Mengapa bisa disebut wingko babat

SEMARANG, suaramerdeka.com - Semarang dikenal julukannya sebagai Kota Lumpia karena diambil dari kata lumpia yang menjadi makanan khas kota ini.

Namun selain lumpia, ada beberapa makanan yang cocok dijadikan oleh-oleh Semarang, salah satunya Wingko Babat.

Sebenarnya asal usul Wingko Babat berasal dari Lamongan, diambil dari Kecamatan Babat yang terdapat di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Baca Juga: Duh, Mulai dari KTP Sampai Foto Koruptor Dijual di NFT

Namun, makanan ini menjadi populer di sekitar stasiun Tawang Semarang.

Wingko Babat pertama kali dibuat pada tahun 1898 oleh Loe Soe Siang, warga Tionghoa yang menetap di Babat.

Ia memulai mencari nafkah dengan membuat jajanan Wingko Babat yang terbuat dari kelapa dengan proses yang sangat tradisional.

Baca Juga: Ikan Cupang Gatotkaca Semarang Moncer di Ajang CAF Betta Festival 2022

Kemudian Wingko Babat dipasarkan melalui jalur kereta api sepanjang Babat, Bojonegoro, Cepu, hingga Semarang. Meskipun, tempat kelahiran di Babat, wingko juga terkenal di Semarang.

Wingko Babat merupakan oleh-oleh khas Semarang yang sering diburu masyarakat untuk dibawa pulang.

Page 2

Page 3

Page 4

Oleh Zudi Setiawan

Kekhasan suatu daerah bisa dilihat dari bahasa, pakaian, bentuk rumah, serta jenis makanan masyarakatnya. Kota Semarang yang memiliki slogan "The Beauty of Asia", Pesona Asia, dikenal memiliki beberapa jenis makanan khas. Salah satu makanan khasnya adalah wingko babad, makanan kecil sejenis kue.

Makanan ini dapat dengan mudah kita temukan di sepanjang Jalan Pandanaran yang memang dijadikan sebagai pusat oleh-oleh makanan khas kota tersebut.

Keaslian wingko babad sebagai makanan khas Kota Semarang sebenarnya masih dapat dipertanyakan. Hanya dengan melihat nama wingko babad saja sudah menimbulkan banyak tanya bagi kita. Kenapa dinamai wingko babad, bukannya wingko semarang?

Apabila dilihat dari sejarahnya, wingko babad sebenarnya bukanlah makanan asli Kota Semarang. Sejarah mencatat bahwa kue wingko berasal dari kota kecil bernama Babad yang terletak di dekat Tuban, Jawa Timur. Sejak dulu hingga sekarang, kue wingko biasa dijual di Babad. Dari sinilah kemudian kue wingko terkenal dengan nama "wingko babad".

Pada saat ini, Babad merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Lamongan. Website resmi Kabupaten Lamongan menyebutkan bahwa wingko babad adalah salah satu makanan khas Lamongan. Hal yang sama juga terjadi di Semarang. Pemerintah Kota Semarang menyatakan bahwa wingko babad merupakan salah satu makanan khas Semarang sehingga ada dua klaim dari dua daerah (Semarang dan Lamongan) terhadap satu makanan khas yang sama, yakni wingko babad. Wingko babad di Semarang

Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah bagaimana sejarah awal kemunculan wingko babad di Semarang sehingga pemerintah dan warga Kota Semarang mengklaim wingko babad adalah salah satu makanan khas daerahnya?

Sejarah telah mencatat bahwa wingko babad pertama kali muncul di Semarang sekitar tahun 1946. Wingko babad ini pertama kali dibawa oleh seorang wanita bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya, The Ek Tjong (D Mulyono). Mereka beserta kedua anaknya yang masih kecil-kecil, The Giok Kwie (6 tahun) dan The Gwat Kwie (4 tahun), mengungsi dari Kota Babad ke Kota Semarang sekitar tahun 1944. Di tengah suasana panas Perang Dunia II, dari Babad yang dilanda huru-hara, mereka datang ke Semarang untuk mencari kehidupan yang lebih aman.

Pada saat mereka datang ke Semarang belum ada orang yang menjual kue wingko. Maka pada tahun 1946 mulailah Loe Lan Hwa dengan dibantu suami, The Ek Tjong, membuat dan menjual kue wingko di kota Semarang. Kue wingko tersebut dijajakan dari rumah ke rumah, di samping dititip-jual di sebuah kios sederhana yang menjual makanan di stasiun kereta api Tawang Semarang. Setiap kereta berhenti, petugas kios menjajakan kue wingko beserta makanan lainnya kepada penumpang di dalam kereta api.

Kue wingko buatan Loe Lan Hwa itu ternyata banyak disenangi warga Kota Semarang. Banyak di antara warga Kota Semarang yang menanyakan nama kue tersebut kepada Loe Lan Hwa. Maka, untuk memenuhi keingintahuan pembelinya dan sekaligus sebagai kenang-kenangan terhadap kota Babad tempat dia dibesarkan, Loe Lan Hwa menyebut kue buatannya itu sebagai wingko babad. Kue wingko babad buatan Loe Lan Hwa itu pun semakin terkenal dan dicari banyak orang sebagai oleh-oleh dari Semarang (SN Wargatjie, 2003). Dari sinilah kemudian orang mengenal kue wingko babad sebagai makanan khas Kota Semarang, walaupun sebenarnya berasal dari Babad, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Adanya klaim dari dua daerah (Semarang dan Lamongan) terhadap wingko babad sebagai makanan khas daerahnya selama ini kurang diperhatikan atau bahkan dilupakan oleh masyarakat. Meskipun terlihat agak membingungkan, kita masih bisa mengetahui tentang kebenaran klaim tersebut dengan menelusurinya dari catatan sejarah yang ada. Sejarah telah mencatat bahwa wingko babad berasal dari Babad, Kabupaten Lamongan, kemudian berkembang di Semarang karena dibawa olah warga Babad yang pindah ke Semarang.

Kebanyakan warga Kota Semarang dan Kabupaten Lamongan mungkin belum mempelajari tentang sejarah wingko babad sehingga adanya dua klaim atas wingko babad tidak begitu menimbulkan gejolak. Sampai hari ini, hubungan antara dua daerah tersebut juga baik-baik saja. Hal ini tentu berbeda dengan yang terjadi pada kasus klaim Malaysia atas beberapa produk kebudayaan Indonesia yang sempat memunculkan gejolak di tengah masyarakat.

Mengetahui sejarah awal kekhasan yang dimiliki oleh setiap daerah sangatlah penting. Ini bermanfaat bagi kita untuk menilai kebenaran suatu klaim yang dikeluarkan oleh suatu daerah terhadap kekhasan tertentu yang juga dimiliki daerah lain. Dengan mempelajari sejarah, kita juga akan dapat dengan mudah menjawab ataupun menanggapi terjadinya perebutan status atau klaim atas kepemilikan suatu produk kebudayaan antara daerah yang satu dengan yang lain.

Setiap daerah juga perlu untuk bersikap jujur terhadap sejarahnya masing-masing. Tidak ada kebanggaan bagi suatu daerah untuk mengklaim kekhasan tertentu yang sebenarnya bukan miliknya, melainkan milik daerah lain. Ketidakjujuran terhadap sejarah hanya akan menimbulkan polemik berkepanjangan. ZUDI SETIAWAN Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sonora.ID - Wingko babat adalah salah satu kuliner tradisional populer khas daerah Semarang, Jawa Tengah.

Wingko babat adalah kudapan yang terbuat dari perpaduan tepung beras ketan, kelapa muda, dan gula pasir.

Sehingga, rasa yang ditawarkan oleh wingko babat ini cenderung gurih-gurih manis. Tekstur wingko babat biasanya empuk dan legit, dengan aroma kelapa yang manis.

Wingko babat adalah salah satu makanan tradisional khas Indonesia. Wingko babat adalah sejenis kue yang terbuat dari kelapa muda, tepung beras ketan, dan gula pasir.

Wingko adalah kudapan yang sangat terkenal di pantai utara pulau Jawa. Kue ini sering dijual di stasiun kereta api, stasiun bus atau juga di took-toko kue oleh-oleh.

Wingko biasanya berbentuk bundar, disajikan dalam keadaan hangat dan dipotong kecil - kecil. Wingko dapat dijual dalam bentuk bundar yang besar atau juga berupa kue-kue kecil yang dibungkus kertas.

Kombinasi gula dan kelapa menjadikan kue ini memiiki citarasa yang manis sekaligus gurih. Harga wingko babat pun bervariasi, tergantung pada tempat penjualan dan merknya.

Wingko yang paling terkenal memang diproduksi di Semarang. Sehingga banyak orang yang mengira bahwa wingko juga berasal dari kota ini.

Meski, wingko babat sebenarnya berasal dari Babat, sebuah daerah kecil di Lamongan, Jawa Timur.

Baca Juga: Resep Cinnamon Roll Menggunakan Rice Cooker, Anak Kost Bisa Buat

Wingko merupakan kue yang terbuat dari tepung beras ketan, dipadukan dengan gula dan gurihnya kelapa muda. Nama wingko identik dengan sebutan wingko Babat atau wingko Babad.

Selama ini masyarakat Lamongan mengklaim bahwa wingko merupakan makanan khas Lamongan tepatnya dari kecamatan Babat. Namun, wingko ini juga sangat populer di Kota Semarang.

Sebagian orang mengenal wingko berasal dari Lamongan dan sebagian lainnya mengenalnya sebagai makanan khas Semarang. Di sepanjang jalan Kabupaten Lamongan sangat mudah ditemui wingko dan menjadi oleh-oleh yang tidak boleh dilewatkan. Begitupun di Semarang juga dikenal sebagai oleh-oleh.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan kudapan legit tersebut? Mari kita kembali ke masa lalu, menilik bagaimana wingko bisa diklaim oleh dua kota.

Di Kota Semarang, wingko pertama kali muncul pada tahun 1946. Seorang wanita bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya The Ek Tjong atau D. Mulyono bersama kedua anaknya bernama The Giok Kwie (6 tahun) dan The Gwat Kwie (4 tahun) mengungsi dari Babat ke Kota Semarang. Mereka berangkat ke Kota Semarang sekitar tahun 1944, karena saat itu suasana sedang berbahaya di kota Babat dan akhirnya mengungsi ke Semarang.

Diketahui bahwa Loe Lan Hwa dibantu dengan suaminya membuat dan menjual kue wingko di kota Semarang. Penjualan dilakukan dengan dijajakan dari satu rumah ke satu rumah lainnya. selain itu kue juga dititipkan di kios stasiun kereta api. Petugas kios akan menjual kue wingko ketika kereta sedang berhenti di stasiun.

Tidak disangka kue legit tersebut sangat disukai oleh orang-orang Semarang. Pada akhirnya kue wingko menjadi dikenal dan dicari sebagai oleh-oleh kota Semarang.

Dikenalnya wingko juga membuat banyak orang penasaran dengan nama kue yang terkenal itu. Mereka pun bertanya kepada Loe Lan Hwa nama kuenya apa. Untuk mengenang kota tempat ia dibesarkan, Loe Lan Hwa memberinya nama wingko Babat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa wingko Babad berasal dari Babat, Lamongan.

Di Lamongan sendiri wingko babat telah diproduksi sejak tahun 1900-an oleh seorang bernama Loe Soe Siang sebagai generasi pertama. Salah satu keturunan Loe Soe Siang adalah Loe Lan Hwa yang membawa wingko babat ke Semarang. Selain Loe Lan Hwa, Loe Soe Siang juga memiliki anak laki-laki, seorang sulung bernama Loe Lan Ing.

Loe Lan Ing, anak pertama mereka, kemudian menikah dengan Go Giaw Kien sebagai generasi kedua dan meresmikan “Pabrik Loe Lan Ing”. Dari pernikahan tersebut Loe Lan Ing memiliki anak bernama Go Kiok Nio dan Go Kiok Hien sebagai generasi ketiga.

Toko Wingko Loe Lan Ing di Babat, Lamongan | SUmber: ksmtour.com

Mereka pun meneruskan produksi wingko babat. Generasi ke-4 diteruskan oleh anak Go Kiok Nio bernama Kristina bersama suaminya yakni Supriyadi Gondokusumo.

Produksi terus dilanjutkan oleh sepasang suami istri tersebut. Kue wingko masih memiliki rasa asli berupa rasa kelapa yang khas dan gurih. Pengembangan rasa wingko babat juga terus dilakukan, tidak hanya memiliki rasa asli kelapa tetapi juga memiliki aneka rasa seperti durian coklat, nanas, keju, pisang dan sebagainya.

Wingko Loe Lan Ing | Sumber: isntagram @rodadanroti

Apabila dilihat dari sejarah yang berkembang pada wingko. Di Babat-lah kue wingko muncul untuk pertama kalinya dengan pabrik Loe Lan Ing yang masih ada hingga sekarang. Kemudian barulah anak kedua dari Loe Soe Siang membawa kue tersebut ikut ke Semarang dan berhasil dikenal.

Sempat berdebat dengan seseorang yang mengenal wingko dari kota Semarang, akhirnya tertulislah artikel ini. Sekarang, untuk orang yang mengenal wingko berasal dari Semarang ataupun Babat tidak perlu berdebat lagi.

Sejarah asal-muasal wingko babat saling berkaitan satu sama lain. Baik warga Babat, Lamongan maupun kota Semarang pun tenang-tenang saja tidak ada konflik perebutan kue tersebut.

Catatan Kaki: jurnalmahasiswa.unesa.ac.id | kompas.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA