Menurut pendapatmu teks berita mana yang lebih lengkap pemberitaannya

87 Bahasa Indonesia SDMI Kelas 5

a. Bacalah dua teks berita di bawah ini

Gardu Listrik Meledak, Empat Luka JAKARTA– Bagian sel yang berada dalam Gardu Induk GI Setiabudi 20 kV, Jakarta Selatan, tepatnya di Gang Haji Doel Jl. Karet Pedurenan, pukul 12.26 kemarin meledak dan terbakar. Akibatnya, empat orang mengalami luka berat, sebuah warung hancur, sebuah sepeda motor terbakar. General Manager Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa-Bali Muljo Adji mengatakan, akibat terbakarnya GI tersebut alat pengaman otomatis segera membuka transmisi 150 kV jalur Cawang-Setiabudi, sehingga pasokan listrik ke wilayah Setiabudi dan Dukuh Atas terputus. “Akibatnya, pelanggan listrik dengan beban 64 MW mengalami pemadaman,” katanya. Wilayah pemadaman antara lain sebagian Menteng, Setiabudi, Tebet, Sudirman, dan Thamrin. Menurut dia, sebagian pelanggan yang mengalami akan segera dialihkan ke GI lain yang tidak ikut terganggu. Ia menambahkan, penyebab kejadian masih dalam pemeriksaan baik dari aparat kepolisian maupun teknisi PLN. Namun, diduga karena ada hubungan listrik arus pendek.” Kami mohon maaf atas kejadian ini,”katanya. Gambar 7.2 Gardu Induk Listrik terbakar Tugas 7.1 Sumber: www.google.co.id Di unduh dari : Bukupaket.com 88 Bahasa Indonesia SDMI Kelas 5 Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, akibat kejadian tersebut sebanyak empat orang mengalami luka-luka dan telah dibawa ke rumah sakit terdekat. Biaya Ditanggung Empat orang yang terluka yakni Darono 20, Asroli 30, Romli 45, dan Lambang 27. Asroli dan Darono menderita luka lecet yang cukup serius. Saat ini mereka ditangani langsung petugas UGD RSCM. Tubuh Asroli, nyaris 100 menderita luka bakar. Seluruh tubuh Asroli melepuh, wajahnya nyaris tak dikenali, dan rambut hangus. Bajunya menempel ketat ke tubuhnya yang menghitam. Sedangkan Darono mengalami luka bakar 60. PLN siap menanggung seluruh biaya pengobatan korban ledakan Gardu Setiabudi itu. “Kalau yang bersangkutan memang terluka akibat ledakan gardu PLN, kami akan tanggung jawab pengobatan sepenuhnya, “ kata Muljo Adji. Sebanyak 11 armada pemadaman kebakaran dikerahkan untuk menjinakan api yang dipicu dari ledakan tersebut. Kawasan tersebut diberi garis polisi warna kuning. Tujuannya agar ratusan warga yang menonton tidak merangsek maju, karena dikhawatirkan ledakan masih terjadi lagi. Pukul 22.00, sebagian besar daerah di kawasan Kuningan, Menteng, dan Sudirman masih gelap gulita. Namun, warga di wilayah Menteng Atas, Pancoran, Casablanca, dan Tebet sudah dapat menikmati aliran listrik. Sumber: Suara Merdeka, Senin, 25 Juni 2007 Sejumlah Orang Luka-Luka Gardu Listrik Setiabudi Meledak JAKARTA KR – Ledakan keras mirip ledakan bom mengguncangkan kawasan Setiabudi Jakarta Selatan. Ledakan yang ternyata berasal dari bagian sel Gardu Induk GI. Setiabudi 20 kV Jakarta Selatan, Minggu 266 sekitar pukul 12.26 WIB menyebabkan sejumlah orang mengalami luka-luka. Gardu Listrik yang meledak tersebut, tepatnya berada di Gang Haji Doel Jl Karet Pedurenan, Jakarta Selatan. Menurut sejumlah saksi mata, gardu meledak sangat keras, mirip ledakan bom sehingga membuat kaget warga sekitar. Di unduh dari : Bukupaket.com 89 Bahasa Indonesia SDMI Kelas 5 Akibat ledakan tersebut dilaporkan sedikitnya 4 orang mengalami luka- luka. Ledakan juga mengakibatkan sebuah warung tegal warteg hancur lebur dan kaca warung berantakan. Bahkan, ledakan itu memicu api dan menghanguskan 1 mo- tor Shogun B 6922 RU dan 1 gerobak buah-buahan. General Manager Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Muljo Adji mengatakan, akibat terbakarnya GI tersebut alat pengaman otomatis segera membuka transmisi 150 kV jalur Cawang-Setiabudi. Sehingga pasokan listrik ke wilayah Setiabudi dan Dukuh Atas terputus. “Akibatnya, pelanggan listrik dengan beban 64 MW mengalami pemadaman,”kata MuljoAdji Wilayah pemadaman antara lain sebagian Menteng, Setiabudi, Tebet, Sudirman, dan Thamrin. Sebagian pelanggan yang mengalami pemadaman akan segera dialihkan ke GI lain yang tidak ikut terganggu. Muljo menambahkan, penyebab kejadian masih dalam pemeriksaan baik oleh aparat kepolisian maupun teknisi PLN. Namun, diduga karena ada hubungan singkat. Sumber : Kedaulatan Rakyat, Senin, 25 Juni 2007 Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini 1. Di mana letak gardu induk listrik yang meledak? 2. Apa yang menyebabkan gardu induk listrik itu meledak? 3. Berapa jumlah korban yang terluka akibat gardu induk listrik yang meledak? 4. Sebutkan nama dan berapa usianya korban yang terluka akibat gardu induk listrik meledak 5. Siapakah yang bertanggung jawab atas biaya perawatan para korban akibat ledakan gardu induk listrik tersebut? 6. Daerah mana sajakah yang pada pukul 22.00 masih gelap gulita? 7. Bagaimana cara menemukan masalah utama berita yang dibaca? 8. Sebutkan dua hal penting yang terdapat dalam teks berita? 9. Menurut pendapatmu, teks berita mana yang lebih lengkap pemberitaannya? 10. Berdasarkan dua teks bacaan tersebut di atas, tulislah informasi yang ada dengan menggunakan kalimat yang singkat, padat, dan mudah dihafal? Di unduh dari : Bukupaket.com 90 Bahasa Indonesia SDMI Kelas 5 b. Carilah lima contoh kebakaran, apa penyebab dari kebakaran, dan bagaimana cara mengatasinya Buatlah dalam format seperti di bawah ini. Kerjakan dalam buku tugasmu Bentuklah kelompok masing-masing lima orang siswa, kemudian berilah nama- nama kelompok tersebut dengan nama surat kabar a. Carilah dua berita yang bertopik sama mengenai peristiwa, waktu, dan isi berita b. Datalah masalah-masalah dari tiap-tiap berita dengan panduan kata tanya apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana c. Tentukan masalah utama yang terdapat tiap-tiap berita tersebut d. Carilah kesamaan dan perbedaan masalah yang ada melalui kegiatan membandingkan dari dua teks berita e. Presentasikan di depan kelas Kalian tentu pernah membaca karya sastra. Menurut kalian apa yang membuat cerita dalam karya sastra menjadi menarik? Mungkin kalian menyukai tokohnya, latar belakang atau temanya. Inilah sebagian unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya sastra. Adakah unsur lainnya? Dalam sebuah cerita pastilah ada unsur-unsur yang membangun cerita tersebut. Dalam cerita terdapat tokoh, latar, alur, tema, dan amanat atau pesan. Unsur- unsur yang membangun yang berasal dari dalam cerita disebut dengan unsur intrinsik, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. No Kebakaran Penyebab Cara mengatasi Rumah Kompor meledak Disiram air atau mobil pemadam kebakaran Tugas Kelompok 7.1 B. Unsur-Unsur Pembangun dalam Karya SastraCerita Di unduh dari : Bukupaket.com 91 Bahasa Indonesia SDMI Kelas 5

1. Plot atau Alur

MEMAKNAI idealita pada hakikatnya mudah.  Idealita itu memiliki makna  ‘apa yang seharusnya didapatkan/diperoleh’. Wartawan dituntut mengembangkan profesi jurnalistiknya untuk mencerdaskan bangsa. Moralitas merupakan keseluruhan norma-norma, nilai-nilai dan sikap seseorang atau masyarakat. Moralitas adalah sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah. Moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggungjawabnya dan bukan ia mencari keuntungan.

Aceh salah satu provinsi di Indonesia yang mendapat keistimewaan untuk menerapkan Syariat Islam secara kaffah (menyeluruh). Dalam hal pelaksanaannya, hal tersebut menyangkut berbagai sektor, termasuk dalam hal penyampaian informasi kepada masyarakat melalui pemberitaan media.  Dalam hal penyampaian sejumlah informasi kepada masyarakat, misalnya  Harian Serambi Indonesia sebagai media yang beredar di kalangan penduduk yang mayoritas muslim tentunya sangat diharapkan dapat membantu proses syi’ar Islam  dalam berita sebagai bentuk pengawasan terhadap moralitas  kewartawanannya.Disamping itu, tugas wartawan dan media tidak sebatas berperan sebagai penyampai informasi kepada masayarakat semata, tetapi lebih dari itu, wartawan  dituntut  sesuai dengan moral (etika) jurnalistiknya dapat melahirkan berita-berita yang mampu membuat masyarakat memahami dan mengambil pelajaran yang berguna dari berita yang dipublikasikan.Moralitas WartawanMoral adalah  sikap dan perilaku ideal berdasarkan pertimbangan akal yang dimiliki manusia.  Hanya moral yang baik dan keberhati-hatian yang dapat menolong seorang wartawan dalam urusan ini. Seorang wartawan tidak akan menguraikan secara detail keadaan seorang korban pemerkosaan, yang   mengalami trauma yang sangat memilukan, seandainya ia sadar bahwa deskripsi  tentang keadaan korban akan menyebabkan pembaca dihantui rasa kecewa, marah, sehingga terganggu secara psikologis, atau tertusuk nurani kemanusiaannya. (Maskun Iskandar, 2004). Moralitas dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun. Dalam batasan pengertian tersebut, maka moral bisa untuk dimensi duniawi dan bisa untuk ukhrawi. Rasa tanggung jawab para wartawan muslim kepada Allah dan kepada masyarakat merupakan suatu kewajiban. Firman Allah dalam surat An-Nahlu ayat 125, Artinya, “Ajaklah kepada jalan Tuhannya dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan penerangan yang baik dan berdiskusilah dengan cara yang lebih baik,” (QS. An-Nahl: 125)Peran wartawan yang dianggap sebagai penyampai informasi lewat tulisan, harus mengedepankan moral kewartawanannya secara benar sesuai dengan yang diamanahkan oleh kode etik jurnalistik itu sendiri. Disamping itu, wartawan yang juga sebagai agen perubahan sosial (agent of social change) berkewajiban melakukan perubahan perilaku sosial masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya.Nilai-nilai profesional bagi wartawan sebagaimana tercantum dalam setiap kode etik pers adalah akurasi, objektivitas, dan keseimbangan. Media cetak memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi sekaligus merubah pola pikir, sikap dan perilaku publik. Karenanya, media selain berfungsi menyiarkan informasi, media juga berfungsi mendidik, mengajak, dan menyajikan ruang ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Bahkan, peranan media sebagai sarana komunikasi, sangat menentukan perubahan moral dan watak masyarakat.Yarmen Dinamika adalah  Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia, menyebutkan, “jatuhnya jarum ke tumpukan jerami atau kutu menggigit kepala bocah yang jarang keramas. Kedua contoh itu peristiwa. Sama halnya dengan seorang petani yang jengkel gara-gara tanah yang dicangkulnya berbatu cadas, sehingga paculnya patah, itu juga peristiwa. Tetapi apakah semua itu cukup bernilai dan membuat pembaca tertarik?.Untuk itu, seorang wartawan harus memiliki naluri yang kuat untuk memilih dan memastikan mana peristiwa yang layak diberitakan, mana pula yang tidak. Untuk memastikan layak tidaknya, maka news value (nilai berita) lah, tegas Yarmen yang menjadi indikatornya.Idealita, Realita dan Bahasa

Di zaman kemajuan informasi dan teknologi sekarang ini,  idealita dan realita tidak bisa ‘diceraikan’, karena kedua kata itu memiliki kesamaan dan kepentingan dengan wartawan. Menyampaikan informasi yang sesuai dengan idealita dan realita haruslah berimbang (balanced), atau melaporkan kedua sisi mata uang (cover both sides). Jika ada dua pihak yang berbeda pendapat atau berbeda dalam memberikan keterangan, kedua-duanya haruslah diberi tempat pada berita yang sama.

Kalau ada pertikaian antara warga yang tanahnya kena gusur dengan pemerintah kota yang menggusur mereka, pendapat atau keterangan kedua pihak hendaknya diceritakan secara bersama-sama. Idealisnya, wartawan harus berpegang pada prinsip moral, kode etik wartawan ‘katakan yang benar walaupun pahit’.Namun, tidak selamanya sebuah laporan dapat memenuhi asas berimbang, seperti yang menjadi tuntutan jurnalisme yang ideal. Jika gagal mendapatkan konfirmasi, wartawan harus menyebutkan bahwa apa yang dinyatakan dalam berita itu belum dikonfirmasikan kepada pihak yang seharusnya memberikan konfirmasi. Pada follow up untuk berita tersebut keterangan hasil konfirmasi itu sudah harus disajikan, walaupun cara seperti itu bukanlah cara yang ideal.Relevansi fakta yang disajikan, yang membantu pembaca memahami laporan tersebut, menjadi hal penting untuk dipertimbangkan. Kejelian si pelapor dalam menggali fakta dan menyeleksinya pada saat disajikan kepada audience sangat menentukan. Wartawan harus mempertimbangkan nilai akurasi dalam menyjikan fakta. Karena akurasi sangat menentukan dan penting dalam pemberitaan. Untuk mendapatkan akurasi, yang harus diutamakan adalah  check and recheck. Informasi yang disampaikan wartawan harus secara fair, jujur dan tidak berprasangka (su`uzan). Wartawan yang baik tidak akan menceritakan tabrakan beruntun di jalan raya dengan menewaskan puluhan jiwa manusia sebagai “musibah mengerikan”. Dia tidak akan menggunakan istilah “kenderaan yang naas itu” di dalam ceritanya. Baik si pelapor atau wartawan tidak boleh membuat penilaian “mengerikan” atau “naas” karena semuanya itu harus diserahkan pada fakta yang sebenarnya didapatkan. Biarkan fakta yang merangsang pembaca untuk merasa ngeri atau berkesimpulan bahwa itu adalah kenyataan berupa nasib yang naas.

Disertai background information manakala ia diperlukan. Agar pembaca dapat memahami duduk perkara sebuah isu, latar belakang peristiwa atau masalah yang dilaporkan perlu diungkapkan dengan ringkas. Adakalanya, tanpa adanya paragraf beckground information, pembaca mendapat kesulitan memahami cerita dengan baik.

Angle berita haruslah tajam. Angle atau sudut bidik adalah alat bagi si pelapor untuk membantu pembaca melihat suatu kejadian atau masalah dari suatu segi yang lebih jelas.  Moral (etika) meliputi berbagai aspek. Ia dapat menyangkut nama baik, dan harga diri seseorang, yang dapat berubah menjadi kasus hukum.  Dalam menulis laporan adakalanya tanpa disadari muncul bahasa yang dapat merugikan orang lain – atau dianggap merugikan oleh orang lain – yang dapat menjadi perkara di pengadilan. Wartawan dan editor atau redaktur haruslah cermat menperhitungkan kemungkinan seperti itu.Pemakaian istilah “menghadap presiden” lahir dari kebiasaan berbahasa yang bernafaskan feodalisme. Bahasa seperti itu adalah bahasa keraton. Istilah “menghadap” menjadikan presiden bagaikan raja dengan kekuasaan absolut. Padahal, dengan memakai istilah “menemui presiden” si pelapor tersebut sama sekali tidak berbuat tidak sopan. Kebiasaan berbahasa seperti itu tidak mendidik, tidak bermoral dan tidak menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan, itu telah menghidupkan semangat feodalisme dan tidak sehat karena bertentangan dengan semangat demokrasi. Oleh karenanya, media harus cerdas dalam berbahasa ketika menulis berita. Profesor Bakhtiar Ali, guru besar ilmu komunikasi UI, mengatakan, media yang cerdas tidak pernah secara serta merta memuat berita atau pernyataan dalam bahasa yang vulgar. Pers, kata Bakhtiar Ali, bukan hanya sebatas profesi, tetapi ia adalah panggilan hati nurani. (Tabloid Modus Aceh, Edisi 1, Minggu kedua, Oktober 2006, h. 2).  Judul berita hendaknya melaporkan peristiwa atau masalah (telling the story). Saat membaca judul, audience mengetahui informasi yang paling pokok untuk pertama kalinya. Uraian yang lebih jelas mengenai informasi paling pokok itu dapat dia peroleh di dalam lead, dan pada saat itu pembaca mendapatkan inti cerita untuk kedua kalinya. Penjelasan yang lebih lengkap ditemukan – yang ketiga kalinya – dalam tubuh berita. Karena itu, judul laporan tidak boleh berupa label head (judul merek).  Label head hanya sekedar memberi tahu cerita apa yang ada di bawah judul tersebut. Ia tidak menceritakan kejadian atau masalah. Contoh “Situasi Terakhir di Tangse” adalah label head. “Gempa Susulan Mengguncang Tangse” adalah judul yang sifatnya telling the story.Oleh: Drs. Muzakkir, MA

Dosen Jurnalistik Universitas Teuku Umar

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA