Mengapa manusia diberikan akal sedangkan binatang tidak jelaskan

Manusia adalah makhluk paling mulia. Semua orang setuju itu. Tapi manusia yang bagaimana yang layak disebut makhluk mulia? Sebaliknya meski manusia, bisa saja punya derajat yang lebih rendah dari binatang.

Rentang derajat manusia itu cukup lebar. Bila ada manusia yang punya derajat tertinggi atau mulia sedangkan yang berderajat terrendah adalah di bawah binatang, maka tentu ada manusia yang sederajat dengan binatang. bukan?

Bagaimana dengan anda?

Dalam menjalani kehidupan ini, mampukah anda membangun derajat lebih dari binatang, atau bahkan anda tak sadar bahwa derajat anda masih sejajar dengan binatang?

Sebagaimana kita ketahui, binatang hanya memiliki 2 (dua) nafsu, yaitu nafsu makan dan seks. Sedangkan manusia juga punya nafsu yang sama. Tapi yang membuat manusia punya derajat lebih tinggi adalah bahwa manusia telah dikaruniai akal pikiran dan perasaan. Bila akal dan perasaannya menyatu, maka terciptalah akhlak atau moral dalam berperilaku.

Jadi kesimpulannya adalah, satu-satunya yang membedakan antara manusia dan binatang adalah moral atau akhlaknya.

Mungkin anda menganggap ini adalah sesuatu pernyataan klise, atau semua orang sudah seringkali mengatakannya. Tapi bila kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang wujudnya adalah manusia atau mereka mengaku sebagai manusia, tapi terkadang perilakunya tak lebih dari binatang.

Kembali pada asumsi semula, yaitu bila kesetaraan derajat manusia dan binatang diukur sebatas pada nafsu makan dan seks saja, maka dengan demikian bila ada manusia yang hanya berpikir soal makan dan membicarakan masalah seks berarti pada saat yang sama. mereka sedang berperilaku sebagai binatang.

Mungkin anda tidak setuju dengan pernyataan saya ini, tapi jangan dijadikan masalah. Sebab perbedaan pendapat itu sah-sah aja. Sebab setiap orang punya hak menyampaikan pendapatnya asal didukung oleh pertimbangan tertentu yang masuk akal dan bertujuan ke arah kebaikan atau perbaikan.

Apakah dengan demikian saya secara pribadi tidak suka makan atau seks?

Tentu saja tidak. Saya sebagai manusia normal tentu punya kebutuhan biologis, yaitu makan dan juga seks. Tapi bukan berarti bila saya jadi manusia yang sedang menjalani kehidupan lalu yang terpikir oleh saya hanya makan dan seks.

Page 2

Manusia adalah makhluk paling mulia. Semua orang setuju itu. Tapi manusia yang bagaimana yang layak disebut makhluk mulia? Sebaliknya meski manusia, bisa saja punya derajat yang lebih rendah dari binatang.

Rentang derajat manusia itu cukup lebar. Bila ada manusia yang punya derajat tertinggi atau mulia sedangkan yang berderajat terrendah adalah di bawah binatang, maka tentu ada manusia yang sederajat dengan binatang. bukan?

Bagaimana dengan anda?

Dalam menjalani kehidupan ini, mampukah anda membangun derajat lebih dari binatang, atau bahkan anda tak sadar bahwa derajat anda masih sejajar dengan binatang?

Sebagaimana kita ketahui, binatang hanya memiliki 2 (dua) nafsu, yaitu nafsu makan dan seks. Sedangkan manusia juga punya nafsu yang sama. Tapi yang membuat manusia punya derajat lebih tinggi adalah bahwa manusia telah dikaruniai akal pikiran dan perasaan. Bila akal dan perasaannya menyatu, maka terciptalah akhlak atau moral dalam berperilaku.

Jadi kesimpulannya adalah, satu-satunya yang membedakan antara manusia dan binatang adalah moral atau akhlaknya.

Mungkin anda menganggap ini adalah sesuatu pernyataan klise, atau semua orang sudah seringkali mengatakannya. Tapi bila kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang wujudnya adalah manusia atau mereka mengaku sebagai manusia, tapi terkadang perilakunya tak lebih dari binatang.

Kembali pada asumsi semula, yaitu bila kesetaraan derajat manusia dan binatang diukur sebatas pada nafsu makan dan seks saja, maka dengan demikian bila ada manusia yang hanya berpikir soal makan dan membicarakan masalah seks berarti pada saat yang sama. mereka sedang berperilaku sebagai binatang.

Mungkin anda tidak setuju dengan pernyataan saya ini, tapi jangan dijadikan masalah. Sebab perbedaan pendapat itu sah-sah aja. Sebab setiap orang punya hak menyampaikan pendapatnya asal didukung oleh pertimbangan tertentu yang masuk akal dan bertujuan ke arah kebaikan atau perbaikan.

Apakah dengan demikian saya secara pribadi tidak suka makan atau seks?

Tentu saja tidak. Saya sebagai manusia normal tentu punya kebutuhan biologis, yaitu makan dan juga seks. Tapi bukan berarti bila saya jadi manusia yang sedang menjalani kehidupan lalu yang terpikir oleh saya hanya makan dan seks.


Lihat Humaniora Selengkapnya

Page 3

Manusia adalah makhluk paling mulia. Semua orang setuju itu. Tapi manusia yang bagaimana yang layak disebut makhluk mulia? Sebaliknya meski manusia, bisa saja punya derajat yang lebih rendah dari binatang.

Rentang derajat manusia itu cukup lebar. Bila ada manusia yang punya derajat tertinggi atau mulia sedangkan yang berderajat terrendah adalah di bawah binatang, maka tentu ada manusia yang sederajat dengan binatang. bukan?

Bagaimana dengan anda?

Dalam menjalani kehidupan ini, mampukah anda membangun derajat lebih dari binatang, atau bahkan anda tak sadar bahwa derajat anda masih sejajar dengan binatang?

Sebagaimana kita ketahui, binatang hanya memiliki 2 (dua) nafsu, yaitu nafsu makan dan seks. Sedangkan manusia juga punya nafsu yang sama. Tapi yang membuat manusia punya derajat lebih tinggi adalah bahwa manusia telah dikaruniai akal pikiran dan perasaan. Bila akal dan perasaannya menyatu, maka terciptalah akhlak atau moral dalam berperilaku.

Jadi kesimpulannya adalah, satu-satunya yang membedakan antara manusia dan binatang adalah moral atau akhlaknya.

Mungkin anda menganggap ini adalah sesuatu pernyataan klise, atau semua orang sudah seringkali mengatakannya. Tapi bila kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang wujudnya adalah manusia atau mereka mengaku sebagai manusia, tapi terkadang perilakunya tak lebih dari binatang.

Kembali pada asumsi semula, yaitu bila kesetaraan derajat manusia dan binatang diukur sebatas pada nafsu makan dan seks saja, maka dengan demikian bila ada manusia yang hanya berpikir soal makan dan membicarakan masalah seks berarti pada saat yang sama. mereka sedang berperilaku sebagai binatang.

Mungkin anda tidak setuju dengan pernyataan saya ini, tapi jangan dijadikan masalah. Sebab perbedaan pendapat itu sah-sah aja. Sebab setiap orang punya hak menyampaikan pendapatnya asal didukung oleh pertimbangan tertentu yang masuk akal dan bertujuan ke arah kebaikan atau perbaikan.

Apakah dengan demikian saya secara pribadi tidak suka makan atau seks?

Tentu saja tidak. Saya sebagai manusia normal tentu punya kebutuhan biologis, yaitu makan dan juga seks. Tapi bukan berarti bila saya jadi manusia yang sedang menjalani kehidupan lalu yang terpikir oleh saya hanya makan dan seks.


Lihat Humaniora Selengkapnya

Page 4

Manusia adalah makhluk paling mulia. Semua orang setuju itu. Tapi manusia yang bagaimana yang layak disebut makhluk mulia? Sebaliknya meski manusia, bisa saja punya derajat yang lebih rendah dari binatang.

Rentang derajat manusia itu cukup lebar. Bila ada manusia yang punya derajat tertinggi atau mulia sedangkan yang berderajat terrendah adalah di bawah binatang, maka tentu ada manusia yang sederajat dengan binatang. bukan?

Bagaimana dengan anda?

Dalam menjalani kehidupan ini, mampukah anda membangun derajat lebih dari binatang, atau bahkan anda tak sadar bahwa derajat anda masih sejajar dengan binatang?

Sebagaimana kita ketahui, binatang hanya memiliki 2 (dua) nafsu, yaitu nafsu makan dan seks. Sedangkan manusia juga punya nafsu yang sama. Tapi yang membuat manusia punya derajat lebih tinggi adalah bahwa manusia telah dikaruniai akal pikiran dan perasaan. Bila akal dan perasaannya menyatu, maka terciptalah akhlak atau moral dalam berperilaku.

Jadi kesimpulannya adalah, satu-satunya yang membedakan antara manusia dan binatang adalah moral atau akhlaknya.

Mungkin anda menganggap ini adalah sesuatu pernyataan klise, atau semua orang sudah seringkali mengatakannya. Tapi bila kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang wujudnya adalah manusia atau mereka mengaku sebagai manusia, tapi terkadang perilakunya tak lebih dari binatang.

Kembali pada asumsi semula, yaitu bila kesetaraan derajat manusia dan binatang diukur sebatas pada nafsu makan dan seks saja, maka dengan demikian bila ada manusia yang hanya berpikir soal makan dan membicarakan masalah seks berarti pada saat yang sama. mereka sedang berperilaku sebagai binatang.

Mungkin anda tidak setuju dengan pernyataan saya ini, tapi jangan dijadikan masalah. Sebab perbedaan pendapat itu sah-sah aja. Sebab setiap orang punya hak menyampaikan pendapatnya asal didukung oleh pertimbangan tertentu yang masuk akal dan bertujuan ke arah kebaikan atau perbaikan.

Apakah dengan demikian saya secara pribadi tidak suka makan atau seks?

Tentu saja tidak. Saya sebagai manusia normal tentu punya kebutuhan biologis, yaitu makan dan juga seks. Tapi bukan berarti bila saya jadi manusia yang sedang menjalani kehidupan lalu yang terpikir oleh saya hanya makan dan seks.


Lihat Humaniora Selengkapnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA