Banyak sedikitnya urine seseorang yang dikeluarkan tiap harinya dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
- Zat diuretik. Zat diuretik akan menghambat reabsorpsi ion . Sebagai akibatnya, konsentrasi ADH berkurang sehingga reabsorpsi air terhambat dan volume urine meningkat.
- Suhu. Jika suhu internal dan eksternal naik di atas normal, kecepatan respirasi akan meningkat. ltulah sebabnya jika cuaca panas, menjadi jarang buang air kecil.
- Volume larutan. Volume larutan dalam darah berpengaruh terhadap produksi urine. Jika tidak minum air seharian, konsentrasi air di darah menjadi rendah. Hal ini merangsang hipofisis mengeluarkan ADH. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air di ginjal sehingga volume urine turun.
- Emosi. Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin. Contohnya, jika stres atau gugup, maka akan sering buang air kecil. Hal ini disebabkan, karena hormon adrenalin meningkat di dalam darah yang akan meningkatkan kinerja ginjal sehingga urin yang dihasilkan meningkat pula.
Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah B.
Urin atau air seni adalah sisa metabolisme tubuh dalam bentuk zat cair yang keluar dari tubuh melalui uretra. Ekskresi urin diperlukan oleh tubuh untuk membuang zat – zat dalam darah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Proses pengeluaran urine dari tubuh kita biasa kita sebut dengan buang air kecil. Produksi urine yang dikeluarkan tubuh berbeda antara individu, bahkan berbeda untuk satu individu dengan kondisi yang berbeda. Kondisi tersebut ternyata wajar karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi urine. Apa saja faktor tersebut? Melalui halaman ini, sobat idschool dapat mencari tahu beberapa faktor tersebut.
Setelah melalui proses pembentukan urin pada bagian ginjal yang disebut nefron, urin kemudian akan dibawa melalui ureter menuju kandung kemih dan akhirnya akan dibuang keluar tubuh melalui uretra. Komponen urine normal terdiri dari 96% air, 2% urea, dan 2% hasil metabolisme lainnya. Komponen dari hasil metabolik lainnya seperti zat warna dari empedu yang memberikan warna kuning pada urine atau kadar vitamin yang berlebih. Konsumsi makanan dan kondisi tubuh seseorang yang berbeda dapat mempengaruhi produksi urin. Pengaruh tersebut akan berdampak pada jumlah, warna, atau komponen urin yang dikeluarkan.
Proses pembentukan urine akan selalu melalui tahapan yang sama. Namun, urine yang dihasilkan tidak selalu sama. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi urine.
ADH (Antidiuretik Hormon)
Antidiuretik Hormon atau yang sering disingkat dengan ADH adalah hormon yang mempermudah penyerapan air dari tubulus distal ke duktus collecting. Hormon ADH ini berperan dalam menjaga keseimbangan konsentrasi air dalam tubuh.
Jika konsentrasi air menurun, ADH akan dialirkan bersama darah yang mengakibatkan permeabilitas pembuluh darah meningkat. Sehingga, air diserap kembali dan menyebabkan urine terbentuk lebih sedikit. Sebaliknya, apabila konsentrasi air dalam darah lebih tinggi, ADH akan menurun dan menyebabkan penyerapan air di pembuluh distal berkurang. Sehingga, urine menjadi lebih banyak dan encer.
Zat – Zat Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Pada dunia medis, tujuan dari penggunaan diuretik untuk mengobati masalah hipertensi dan jantung yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Penggunaan diuretik pada medis bertujuan untuk membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui urine.
Terdapat beberapa bahan makanan alami yang mengandung zat diuretik. Seperti selada air, ginkgo biloba, minuman kopi, teh, serta susu. Sifat dari bahan makanan tersebut adalah menghambat proses reabsorbsi ion Na+ yang menyebabkan hormon antidiuretik akan berkurang dan membuat volume urine meningkat.
Jumlah Air yang Diminum
Konsumsi air yang banyak akan membuat darah mengandung lebih banyak air. Banyaknya air dalam darah akan membuat tekanan koloid lebih kecil sehingga proses penyerapan tidak berjalan maksimal. Sehingga, intensitas untuk buang air kecil akan lebih sering saat seseorang mengonsumsi lebih banyak air. Begitu juga untuk kondisi sebaliknya.
Baca Juga: Sistem Ekskresi pada Manusia
Jumlah Konsentrasi Hormon Insulin
Hormon insulin berperan dalam mengontrol kadar glukosa pada tubuh. Glukosa yang tinggi akan membuat viskositas darah menjadi lebih kental sehingga lebih sulit diserap. Kadar gula yang tinggi ini akan mengganggu proses penyerapan kembali pada tubulus distal sehingga menyebabkan sering buang air kecil.
Gejolak Emosi dan Stress
Apabila seseorang sedang mengalami emosi dan stress, tekanan darahnya akan berlangsung lebih cepat sehingga semakin banyak darah yang menuju ke ginjal, kemudian kandung kemih pun akan bereaksi yang pada akhirnya membuat orang tersebut ingin buang air kecil.
Itulah tadi faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah produksi urin. Warna urine untuk orang yang sehat adalah bening. Jika seseorang mengalami dehidrasi atau ada bagian tubuh yang terlibat dalam proses pembentukan urine mengalami masalah maka warna urine akan berubah menjadi keruh.
Sobat idschool dapat menandai, apakah tubuh sedang dalam keadaan dehidrasi atau tidak dari urine yang dikeluarkan. Perhatikan skala warna urine yang diberikan di bawah.
Terimakasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat.
Baca Juga: 3 Tahapan pada Proses Pembentukan Urine
Diuretik adalah obat yang digunakan untuk membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui urine. Obat ini memiliki beberapa jenis, yaitu loop diuretic, diuretik hemat kalium, dan thiazide. Diuretik atau diuretic tersedia dalam bentuk obat minum atau suntik.
Diuretik bekerja dengan mencegah penyerapan garam, termasuk natrium dan klorida, di ginjal. Kadar garam juga mempengaruhi kadar air yang diserap atau dikeluarkan oleh ginjal. Dengan cara kerja ini, garam dan air akan dibuang dari tubuh melalui pengeluaran urine.
Ada beberapa kondisi dan penyakit yang bisa diatasi oleh obat golongan diuretik, yaitu:
- Hipertensi
- Retensi air berlebih, edema, atau ascites
- Gagal jantung kongestif atau sirosis hati
- Glaukoma
- Peningkatan tekanan intrakranial (tekanan di dalam kepala)
Selain itu, beberapa jenis diuretik bisa digunakan untuk mencegah dan mengatasi altitude sickness, meredakan edema pada gagal ginjal, membantu penanganan diabetes insipidus jenis tertentu, dan membantu menegakkan diagnosis hiperaldosteronism.
Jenis Obat Diuretik
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat diuretik bisa dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Thiazide
Thiazide bekerja dengan mengurangi penyerapan natrium atau klorida pada distal tubulus ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine. Selain itu, thiazide dapat merelaksasi pembuluh darah, sehingga efektif dalam menurunkan tekanan darah.
2. Diuretik loop
Diuretik loop bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan natrium pada loop (lengkung) Henle di dalam ginjal. Hal ini akan meningkatkan jumlah air dan garam yang dikeluarkan melalui urine.
3. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium bekerja dengan meningkatkan volume cairan dan natrium di dalam urine dengan tetap mempertahankan kadar kalium di dalam tubuh.
4. Penghambat karbonat anhidrase
Diuretik jenis penghambat karbonat anhidrase bekerja dengan meningkatkan pengeluaran asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air pada bagian tubulus renalis ginjal.
5. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring keluar oleh ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali oleh ginjal.
Peringatan Sebelum Menggunakan Diuretik:
- Jangan menggunakan diuretik jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat ini atau obat golongan sulfonamida atau sulfa, seperti kotrimoksazol.
- Beri tahu dokter tentang riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah Anda derita. Hal ini karena penggunaan diuretik perlu dilakukan secara hati-hati atau bahkan tidak disarankan jika Anda memiliki riwayat gangguan buang air kecil, dehidrasi, diabetes, lupus, penyakit liver, penyakit asam urat, penyakit ginjal, atau gangguan irama jantung.
- Beri tahu dokter jika Anda menderita penyakit Addison. Hal ini karena diuretik hemat kalium tidak boleh diberikan pada penderita penyakit ini.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau obat herbal sebelum menggunakan diuretik. Terutama ketika menggunakan bismuth subsalicylate, aspirin, aminoglikosida, atau obat kemoterapi.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan sebelum menggunakan diuretik. Obat ini bukan merupakan pilihan untuk mengatasi hipertensi saat hamil.
- Diskusikan dengan dokter mengenai penggunaan obat diuretik pada anak-anak dan lansia agar dapat diberikan jenis obat dan dosis yang tepat.
- Bila terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan obat diuretik, segera hubungi dokter.
Efek Samping Diuretik
Efek samping yang bisa terjadi pada penggunaan diuretic bisa berbeda-beda. Hal ini tergantung pada jenis dan kondisi pasien. Beberapa efek samping yang sering muncul akibat penggunaan obat diuretik adalah:
- Pusing
- Sakit kepala
- Mulut kering
- Kram perut
- Kram otot
- Sembelit atau konstipasi
- Impotensi
- Telinga berdenging (tinnitus)
- Turunnya tekanan darah (hipotensi)
- Ginekomastia
- Rasa lelah dan lemas yang berlebihan
- Peningkatan kadar asam urat dan gout
- Peningkatan kadar gula darah
- Peningkatan kadar kolesterol dalam darah
- Perubahan dan ketidakseimbangan elektrolit, termasuk kalium, natrium, klorida, atau magnesium
Selain itu, penggunaan obat diuretik juga bisa menyebabkan terjadinya reaksi alergi obat yang bisa ditandai dengan munculnya ruam kemerahan yang gatal, bengkak pada kelopak mata dan bibir, dan kesulitan bernapas.
Jenis, Merek Dagang, dan Dosis Diuretik
Obat diuretik akan diberikan oleh dokter. Dosis diuretik yang diberikan tergantung pada jenis dan bentuk obat, serta usia dan kondisi pasien.
1. Thiazide
Obat diuretik yang termasuk golongan thiazide adalah indapaminde, hydrochlorothiazide, dan chlorthalidone. Berikut adalah penjelasannya:
Indapamide
Bentuk sediaan: tablet
Merek dagang: Natrilix SR, Aldapres, dan Bioprexum plus
- Kondisi: pengobatan edema
Dewasa: 2,5 mg, sekali sehari. Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan menjadi 5 mg per hari setelah 1 minggu pengobatan. - Kondisi: pengobatan hipertensi
Dewasa: 1,25–2,5 mg, sekali sehari.
Chlorthalidone
Bentuk sediaan: tablet
Merek dagang: -
- Kondisi: pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung
Dewasa: dosis awal 25–50 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 100–200 mg per hari.
Dosis pemeliharaan 25–50 mg per hari.
- Kondisi: pengobatan hipertensi
Dewasa: dosis awal 12,5 atau 25 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 50 mg per hari jika diperlukan.
Anak-anak: dosis awal 0,5–1 mg/kgBB per 48 jam.
Dosis maksimal: 1,7 mg/kgBB per 48 jam.
- Kondisi: pengobatan diabetes insipidus
Dewasa: dosis awal 100 mg, 2 kali sehari.
Dosis pemeliharaan: 50 mg per hari
Anak-anak: dosis awal 0,5–1 mg/kgBB 48 jam sekali.
Dosis maksimal: 1,7 mg/kgBB per 48 jam.
Hydrochlorothiazide
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat hydrochlorothiazide.
2. Diuretik Loop
Obat diuretik yang termasuk golongan diuretik loop adalah bumetanide dan furosemide. Berikut adalah penjelasannya:
Bumetanide
Bentuk sediaan: tablet dan suntikan
Merek dagang: -
- Kondisi: pengobatan edema
Dewasa: 1 mg dosis tunggal. Jika diperlukan bisa diberikan tambahan dosis 1 mg setelah 6–8 jam.
Lansia: 0,5 mg perhari.
Furosemide
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat furosemide.
Torasemide
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat torasemide.
3. Diuretik hemat kalium
Obat diuretik yang termasuk golongan diuretik hemat kalium adalah amiloride, eplerenone, spironolactone, dan triamterene. Berikut adalah penjelasannya:
Amiloride
Bentuk sediaan: tablet
Merek dagang: Lorinide Mite
- Kondisi: pengobatan edema
Dewasa: dosis awal 5–10 mg per hari. Jika digunakan bersamaan dengan diuretik lain atau obat antihipertensi, dosis yang diberikan adalah 2,5 mg per hari. Dosis maksimal: 20 mg per hari.
Triamterene
Bentuk sediaan: tablet
Merek dagang: -
- Kondisi: pengobatan edema
Dewasa: 150–250 mg, 2 kali sehari setelah makan pagi dan siang.
Dosis maksimal: 300 mg per hari.
- Kondisi: pengobatan hipertensi
Dewasa: dosis awal 50 mg per hari jika digunakan bersamaan dengan obat diuretik lain.
Eplerenone
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat eplerenone.
Spironolactone
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat spironolactone.
4. Penghambat karbonat anhidrase
Diuretik yang termasuk jenis penghambat karbonat anhidrase adalah acetazolamide. Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat acetazolamide.
5. Diuretik osmotik
Diuretik yang termasuk jenis jenis diuretik osmotik adalah mannitol. Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman obat mannitol.
Terakhir diperbarui: 5 Juli 2020