

Bagaimana Sobat Zenius, apakah elo ada pertanyaan seputar topik kita kali ini? Atau mungkin elo punya ide untuk artikel selanjutnya? Kalau elo punya pertanyaan maupun pernyataan, jangan ragu buat komen di kolom komentar, oke? Elo juga bisa nih pelajari materi Geografi lain dengan klik banner di bawah ini. Sampai sini dulu artikel kali ini dan sampai jumpa di artikel selanjutnya, ciao!

Originally Published: November 29, 2021
Updated By: Arieni Mayesha

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA