Jelaskan yang dimaksud dengan pengawetan makanan secara biokimia dan berikan contohnya

                Apa saja cara pengawetan yang kamu ketahui? – Pengawetan merupakan salah satu cara yang digunakan agar makanan tetap awet dan memiliki daya simpan lebih lama, serta mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.

                Pada umumnya, ada dua cara dalam mengawetkan makanan, yaitu secara fisik serta biologi dan secara kimia:

Pengawetan makanan secara fisik merupakan paling bervariasi jenisnya, diantaranya:

a. Pemanasan

Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, tapi tidak efektif untuk bahan yang mengandung gugus fungsional, seperti vitamin dan protein. Contoh: pembuatan terasi dan roti.

b. Pendinginan

Dilakukan dengan cara memasukkan makanan ke dalam lemari es atau kotak es. Contoh: susu dan daging.

c. Pembekuan

Pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku air.

d. Pengasapan

Teknik ini merupakan perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan. Contoh: biji jagung, ikan asap. Pengasapan dibagi menjadi dua yaitu pengasapan panas (hot smoking) suhu 65OC-100oC dengan waktu berjam-jam dengan hasil yang bisa langsung dikonsumsi; dan pengasapan dingin (cold smoking) suhu 50oC dengan waktu berminggu-minggu dengan hasil yang harus diolah kembali jika ingin mengonsumsinya.

e. Pengalengan

Cara ini menggabungkan teknik kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng). teknik kimia karena biasanya diperlukan sejumlah zat pengawet yang harus dicampurkan ke dalam makanan dan teknik fisika karena makanan tersebut nanti akan dimasukkan ke dalam kaleng kedap udara. Zat pengawet yang digunakan biasanya mengandung garam, asam, atau gula dan disimpan ke dalam kaleng aluminium. Contoh: sayur, ikan, buah, susu, kopi, teh, dsb.

f. Pembuatan acar

Sering dilakukan pada sayur dan buah. Bakteri akan mati jika terendam dalam larutan asam cuka 4-8%. Untuk memperbaiki rasa dari pengawetan teknik ini, biasanya diberi garam, gula, dan bumbu lain. Jenis cuka yang biasa digunakan yaitu cuka beras (rice vinegar), cuka apel (cider vinegar), cuka anggur merah (red wine vinegar), cuka balsam (balsamic vinegar).

g. Pengentalan

Dilakukan untuk mengawetkan bahan cair.

Baca juga: Macam dan Fungsi Zat-zat Aditif pada Makanan

h. Pengeringan

Teknik ini dilakukan untuk mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya dlakukan pada bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat. Cara pengeringan dilakukan dengan menjemur atau memanaskan makanan.

i. Pembuatan tepung

Teknik ini banyak diterapkan pada bahan karbohidrat.

j. Irradiasi

Teknik ini digunakan untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia.

Pengawetan makanan secara biokimia secara umum dengan tambahan senyawa pengawet, yaitu:

a. Penambahan enzim, seperti papain dan bromelin.

b. Penambahan bahan kimia, seperti asam sitrat, garam, dan gula.

c. Pengasinan

Teknik mengawetkan makanan yang lebih umum sebelum adanya pendinginan modern. Pengasinan menjaga makanan dengan menarik air keluar dari makanan, mencegah bakteri tumbuh dan merusak makanan. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan. Contoh: daging, telur, ikan, dan buah-buahan.

Alasan mengapa garam? Karena garam mengeluarkan kelembapan dari makanan. Makanan cenderung rusak karena kelembapan yang menyebabkan mikroorganisme merusak makanan. ketika daging terpapar garam dalam jumlah tepat, sekitar 20% salinitas, garam mulai menarik uap air dari sel, tidak hanya pada makanan, tetapi juga bakteri yang ada dalam makanan.

d. Pemanisan

Merupakan teknik pengawetan yang mirip dengan pengasinan. Makanan dikeringkan dan dikemas dengan gula. Gula bisa berupa kristal dalam bentuk meja atau gula mentah, atau berupa cairan dengan kepadatan gula tinggi seperti madu, sirup, atau molase.

Caranya, memasukkan makanan ke dalam zat mengandung gula dengan kadar konsentrasi 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Apabila kadar konsentrasinya dinaikkan jadi 70%, maka dapat mencegah terjadinya kerusakan makanan. Contoh: susu, manisan buah, agar-agar, dsb.

Gula juga digunakan dalam teknik pengalengan dan pembekuan buah-buahan untuk meningkatkan rasa, tekstur, dan mempertahankan warna dan bentuk alami.

e. Pemberian bahan pengawet

Biasanya pada bahan cair atau yang mengandung minyak.

Bahan pengawet makanan ada yang bersifat racun dan karsiogenik.

Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya yaitu garam pada ikan asin dan telur asin, dan sirup karena larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikrob.

Kalsium propionat atau natrium proprionat untuk menghambat pertumbuhan kapang.

Asam sorbat untuk menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup, dan buah kering.

Baca juga: Kenali Bahan Pewarna yang Dipakai dalam Makanan dan Minuman

Pada umumnya, prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu:

  • Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan.
  • Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan, termasuk serangan hama.
  • Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan dalam pengawetan juga diharapkan dapat mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikrob.

Dari beberapa teknik pengawetan di atas, mana yang belum kamu ketahui sebelumnya? Semoga artikel Indonesian Chef Association  bermanfaat.

Referensi:

Kompasiana, Liputan6

Lihat Foto

freepik

Pengalengan, contoh teknik pengawetan fisika

KOMPAS.com - Secara umum, pangan adalah bahan yang mudah rusak atau perishable foods. Hal ini disebabkan tingginya kadar ari di dalam bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan teknik pengawetan makanan.

Tujuan pengawetan makanan

Dilansir dari BPPSDMK Kementerian Kesehatan, berikut adalah tujuan dari pengawetan makanan:

  1. Mencegah terjadinya kerusakan makanan
  2. Mempertahankan mutu
  3. Memperpanjang umur simpan
  4. Menghindari keracunan
  5. Mempermudah penanganan, penyimpanan, dan pengangkutan

Teknik pengawetan makanan

Ada tiga macam teknik pengawetan makanan, yaitu pengawetan fisika, biologi, dan kimiawi.

1. Teknik pengawetan fisika

Teknik pengawetan fisika adalah teknik yang menggunakan intervensi secara fisik. Yang tergolong ke dalam pengawetan fisika adalah pendinginan, pemanasan, pembekuan, pengasapan, pengeringan, iradiasi, dan pembuatan tepung.

Contoh pengawetan fisika antara lain, memasak rendang hingga kering, menyimpan makanan di kulkas dan freezer, menjemur cabai hingga kering, dan mengasapi ikan hingga kering.

Baca juga: Bagaimana Cara Kerja Freezer Kulkas Membekukan Makanan?

2. Teknik pengawetan biologi

Pengawetan biologi adalah teknik yang menambahkan mikroorganisme untuk membantu makanan lebih awet. Pengawetan secara biologi terdiri dari tiga jenis, yaitu fermentasi bakteri, peragian, dan fermentasi enzim.

Fermentasi bakteri contohnya pada pembuatan olahan susu, seperti keju dan yoghurt. Sedangkan peragian atau menggunakan jamur umum digunakan pada pembuatan tapai dan tempe.

Teknik yang digunakan dalam pengolahan cokelat adalah fermentasi biji kakao yang melibatkan bakteri dan jamur.

3. Teknik pengawetan kimiawi

Teknik pengawetan kimiawi adalah dengan cara menambahkan beberapa zat kimiawi, contohnya gula, garam, dan zat sintetis. Yang termasuk teknik pengawetan kimiawi, antara lain pengasinan dan pengawetan.

Sedangkan bahan sintetis yang biasa ditambahkan untuk pengawetan kimiawi antara lain asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, kalium benzoat, dan kalsium sorbat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Pengawetan makanan adalah metode yang digunakan untuk menciptakan makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.[1]

Dalam mengawetkan makanan harus diamati jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, metode pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.[1] Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa sekarang berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.[1]

Tujuan

Semenjak manusia dapat berbudidaya tanaman dan binatang, hasil produksi panen menjadi berlimpah.[1] Namun bahan-bahan tersebut benar yang cepat busuk, makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya sebab oksidasi atau benturan.[1] Contohnya lemak menjadi tengik sebab merasakan reaksi oksidasi radikal bebas sama sekali. Untuk menangani hal tersebut, manusia memainkan pengawetan pangan[1], sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun dengan ketentuan yang tidak boleh dilampaui kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan.[1] Selain itu, pengawetan makanan juga dapat menciptakan bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti racun alami dsb-nya dinetralkan atau disingkirkan dari bahan makanan.[1]

Metode

pendinginan di lemari pendingin merupakan salah satu metode untuk mengawetkan makanan

Metode pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan[1]. Secara garis akbar benar dua metode dalam mengawetkan makanan, adalah fisik serta biologi dan kimia.[2]

Fisik

Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang sangat bervariasi jenisnya, contohnya adalah[3]:

  • pemanasan. Teknik ini dipertontonkan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang berisi gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
  • pendinginan. Dipertontonkan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan susu.
  • pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku cairan.
  • pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
  • pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
  • pembuatan acar. Sering dipertontonkan pada sayur ataupun buah.
  • pengentalan dapat dipertontonkan untuk mengawetkan bahan cair
  • pengeringan, mencegah pembusukan makanan dampak mikroorganisme, biasanya dipertontonkan untuk bahan padat yang berisi protein dan karbohidrat
  • pembuatan tepung. Teknik ini sangat jumlah diterapkan pada bahan karbohidrat
  • Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia[4]

Biokimia

Pengawetan makanan secara biokimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa pengawet, seperti[2]:

  • penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
  • penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
  • pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
  • pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
  • pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau berisi minyak. Bahan pengawet makanan benar yang bersifat racun dan karsinogenik.[3] Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup sebab larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.[3] Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering.[3]

Prinsip

Prinsip pengawetan pangan benar tiga, adalah[5]:

  • Mencegah atau memperlambat laju ronde dekomposisi (autolisis) bahan pangan
  • Mencegah kerusakan yang dikarenakan oleh faktor bidang yang terkait termasuk serangan hama
  • Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu keadaan optimal pertumbuhan mikroba.[2] Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang sangat rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya.[2] Sebab itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik.[2] Metode yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial adalah[5]:
  1. mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
  2. mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan ronde filtrasi
  3. menghambat pertumbuhan dan aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan keadaan anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
  4. membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.

Lihat pula

Pustaka


edunitas.com

Page 2

Pengawetan makanan adalah metode yang digunakan untuk menciptakan makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.[1]

Dalam mengawetkan makanan harus diamati jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, metode pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.[1] Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.[1]

Tujuan

Semenjak manusia dapat berbudidaya tanaman dan hewan, hasil produksi panen menjadi berlimpah.[1] Namun bahan-bahan tersebut benar yang cepat busuk, makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya sebab oksidasi atau benturan.[1] Contohnya lemak menjadi tengik sebab merasakan reaksi oksidasi radikal bebas sama sekali. Untuk menangani hal tersebut, manusia memainkan pengawetan pangan[1], sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun dengan ketentuan yang tidak boleh dilampaui kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan.[1] Selain itu, pengawetan makanan juga dapat menciptakan bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti racun alami dsb-nya dinetralkan atau disingkirkan dari bahan makanan.[1]

Metode

pendinginan di lemari pendingin merupakan salah satu metode untuk mengawetkan makanan

Metode pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan[1]. Secara garis akbar benar dua metode dalam mengawetkan makanan, adalah fisik serta biologi dan kimia.[2]

Fisik

Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang sangat bervariasi jenisnya, contohnya adalah[3]:

  • pemanasan. Teknik ini dipertontonkan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang berisi gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
  • pendinginan. Dipertontonkan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan susu.
  • pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku cairan.
  • pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
  • pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
  • pembuatan acar. Sering dipertontonkan pada sayur ataupun buah.
  • pengentalan dapat dipertontonkan untuk mengawetkan bahan cair
  • pengeringan, mencegah pembusukan makanan dampak mikroorganisme, biasanya dipertontonkan untuk bahan padat yang berisi protein dan karbohidrat
  • pembuatan tepung. Teknik ini sangat jumlah diterapkan pada bahan karbohidrat
  • Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia[4]

Biokimia

Pengawetan makanan secara biokimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa pengawet, seperti[2]:

  • penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
  • penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
  • pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
  • pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
  • pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau berisi minyak. Bahan pengawet makanan benar yang bersifat racun dan karsinogenik.[3] Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup sebab larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.[3] Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering.[3]

Prinsip

Prinsip pengawetan pangan benar tiga, adalah[5]:

  • Mencegah atau memperlambat laju ronde dekomposisi (autolisis) bahan pangan
  • Mencegah kerusakan yang dikarenakan oleh faktor bidang yang terkait termasuk serangan hama
  • Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu keadaan optimal pertumbuhan mikroba.[2] Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang sangat rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya.[2] Sebab itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik.[2] Metode yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial adalah[5]:
  1. mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
  2. mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan ronde filtrasi
  3. menghambat pertumbuhan dan aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan keadaan anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
  4. membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.

Lihat pula

Pustaka


edunitas.com

Page 3

Pengawetan makanan adalah metode yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.[1]

Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, metode pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.[1] Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.[1]

Tujuan

Sejak manusia dapat berbudidaya tanaman dan hewan, hasil produksi panen menjadi berlimpah.[1] Namun bahan-bahan tersebut benar yang cepat busuk, makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya sebab oksidasi atau benturan.[1] Contohnya lemak menjadi tengik sebab merasakan reaksi oksidasi radikal bebas sama sekali. Untuk menangani hal tersebut, manusia memainkan pengawetan pangan[1], sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun dengan ketentuan yang tidak boleh dilampaui kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan.[1] Selain itu, pengawetan makanan juga dapat membuat bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti racun alami dsb-nya dinetralkan atau disingkirkan dari bahan makanan.[1]

Metode

pendinginan di lemari pendingin merupakan salah satu metode untuk mengawetkan makanan

Metode pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan[1]. Secara garis akbar benar dua metode dalam mengawetkan makanan, yaitu fisik serta biologi dan kimia.[2]

Fisik

Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang sangat bervariasi jenisnya, contohnya adalah[3]:

  • pemanasan. Teknik ini dipertontonkan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang berisi gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
  • pendinginan. Dipertontonkan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan susu.
  • pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku cairan.
  • pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
  • pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
  • pembuatan acar. Sering dipertontonkan pada sayur ataupun buah.
  • pengentalan dapat dipertontonkan untuk mengawetkan bahan cair
  • pengeringan, mencegah pembusukan makanan dampak mikroorganisme, biasanya dipertontonkan untuk bahan padat yang berisi protein dan karbohidrat
  • pembuatan tepung. Teknik ini sangat jumlah diterapkan pada bahan karbohidrat
  • Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia[4]

Biokimia

Pengawetan makanan secara biokimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa pengawet, seperti[2]:

  • penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
  • penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
  • pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
  • pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
  • pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau berisi minyak. Bahan pengawet makanan benar yang bersifat racun dan karsinogenik.[3] Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup sebab larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.[3] Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering.[3]

Prinsip

Prinsip pengawetan pangan benar tiga, yaitu[5]:

  • Mencegah atau memperlambat laju ronde dekomposisi (autolisis) bahan pangan
  • Mencegah kerusakan yang dikarenakan oleh faktor anggota yang terkait termasuk serangan hama
  • Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu keadaan optimal pertumbuhan mikroba.[2] Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang sangat rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya.[2] Sebab itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik.[2] Metode yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial adalah[5]:
  1. mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
  2. mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan ronde filtrasi
  3. menghambat pertumbuhan dan aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan keadaan anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
  4. membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.

Lihat pula

Pustaka


edunitas.com

Page 4

Pengawetan makanan adalah metode yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.[1]

Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, metode pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.[1] Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.[1]

Tujuan

Sejak manusia dapat berbudidaya tanaman dan hewan, hasil produksi panen menjadi berlimpah.[1] Namun bahan-bahan tersebut benar yang cepat busuk, makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya sebab oksidasi atau benturan.[1] Contohnya lemak menjadi tengik sebab merasakan reaksi oksidasi radikal bebas sama sekali. Untuk menangani hal tersebut, manusia memainkan pengawetan pangan[1], sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun dengan ketentuan yang tidak boleh dilampaui kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan.[1] Selain itu, pengawetan makanan juga dapat membuat bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti racun alami dsb-nya dinetralkan atau disingkirkan dari bahan makanan.[1]

Metode

pendinginan di lemari pendingin merupakan salah satu metode untuk mengawetkan makanan

Metode pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan[1]. Secara garis akbar benar dua metode dalam mengawetkan makanan, yaitu fisik serta biologi dan kimia.[2]

Fisik

Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang sangat bervariasi jenisnya, contohnya adalah[3]:

  • pemanasan. Teknik ini dipertontonkan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang berisi gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
  • pendinginan. Dipertontonkan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan susu.
  • pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku cairan.
  • pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
  • pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
  • pembuatan acar. Sering dipertontonkan pada sayur ataupun buah.
  • pengentalan dapat dipertontonkan untuk mengawetkan bahan cair
  • pengeringan, mencegah pembusukan makanan dampak mikroorganisme, biasanya dipertontonkan untuk bahan padat yang berisi protein dan karbohidrat
  • pembuatan tepung. Teknik ini sangat jumlah diterapkan pada bahan karbohidrat
  • Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia[4]

Biokimia

Pengawetan makanan secara biokimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa pengawet, seperti[2]:

  • penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
  • penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
  • pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
  • pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
  • pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau berisi minyak. Bahan pengawet makanan benar yang bersifat racun dan karsinogenik.[3] Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup sebab larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.[3] Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering.[3]

Prinsip

Prinsip pengawetan pangan benar tiga, yaitu[5]:

  • Mencegah atau memperlambat laju ronde dekomposisi (autolisis) bahan pangan
  • Mencegah kerusakan yang dikarenakan oleh faktor anggota yang terkait termasuk serangan hama
  • Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu keadaan optimal pertumbuhan mikroba.[2] Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang sangat rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya.[2] Sebab itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik.[2] Metode yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial adalah[5]:
  1. mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
  2. mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan ronde filtrasi
  3. menghambat pertumbuhan dan aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan keadaan anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
  4. membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.

Lihat pula

Pustaka


edunitas.com

Page 5

Pengawetan makanan adalah metode yang digunakan untuk menciptakan makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.[1]

Dalam mengawetkan makanan harus diamati jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, metode pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.[1] Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.[1]

Tujuan

Semenjak manusia dapat berbudidaya tanaman dan hewan, hasil produksi panen menjadi berlimpah.[1] Namun bahan-bahan tersebut benar yang cepat busuk, makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya sebab oksidasi atau benturan.[1] Contohnya lemak menjadi tengik sebab merasakan reaksi oksidasi radikal bebas sama sekali. Untuk menangani hal tersebut, manusia memainkan pengawetan pangan[1], sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun dengan ketentuan yang tidak boleh dilampaui kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan.[1] Selain itu, pengawetan makanan juga dapat menciptakan bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti racun alami dsb-nya dinetralkan atau disingkirkan dari bahan makanan.[1]

Metode

pendinginan di lemari pendingin merupakan salah satu metode untuk mengawetkan makanan

Metode pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan[1]. Secara garis akbar benar dua metode dalam mengawetkan makanan, adalah fisik serta biologi dan kimia.[2]

Fisik

Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang sangat bervariasi jenisnya, contohnya adalah[3]:

  • pemanasan. Teknik ini dipertontonkan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang berisi gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
  • pendinginan. Dipertontonkan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan susu.
  • pembekuan, pengawetan makanan dengan menurunkan temperaturnya hingga di bawah titik beku cairan.
  • pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
  • pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
  • pembuatan acar. Sering dipertontonkan pada sayur ataupun buah.
  • pengentalan dapat dipertontonkan untuk mengawetkan bahan cair
  • pengeringan, mencegah pembusukan makanan dampak mikroorganisme, biasanya dipertontonkan untuk bahan padat yang berisi protein dan karbohidrat
  • pembuatan tepung. Teknik ini sangat jumlah diterapkan pada bahan karbohidrat
  • Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia[4]

Biokimia

Pengawetan makanan secara biokimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa pengawet, seperti[2]:

  • penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
  • penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
  • pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
  • pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
  • pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau berisi minyak. Bahan pengawet makanan benar yang bersifat racun dan karsinogenik.[3] Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup sebab larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.[3] Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering.[3]

Prinsip

Prinsip pengawetan pangan benar tiga, adalah[5]:

  • Mencegah atau memperlambat laju ronde dekomposisi (autolisis) bahan pangan
  • Mencegah kerusakan yang dikarenakan oleh faktor bidang yang terkait termasuk serangan hama
  • Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu keadaan optimal pertumbuhan mikroba.[2] Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang sangat rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya.[2] Sebab itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik.[2] Metode yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial adalah[5]:
  1. mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
  2. mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan ronde filtrasi
  3. menghambat pertumbuhan dan aktivitas yang dipekerjakan mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan keadaan anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
  4. membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.

Lihat pula

Pustaka


edunitas.com

Page 6

Tags (tagged): 2 Title of articles, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 5, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 7, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 8, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 9, 2006 FIFA World Cup Qualifying - Final Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2006 FIFA World Cup Qualifying - First round African Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying - First round of Asian Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying - Qualifying Zone North, Central America and the Caribbean, 2011 AFC Cup, 2011 Asian Cup, 2011 CONCACAF Gold Cup, 2011 Copa America squad, 2014 FIFA World Cup Qualifying - Second Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup Qualifying - Third Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup squads, 2014 Winter Olympics, 27 September, 270, 273 BC, 28

Page 7

Tags (tagged): 2 Title of articles, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 5, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 7, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 8, 2002 FIFA World Cup Qualifying - European Zone Group 9, 2006 FIFA World Cup Qualifying - Final Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2006 FIFA World Cup Qualifying - First round African Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying - First round of Asian Zone, 2006 FIFA World Cup Qualifying - Qualifying Zone North, Central America and the Caribbean, 2011 AFC Cup, 2011 Asian Cup, 2011 CONCACAF Gold Cup, 2011 Copa America squad, 2014 FIFA World Cup Qualifying - Second Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup Qualifying - Third Round Zone North, Central America and the Caribbean, 2014 FIFA World Cup squads, 2014 Winter Olympics, 27 September, 270, 273 BC, 28

Page 8

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir

Page 9

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir

Page 10

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script

Page 11

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script

Page 12

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans

Page 13

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans

Page 14

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217

Page 15

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217

Page 16

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto

Page 17

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto

Page 18

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai

Page 19

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai

Page 20

Tags (tagged): L Title of articles, La Romareda, La Romareda Stadium, La Rosaleda Stadium, La Spezia, Laureano Sanabria Ruiz, Lauren, Lauren Colthorpe, Lauren Etame Mayer, lesions, Lesley de Sa, lesmo, Lesotho, List of counties and cities in Central Java, List of counties and cities in Central Kalimantan, List of counties and cities in Central Sulawesi, List of counties and cities in East Java, List of Indonesian leaders, List of Indonesian legendary football player, List of Indonesian local clothing, List of Indonesian minister

Page 21

Tags (tagged): L Title of articles, La Romareda, La Romareda Stadium, La Rosaleda Stadium, La Spezia, Laureano Sanabria Ruiz, Lauren, Lauren Colthorpe, Lauren Etame Mayer, lesions, Lesley de Sa, lesmo, Lesotho, List of counties and cities in Central Java, List of counties and cities in Central Kalimantan, List of counties and cities in Central Sulawesi, List of counties and cities in East Java, List of Indonesian leaders, List of Indonesian legendary football player, List of Indonesian local clothing, List of Indonesian minister

Page 22

Tags (tagged): O Title of articles, Obu, Aichi- Obu, Aichi, Occidental Mindoro, Occimiano, Occitania, OIC, OIC Islamic University, Oier Olazabal, Oier Sanjurjo, Olympic Stadium Berlin, Olympic Stadium Fisht, Olympic Stadium San Marino, Olympic Stadium, Munich, Orchid, Orchidaceae, Orchids, North Gorontalo, Order of Carmelites, Oskemen, Oslo, Oslo Peace Agreement, Osman Chavez

Page 23

Tags (tagged): O Title of articles, Obu, Aichi- Obu, Aichi, Occidental Mindoro, Occimiano, Occitania, OIC, OIC Islamic University, Oier Olazabal, Oier Sanjurjo, Olympic Stadium Berlin, Olympic Stadium Fisht, Olympic Stadium San Marino, Olympic Stadium, Munich, Orchid, Orchidaceae, Orchids, North Gorontalo, Order of Carmelites, Oskemen, Oslo, Oslo Peace Agreement, Osman Chavez

Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) O, OB Shift 2, Oba Selatan, Tidore Kepulauan, Oba Tengah, Tidore Kepulauan, Oba Utara, Tidore, Oda Nobunaga, Odair Fortes, Odalengo Grande, Odalengo Piccolo, Oktaf, Oktaf Paskah, Oktal, Oktan, Olivia Dewi, Olivia Lubis Jensen, Olivia Newton John, Olivia Newton-John, Onozalukhu You, Moro O, Nias Barat, Onozalukhu, Lahewa, Nias Utara, Onozitoli Sawo, Sawo, Nias Utara, Onta

Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) O, OB Shift 2, Oba Selatan, Tidore Kepulauan, Oba Tengah, Tidore Kepulauan, Oba Utara, Tidore, Oda Nobunaga, Odair Fortes, Odalengo Grande, Odalengo Piccolo, Oktaf, Oktaf Paskah, Oktal, Oktan, Olivia Dewi, Olivia Lubis Jensen, Olivia Newton John, Olivia Newton-John, Onozalukhu You, Moro O, Nias Barat, Onozalukhu, Lahewa, Nias Utara, Onozitoli Sawo, Sawo, Nias Utara, Onta

Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA