Keberanian dalam penerapan sifat syaja ah dituangkan dalam perbuatan yang ditunjukkan pada nomor

Senin, 18 April 2022 | 13:00 WIB

Senin, 18 April 2022 | 10:00 WIB

Senin, 18 April 2022 | 08:00 WIB

Senin, 18 April 2022 | 06:08 WIB

Minggu, 17 April 2022 | 12:42 WIB

Minggu, 17 April 2022 | 11:59 WIB

Kamis, 31 Maret 2022 | 06:00 WIB

Kamis, 24 Maret 2022 | 22:29 WIB

Kamis, 24 Maret 2022 | 16:27 WIB

Kamis, 24 Maret 2022 | 13:53 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 20:05 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 19:05 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 18:10 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 17:20 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 16:40 WIB

Rabu, 23 Maret 2022 | 16:05 WIB

Minggu, 20 Maret 2022 | 17:00 WIB

Kamis, 17 Maret 2022 | 14:47 WIB

Kamis, 17 Maret 2022 | 14:35 WIB

Selasa, 15 Maret 2022 | 08:26 WIB

Page 2

Page 3

MuslimTerkini.com - "Tampil berani dan gagah dalam hal kebenaran merupakan wujud dari penerapan sikap Syajaah (Syaja'ah)."

Artinya, jika Adik-adik mendapaykan soal atau tugas untuk menyebutkan contoh Syajaah dalam Kehidupan Sehari Hari tidaklah susah, sebab ada banyak sikap gagah berani yang ada disekitar Adik-adik.

Bahkan disekolah, Adik-adik juga bisa menemikan sikap Syaja'ah dari siswa lain ataupun guru, juga orang lain di lingkungan sekolah, misal satpam.

Perlu Adik-adik ketahui bahwa deskripsi Syaja'ah adalah sikap keberanian seseorang yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan. Berani dalam hal kebenaran, namun tidak gegabah dalam tindakan.

Baca Juga: Sebutkan Cara untuk Menanamkan Sikap Syajaah, ini 5 Jawaban dan Penjelasannya

Nah, mari belajar menemukan contoh syajaah dalam kehidupan sehari hari. Berikut adalah jawaban yang dibuat oleh tim MuslimTerkini.com untuk alternatif jawaban Adik-adik

Jawaban : Adapun contoh syaja'ah dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekitar saya adalah sebagai berikut :

1. Mengakui kesalahan yang dilakukan, misal saya membuat kerusakan pada jendela kelas. Maka saya mengakui hal tersebut.

2. Melaporkan kepada pihak berwajib jika ada tindak pidana kriminal, misalkan: Korupsi, terorisme dan juga penganiayaan.

Baca Juga: Kisah Rasulullah dan Uang 8 Dirham, Sikap Dermawan dan Suka Menolong Sesama

Page 2

Page 3

Pengertian Syaja’ah (Keberanian).
Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya adalah al-jubn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.

Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.

Penerapan Syaja’ah dalam Kehidupan.

Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu: 1) Rasa takut kepada Allah Swt. 2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia. 3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang. 4) Tidak menomori satukan kekuatan materi. 5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah Swt.

Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika mengancam. Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian menentang maka itulah pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syuja’). Al-syaja’ah (berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut sama sekali)”

Berdasarkan pengertian yang ada di atas, dipahami bahwa berani terhadap sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya. Keberanian dinilai dari tindakan yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggung jawab dan berdasarkan pertimbangan maslahat. Predikat pemberani bukan hanya diperuntukkan kepada pahlawan yangberjuang di medan perang. Setiap profesi dikategorikan berani apabila mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara bertanggung jawab. Kepala keluarga dikategorikan berani apabila mampu menjalankan tanggungjawabnya secara maksimal, pegawai dikatakan berani apabila mampu menjalankan tugasnya secara baik, dan seterus nya. Keberanian terbagi kepada terpuji (al-maḥmudah) dan tercela (al-mazmumah). Keberanian yang terpuji adalah yang mendorong berbuat maksimal dalam setiap peranan yang diemban, dan inilah hakikat pahlawan sejati. Sedangkan berani yang tercela adalah apabila mendorong berbuat tanpa perhitungan dan tidak tepat penggunaannya.

Macam-Macam Syaja'ah.

Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:

1) Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.

2) Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan kebenaran.

Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut: 1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah. 2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran. 3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa. Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni: a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Swt. b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim. c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan. Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.

d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang tidak mau mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan” Orang yang memiliki sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.

e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over confidence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate” terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apaapa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.

f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li an-nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.

Hikmah Syaja’ah.

Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara. Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian syaja’ah (keberanian), pembagian syaja’ah, hikmah syaja’ah dan penerapan syaja’ah dalam kehidupan. Buku Akhlak kementerian Agama republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA