Mengapa nabi muhammad berdakwah secara terang-terangan

RASULULLAH Shallallahu alaihi wassallam diutus oleh Allah Subahanahu wa ta'ala sebagai seorang nabi untuk mendakwahkan ajaran agama Islam. Pada awal masa kenabiannya, Rasulullah melaksanakan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi.

Dikutip dari kanal YouTube Khalid Basalamah Official, Senin (3/1/2022), Ustadz Dr Khalid Basalamah Lc MA menceritakan awalnya lapisan masyarakat yang diserukan ajaran Islam oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam adalah keluarga dan kenalan terdekat. Itu pun Nabi memilih orang-orang yang di dalam dirinya memiliki tanda-tanda kebaikan.

Baca juga: Kisah Mualaf Gadis Kaya Raya Setelah Lihat Pemuda Menjaga Pandangan ketika di Lift 

Usaha ini tidak sia-sia. Ada sejumlah orang yang akhirnya menerima dakwah Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dan meyakini ajaran agama Islam. Mereka dikenal sebagai As-Sabiqunal Awwalun atau generasi pertama yang menerima Islam.

Orang-orang tersebut adalah istri Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam yakni Khadijah, kemudian ada sahabat Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, serta Abu Bakar As-Shiddiq.

Sampai pada akhirnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam mendapat perintah dari Allah Subhanahu wa ta'ala untuk berdakwah secara terang-terangan. Perintah ini sebagaimana firman Allah Ta'ala melalui Surah Al Hijr Ayat 94–99:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik

إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ

95. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),

الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

96. (Yaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya).

Baca juga: Siasat Unik Abu Nawas Lolos saat Akan Dimasak Jadi Bubur: Kubawakan Teman Bertubuh Gemuk 

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ

97. Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan,

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ

98. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (sholat),

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

99. dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: //muslim.okezone.com/alquran

Setelah mendapat perintah tersebut, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam benar-benar melaksanakan dakwah secara terang-terangan. Nabi sampai menaiki bukit Abu Qubais untuk mengumumkan mengenai dirinya adalah utusan Allah Subhanahu wa ta'ala di hadapan para kaum Quraisy.

"Wahai Quraisy, bagaimana bila aku mengatakan kepada kalian bahwa di belakang bukit ini terdapat pasukan yang akan menyerang kalian sekarang. Apakah kalian percaya kepadaku?" kata Ustadz Dr Khalid Basalamah menirukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.

Baca juga: Jadwal Sholat Hari Ini, Senin 3 Januari 2022M/29 Jumadil Awal 1443H 

Para orang-orang Quraisy pun mengatakan bahwa mereka percaya karena tidak pernah melihat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam berbohong. "Maka ketahuilah aku adalah utusan Allah," ujar Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam lagi.

Aksi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam pun ditentang oleh pamannya sendiri yakni Abu Lahab. Sang paman bersama istrinya bahkan menyebarkan duri di sepanjang jalan yang dilewati Nabi agar tidak berdakwah.

Baca juga: Bacaan Zikir Pagi Hari Ini, Senin 3 Januari 2022M/29 Jumadil Awal 1443H 

Ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam diperintahkan Allah Subhanahu wa ta'ala untuk berdakwah kepada kerabat dan sanak saudaranya, Abu Lahab yang saat itu hadir di rumah Nabi Muhammad kembali menentangnya.

Dakwah Islam menyebar begitu cepat di Kota Makkah. Kebanyakan dari mereka yang memeluk Islam saat itu adalah orang miskin dan kalangan bawah.

Usaha Nabi Muhammad menyebarkan dakwah ini pun didukung oleh para sahabat, salah satunya adalah Abu Bakar. Sahabat Nabi yang satu ini melafalkan ayat-ayat suci di depan Kakbah. Ia tidak bergeming meskipun orang-orang Quraisy menghajarnya habis-habisan karena hal tersebut.

Selain itu, seseorang yang juga berjasa dalam penyebaran dakwah terang-terangan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam adalah Abu Thalib, salah satu pamannya. Abu Thalib terkesima dengan tekad Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang enggan meninggalkan ajaran Islam apa pun kondisinya.

Baca juga: 4 Tanda dari Allah Ta'ala bahwa Seseorang adalah Jodohmu 

Meskipun Abu Thalib tidak memeluk Islam, ia tetap berpendirian teguh melindungi ponakannya untuk menyebarkan dakwah.

Setelah itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam tetap mendapatkan hambatan dari orang-orang yang menentang ajaran Islam. Rasulullah tidak gentar untuk terus menyebarkan ajaran Islam.

Wallahu a'lam bishawab.

Baca juga: Alquran Surah Al Kahfi Ayat 1-110 Lengkap Terjemahan Latin, Arti, hingga Keutamaannya 

  • #kisah rasulullah
  • #Dakwah Islam
  • #Kisah Nabi

Setelah Rasulullah saw berhasil membimbing para sahabat di fase dakwah sembunyi-sembunyi dan membangun masyarakat Muslim generasi awal yang sudah memiliki basis akidah cukup kuat, turunlah ayat yang menyerukan agar beliau berdakwah secara terang-terangan,  


وَأَنذِرۡ عَشِيرَتَكَ ٱلۡأَقۡرَبِينَ وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ  


Artinya, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS. As-Syu’ara [26]: 214-215)


Sesuai perintah Allah Swt, Rasulullah kemudian mengumpulkan kabilah dan kerabat sendiri terlebih dahulu, Bani Hasyim. Mengajak mereaka secara terbuka untuk beriman kepada Allah, memberi peringatan akan pedihnya siksa neraka bagi yang bermaksiat, mengajak untuk menyelamatkan diri mereka dari api neraka dan menjelaskan tanggung jawab diri masing-masing sebagai seorang hamba. (lihat as-Shlallabi, Sirah an-Nabawiyah, hal. 120)


Dari ajakannya itu, beberapa orang menyambut dengan baik dan mengikuti ajakan Nabi Muhammad saw. Mereka adalah dari Bani al-Muthalib bin Abdi Manaf. Jumlah mereka sekitar 45 orang laki-laki.


Di tengah-tengah penyampaian dakwah itu, Abu Lahab-lah orang yang pertama kali menentang. Namun Abu Thalib melindungi Rasulullah dan meminta untuk melanjutkan misinya. Abu Thalib setuju dengan apa yang Nabi serukan. Hanya saja, ia tidak ikut beriman; masih bersikukuh dengan agama warisan nenek moyangnya.


Bangsa Arab terkenal dengan ruh kesukuannya. Sehingga wajar target pertama dalam dakwah terang-terangan adalah kerabat dan kabilahnya Nabi saw sendiri. Dengan demikian, memudahkan Nabi dalam membangun loyalitas dan solidaritas akidah berbasis kesukuan. (lihat as-Shlallabi, Sirah an-Nabawiyah, hal. 121)


Setelah Rasulullah yakin dengan perlindungan pamannya, beliau memberanikan diri untuk menaiki bukit Shafa dan berseru dengan lantang untuk mengumpulkan orang-orang Makkah. “Wahai Bani Fihr! Wahai bani ‘Adi!” seru Muhammad lantang. Mendengar seruan amat penting ini, marga-marga Quraisy pun berkumpul.


Rasulullah sampaikan kepada mereka tentang pedihnya api neraka bagi orang-orang yang bermaksiat. Tiba-tiba, Abu Lahab datang dan mengancam Rasulullah saw. Kelakuan Abu Lahab ini diabadikan dalam al-Qur’an,


تَبَّتۡ يَدَآ أَبِي لَهَبٖ وَتَبَّ


“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (QS. Al-Lahab [111]: 1)


Pada tahap berikutnya, kemudian turun ayat yang menyerukan agar Rasulullah melebarkan sayap dakwah lebih luas lagi.


فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

  
Artinya, “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr [15]: 94)


Setelah ayat ini turun, Rasulullah saw menyampaikan dakwah secara terang-terangan dengan jangkauan lebih luas lagi. Beliau datangi kabilah-kabilah, tempat-tempat berkumpul dan pertemuan kaum musyrikin.


Dakwah beliau disambut dengan baik. Namun masih banyak juga mereka yang belum menerima ajakannya. Sehingga terjadi ‘gap’; saling membenci dan menjauhi antara dua pihak; pihak yang menerima dakwah dengan yang menolak. Melihat kondisi ini, orang-orang Quraisy merasa terganggu.


Hikmah dan Pelajaran


1) Mulailah dari diri sendiri


Seruan dakwah secara terang-terangan ini dimulai dari kerabat Rasulullah sendiri, yaitu Bani Hasyim. Dengan demikian, sebelum menyampaikan kepada orang lain, wahyu yang turun betul-betul tertanam dalam diri sendiri terlebih dahulu. Sehingga lebih siap menerima dasar-dasar, aturan, dan hukum-hukum Allah. (lihat Said Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah, hal. 76) 


Ini merupakan pesan penting. Bahwa sebelum mengajak orang lain, terlebih dahulu diri kita yang diperbaiki. Mulailah dengan diri sendiri. 


Rasulullah saw sendiri pernah bersabda,


ابْدَأْ بِنَفْسِكَ ثُمَّ بِمَنْ تَعُول


“Mulailah dengan dirimu sendiri dan kemudian keluargamu.” (HR Muslim)


Seorang bapak bahasa Arab dari Bani Kinanah, Abul Aswad Ad-Dua’liy (w. 688 M.) berkata dalam syairnya:


يَا أَيُّهَا الرَّجُلُ الْمُعَلِّمُ غيره *** هَلاَّ لِنَفْسِكَ كَانَ ذَا التَّعْلِيْمِ


أَتَرَاكَ تُلَقِّحُ بِالرَّشَادِ عُقُوْلَنَا *** صِفَةً وَأَنْتَ مِنَ الرَّشَادِ عَدِيْمُ


لاَ تَنْهَ عَنْ خُلُقٍ وَتَأْتِي مِثْلَهُ *** عَارٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْمُ


اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ فَانْهَهَا عَنْ غَيِّهَا *** فَإِذَا انْتَهَتْ عَنْهُ فَأَنْتَ حَكِيْمُ


فَهُنَاكَ يَنْفَعُ إِنْ وَعَظْتَ وَيُقْتَدَى *** بِالْقَوْلِ مِنْكَ وَيَنْفَعُ التَّعْلِيْمُ


“Wahai orang yang mengajari orang lain. Tidakkah kau mengajari dirimu dulu (sebelum orang lain).”


“Pantaskah kau tanamkan pada akal kami “sifat mulia”. Tapi ternyata, engkau kosong dari sifat mulia itu.”


“Janganlah engkau melarang akhlak (yang buruk), tapi kau sendiri melakukannya. Sungguh sangat tercela, jika kau seperti itu.”


“Mulailah dari dirimu, dan lepaskanlah dosanya. Karena engkaulah sang bijaksana, jika kau telah lepas darinya.”


“Saat itulah, nasihat dan didikanmu kan berguna. Begitu pula ucapanmu, akan menjadi panutan.”

Ini juga mempengaruhi persepsi dan kepercayaan kaum Quraisy nantinya. Jika Nabi Muhammad berhasil menyampaikan dakwah di lingkungan keluarganya, tentu akan menjadi penilaian baik bagi orang Quraisy. Sebaliknya, jika Nabi saw gagal di keluarga sendiri, orang Quraisy pasti meragukan; dakwah di keluarga sendiri saja gagal, bagaimana mungkin mau mengajak orang lain?


Namun terbukti, Rasulullah berhasil mengajak orang-orang terdekatnya, baik saat fase dakwah sembunyi-sembunyi ataupun fase awal dakwah terang-terangan.


2) Mengemban amanah publik


Setelah Rasulullah saw mengajak kalangan kerabat sendiri, kemudian beliau melebarkan sayap dakwah lebih luas lagi ke lintas kabilah dan ke banyak tempat perkumpulan umat musyrikin (QS. Al-Hijr [15]: 94).

Ini adalah pesan penting untuk para dai dan ulama, bahwa di samping memiliki tanggung jawab akidah pada diri dan keluarga sendiri, tanggung jawab berikutnya adalah menjaga akidah masyarakat secara luas. Bagaimanapun, ulama adalah para pewaris Nabi.


3) Islam adalah agama rasionalis


Orang-orang Quraisy Mekah yang kafir adalah mereka yang taklid buta pada nenek moyang mereka untuk memuja berhala. Padahal, secara rasional tidak bisa diterima. Mereka menyembah benda mati yang tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa memberi manfaat dan mudharat. Mereka ciptakan sendiri, lalu mereka pula yang menyembah. Ini merupakan bentuk taklid buta yang nyata.


Islam datang untuk menyudahi taklid buta yang tidak masuk akal itu. Islam mengajak untuk menyembah pada Allah swt. Tuhan yang telah menciptakan mereka sendiri. Tuhan yang memberikan pahala bagi hamba yang taat dan siksa neraka bagi hamba yang bermaksiat. Tuhan yang mampu memberi manfaat dan kemudharatan.


Ini bukti bahwa Islam adalah agama rasionalis. Aturan-aturan syariat yang di bawah oleh Islam bersifat rasional. Memiliki tujuan logis yang sesuai dengan akal sehat manusia. Hanya saja, kadang akal manusia belum sampai untuk menangkap hikmah di baliknya, sehingga sekilas terkesan tidak rasional dalam beberapa aturan agama. (lihat Said Ramadhan al-Buthi, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah, hal. 76)


Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA