Jenis drama tari yang disajikan dengan dialog yang dinyanyikan ditembangkan dikenal dengan istilah

Jenis-Jenis Drama Berdasarkan Wujud Pementasannya – Siapa yang tak mengenal drama? Salah satu seni ini sudah menjadi tontonan sejak zaman dahulu. Bahkan ada bukti tertulis bahwa pada abad ke-5 SM sudah ada pementasan drama. Drama sering juga disebut sebagai seni teater. Drama juga dapat diartikan sebagai sebuah pementasan dari sebuah cerita yang diperagakan oleh beberapa tokoh di atas panggung berdasarkan atas suatu naskah dan memuat amanat bagi para penikmatnya.

Terdapat beberapa jenis-jenis drama yang dikenal dalam seni drama. Pada kesempatan kali ini akan dipaparkan penjelasan mengenai jenis-jenis drama berdasarkan wujud pementasannya. Selamat menyimak.

Unsur-Unsur Drama

Dalam suatu drama, terdapat beberapa unsur yang penting dan harus dipenuhi. Unsur-unsur drama tersebut adalah:

  • Tema, merupakan ide pokok dalam cerita yang akan dipentaskan melalui drama
  • Alur, merupakan jalan cerita drama mulai dari awal mula, klimaks, hingga ke bagian akhir
  • Tokoh drama, terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu/figuran
  • Watak, merupakan perilaku atau sifat dari para pemain. Watak dibagi menjadi dua yaitu watak protagonis (berwatak  baik) dan watak antagonis (berwatak jahat)
  • Latar atau setting, merupakan gambaran tempat, waktu, dan situasi dalam cerita drama
  • Amanat, merupakan pesan yang ingin disampaikan melalui cerita drama.

Jenis-Jenis Drama

1. Tragedi

Jenis drama berdasarkan wujud pementasannya yang pertama adalah tragedi. Tragedi biasanya memuat cerita yang menyedihkan. Kisah menyedihkan dalam sebuah drama tragedi biasanya diceritakan terjadi pada tokoh dengan watak baik namun memiliki nasib yang buruk. Drama tragedi aslinya berasal dari Yunani Kuno dengan penulisnya yang terkenal yaitu Aiskhilos, Sofokles, dan juga Euripides. Contoh drama tragedi yang terkenal yaitu cerita tentang Romeo and Juliet.

2. Komedi

Berbeda dengan drama tragedi yang berisi cerita menyedihkan, drama komedi berisi cerita yang mengandung kelucuan. Terdapat beberapa jenis drama komedi, yaitu:

  • Komedi situasi, merupakan drama komedi yang terinspirasi dari situasi yang direncanakan. Contohnya Bajaj bajuri.
  • Komedi slapstic, merupakan drama komedi yang ditimbulkan dari korban kejahilan. Contohnya Warkop.
  • Komedi Satire, merupakan drama komedi yang mengandung sindiran dan hikmah di dalamnya. Contohnya Mrs. Doubtfire.

3. Tragekomedi

Jenis drama yang ketiga adalag gabungan antara drama tragedi dan drama komedi. Drama tragekomedi ini memadukan ciri khas drama tragedi dan drama komedi. Jenis drama ini sebenarnya ingin mengungkapkan sebuah peristiwa yang menyedihkan, akan tetapi ditampilkan dalam gaya yang lucu. Jenis drama ini sudah muncul sejak zaman Romawi Kuno. Biasanya drama tragekomedi berakhir dengan kebahagiaan walaupun di awalnya terjadi banyak bencana atau kesusahan.

Opera merupakan drama dengan menggabungkan pentasan musik di dalamnya. dalam opera juga biasanya menyajikan pemandangan, pakaian, dan akting. Ciri khas pementasan opera adalah kata-kata dalam naskah tidak diucapkan melainkan dinyanyikan dengan suara tinggi. Opera adalah seni teater asli Italia, dan sebenarnya lebih contdong ke arah seni musik. Berdasarkan temanya, opera dibedakan menjadi opera seria, opera buffa, dan opera comic. Opera seria adalah opera yang serius dan populer di Eropa sekitar tahun 1720 – 1770, opera buffa adalah opera yang berisi cerita komedi, dan opera comic adalah opera dengan cerita dramatis yang berakhir bahagia.

5. Melodrama

Melodrama tidak jauh berbeda dengan opera. Dalam melodrama, percakapan terjadi dengan iringan musik atau melodi. Ciri khas dari melodrama adalah ceritanya yang sangat dramatis namun berakhir bahagia. Situasi yang ditampilkan dalam melodrama sangat sensasional dan alur ceritanya pun dirancang untuk mempermainkan perasaan pemirsa. Tokoh yang ditekankan dalam melodrama biasanya berwatak tunggal. Tokoh yang berwatak jahat digambarkan sebagai orang yang selalu berbuat kejahatan, sedangkan tokoh baik digambarkan sebagai orang yang sempurna tanpa kesalahan. Salah satu melodrama terkenal adalah Pygmalion karya Rousseau.

6. Farce

Farce dikenal juga dengan nama banyolan. Seni peran ini bertemakan lawakan yang menyindir. Akan tetapi masih ada unsur dramatis di dalamnya. Cerita yang disajikan dalam drama farce pun cukup ringan. Istilah farce untuk jenis drama ini pertama kali digunakan pada abad ke-14 yang berasal dari kata “farsir” (bahasa Prancis) dan kata “farcire” (bahasa Latin).

7. Tablo

Drama tablo adalah drama yang mengutamakan gerak dalam pementasannya. Dialog drama dipentaskan melalui gerakan tanpa percakapan. Tablo dikenal juga dengan istilah “tableau vivant” (dalam bahasa Prancis) yang berarti gambar hidup. Istilah ini sesuai dengan pementasannya dimana aktor berperan dengan melakukan pose tertentu. Adegan dalam tablo pada mulanya dipakai untuk memerankan adegan oleh para model lukis. Para pelukis atau pematung membuat karya seni mereka sesuai dengan pose para modelnya yang dituntut untuk lebih ekspresif. Drama tablo sendiri identik dengan peringatan Natal. Selama Natal, biasanya akan dipentaskan drama tablo yang menceritakan kisah kelahiran Yesus.

Jenis drama berdasarkan wujud pementasan yang selanjutnya adalah sendratari. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sendratari berarti drama atau cerita yang disajikan dalam bentuk tarian tanpa adanya dialog dan diiringi oleh musik berupa gamelan. Sendratari merupakan gabungan antara seni tari dan seni drama. Walaupun dialog disajikan dalam bentuk tarian, akan tetapi biasanya tetap diselipkan narasi pendek untuk mencegah kebingungan para penonton.

Para pemain sendratari bukan hanya mereka yang jago bermain peran, akan tetapi berbakat dalam hal menari. Salah satu contoh sendratari yang terkenal yaitu sendratari Ramayana. Sendratari Ramayana adalah sebuah drama atau pertunjukan yang mengangkat cerita/kisah Ramayana. Kisah Ramayana menceritakan perjuangan Rama dalam menyelamatkan Sinta yang diculik oleh Rahwana. Pementasan sendratari Ramayana rutin dilakukan di panggung terbuka Candi Prambanan, Yogyakarta. Berbeda dengan pementasan sendratari di Yogyakarta, sendratari di Bali biasanya menggelar pertunjukan yang bersifat kolosal. Cerita yang diangkat dalam pertunjukan sendratari di Bali biasanya merupakan sejarah para raja, budaya, atau cerita rakyat yang terkenal di Bali.

Sekian pembahasan mengenai jenis-jenis drama berdasarkan wujud pementasannya. Semoga artikel kali ini dapat dapat menambah wawasan Anda mengenai drama. Terima kasih.

Sendratari merupakan pertunjukan panggung teatrikal yang sebenarnya hampir sama dengan wayang orang (wayang wong), dimana hampir tidak ada dialog verbal antar penari yang dilakukan secara langsung. Biasanya pengantar dan jalan cerita ditembangkan oleh seorang dalang. Pertunjukan sendratari diiringi musik tradisional dan melibatkan hingga ratusan pemain yang mengenakan kostum sesuai dengan karakter masing-masing tokoh.

Cikal bakal sendratari sebenarnya adalah drama tari yang justru ada dialognya. Dramatari merupakan penggabungan seni drama dan seni tari yang dalam penyajiannya menggunakan plot atau alur cerita, tema, serta dibawakan secara berkelompok. Dalam dramatari ada yang pemerannya mengenakan topeng dengan penyampaian dialog secara langsung, misal wayang wong Bali dan wayang topeng Jawa. Ada juga drama tari yang pemainnya mengenakan topeng tetapi dialognya dibawakan oleh seorang dalang, misal topeng dalang Cirebon, wayang topeng Malang, dan topeng dalang Madura. Drama tari juga ada yang dibawakan tanpa mengenakan topeng dan semua pemeran menyampaikan sendiri dialognya, misal gambuh Bali, parwa Bali, wayang wong Jawa, dan wayang wong Priangan. Bahkan ada dramatari yang dialognya disampaikan sendiri oleh pemerannya dalam bentuk nyanyian, misalnya arja Bali, langendriya Jawa gaya Yogyakarta, langendriyan Jawa Mangkunegaran, dan langen mandra wanara Jawa gaya Yogyakarta. Pada  perkembangannya, dramatari dikemas tanpa dialog verbal untuk memenuhi kebutuhan pariwisata yang kemudian dikenal sebagai sendratari.

Sendratari di Indonesia mulai dikembangkan tahun 1961 ketika Gusti Pangeran Haria Djatikusuma, yang merupakan putra dari Susuhunan Pakubuwono X, sebagai ketua pariwisata menggandeng Dr. Soeharso memimpin sebuah tim untuk merencanakan teater besar atau kolosal, yang diadakan di depan Candi Prambanan atau Roro Jonggrang di Jawa Tengah. Pemerintah kemudian membentuk sebuah komite khusus yang menugaskan seniman Yogyakarta dan Surakarta untuk membuat gaya tari yang merupakan perpaduan antara seni, drama dan tari. Penciptaan sendratari tersebut melibatkan koreografer Raden Tumenggung Kusumakesawa, pemain gamelan dan komposer adalah Raden Tumenggung Wasitodipura dari Yogyakarta, dan pelukis-desainer Kusnadi. Lebih dari 500 penari direkrut dari Yogyakarta, Surakarta, dan Prambanan untuk tampil dalam pertunjukan tersebut. Gaya tari Yogyakarta dan Surakarta di padukan, serta dibuat gerakan-gerakan baru untuk menyesuaikan latar dan penonton. Ternyata penonton dapat menikmati pertunjukan sendratari yang dibawakan dalam bentuk visualisasi gerak dengan iringan musik tradisional. Setelah pertunjukan kolosal sendratari Ramayana di Prambanan, yang diprakarsai oleh Departemen Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata (PDPT) tahun 1961 itu mendapat respon positif, sendratari di Indonesia khususnya Jawa dan Bali semakin berkembang.

Ketika Sendratari disajikan sebagai tontonan masal di atas panggung besar, bahasa  gerak dinilai kurang menyentuh penonton. Para seniman menganggap perlu adanya narasi verbal dari seorang dalang, sehingga penonton dapat memahami dengan baik kisah yang dibawakan dalam sebuah pertunjukan sendratari. Di tahun 1980-an peranan dalang menjadi semakin dominan dan menentukan. Sejak saat itu pertunjukan sendratari kualitasnya tidak lagi ditentukan oleh tariannya semata, tetapi juga kualitas dalang yang berandil besar. Para penari dalam sebuah kelompok sendratari harus lebih banyak belajar akting bahasa tubuh dan gerakan-gerakan, agar dapat memperagakan narasi verbal sang dalang dengan baik. Dalang harus dapat menjadi penyebab seorang pelakon memutuskan untuk bergerak atau tidak bergerak, mengangkat atau menurunkan tangannya, menangis ataupun tertawa sebagaimana yang dimainkan wayang-wayang dalam kelir. Pada akhirnya sajian sendratari tidak  jauh berbeda dengan seperti wayang wong (wayang orang) atau orang yang diwayangkan.

Saat ini sendratari sudah menggunakan banyak set dekorasi dengan berbagai trik yang kreatif. Daya tarik sebuah sendratari tidak lagi terletak pada tarian, dalangnya, ataupun narasi saja, melainkan juga pada permainan properti, set dekorasi, dan unsur-unsur lainnya. Penggunaan layar-layar lebar, figur-figur binatang (dalam bentuk barong), penggunaan asap, nyala api, termasuk kembang api, dan letusan mercon, tidak lagi menjadi sesuatu yang asing dalam pertunjukan sendratari masa kini. Bentuknya memang menjadi jauh berbeda dengan sendratari di awal kemunculannya, dimana masing-masing penonton bisa berimajinasi untuk setiap gerakan tari yang ditampilkan. Namun sendratari yang tidak mengikuti perkembangan kemajuan teknologi juga akan sepi penonton. Di era kekinian kebanyakan penonton tidak menginginkan tampilan yang sudah pernah dilihatnya diulang-ulang kembali, tetapi suguhan baru sendratari yang mungkin sudah pernah dilihatnya namun dalam kemasan berbeda.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA