Jelaskan dampak dari karunia roh kudus yaitu roh kebijaksanaan

Parokihmtbcicurug.com - Hari Raya Pentakosta dirayakan pada hari ke-50 setelah kebangkitan Kristus. Pada Hari Pentakosta Allah mencurahkan kembali Roh Kudus-Nya kepada umat beriman.

Dalam ajaran Gereja, kita mengenal ada 7 karunia Roh Kudus, yakni kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, rasa takut akan Allah, dan kesalehan (Yesaya 11:2-3).

Pertanyaannya adalah bagaimana kita terbantu untuk merefleksikan daya 7 karunia Roh Kudus agar kita mencapai surga? Tujuh karunia Roh Kudus membantu kita meneladani Yesus.

Salah satu sikap Yesus ialah sikap altruis dalam bentuk mencintai sampai terluka. Hendaknya 7 karunia Roh Kudus membimbing kita untuk mewujudkan cinta altruisme. 

(BACA JUGA:Santo Yosef: Impian Panggilan)

1. Karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord)

Ilustrasi (Sumber: rosarymeds.com)

Arti kata takut terkadang cenderung dikaitkan dengan subyek yang mengerikan dan memberikan efek yang mengkhawatirkan. Takut akan Allah tidak dipahami dengan konteks bahwa Allah adalah subyek yang mengerikan.

Pengertian takut akan Allah lebih menekankan rasa hormat karena kasih Allah. Seperti dua orang saling mencintai, di antara mereka memiliki ketakutan untuk tidak menyakiti karena perasaan cinta yang timbul di antara mereka memberi efek sikap menghormati, altruis dan penuh pegorbanan.

Takut akan Allah mengajak kita untuk semakin mencintai Allah. Manusia melakukan perintah-perintah Allah atas dasar cinta bukan atas ketakutan akah hukuman. Jika kita berada posisi takut akan hukuman maka kita belum mencintai Allah.

2. Karunia keperkasaan (fortitude)

Ilustrasi (Sumber: stgertrudes.org)

Karunia ini memberikan keberanian kepada manusia untuk melakukan kebenaran dan kebaikan seperti yang terangkum dalam ajaran Yesus yaitu kasih.

Pelaksanaan sepuluh perintah Allah membutuhkan sebuah keberanian yang timbul bukan karena mengandalkan kekuatan sendiri melainkan dari Allah. Keberaniaan demi kebenaran dan kebaikan muncul semata-mata dari Allah. 

3. Karunia kesalehan (piety)

Ilustrasi (Sumber: icpesg.wordpress.com)

Menjadi saleh berarti proses memurnikan diri dihadapan Allah. Proses menjadi saleh perlu kebajikan moral yang menekankan pada perilaku yang baik dan benar serta bantuan dari Allah.

Menjadi bermoral tidaklah cukup karena manusia perlu Allah agar ia masuk ke dalam pengertian Allah yaitu dengan membuka diri kepada kehendak Allah dengan cara memohon rahmat-Nya agar mampu berprilaku yang baik dan benar dalam hidup sehari-hari. 

4. Karunia nasihat (Counsel)

Ilustrasi (Sumber: catholicphilly.com)

Nasihat hadir untuk memberikan manusia petunjuk untuk sampai kepada Allah. Mazmur 32:8 mengatakan: “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.”Menerima nasihat berarti membiarkan diri Allah membimbing kita.

Kata “membiarkan” berarti sebuah kepasrahan diri yang total agar Allah yang bekerja dalam diri kita. Manusia mengalami proses transformasi hidup lewat karunia nasihat Allah.

(BACA JUGA:Gelar Rosario Bersama yang ke-3, Anggota KKMK Dapat Gelang Santo Yosef)

5. Karunia pengenalan (knowledge)

Ilustrasi (Sumber: rosarymeds.com)

Pengenalan akan Allah melibatkan seluruh perasaan diri manusia. Allah dipahami lewat perasaan-perasaan emosional kita. Hati menjadi alat untuk bisa mengerti Allah yang hadir dengan menyentuh perasaan-perasaan kita.

Mengenal dengan hanya sekedar mengetahui berbeda kualitasnya dengan mengenal dengan melibatkan perasaan. Dengan perasaan kita lebih tersentuh secara mendalam mengenai pengalaman akan Allah.

6. Karunia pengertian (understanding)

Ilustrasi (Sumber: christianity.com)

Dengan karunia ini, kita menggunakan pikiran kita untuk melihat pemahaman-pemahaman logis atas karya penyelamatan Allah. Ada kebenaran yang melibatkan pemahaman intelektual agar kita mengerti maksud Allah dalam diri kita.

Kebenaran intelektual ini hanya membantu agar kita bisa masuk ke dalam perasaan akan Allah. Seperti seorang mengerti bahwa air terjun adalah air yang mengalir dari ketinggian tertentu. Namun itu adalah perkaran intelektual dan akan berbeda ketika kita bermain air terjun.

Kita merasakan pengalaman dengan perasaan-perasaan yang lebih daripada sekedar memahami air terjun secara pengertian intelektual.

7. Karunia kebijaksanaan (wisdom)

Ilustrasi (sumber: gracechurch.community )

Kebijaksanaan membuat seseorang memahami tentang kebaikan yang benar dan memilih sarana yang tepat untuk mencapainya (KGK, 1835). Kebijaksanaan dalam pengertian filsafat mencakup kemampuan untuk berbuat secara benar, baik dan indah (menggunakan sarana yang tepat) untuk mencapai sebuah tujuan.

Kebijaksaan membawa manusia untuk berpikir secara obyektif, menyeluruh dan tenang.  Orang yang bijaksana akan lebih mengurangi pikiran subyektif, desakan-desakan atau tekanan dari luar untuk mencapai kebenaran.

Editor : Chatarina Erni
Sumber :
Penulis : RD Yosef Irianto Segu

Tags: hari raya pentakosta tujuh karunia roh kudus

Dalam teologi Kristen, karunia-karunia Roh Kudus dipahami sebagai hal-hal yang dimiliki oleh orang Kristen yang pertama kali didapatkan oleh para rasul. Karunia-karunia Roh Kudus ini lahir dalam dalam bentuk bahasa Roh. (Kisah Para Rasul 2:1-13)[1] Peristiwa ini menjadi titik awal terbentuknya gereja perdana.[1] Pada perkembangan berikutnya, karunia-karunia Roh Kudus itu berupa kemampuan untuk menafsirkan bahasa Roh, berkata-kata dengan hikmat, mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani, bernubuat, dll. (1 Korintus 12-14).[1]

Allah mencurahkan Roh Kudus ke atas para Rasul dan memberi mereka karunia-karunia rohani- Lukisan Ingeborg-Psalters tahun 1200 M

Anugerah dasar yang diberikan oleh Roh Kudus adalah kemerdekaan, hubungan yang baru dengan Allah melalui Yesus Kristus dan kasih.[2] Roh Kudus menciptakan kemerdekaan.[2] Dalam 2 Korintus 3:17b, dikatakan bahwa di mana Roh Allah ada, di sana ada kemerdekaan.[2] Prinsip dari Roh itu adalah menganugerahi kehidupan karena Roh membebaskan manusia dari perhambaan dosa, hukum dan kematian (Roma 8:2).[2] Roh juga menciptakan hubungan yang baru dengan Allah dan Yesus Kristus.[2] Melalui anugerah yang diberikan Roh itu, orang Kristen menerima status sebagai anak-anak Allah, sehingga orang-orang Kristen dapat memanggil Allah dengan sebutan Bapa.[2] Kasih yang ada pada orang-orang Kristen juga merupakan anugerah yang berasal dari Roh Allah itu.[2] Kasih Allah telah dicurahkan kepada orang-orang Kristen melalui Roh Kudus yang diberikan bagi mereka.[2]

Bagi Paulus karunia adalah suatu pemberian anugerah Allah untuk kepentingan umat-Nya.[3] Karunia bukan diberikan Allah untuk menambah gengsi seseorang.[4] Paulus ingin menekankan bahwa karunia apapun jenisnya, pemberinya adalah Roh yang sama.[4] Tekanan Paulus adalah pada Allah Sang Pemberi Karunia itu, bukan pada orang yang mendapatkan karunia itu ataupun jenis-jenis karunia itu.[4]

Sementara itu, di dalam beberapa surat Paulus, ditemukan juga istilah pneumatika. Istilah ini berasal dari istilah pneuma yang berarti "roh".[5] Istilah ini berasal dari Bahasa Yunani.[5] pneumatika merujuk pada istilah "pemberian-pemberian rohani".[5] Dalam 1 Korintus 12-14, sebenarnya Paulus ingin mengatakan bahwa "pemberian-pemberian rohani" (pneumatika) harus dipahami dalam konteks anugerah yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang percaya.[5]

Menurut Paulus, karunia-karunia rohani ini bukanlah menjadi hak khusus sebagian pihak atau sekelompok kecil manusia saja.[6] Setiap orang Kristen pasti memiliki satu karunia rohani.[6] Di dalam 1 Korintus 12:1 dan Efesus 7:7 dikatakan bahwa karunia-karunia rohani ini diberikan kepada tiap-tiap orang.[6] Selain itu, di dalam Surat Roma, Korintus dan Efesus Paulus mengembangkan gagasan tentang gereja sebagai Tubuh Kristus.[6] Di dalam tubuh itu, setiap anggota memiliki satu fungsi yang berlainan dengan anggota lainnya.[6]

Paulus tidak memberikan informasi mengenai jenis-jenis karunia-karunia rohani secara sistematis.[7] Paulus menekankan keragaman dari karunia-karunia rohani dalam tubuh Kristus (Roma 12:6 dan 1 Korintus 12:4).[7] Keberagaman itu harus menemukan harmoninya dalam kesatuan tubuh Kristus untuk kepentingan bersama.[7] Berikut ini akan dipaparkan keragaman karunia rohani yang terdapat dalam Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:8-10, 28-30 dan Efesus 4:11:[7]

  • karunia untuk menjadi rasul (1 Korintus 12:28, dan Efesus 4:11)
  • karunia untuk bernubuat (Roma 12:6, 1 Korintus 12:10, 28, Efesus 4:11)
  • karunia untuk mengajar (Roma 12:7, 1 Korintus 12:28, Efesus 4:11 karunia mengajar dan pastoral)
  • karunia untuk memberitakan Injil (Efesus 4:11, bandingkan dengan 2 Timotius 4:5)
  • karunia untuk melayani (Roma 12:7)
  • karunia untuk membagi-bagikan sesuatu dan menunjukkan kemurahan (Roma 12:8)
  • karunia untuk memimpin (Roma 12:8 bandingkan dengan 1 Korintus 12:28)
  • karunia untuk mengusir setan (Roma 12:8)
  • karunia untuk berkata-kata dengan penuh kebijaksanaan (1 Korintus 12:8)
  • karunia untuk berkuasa (1 Korintus 12:10)
  • karunia untuk menyembuhkan (1 korintus 12:9)
  • karunia untuk berbahasa roh (1 Korintus 12:10,28)
  • karunia untuk menafsirkan bahasa roh (1 Korintus 12:10,28)
  • karunia untuk membedakan bermacam-macam roh (1 Korintus 12:10)

Cara Paulus menyebut karunia-karunia itu dengan urutan dan isi yang bervariasi menunjukkan Paulus memandang Roh bertindak dengan cara yang bebas dan beraneka ragam.[4] Menurut Paulus, tidak ada jenis karunia roh yang lebih berharga ataupun lebih penting daripada karunia lainnya.[4] Paulus juga tidak pernah memandang Roh sebagai pemberi karunia yang terbatas jumlahnya.[4] Karunia-karunia rohani yang diberikan Roh Kudus ini tidak bisa dihitung dan tidak ada yang lebih baik dari yang lainnya.[1]

Menurut Paulus, bila Roh memberi karunia, maka karunia itu berfungsi untuk kepentingan bersama.[4] Karunia-karunia itu harus digunakan untuk kesejahteraan dan kesatuan persekutuan itu.[4] Pandangan Paulus ini menampik pemikiran-pemikiran yang berkembang pada jemaat Korintus yang hanya menekankan kepemilikian karunia-karunia rohani untuk membanggakan diri.[4] Setiap anggota Gereja memiliki karunia dan kegunaannya masing-masing yang harus digunakan untuk saling memperlengkapi dan melayani.[4] Karunia-karunia yang beraneka ragam itu harus digunakan untuk membangun jemaat.[4] Menurut Paulus, salah satu bukti konkret dari karunia dari Roh itu adalah adanya pembangunan jemaat (Roma 12:2-5 dan 1 Korintus 12: 16, 1 Korintus 12:14).[4]

Melakukan pelayanan jemaat

Bagi Paulus karunia dengan pelayanan jemaat adalah sebuah bagian yang utuh dan tidak bisa dipisahkan.[1] Jemaat --yang memiliki karunia namun tidak menggunakan karunia tersebut untuk melayani-- telah menyangkal hakikat dari tujuan pemberian karunia rohani tersebut.[1] Dalam pemahaman Paulus, setiap jemaat adalah komunitas karismatik.[1] Semua karunia-karunia rohani itu diberikan untuk tujuan melakukan pelayanan jemaat.[1]

  1. ^ a b c d e f g h Schatzmann, Siegfried S. A Pauline Theology of Charismata. 1989. Massachusetts. Hendrickson Publisher. 1-2.
  2. ^ a b c d e f g h Schnelle, Udo. Apostle Paul His Life and Theology. 2003. Grand Rapids: Baker Academic. 490-491.
  3. ^ Baker, David L. Roh dan Kerohanian dalam Jemaat. 1991. Jakarta. BPK Gunung Mulia. 21.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru. 1995. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 201.
  5. ^ a b c d Dunn, James D. G. Jesus and The Spirit. 1975. Great Britain. SCM Press Ltd. 208.
  6. ^ a b c d e Stott, John R. W. Baptisan dan Kepenuhan. 1999. Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih. ISBN 979-9143-12-8, 133-138.
  7. ^ a b c d Ridderbos, Herman. Paul An Outline of His Theology. 1975. USA. Wiliam B. Eerdmans Publishing Company. 446-447.

  • Bagian Alkitab yang berkaitan: Roma 12, 1 Korintus 12, 1 Korintus 13, 1 Korintus 14.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karunia-karunia_Roh_Kudus&oldid=18747539"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA