Mahasiswanya kaya, tetapi ia sendiri miskin Kalimat tersebut merupakan contoh kalimat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Bahasa adalah lambang sistem bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemaikainya. Bahasa negara kita adalah bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Dimana dalam berkomunikasi kita mengucapkan kata demi kata yang membentuk sebuah rangkaian kata yang sering kita sebut sebagai kalimat.

Kalimat merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain agar dapat dipahami degan mudah. Komunikasi berlangsung dengan baik dan benar jika menggunakan kalimat yang baik dan benar, yaitu kalimat yang dapat mengekspresikan gagasan secara jelas dan tidak menimbulkan keraguan pembaca atau pendengarnya. Untuk itu kalimat harus disusun berdasarkan struktur yang benar, pengungkapan gagasan secara baik : singkat,cermat, tepat, jelas maknanya, dan santun.

Dalam makalah kali ini saya akan membahas tentang Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Disini saya akan menjelaskan tentang pengertian kalimat, pola kalimat dasar, jenis-jenis kalimat, dan kalimat efektif. Dan nantinya juga akandilengkapidenganberbagaicontohdarikalimat. Kalimat yang benardansalah.Semuaakanterangkumdalammakalahini.

1.2    Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan kalimat ?

2.      Bagaimana pola kalimat dasar ?

3.      Apa saja jenis-jenis kalimat ?

4.      Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?

1.3    Tujuan Pembelajaran

1.      Menjelaskan tentang kalimat.

2.      Menerangkan pola kalimat dasar.

3.      Mengetahui apa saja jenis-jenis kalimat.

4.      Menjelaskan tentang kalimat efektif.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Kalimat

       Menurut Widjono (2012 : 186), kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.

       Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa, dan/atau klausa. Jika disusun berdasarkan pengertian diatas, unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut sebagai kalimat. Ada bagian yang tidak dapat dihilangkan, ada pula bagian yang dapat dihilangkan. Bagian yang tidak dapat dihilangkan itu, disebut inti kalimat, sedangkan bagian yang dapat dihilangkan disebut bukan inti kalimat.

       Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 161), kalimat adalah bagian ujaran  tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P), dan intonasi finalnya menunjukan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah). Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengap sebagai pengungkapan maksud penulis atau penuturannya.

       Menurut Widjono (2012 : 187-188) Ciri-ciri kalimat :

1.      Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda tanya, atau tanda seru.

2.      Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.

3.      Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap.

4.      Mengandung pikiran yang utuh.

5.      Menggunakan urutan logis; setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.

6.      Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.

7.      Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi, pronomina atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.

2.2    Unsur-Unsur Kalimat

              Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 162), unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama disebut jabatan kata dalam kalimat. Kini istilah itu diganti menjadi fungsi sintaksis kalimat, yakni subjek (S), predikat (P), onjek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (0, Pel, Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.

2.2.1        Subjek (S)

            Menurut Widjono (2012 : 188), subjek merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi sebagai: (1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk, (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4) menegaskan (memfokuskan) makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6) membentuk satuan pikiran.

Ciri-ciri subjek menurut Widjono (2012 : 186-287) :

1.      Jawaban apa atau siapa.

2.      Didahului kata bahwa.

3.      Berupa kata atau frasa benda (nomina).

4.      Disertai kata ini, atau itu.

5.      Disertai pewatas yang

6.      Kata sifat didahului kata si atau sang : si cantik, si kecil, sang perkasa.

7.      Tidak didahului preposisi : di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.

8.      Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapatdengan kata bukan.

Contoh subjek dalam kalimat :

1.      Saya sudah mulai mengantuk.

2.      Ayahku sedang melukis.

3.      Air sungai kecil itu terus menerus menggericik.

4.      Berjalan kaki menyehatkan badan.

2.2.2        Predikat (P)

            Menurut Widjono (2012 : 189), seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi : (1) membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk, (2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.

Ciri-ciri predikat dalam kalimat menurut Widjono (2012 : 189-190):

1.      Jawaban mengapa, bagaimana.

2.      Dapat diingakarkan dengan tidak atau bukan.

3.      Dapat didahului keterangan aspek : akan, sudah, sedang, selalu, hmpir.

4.      Dapat didahului keterangan moalitas : sebaiknya, seharusnya, mesti, selayaknya, dan lain-lain.

5.      Tidak didahului yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek.

6.      Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni.

7.      Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.

Contoh predikat :

1.      Pengusaha sukses itu menemukan peluang bisnis barunya.

2.      Manusia adalah makhluk yang berakal budi.

3.      Rahma mahasiswi baru.

2.2.3        Objek (O)

            Menurut Widjono (2012 : 190), objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Fungsi objek dalam kalimat : (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif, (2) memperjelas makna kalimat, dan (3) membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Ciri-ciri objek menurut Widjono (2012 : 190-191) :

1.      Berupa kata benda.

2.      Tidak didahului kata depan.

3.      Mengikuti secara langsung dibelakang predikat transitif.

4.      Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif.

5.      Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

Contoh objek dalam kalimat :

1.      Mahasiswa itu menerangkan kerangka berpikirnya.

2.      Mereka mendiskusikan antikorupsi.

3.      Orang itu menipu adik saya.

4.      Suci mencubit lengan Sandra.

2.2.4        Pelengkap (Pel.)

            Menurut Widjono (2012 : 191), pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.

Ciri-ciri pelengkap menurut Widjono (2012 : 191) :

1.      Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap informasinya.

2.      Terletak dibelakang predikat yang bukan kata kerja transitif.

Contoh pelengkap dalam kalmat :

1.      Ia menjadi rektor.

2.      Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.

3.      Banyak orsospol berlandaskan Pancasila.

2.2.5        Keterangan (K)

            Menurut Widjono (2012 : 192), keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan keadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.

Ciri-ciri keterangan menurut Widjono (2012 : 192):

1.      Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap, misalnya surat undangan, tanpa keterangan tidak efektif.

2.      Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat.

3.      Dapat berupa : keteranagan waktu, tujuan, temapt, sebab, akibat, syarat, cara, posesif (posesif ditandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun, misalnya :  Saya berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit diwujudkan.), dan pengganti nomina (mengguakan kata bahwa, misalnya: Mahasiswa berpendapat bahwa sekarang ini sulit mencari pekerjaan).

Contoh penempatan keterangan :

Pada awal kalimat : “Kemarin rektor berangkat ke Amerika.”

Pada tengah kalimat : “ Rektor kemarin berangkat ke Amerika.”

Pada akhir kalimat : “Rektor berangkat ke Amerika kemarin.”

4.      Dapat berupa keterangan tambahan  dapat berupa aposisi ; misalnya : keterangan tambahan subjek, tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan aposisi dapat menggantikan subjek.

Megawati, yang menjabat Presiden RI 2001-2004, adalah putri Bung Karno. (keterangan tambahan)

Megawati, Presiden RI 2001-2004, adalah putri Bung Karno. (aposisi)

Contoh keterangan dalam kalimat :

1.      Diana mengambil air minum dari kulkas.

2.      Lia memotong tali dengan gunting.

2.3    Pola Kalimat Dasar

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 169), pola kalimat dasar bukanlah sebuah nama jenis kalimat, melainkan acuan atau patron untuk membuat berbagai tipe kalimat. Sedangkan menurut Widjono (2012: 199), pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). Pola kalimat asar memiliki ciri-ciri :

1.        Berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu pel, satu K).

2.        Sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek (S) dan satu predikat (P).

3.        Selalu diawali dengan subjek.

4.        Berbentuk kalimat aktif.

5.        Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa frasa.

6.        Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Kalimat dasar dapat dikembangkan menjadi bermacam-macam kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Kalimat dasar tersebut dapat dijadikan kalimat luas dengan menambah keterangan-keterangan pada subjek, predikat, atau objek, sesuai dengan keperluan. Namun, unsur-unsur tersebut harus terungkap secara eksplisit (jelas).

Contoh kalimat dasar :

1.        Para siswasedang belajar.

   S                  P

2.        Merekasedang mempelajarikalimat dasar.

S                      P                        O

3.        Merekamembelikansayasepatu.

S               P            O      Pel.

4.        Bebrapa karyawansedang membahaskasus bisnisdiruang rapat.

  S                           P                        O                 K

2.4    Jenis-Jenis Kalimat

       Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 175), kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan (a) jumlah klausa pembentuknya, (b) bentuk/fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek predikatnya.

2.4.1        Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 175), berdasarkan jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kalimat tunggal, (2) kalimat majemuk.

2.4.1.1            Kalimat Tunggal

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 176), kalimat tunggal adalalah kalimat yang mempunyai satu klausa. Karena klausanya yang tunggal itulah kalimatnya dinamai kalimat tunggal. Hal itu juga berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Seperti telah dijelaskan dimuka, unsur S dan P adalah penanda klausa yang wajib hadir dalam setiap kalimat.

Contoh kalimat tunggal :

1.      Kamimahasiswa Indonesia. (kalimat nominal)

   S                    P

2.      Jawaban anak pintar itusangat cepat. (kalimat ajektival)

                 S                            P

3.      Sapi-sapisedang merumput. (kalimat verbal)

       S                    P

4.      Mobil orang kaya ituada delapan. (kalimat numeral)

                S                          P

Kalimat tunggal pada contoh 1-4 dapat dilengkapi atau diperluas menambah unsur O, Pel, dan Ket. Unsur S, O dapat pula diperluas lagi dengan memberinya keterangan. Jadi, kalimat tunggal tidak harus berupa kalimat pendek seperti kalimat pada contoh 1-4. Jika dalam sebuah kalimat jumlah klausanya tidak lagi tunggal alias sudah majemuk, maka kalimatnya pun berubah menjadi kalimat majemuk.

2.4.1.2            Kalimat Majemuk

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 177), kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa.

Contoh kalimat majemuk :

1.    Seorang manajerharus mempunyaiwawasan yang luasdan

           S                      P1                                O1

harus menjunjung tinggietika profesi.

                             P2                           O2

2.    Anak-anakbermainlayang-layangdi halaman kampusketika

       S1             P1             O1                      Ket

para dosen, karyawan, dan mahasiswamenikmatihari libur.

                               S2                                  P2           O2

2.4.1.2.1     Kalimat Majemuk Setara

                 Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 177-178), kalimat majemuk setara mempunyai ciri (1) terbentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, (2) kedudukan tiap kalimat sederajat. Mengingak kalimat majemuk merupakan gabungan dua kalimat atau lebih, sangatlah tepat dan memang memenuhi syarat jika kalimat-kalimat yang digabung itu disebut dengan istilah klausa.

                 Konjungtor yang menghubungkan klausa kalimat majemuk setara, jumlahnya cukup banyak. Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fugsi yang tercantum dalam tabel dibawah ini.

PENGHUBUNG KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK SETARA

Jenis Hubungan

Fungsi

Kata Penghubung

Penjumlahan

Pertentangan

Pemilihan

Perurutan

Menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses.

Menyatakan bahwa klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua.

Menyatakan pilihan diantara dua kemungkinan.

Menyatakan kejadian yang berurutan.

Dan, serta, baik, maupun.

Tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan.

Atau .

Lalu, kemudaian.

Contoh kalimat majemuk setara :

1.      Erni mengonsep surat itu, dan Rini mengetiknya.

2.      Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.

3.      Engkau tinggal disini, atau ikut dengan saya.

4.      Ia memarkir mobilnya dilantai tiga, lalu naik lift ke lantai tujuh.

2.4.1.2.2     Kalimat Majemuk Bertingkat

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 178-179), telah diuraikan dalam butir 2.4.1.2 kontruksi kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, konjungtor kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan konjungtor kalimat majemuk setara.

PENGHUBUNG ANTAR KLAUSA

DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT

Jenis Hubungan

Kata

Penghubung

1.      Waktu

2.      Syarat

3.      Tujuan

4.      Konsesif

5.      Pembandingan

6.      Sebab/alasan

7.      Akibat/hasil

8.      Cara/alat

9.      Kemiripan

10.  Kenyataan

11.  Penjelasan/ kelengkapan

Sejak, sendiri, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, seketika, tatkala, hingga, sampai.

Jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala.

Agar supaya, untuk, biar.

Walau(pun), sungguh(pun), meski(pun),sekali(pun),biar(pun),kendati(pun).

Seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat.

Sebab, karena.

Sehingga, sampai-sampai, maka.

Dengan, tanpa.

Seolah-olah, seakan-akan.

Padahal, nyatanya.

Bahwa.

Contoh kalimat majemuk bertingkat :

1.      Aku memahaminya, sebagaimana ia memahamiku.

2.      Anda harus bekerja keras, agar berhasil.

3.      Dia datang, ketika kami sedang rapat.

2.4.2        Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsinya

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 180),kalimat dapat difungsikan untuk menyampaikan pokok pikiran secara lengkap dan jelas, misalnya memberi tahu, bertanya, menyeru tentang sesuatu. Kata dan frasa yang tatarannya berada dibawah kalimat yang memang dapat mengungkapkan makna, tetapi tidak dapat dipakai menyampaikan pokok pikiran secara tepat dan jelas, kecuali kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat. Salah satu contohnya adalah ketika menjawab pertanyaan secara singkat yang dapat berwujud kata dan frasa, namun berperan sebagai kalimat, misalnya (1) Tidak. (2) Tidak tahu. (3) Setuju.

Mengingat kalimat dapat difungsikan untuk berbagai maksud, terasa perlu membuat penggolongannya. Berdasarkan kategori sintaksisnya, dalam buku Hasan Alwi(2003: 378),menjelaskanbahwa kalimat dibedakanatas empat macam, yaitu (1) kalimat berita (deklaratif), (2) kalimat tanya (introgatif), (3) kalimat perintah (imperatif),  dan (4) kalimat seru (ekslamatif).

2.4.2.1           Kalimat Berita

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 181), kalimat berita (deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis untuk memberitakan sesuatu. Variasi kalimat berita bersifat bebas, boleh inversi atau versi, aktif atau pasif, tunggal atau majemuk. Yang terpenting isinya pemberitaan. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi menurun dan pada bahasa tulis kalimatnya bertanda baca akhir titik.

Contoh :

1.      Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.

2.      Perayaan HUT ke-71 Republik Indonesia berlangsung meriah.

3.      Diskusi ilmiah kemarin di kampus diwarnai oleh perdebatan seru.

2.4.2.2           Kalimat Tanya

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 181), kalimat tanya (introgatif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis untuk memperoleh informasi atau reaksi atau jawaban yang diharapkan dari mitra komunikasinya. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir naik dan pada bahasa tulis kalimatnya diakhiri dengan tanda tanya. Selain hadirnya tanda tanya, dalam kalimat tanya sering pula hadir kata tanya apa(kah),bagaimana, di mana, kapan, siapa, yang mana.

Contoh :

1.      Apakah barang itu milik saudara?

2.      Kapan kakakmu berangkat ke Dubai?

3.      Kakakmu sudah diwisuda, bukan?

2.4.2.3           Kalimat Perintah

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 182-183),kalimat perintah (imperatif) dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu. Pada bahasa lisan kalimat berintonasi akhir menurun dan pada bahasa tulis kalimat ini diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik. Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat :

a.       Kalimat perintah halus :

           Tolonglah bawa sepeda motor ini ke bengkel.

b.      Kalimat perintah langsung :

           Pergilah kamu sekarang!

c.       Kalimat perintah larangan langsung :

           Kamu jangan pergi sekarang!

d.      Kalimat perintah larangan halus :

           Terima kasih karena Anda tidak merokok!

e.       Kalimat perintah permintaan :

           Minta perhatian, anak-anak!

f.       Kalimat perintah permohonan :

           Mohon hadiah ini bapak terima.

g.      Kalimat perintah ajakan dan harapan :

           Ayolah, kita belajar.

h.      Kalimat perintah pembiaran :

           Biarlah dia menemani orang tuanya.

2.4.2.4           Kalimat Seru

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 183),kalimat seru (ekslamatif) dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi naik dan pada bahasa tulis ditandai dengan tanda seru atau tanda titik pada akhir kalimatnya.

Contoh :

1.      Aduh, pegangan saya terlepas!

2.      Hai, ini dia orang yang kita cari!

3.      Wah, pintar benar anak ini!

4.      Alangkah besarnya pesawat terbang itu.

2.4.3        Kalimat Tidak Lengkap (Kalimat Minor)

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 183-184), di dalam bahasa tulis, lebih-lebih dalam bahsa lisan, kadang-kadang kalimat ditampilkan dengan unsur yang tidak lengkap. Hal itu terjadi dalam wacana pembicaraan yang konteksnya sudah diketahui oleh para pelaku. Kalimat yang tidak ber-P atau ber-S disebut kalimat tidak lengkap atau kalimat minor. Lawannya, yaitu kalimat yang lengkap unsurnya, disebut kalimat mayor. Perhatikan kalimat minor dibawah ini.

1.      Mila   : Ada siapa di dalam?

Maya :Ibu.

Mila   : Apa ibu sudah tahu rencana kita?

Maya : Belum.

Bentuk Ibu dan Belum dalam contoh (1) adalah kependekan dari kalimat lengkap Di dalam ada Ibu dan belum mengetahui rencana kita. Akan tetapi, tanpa diucapkan secara lengkap pun, Mila sudah memahami maksud Maya melalui kalimat minor yang Maya ucapkan.

Kalimat tidak lengkap yang lain dapat muncul dalam petunjuk, slogan, ucapan/sapaan khas, dan grafiti. Berikut ini contohnya :

a.       Dilarang masuk.

b.      Awas!

c.       Angkat tangan!

d.      Selamat jalan.

2.4.4        Kalimat Inversi

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 184),kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga terbentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata kalimat inversi dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Memang kata atau frasa yang pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna.

Contoh :

1.      Menangispacarku karena sedihnya.

       P            S

2.      Berlariadik mengejar layangan putus.

     P       S

3.      Ada enamsyarat kalimat efektif.

       P                        S

Setelah membaca contoh kalimat inversi di atas, kesan makna yang timbul akan terasa berbeda jika dibandingkan dengan makna yang timbul dari kalimat versi (berpola S-P). Kata-kata dan frasa pada awal kalimat contoh diatas adalah P. Hal itu mengakibatkan kesan pertama yang melekat dalam benak pembaca didominasi oleh makna P. Selanjutnya fokus perhatian utama pembaca terhadap makna akan tertuju pada makna P, bukan pada makna S.

2.5    Kalimat Efektif

Menurut Widjono (2012 : 205), kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan singkat karena hanya menggunakan unsur yang diperlukan saja. setiap unsur kalimat benar-benar berfungsi. Sedangkan sifat padat mengandung makna sarat dengan informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan sifat ini tidak terjadi pengulangan-pengulangan pengungkapan. Sifat jelas ditandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna yang terkandug di dalamnya.

Kalimat efektif dapat mengomunikasikan pikiran atau perasaan penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar secara tepat. Kalimat efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut menurut Widjono (2012 : 205) :

1.        Keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur.

2.        Kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal.

3.        Kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami.

4.        Kehematan penggunaan unsur kalimat.

5.        Kecermatan dan kesantunan.

6.        Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 185), kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehigga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan jitu sehingga pendengar/pembaca memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya.

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 185), untuk dapat mencapai keefektifan tersebut, kalimat efektif harus memenuhi paling tidak enam syarat, yaitu adanya/terdapat (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.

2.5.1        Kesatuan

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 186), sebuah kalimat dikatakan mempunyai kesatuan jika di dalamnya hanya terdapat satu ide pokok. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu unsur pilihan, bahkan daat mempertentangkan unsur pilihan yang satu dan yang lainnya asal ide atau gagasan kalimatnya satu. Artinya, dalam setiap kalimat hanya ada satu maksud penulis/pembicara, dan maksud itu harus dapat dikenali dan dipahami oleh pembaca/pendengar.

Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya :

1.      Pembangunan gedung sekolah, pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberikan kredit. [terdapat subjek ganda dalam satu kalimat (1) pembangunan gedung sekolah, (2) pihak yayasan.]

2.      Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (salah pemakaian kata depan dalam sehingga gagasan kalimat menjadi rancu)

3.      Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa pejabat yang memberi pengarahan)

Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya :

1.      Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.

2.      Pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.

3.      Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.

2.5.2        Kepaduan (Koherensi)

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 186), koherensi akan tercipta jika terjadi hubungan padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, tanda baca, dan fungsi sintaktis (S-P-O-Pel-K).

Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren :

1.      Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin-mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas)

2.      Saya punya rumah baru diperbaiki. (struktur kalimat tidak benar/rancu)

3.      Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S-P-O tidak berkaitan erat)

Contoh kalimat yang unsurnya koheren :

1.      Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.

2.      Rumah saya baru diperbaiki.

3.      Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

2.5.3        Keparalelan (Kesejajaran)

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 187), kalimat dikatakan mengandung keparalelan atau kesejajaran jika di dalam kalimat terdapat unsur-unsur yang sama derajatnya, sama jenis katanya, sama pola atau susunan kata dan frasanya. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama berbentuk verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama nomina, unsur berikutnya juga harus nomina.

Contoh kesejajaran yang salah :

1.      Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label.

2.      Kakamu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?

3.      Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Contoh kesejajaran yang benar :

1.      Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pelabelan buku.

2.      Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?

3.      Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatian ibu, saya ucapkan terima kasih.

2.5.4        Ketepatan

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 188), yang dimaksud dengan ketepatan adalah kesesuaian/kecocokan pemakaian unsur yang membentuk kalimat sehingga tercipa pengertian yang bulat dan pasti. Dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata, kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, kita pun harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi terciptanya ketepatan makna.

Contoh penulisan kalimat yang tidak memperhatikan faktor ketepatan :

1.      Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (salah dalam memakai kata sehingga)

2.      ...bukan saya yang tidak mau, namun dia yang tidak suka. (salah memilih kata namun sebagai pasangan kata bukan)

3.      Manajer saya memang orangnya pintar. Dia juga bekerja dengan dedikasi tiggi terhadap perusahaan. Namun demikian, dia... (salah memakai frasa namun demikian)

Contoh penulisan kalimat yang memperhatikan faktor ketepatan :

1.      Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.

2.      ...bukan saya yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka.

3.      Manajer saya memang orangnya pintar. Dia juga bekerja dengan dedikasi tiggi terhadap perusahaan. Walaupun demikian, dia...

2.5.5        Kehematan

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 189), kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak mubazir memakai kata-kata; tidak mengulang subjek; tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, kalimat akan menjadi padat berisi.

Contoh kalimat yang tidak hemat kata :

1.      Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore.

2.      Dalam pertemuan yang mana hadir Wakil Gubernur dilakukan suatu perundingan yang membicarakan tentang perparkiran.

3.      Karyawan itu dengan segera merubah rencananya setelah dia bertemu dengan direkturnya.

Contoh kalimat yang hemat kata :

1.      Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.

2.      Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur dilakukan perundingan tentang perparkiran.

3.      Karyawan itu segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.

2.5.6        Kelogisan

Menurut Lamuddin Finoza (2013 : 190), kelogisan adalah arti kalimat harus masuk akal/sesuai dengan jalan pikiran manusia pada umumnya. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtun/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segala logika.

Contoh kalimat yang lemah dari segi logika :

1.      Kambing sangant senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong hewan anti air)

2.      Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (tidak ada hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki)

3.      Tumpukan uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtun dalam merinci)

4.      Kepada Bapak Subhan, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu dipersilahkan)

5.      Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesai-kan makalah cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan)

BAB III

PENUTUPAN

3.1    Kesimpulan

1.      Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.

2.      unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama disebut jabatan kata dalam kalimat. Kini istilah itu diganti menjadi fungsi sintaksis kalimat, yakni subjek (S), predikat (P), onjek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

3.      Pola kalimat dasar bukanlah sebuah nama jenis kalimat, melainkan acuan atau patron untuk membuat berbagai tipe kalimat.

4.      Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan (a) jumlah klausa pembentuknya, (b) bentuk/fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek predikatnya.

5.      Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan singkat karena hanya menggunakan unsur yang diperlukan saja. setiap unsur kalimat benar-benar berfungsi.

3.2    Saran

Sebagai mahasiswa-mahasiswi sebaiknya lebih mengenal dan mempelajari adanya tentang kalimat, dikarenakan sebuah kalimat sangat penting dalam pembuatan sebuah tulisan.Kesalahandalampenulisankalimatdapatberakibat fatal dalammengartikankalimat.Jadipelajarilahbagaimanakalimat yang baikdanbenar agar tidakadalagikesalahandalammembuatsebuahtulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Finoza,Lamuddin.2012. Komposisi dalam Bahasa Indonesia (Untuk Mahasiswa

Nonjurusan Bahasa). Jakarta: DiksiInsanMulia.

Alwi, Hasan (Ed.). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai 

Pustaka.

Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian

            di Perguruan Tinggi). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA