Hadits tentang pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah

A. KHUTBAH RASULULLAH SAW. LIMA HARI MENJELANGWAFAT

Lima hari menjelang wafat, Rasulullah saw. berpidato menerangkan keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dibandingkan seluruh sahabat yang lainnya, ditambah lagi instruksi nabi dihadapan seluruh sahabat agar Abu Bakar ditunjuk menjadi imam kaum muslimin dalam shalat. Mungkin khutbah nabi ini merupakan pengganti dari keinginan beliau untuk menuliskan wasiat siapa yang menjadi penggantinya, dalam khutbah ini Rasulullah saw. mandi sebelumnya kemudian keluar untuk shalat bersama kaum muslimin dan kemudian menyampaikan khutbahnya.

Hal yang pertama kali disebutnya setelah memuji Allah, adalah peri-hal orang-orang yang terbunuh di perang Uhud, maka beliau berdoa dan memohon ampunan untuk mereka. Kemudian beiau berkata,

“Wahai kaum Muhajirin sesunggunya jumlah kalian semakin banyak, sementara Anshar tetap sebagaimana adanya, dan sesungguhnya mereka adalah ibarat rumah tempat kembaliku, oleh karena itu hormatilah orang-orang yang mulia di antara mereka, dan maafkanlah orang-orang yang berbuat kesalahan dari mereka. Kemudian beliau melanjutkan, “Wahai sekalian manusia sesungguhnya ada seorang hamba yang disuruh untuk memilih antara kekal di dunia atau memilih apaapa yang ada di sisi Allah, maka dia memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.“

Maka ketika itu hanya Abu Bakar yang faham dari sekian banyak para sahabat, dan beliau langsung menangis. Beliau berkata, “Tetapi kamilah yang menjadi tebusanmu wahai Rasulullah saw. dengan diri kami, anak-anak maupun harta kami,” maka Rasulullah saw. menjawab, “Sebentar wahai Abu Bakar! Lihatlah ke arah pintu-pintu rumah yang mengarah ke masjid, maka tutuplah kecuali pintu Abu Bakar, aku tidak pernah mengetahui ada seseorang yang begitu mulia berteman denganku selain Abu Bakar.”49 Imam Ahmad berkata, ” Amir menyampaikan kepada kami, ia berkata, Fulaih menyampaikan kepada kami dari Salim Abu Nadhr dari Bisr bin Sa’id dari Abu Sa’id, dia berkata,” Rasulullah saw. Pernah berpidato sembari berkata, ” Sesungguhnya Allah menyuruh seorang hamba memilih antara dunia dan apa-apa yang dijanjikanNya di sisiNya, namun hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah.”

Abu Sa’id berkata, “Seketika itu Abu Bakar menangis, dan kami heran kenapa beliau menangis, padahal Rasulullah saw. hanyalah menceritakan seorang hamba yang diberi pilihan. Namun akhirnya kami paham bahwa sebenarnya Rasulullah saw. tahu siapa hamba yang dimaksud tersebut, karena itu maka Abu Bakarlah yang paling alim di antara kami.”

Rasulullah saw. bersabda, “Andai saja aku dibolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan Islam dan kecintaan karenanya, maka jangan ada lagi rumah-rumah yang pintunya mengarah ke masjid dan hendaklah ditutup kecuali pintu Abu Bakar saja. “50

Dan Imam al-Bukhari juga meriwayatkan hadits ini dari jalan Abu Amir al- Aqadi dengan sanad yang sama.51 Imam al-Bukhari meriwayatkan dari jalur Abdurrahman bin Sulaiman bin Hanzalah bin al-Ghasil dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw. Suatu hari keluar dalam keadaan sakit yang membawanya wafat dengan mengikatkan kain di kepalanya yang ujungnya terjuntai di antara dua bahunya, beliau duduk di atas mimbar, kemudian menyebutkan khutbah tadi, di antara isinya wasiat agar berbuat baik terhadap kaum Anshar hingga akhirnya Ibnu Abbas berkata, “Itulah majelis dan khutbah terakhir Rasulullah saw.”52

B. PERINTAH RASULULLAH SAW. AGAR ABU BAKAR

MENJADI IMAM

Imam Ahmad berkata, Ya’qub menyampaikan kepada kami, ia berkata, ayahku menyampaikan kepadaku dari Ibnu Ishaq, dia berkata, Ibnu Syihab al- Zuhri berkata, telah berkata kepadaku Abdul Malik bin Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Haris Ibnu Hisyam dari bapaknya dari Abdullah bin Zam’ah bin al-Aswad bin al-Muththalib bin Asad, dia berkata, “Ketika Rasulullah saw. sakit53 aku berada di sisinya bersama beberapa orang dari kaum muslimin, kemudian Bilal mengumandangkan adzan, maka Rasulullah saw. bersabda, ” Perintahkan agar seseorang menjadi imam kaum muslimin.” Maka aku keluar, dan di sana aku bertemu Umar, sementara Abu Bakar ketika itu tidak kelihatan, maka aku katakan kepada Umar, “Bangkitlah wahai Umar dan majulah anda menjadi imam shalat, maka Umar berdiri dan mulai bertakbir, tatkala Rasulullah saw. mendengar suara Umar dan Umar terkenal dengan suaranya yang keras Rasulullah saw. berkata, Mana Abu Bakar? sesungguhnya Allah dan kaum muslimin tidak rela hal ini!”

Maka diutus orang untuk mencari Abu Bakar dan akhirnya beliau datang setelah Umar selesai melaksanakan shalat dan Abu Bakar kembali shalat mengimami manusia.

Abdullah bin Zam’ah berkata, “Umar berkata kepadaku, ‘Celakalah engkau hai Ibnu Zam’ah apa yang telah kau perbuat terhadapku? Demi Allah aku tidak mengira apa yang kau perintahkan tadi adalah perintah Rasulullah saw., kalau aku tahu niscaya aku tidak akan pernah berani menjadi imam shalat!’ Aku katakan, “Demi Allah aku tidak pernah diperintahkan Rasulullah saw. untuk nemilihmu, namun ketika kulihat Abu Bakar tidak ada maka engkulah kuanggap yang lebih berhak untuk menjadi imam kami dalam shalat.”54 Seperti inilah yang telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Ibnu Ishaq, dia rerkata, “Telah berkata kepadaku az-Zuhri55 dan Yunus meriwayatkannya dari Bukair dari Ibnu Ishaq dia berkata, telah berkata kepadaku Ya’qub bin Utbah dari Abu Bakar bin Abdurrahman dari Abdullah bin Zam’ah, kemu-dian dia menyebutkan hadits tersebut.56

Abu Dawud berkata, “Telah berkata kepada kami Ahmad bin Shalih dia berkata, Telah berkata kepada kami bin Abi Fudaik, dia berkata, telah berkata kepadaku Musa bin Ya’qub dari Abdurrahman Ibnu Ishaq dari bin Syihab dari Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bahwa Abdullah bin Zam’ah memberitahukannya tentang hadits ini, dia berkata, “Ketika Nabi mendengar suara Umar seketika Nabi keluar hingga mengeluarkan kepala beliau dari dalam kamarnya dan berkata, “Tidak… tidak… tidak hendaklah yang menjadi imam shalat Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar)!” Beliau mengucapkan hal itu sambil marah.57

Imam al-Bukhari berkata, “Kami diberitahukan oleh Umar bin Hafs, dia berkata, telah berkata kepada kami Ayahku, dia berkata, telah berkata kepada kami al-A’masy dari Ibrahim. al-Aswad berkata, “Ketika Rasulullah saw. Menderita penyakit yang membuatnya wafat, maka masuklah waktu shalat dan Bilal mulai mengumandangkan Adzan, kemudian Rasulullah saw. berkata, “Perintahkanlah Abu Bakar agar menjadi imam manusial”

Ada di antara istri beliau yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya Abu Bakar seorang yang gampang menangis, jika ia menggantikan posisimu se-bagai imam dikhawatirkan ia tidak dapat melakukannya, namun Rasulullah saw. mengulangi kembali perintahnya dan mereka kembali memberi jawaban yang sama, hingga akhirnya Rasulullah saw. mengulangi tiga kali, sambil berkata kepada para istrinya,

” Sesungguhnya kalian sama saja dengan perempuan yang menggoda Nabi Yusuf, perintahkan Abu Bakar agar menjadi Imam shalat!”

Maka keluarlah Abu Bakar sementara Nabi merasakan badannya agak lebih ringan, hingga akhirnya beliau turut dipapah dua orang lelaki, dan aku dapat melihat kakinya melangkah perlahan disebabkan sakit, kemudian Abu Bakar berkeinginan mundur namun Rasulullah saw. mengisyaratkan agar ia tetap ditempatnya, kemudian Rasulullah saw. dipapah hingga akhirnya shalat dalam keadaan duduk di sampingnya.” Ada yang bertanya kepada A’masy,” Apakah Nabi shalat menjadi Imam dan Abu Bakar mengikuti shalatnya sementara orang-orang shalat mengikuti Abu Bakar?” Maka dia menganggukkan kepalanya dan berkata, “Ya!”58 dan Imam al-Bukhari telah meriwayatkan kisah ini lebih dari satu tempat dalam kitabnya, demikian pula imam Muslim, an-Nasa’i, Ibnu Majah, melalui bebe-rapa jalur dari A’masy.

Di antaranya ada yang diriwayatkan al-Bukhari dari Qutaibah, dan Muslim dari Abu Bakr bin Syaibah dan Yahya bin Yahya dari Mu’awiyah.59 Imam al-Bukhari berkata, “Telah berkata kepada kami Abdullah bin Yusuf, dia berkata, telah berkata kepada kami Malik dari Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Aisyah, dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah berkata ketika beliau sakit, Perintahkan Abu Bakar agar shalat menjadi imam manusia.”

Ibnu Syihab berkata, “Telah berkata kepadaku Ubaidullah bin Abdullah dari Aisyah bahwa dia berkata, “Aku telah membantah Rasulullah saw. dalam masalah ini, dan tidaklah aku berbuat demikian kecuali takut manusia akan merasa pesimis terhadap Abu Bakar, maka aku ingin agar Rasulullah saw. Melimpahkan perintahnya kepada selain Abu Bakar.60

Dalam kitab Shahihain dari hadits Abdul Malik bin Umair dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Ayahnya, dia berkata, ketika Rasulullah saw. sakit dia berkata, “Perintahkan agar Abu Bakar menjadi imam manusia. Maka Aisyah menjawab, “Wahai Rasulullah saw. sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang lelaki yang halus perasaannya dan jika dia menggantikan posisimu niscaya dia tidak akan sanggup.” Rasulullah saw. menjawab, “Perintahkan Abu Bakar agar menjadi imam sesungguhnya kalian sama saja seperti para wanita yang menggoda Nabi Yusuf!”

Maka Abu Bakar sejak itu menjadi imam shalat di masa Rasulullah saw. hidup.61

Imam Ahmad berkata, Telah berkata kepada kami Abdurrahman bin Mahdi, dia berkata, “Kami diberitahu oleh Zaidah dari Musa bin Abi Aisyah dari Ubaidullah bin Abdillah, aku masuk menjumpai Aisyah dan kutanya-kan padanya, “Maukah anda menceritakan padaku perihal Rasulullah saw. sakit?” Ia berkata, “Ya, ketika penyakit beliau semakin berat, beliau berkata, “apakah orang-orang telah shalat?” Kami katakan, “Belum! mereka menunggumu wahai Rasulullah saw..” Beliau berkata, “Siramkan air ke dalam bejana!”62 Kami segera melakukannya. Kemudian Rasulullah saw. mandi, ketika selesai beliau siap-siap berangkat namun akhirnya jatuh pingsan, tak berapa lama kemudian beliau kembali sadar dan bertanya, “Apakah orang-orang telah shalat?” Kami menjawab, “Belum, mereka menantimu wahai Rasulullah saw.!” Kemudian dia kembali berkata, “Tuangkan air buatku di bejana!” Maka kami kembali menuangkannya dan beliau kembali mandi, kemudian ketika bersiap-siap hendak keluar beliau jatuh pingsan lagi dan tak lama kemudian beliau sadar sambil bertanya, “Apakah orang-orang telah shalat?” Kami menjawab, “Belum, sebab mereka menanti anda Wahai Rasulullah saw..” Aisyah berkata, “Sementara orang-orang dalam keadaan hening di masjid sambil menanti kedatangan Rasulullah saw. untuk melaksanakan shalat Isya, maka Rasulullah saw. mengutus seseorang menjumpai Abu Bakar agar ia menjadi imam shalat.” Dan Abu Bakar adalah seorang yang lembut suaranya, maka ia berkata kepada Umar, “Wahai Umar majulah anda sebagai Imam shalat,” Umar menjawab, “Anda lebih berhak untuk menjadi imam.” Maka beberapa hari sejak itu Abu Bakar menjadi Imam shalat. Suatu hari Rasulullah saw. Merasa badannya agak lebih ringan dari biasanya, maka beliau keluar dipapah dua orang lelaki, salah satunya Abbas untuk melaksanakan shalat Dzuhur, ketika Abu Bakar melihat keda-tangan Rasulullah saw. maka dia bersiap-siap untuk mundur, namun Rasulullah saw. perintahkan agar ia tetap di tempatnya, dan beliau memerintahkan kepada dua orang yang memapahnya tadi agar mendudukkan beliau di samping Abu Bakar, maka Abu Bakar shalat dalam berdiri sementara Rasulullah saw. Shalat dalam keadaan duduk.

Ubaidullah berkata, “Maka aku masuk menemui Ibnu Abbas dan berkata padanya, “Maukah engkau kuceritakan apa yang disampaikan Aisyah tentang sakit Rasulullah saw.?” Dia berkata, “Coba ceritakan!” Maka aku menceritakan seluruhnya dan dia tidak sedikitpun mengingkari apa yang kuberitakan, kecuali satu pertanyaan, “Apakah ‘Aisyah ra. memberita-hukan kepadamu siapa nama lelaki yang memapah Rasulullah saw. bersama Abbas?” Kukatakan ‘Tidak.” Dia berkata, “Sesungguhnya ia adalah Ali. “63

Imam al-Bukhari berkata dalam shahihnya, “Telah berkata kepada kami Abul Yaman, dia berkata, telah berkata kepada kami Syu’aib dari az-Zuhri, dia berkata, telah berkata kepadaku Anas bin Malik, beliau adalah orang yang selalu mengiringi Nabi serta berkhidmat kepadanya, bahwa Abu Bakar shalat menjadi Imam mereka ketika Rasulullah saw. dalam keadaan sakit yang membawanya kepada kematian, maka pada hari Senin saat mereka sedang shalat berjama’ah, tiba-tiba Rasulullah saw. menyingkap tirai penutup rumahnya sambil melihat kepada kami. Wajah beliau putih laksana kertas dalam keadaan tersenyum lebar. Konsentrasi kami nyaris terganggu disebabkan perasaan senang dapat melihat Rasulullah saw. Abu Bakar mundur ke belakang untuk masuk ke dalam shaf dengan anggapan bahwa Nabi akan keluar mengimami shalat, namun Rasulullah saw. mengisyaratkan kepada kami agar melanjutkan shalat kemudian beliau menutup tirai penutup rumahnya.”64 Akhirnya beliau wafat pada hari itu juga.

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Sufyan bin Uyainah, dan Shabih bin Kaisan beserta Ma’mar dari Az-Zuhri dari Anas . Kemudian Imam al-Bukhari berkata, “Telah berkata kepada kami Abu Ma’mar, dia berkata, telah berkata kepada kami Abdul Warits, dia berkata, telah berkata kepada kami Abdul Aziz dari Anas bin Malik, dia berkata, ‘Sudah tiga hari Rasulullah saw. tidak dapat keluar menjadi imam shalat, maka pada hari ketiga setelah iqamat dikumandangkan, lantas Abu Bakar bersiap-siap untuk maju, namun Nabi berkata, ‘Bukalah hijab rumah ini!’ Ketika wajah Nabi muncul maka seketika kami merasa tidak ada pemandangan yang lebih indah dari wajah Nabi yang muncul kepada kami, namun beliau mengisyaratkan agar Abu Bakar tetap menjadi Imam dan kemudian dia kembali menutup kain rumahnya. Dan pada hari itulah beliau wafat.”65 Muslim66 meriwayatkannya dari hadits Abdus Shamad bin Abdul Warits dari ayahnya. Ini merupakan dalil yang paling jelas bahwa Nabi tidak shalat Subuh pada hari Senin bersama jama’ah. Dan beliau tidak dapat keluar rumah selama tiga hari.

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa shalat beliau terakhir bersama jama’ah adalah shalat Dzuhur, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits ‘Aisyah ra. tadi. Dan hari itu adalah hari Kamis, bukan hari Sabtu dan bukan pula hari Ahad, sebagaimana yang diceritakan oleh al-Baihaqi dari Maghaazi Musa bin Uqbah dan dia adalah lemah67 setelah kami terangkan tentang khutbah beliau sesudah itu. Dan disebabkan beliau tidak menemui orang-orang sejak hari Jum’at, Sabtu dan Ahad, yaitu dalam tiga hari.

Az-Zuhri berkata, diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Saburah68 bahwa Abu Bakar shalat menjadi imam mereka sebanyak 17 kali shalat, ada yang mengatakan 20 kali shalat, wallahu a’lam. Kemudian mereka melihat wajah Rasulullah saw. yang mulia pada pagi hari Senin dan beliau melihat mereka untuk terakhir kalinya sebagai tatapan perpisahan yang hampir saja meng-ganggu shalat mereka. Itulah kali terakhir mayoritas para sahabat melihat beliau. Hal yang perlu digaris bawahi di sini yaitu sikap Rasulullah saw. yang mengedepankan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sebagai imam bagi seluruh sahabat dalam shalat sebagai rukun terbesar dari bagian rukun Islam yang bersifat amaliyah.

Syeikh Abul Hasan al-Asya’ari berkata, “Perintah Rasulullah saw. Memajukan Abu Bakar adalah suatu perkara yang jelas dalam agama Islam.” la berkata, “Sikap Rasulullah saw. ketika mengedepankan Abu Bakar sebagi Imam shalat adalah pertanda bahwa beliaulah orang yang paling alim dari seluruh sahabat dan yang paling baik bacaannya, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadits yang disepakati oleh ulama keshahihannya bahwa Rasulullah saw. ber-sabda, ” Orang yang Berhak menjadi imam bagi suatu kaum adalah yang paling baik bacaannya terhadap kitab Alah, jika ternyata bacaannya sama baiknya, rnaka yang lebih berhak adalah orang yang lebih alim terhadap sunnah, dan jika ternyata mereka sama alimnya maka yang didahulukan adalah yang lebih tua, dan jika ternyata usia mereka sama moka yang didahulukan yang lebih dahulu keislamannya.”69

Ibnu Katsir berkata, “Ungkapan Abul Hasan al-Asy’ari” ini sangat layak untuk ditulis dengan tinta emas. Dan seluruh kriteria imam terkumpul dalam sosok Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Shalat Rasulullah saw. di belakangnya dalam beberapa kesempatan, sebagaimana yang telah kami terangkan sebelumnya tidak bertentangan dengan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan bahwa Abu Bakar bermakmum dibelakang Rasulullah saw. karena hal tersebut terjadi dalam kesempatan lain, sebagimana yang telah dijelaskan oleh Imam Syafi’i dan imam-imam lainnya.”

CATATAN PENTING SYUBHAT DAN BANTAHANNYA

Imam al-Bukhari berkata, “Telah berkata kepada kami Qutaibah dia berkata,telah berkata kepada kami Sufyan dari Sulaiman al-Ahwal dari Sa’id bin Jubair, dia berkata, Ibnu Abbas berkata, “Tahukah kalian hari Kamis, pada hari itulah penyakit Rasulullah saw. memuncak.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Berikan padaku secarik kertas agar kutuliskan untuk kalian sebuah wasiat yang membuat kalian tidak akan tersesat selama-lamanya.” Akhirnya mereka saling berdebat seharusnya tidak layak mereka berdebat dihadapan Nabi mereka berkata, “Apa yang diinginkan beliau? Tanyakan padanya.” Mereka pun mendatangí Rasulullah saw. mempertanyakan kembali hal tersebut, maka beliau berkata, “Tinggalkan diriku! Sebenarnya apa yang kuperintahkan kepada kalian lebih baik daripada apa yang kalian tuntut.” Maka beliau mewasiatkan mereka dengan tiga perkara, “Keluarkan seluruh orang musyrik dari jazirah Arab, biarkan para utusan datang sebagaimana aku membolehkan mereka datang!” Kemudian beliau diam. Kemudian Ibnu Abbas berkata atau aku yang lupa.”70

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam tempat lainnya, dan muslim juga meriwayatkan dari jalan Sufyan bin Uyainah.71 Imam al-Bukhari juga mengeluarkan hadits ini dalam beberapa tempat dalam Shahihnya. dari hadits Ma’mar dan Yunus dari az-Zuhri.72

Menurut anggapan para ahlul bid’ah baik dari golongan Syiah dan lainlainnya bahwa wasiat yang akan ditulis Rasulullah saw. adalah khalifah sesudah beliau menurut anggapan mereka masing-masing. Inilah yang dikatakan berpegang teguh dengan mutasyabih (perkara yang samar-samar hukumnya), dengan meninggakan perkara yang muhkam (jelas hukumnya).

Adapun Ahlus Sunnah maka mereka akan selalu berpegang teguh dengan sesuatu yang muhkam. Dan seharusnya perkara-perkara yang mutasyabih di-pahami dengan sesuatu yang muhkam. Inilah metode alim ulama yang dalam ilmu pengetahuannya (arrasikhuna fi al-ilm) sebagaimana yang Allah SWT menjelaskan kriteria mereka dalam kitabNya.

Bersandar dengan perkara yang mutasyabih banyak membuat orang-orang yang sesat tergelincir. Adapun Ahlus Sunnah tidak memiliki mazhab kecuali mengikuti yang haq dan akan setia berjalan di atasnya. Mengenai sesuatu yang ingin dituliskan Rasulullah saw. sebenarnya telah diterangkan secara implisit. Imam Ahmad berkata, “Telah berkata kepada kami Mu’ammal, dia berkata, telah berkata kepada kami Nafi’ yaitu Ibnu Umar, dia berkata telah berkata kepada kami Ibnu Abi Mulaikah dari ‘Aisyah ra. dia berkata, Ketika penyakit Rasulullah saw. semakin parah yang memba-wanya kepada kematian, beliau berkata, ‘Panggilkan segera Abu Bakar dan anaknya supaya tidak ada lagi yang berhasrat ingin mengambil posisinya dan tidak ada lagi yang berandai-andai untuk mendapatkannya’, kemudian dia berkata, Sesungguhnya Allah dan kaum muslimin enggan (kecuali Abu Bakar). Beliau ulangi dua kali. ‘Aisyah ra. berkata, ‘Allah dan kaum mukminin enggan mene-rima (kecuali bapakku, maka benarlah bapakku yang terpilih)’.” Hadits ini diriwayatkan oleh imam Ahmad sendiri dari jalur ini.73

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Yahya bin Yahya dari Sulaiman bin Bilal dari Yahya bin Sa’id dari al-Qashim bin Muhammad dari ‘Aisyah ra., dia berkata, Rasulullah saw. pernah mengatakan, “Aku ingin menyuruh seseorang agar menjemput Abu Bakar dan anaknya, hingga tidak ada lagi yang mengatakan baliwa dirinya lebih berhak atau ada yang masih berkeinginan. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Allah enggan -ataupun kaum mukminin menolak, atau Allah akan menolak dan kaum mukminin akan enggan74 (kecuali Abu Bakar).”

Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibrahim bin Sa’ad dari Ayahnya dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya, dia berkata, Pernah seorang perempuan datang menghadap Rasulullah saw. maka beliau menyuruhnya agar kembali. Kemudian perempuan itu bertanya, “Bagaimana jika aku datang ternyata engkau tidak ada?” -maksudnya beliau telah wafat-maka Rasulullah saw. menjawab, “Jika tidak menemuiku lagi maka datangi Abu Bakar.”75 Secara zhahir -wallahu a’lam- bahwa kedatangán wanita itu tepatnya di kala Rasulullah saw. sedang sakit keras yang membawanya kepada kematian.

C. DAMPAK BERITA WAFATINYA RASULULLAH SAW. TERHADAP KAUM MUKMININ

Imam Ahmad berkata, “Telah berkata kepada kami Bahz dia berkata, ‘Telah berkata kepada kami Hammad bin Salamah dia berkata, ‘Telah berkata kepada kami Abu Imran al-Juwaini dari Yazid bin Babnus, ia berkata, ‘Aku pergi beserta seorang sahabatku menemui ‘Aisyah ra. dan kami minta izin agar dibolehkan masuk, maka ia melemparkan untuk kami bantal tempat duduk kemudian ia menurunkan hijab, setelah itu sahabatku berbicara, ‘Wahai Ummul mukminin bagaimana pandangan anda mengenai ‘iraak?’ Ia bertanya, ‘Apa itu ‘iraak?’ Maka aku menepuk pundak kawanku. ‘Aisyah ra. berkata padaku, ‘berhentilah! Kenapa engkau menyakiti saudaramu.’ Kemudian dia bertanya lagi, “Apa itu ‘iraak?”

Yaitu tempat keluarnya darah haid. Maka jawabannya adalah sebagaimana yang

diterangkan oleh Allah swt mengenai perempuan yang datang haid. Kemudian ia melanjutkan, ‘Pernah Rasulullah saw. mendekapku dan memeluk kepalaku sementara pemisah antara aku dan dirinya hanyalah sehelai kain padahal aku sedang haid. ‘Aisyah ra. melanjutkan, ‘Kebiasan Rasulullah saw. jika melewati pintu rumahku beliau pasti akan mengucapkan kata-kata yang bermanfaat untukku. Suatu hari beliau melewati rumahku namun tidak mengatakan apapun, kemudian beliau lewat kembali dan tidak mengatakan apapun juga. Begitulah dua hingga tiga kali. Maka kukatakan kepada pembantuku, ‘Letakkanlah bantal tempat dudukku di depan pintu!’ Kemudian aku mengikat kepalaku dengan kain, tak lama kemudian beliaupun lewat.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Wahai ‘Aisyah ra. ada apa denganmu?’ Aku menjawab, ‘Aku merasa sakit kepala.’Rasulullah saw. berkata, ‘Namun kepalakulah yang lebih sakit.’ Kemudian beliau pergi dan tak lama kemudian ternyata beliau dibawa pulang dalam keadaan digotong dengan kain, kemudian beliau mengirim utusan dan berkata kepada para istrinya, ‘Aku sedang sakit keras dan tidak dapat lagi berkeliling ke rumah-rumah kalian maka izinkanlah aku agar dirawat di rumah ‘Aisyah ra..’ Maka sejak itu aku merawatnya.

Padahal tidak pernah sebelumnya hal ini kulakukan kepada seorangpun, suatu ketika tatkala kepala beliau berada di atas pundakku, tiba-tiba kepalanya miring ke arah

kepalaku. Aku mengira beliau ingin bersandar di kepalaku. Maka keluarlah dari mulut beliau setitik ludah dingin yang mengenai leherku dan membuat aku menggigil, maka aku yakin bahwa beliau pasti dalam keadaan pingsan, maka kututupi diri beliau dengan kain. Tak lama kemudian datanglah Umar dan al-Mughirah bin Syu’bah, keduanya minta izin agar dapat masuk dan aku mengizinkan keduanya setelah hijab kuturunkan, seketika Umar memandang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‘Alangkah beratnya pingsan yang diderita Rasulullah saw., kemudian ia berdiri. Tatkala keduanya mendekati Rasulullah saw. al-Mughirah berkata, ‘Wahai Umar sesungguhnya Rasulullah saw. telah wafat. Umar menjawab, ‘Engkau bohong, bahkan engkau adalah orang yang cepat termakan fitnah, sebab Rasulullah saw. tidak akan mati hingga Allah membinasakan habis seluruh orang-orang munafik.’ ‘Aisyah ra. melanjutkan, ‘Setelah itu datang Abu Bakar dan mengangkat hijab sambil memandang ke arah Rasulullah saw. dan bertkata ”Inna lillahi wa inna ilaihi Rajiun, sesungguhnya Rasulullah saw. telah wafat. Kemudian Ia mendekati kepala Rasulullah saw. Dan mendekat ke arah mulut lalu mencium keningnya, kemudian ia berkata, ‘Aduhai Nabi,’ kemudian dia mengangkat kepalanya dan kembali mendekat ke mulut Nabi serta mencium keningnya sambil berkata, Aduhai pilihan Allah’ kemudian ia kembali mengangkat kepalanya dan mendekat ke arah mulut serta mencium keningnya sambil berkata, ‘Aduhai kekasih Allah… Rasulullah saw. telah wafat!’

Lantas ia keluar menuju masjid, sementara Umar sedang berpidato dan berbicara di hadapan manusia, ‘Sesungguhnya Rasulullah saw. tidak mati hingga Allah membinasakan orang-orang munafik.’ Kemudian Abu Bakar angkat suara sambil memuji Allah dan membuka pembicaraan dengan membacakan ayat, Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).’ (Az-Zumar: 30). Hingga selesai, kemudian membacakan ayat lainnya, Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, moka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.’ (Ali Imran:144).

Setelah itu ia berkata, ‘Barangsiapa menyembah Alllah maka Allah maha hidup dan tidak akan mati, dan barangsiapa menyembah Muhammad maka ketahuilah sesungguhnya Muhammad telah wafat. Spontan Umar bertanya, ‘Apakah yang engkau bacakan tadi terdapat dalam Kitabullah? Aku tidak pernah merasa bahwa ayat ini termaktub dalam Kitabullah!’

Umar melanjutkan, ‘Wahai saudara-saudara sekalian, inilah Abu Bakar dan dialah orang yang paling kita tuakan dari seluruh kaum muslimin maka baiatlah dia.’ Maka manusiapun membaiatnya’.”76 Abu Dawud juga meriwayatkannya, demikian pula dengan at-Tirmidzi dalam kitab as-Syamail dari hadits Marhum bin Abdul Aziz al-Athar dari Abu unirán al- Juuni dengan menyebutkan sebagian lafazh ini.77

Al-Hafizh al-Baihaqi berkata, “Telah berkata kepada kami Abdullah al- Hafizh, dia berkata, telah berkata kepada kami Abu Bakar Ibnu Ishaq, dia berkata, telah berkata kepada kami Ahmad bin Ibrahim bin Milhan, dia berkata, telah berkata kepada kami Yahya bin Bukair, dia berkata, telah berkata kepada kami al-Laits dari Uqail dari Syihab, Abu salamah memberitahukan padaku dari Abdurrahman bahwa ‘Aisyah ra. memberitakan kepadanya, ‘Abu Bakar datang dengan kudanya dari Sanuh, ketika turun. Beliau masuk ke Masjid tanpa berbicara kepada siapapun, kemudian ia masuk ke kamar ‘Aisyah ra. menuju Rasulullah saw. yang diselimuti dengan kain hibrah, maka Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah saw. kemudian menciumnya dan menangis, kemudian ia berkata, ‘Kutebus dirimu dengan ayah dan ibuku, Demi Allah, Allah tidak mungkin Allah mengumpulkan dua kematian untukmu selamanya, adapun kematian yang Allah tuliskan atasmu kini telah engkau rasakan.”78

Az-Zuhri berkata, “Telah berkata kepadaku Abu Salamah dari Ibnu Abbas bahwa Abu Bakar keluar menuju masjid sementara Umar sibuk ber-pidato dihadapan manusia. Abu Bakar berkata padanya, ‘Duduklah wahai Umar!’ Namun Umar enggan duduk, Abu Bakar berkata sekali lagi, ‘Duduklah engkau Umar!’ Namun Umar masih tetap enggan duduk. Maka Abu bakar mulai mengucapkan tasyahhud dan akhirnya manusia meninggalkan Umar mengalihkan perhatian mereka kepada Abu Bakar . Abu Bakar berkata, ‘Amma Ba’du, barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad sekarang telah wafat, namun siapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah akan tetap hidup, Allah berfirman, * Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad).’ (Ali Imran: 144).

Ibnu Abbas berkata, ‘Demi Allah seolah-olah manusia tidak pernah tahu bahwa Allah pernah menurunkan ayat ini hingga dibacakan oleh Abu Bakar, dan akhirnya semua orang menerima ayat tersebut dan selalu mereka bacakan ketika mereka ditimpa musibah’.”79

Az-Zuhri berkata, “Telah berkata kepadaku.Sa’id bin Musayyib bahwa Umar berkata, ‘Demi Allah aku tidak sadar hingga aku dengar Abu Bakar membacakan ayat tersebut, maka aku yakin bahwa itulah yang benar, tanpa sadar akupun jatuh terduduk kakiku tak kuat lagi menahan tubuhku, maka yakinlah aku ketika Abu Bakar membacakan ayat itu bahwa Rasulullah saw. telah wafat’.” Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Yahya bin Bukair.80

D.PERKARA YANG TERJADI SETELAH RASULULLAH SAW. WAFAT

Perkara besar dan agung bagi agama Islam dan umatnya adalah proses rmbaiatan Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Sebab ketika Rasulullah saw. wafat, Abu Bakar ash-Shiddiq ra. telah menjadi imam kaum muslimin dalam shalat subuh, pada waktu itu Rasulullah saw. telah bangun dari sakitnya serta sempat menjenguk kaum muslimin dengan menyingkap tirai pembatas rumahnya dengan masjid. Ketika itu Rasulullah saw. memandang kepada kaum muslimin yang shalat bershaf-shaf dibelakang Abu Bakar ash-Shiddiq ra., beliau merasa senang dan tersenyum hingga menyebabkan kaum muslimin hampir-hampir meninggalkan shalatnya disebabkan rasa gembira melihat Rasulullah saw. telah pulih, dan hamper saja Abu Bakar mundur demi melihat Rasulullah saw. namun beliau mengisyaratkan kepada mereka semua agar tetap di tempat masing-masing dan melanjutkan shalat kemudian beliau menutup tirai rumahnya. Itulah akhir perjumpaan mereka dengan Rasulullah saw.

Ketika Abu bakar pulang dari shalat maka ia masuk menghadap Rasulullah saw. dan berkata kepada ‘Aisyah ra., “Aku rasa sakit Rasulullah saw. telah sembuh.” Dan hari ini adalah giliran puteri kharijah. Yaitu salah satu dari istrinya yang tingal di Sanuh arah sebelah timur Madinah, maka dia segera menaiki kudanya dan berangkat ke sana.

Pada waktu tengah hari Rasulullah saw. pun wafat dan ada yang mengatakan bahwa beliau wafat sebelum matahari tergelincir. Wallau a’lam. Ketika beliau wafat, para sahabat saling berselisih dalam menyikapi kejadian tersebut Ada yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah wafat dan ada yang mengatakan bahwa beliau belum wafat. Salim bin Ubaid82 berangkat menyusul Abu Bakar ash-Shiddiq ra. ke Sanuh untuk memberitakan wafatnya Rasulullah saw. seketika Abu Bakar datang dari rumahnya dan masuk menuju kamar Rasulullah saw. membuka kain yang menutupi wajah Rasulullah saw. Dan menciumnya, maka Abu Bakar yakin bahwa Rasulullah saw. benar-benar telah wafat, setelah itu ia keluar memberitakan kepada manusia dan berpi-dato di atas mimbar menerangkan bahwa Rasulullah saw. telah wafat, sebagai-mana yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan pidatonya itu dia berhasil menghilangkan perselisihan di antara para sahabat dan mereka akhirnya sepakat menerima apa yang disampaikan oleh Abu Bakar.

E. KISAH TSAQIFAH BANI SA’IDAH DAN KISAH UMAR

Sebagian kaum Anshar keliru, mereka beranggapan bahwa khalifah itu dari kalangan mereka. Bahkan pendapat lainnya mengatakan bahwa dari golongan Anshar dan Muhajirin masing-masing saling mengangkat khalifah. Hingga akhirnya Abu Bakar ash-Shiddiq ra. menerangkan bahwa khalifah itu tidak boleh dijabat kecuali oleh orang-orang Quraisy. Akhirnya mereka sepakat dengan pendapat beliau sebagaimana yang kelak akan kita terangkan secara detail.

Imam Ahmad berkata, “Telah berkata kepada kami Ishaq bin Isa at-Tabba’ dia berkata, telah berkata kepada kami Malik bin Anas, dia berkata, telah berkata kepadaku Ibnu Syihab dari Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah Ibnu Mas’ud bahwa Ibnu Abbas memberitahukan kepadanya bahwa Abdurrahman bin Auf kembali ke rumahnya, Ibnu Abbas berkata,’ Aku ingin membe-rikan salam kepada Abdurrahman bin Auf, maka dia menjumpaiku sementara aku telah menunggunya peristiwa itu terjadi di Mina pada waktu Umar bin al-Khaththab melaksanakan haji yang terakhir- maka Abdurrahman berkata, ‘Seseorang pernah mendatangi Umar dan berkata, ‘Ada orang yang mengatakan jika Umar wafat maka aku akan membai’at si fulan!’ Maka Umar menjawab, ‘Selepas shalat Isya nanti aku akan berbicara di hadapan manusia sambil memperingatkan mereka dari sekelompok orang-orang yang ingin mencari masalah.’

Abdurrahman bin Auf berkata, ‘Wahai Amirul Mukmini jangan laku-kan hal itu, sebab pada musim haji ini berkumpul orang-orang bodoh dan orang-orang pasaran yang jumlahnya sangat banyak melebihi jumlah kita, jika anda lakukan hal aku takut perkataan anda itu akan membuat mereka salah paham dan tidak dapat memahaminya dengan baik hingga menimbul-kan kekacauan. Tetapi tunggulah hingga anda sampai di Madinah, sebab Madinah adalah Darul Hijrah. Engkau dapat berbicara dihadapan para ulama dan orang-orang yang mulia, maka katakanlah apa yang menjadi pendapatmu tadi, pasti mereka bisa memahaminya dan dapat menempatkan perkataanmu pada porsinya.’ Umar berkata, ‘Jika aku sampai di Madinah dengan selamat pasti akan kusampaikan hal tersebut di hari pertama setelah aku sampai.’

Ketika kami sampai di Madinah di penghujung bulan Dzul Hijjah, dan bertepatan dengan hari Jum’at, maka aku bersegera pergi ke masjid dalam kondisi sakkatul a’ma -Kutanyakan kepada Malik, ‘Apa maksud dari sakkatul ama?’ Dia menjawab, ‘Maksudnya ia keluar dengan tergesa-gesa dan tidak memperdulikan kapan ia keluar, apakah cuaca panas ataupun dingin dan sebagainya maka kudapati Sa’id bin Zaid di sisi mimbar sebelah kanan, telah mendahuluiku, aku segera duduk di sampingnya dan lututku bersentuhan dengan lututnya. Tidak lama kemudian datanglah Umar, ketika aku melihat-nva kukatakan, ‘Hari ini ia akan mengeluarkan suatu pernyataan yang tidak pernah pernah diucapkan siapapun sebelumnya. Maka Sa’id bin Zaid merasa aneh dengan ucapanku,’ ia bertanya, ‘Apakah gerangan yang akan dikatakan-nya? Hingga seorangpun belum pernah mengucapkan sebelumnya?’

Kemudian Umar duduk di atas mimbar, ketika muadzin selesai mengumandangkan adzan Umar berdiri. Setelah memuji Allah ia mulai berbicara, Amma ba’du, wahai saudara-saudara sekalian, aku akan mengatakan sesuatu perkataan yang telah ditentukan oleh Allah bahwa aku akan mengatakannya. Dan aku tidak tahu, namun merasa ajalku telah dekat, maka barangsiapa yang memahami perkataanku dengan baik sampaikanlah kepada orang-orang yang dapat dijumpainya, dan barangsiapa yang tidak memahami perkataanku maka aku tidak halalkan baginya berdusta atas namaku. Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad saw dengan kebenaran, dan menurunkan wahyu kepadanya. Di antara ayat yang diturunkan adalah ayat mengenai rajam, dan kita pernah membacanya dan memahaminya, bahkan Rasulullah saw. telah melaksanakan hukum rajam dan kita telah menerapkan hukum ini sepeninggal beliau. Aku takut kelak akan ada yang berani mengatakan, ‘Kami tidak pernah mendapati masalah rajam tertulis dalam Kitabullah, hingga akhirnya dia tersesat

dengan meninggalkan suatu kewajiban yang Allah turunkan. Maka sesungguhnya hukum rajam itu benar-benar ada dalam kitab Allah terhadap orang yang berzina jika telah menikah baik laki-laki maupun wanita apabila telah jelas bukti-buktinya, atau tanda berupa al-Hablu83 maupun berdasarkan pengakuan sendiri. Ingatlah, kita pernah membaca, “janganlah kalian membenci bapak-bapak kalian sesungguhnya kalian dianggap kufur jika membenci bapak-bapak kalian.”

Ingatlah! sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda, ‘Janganlah kalian menyanjung aku sebagimana Isa bin Maryam disanjung, sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, karena itu katakanlah, Hamba Allah dan RasulNya.‘ Sampai kepadaku berita bahwa dan di antara kalian ada yang menga-takan, ‘Jika Umar telah wafat maka aku akan membai’at si fulan, maka janganlah seseorang terkecoh dan mengatakan, bahwa bai’at Abu Bakar hanyalah kebetulan saja dan kini telah selesai. Ingatlah! Sesungguhnya pengangkatan dirinya benar demikian adanya, namun Allah telah menjaga keburukan terjadi, tidak ada seorangpun di sini di antara kalian yang menyamai kedudukan Abu Bakar yang dipatuhi oleh seluruh manusia, dan sesungguhnya beliau adalah orang yang terbaikdi antara kita.

Ketika Rasulullah saw. wafat, maka Ali, az-Zubair dan orang-orang yang beserta mereka tidak ikut sebab kala itu mereka berada di rumah Fathimah. Kaum Anshar tidak seluruhnya berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah bersama kami. Lalu datanglah kaum Muhajirin kepada Abu Bakar, kukatakan pada-nya, ‘Wahai Abu Bakar mari kita berangkat menuju saudara-saudara kita dari golongan Anshar! Maka kami seluruhnya berangkat menuju mereka dan berpapasan dengan dua orang shalih dari kalangan Anshar menceritakan kepada kami apa yang sedang dibicarakan oleh kaum Anshar, mereka berkata, ‘Hendak ke manakah kalian wahai kaum Muhajirin?’ Aku menjawab, ‘Kami mau menemui saudara-saudara kami kaum Anshar!’ Maka keduanya berkata, ‘Janganlah kalian mendekati mereka tetapi selesaikanlah urusan kalian sendiri.’ Maka aku menjawab, ‘Demi Allah kami akan menemui mereka.’ Maka kami berangkat dan menemui mereka di Tsaqifah Bani Sa’idah, ternyata mereka sedang berkumpul, dan di antara mereka ada seorang yang sedang berselimut. Maka kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Sa’ad bin Ubadah.’ Maka kukatakan, ‘Ada apa dengannya?’ Mereka menjawab, ‘Dia sedang sakit’ Tatkala kami duduk maka berdirilah salah seorang pembicara dari mereka, setelah memuji Allah dia berkata, ‘Amma ba’du, kami adalah kaum Anshar para penolong Allah dan pionir-pionir Islam, dan kalian wahai kaum Muhajirin adalah dari kalangan Nabi kami, dan sesungguhnya telah muncul tanda-tanda dari kalian bahwa kalian akan turut mendominasi kami di sini, di tempat tinggal kami ini dan akan mengambil alih kekuasaan dari kami.’

Ketika ia diam maka aku ingin berbicara, dan aku sebelumnya telah mempersiapkan redaksi yang kuanggap sangat baik dan menakjubkan aku. Aku ingin mengatakannya di hadapan Abu Bakar, dan aku lebih terkesan sedikit lebih keras darinya, maka aku khawatir dia akan mengalah. Namun dia lebih lembut dariku dan lebih disegani. Abu Bakar mencegahku berbicara dan berkata, Tahanlah sebentar!’ Maka aku enggan membuatnya marah, sebab ia lebih berilmu dariku dan lebih disegani, dan demi Allah tidak satupun kalimat yang kupersiapkan dan aku anggap baik kecuali beliau sam-paikan dengan ekspresinya yang begitu baik dan lancar bahkan lebih baik dariku, hingga akhirnya ia diam.’

Kemudian ia berkata, ‘Amma ba’du, apapun mengenai kebaikan yang telah kalian sebutkan, maka benar adanya dan kalianlah orangnya. Namun orang-orang Arab

hanya mengenai kabilah ini yakni Quraisy. Secara nasab merekalah yang paling mulia di antara bangsa-bangsa Arab. Demikian pula tempat tinggal mereka yang paling mulia daripada seluruhnya. Karena itu aku rela jika urusan kekhalifahan ini diserahkan kepada salah seorang dari dua lelaki ini, terserah kalian memilih antara keduanya, kemudian dia menarik tanganku dan tangán Abu Ubaidah bin al-Jarrah, maka aku tidak sedikitpun merasa benci dengan semua perkataannya kecuali satu hal ini, dan demi Allah jika aku maju dan dipenggal kepalaku namun tidak menanggung beban ini lebih kusukai dari pada aku memimpin orang-orang yang terdapat di dalamnya Abu Bakar, kecuali jika diriku kelak berubah sebelum mati.’

Kemudian salah seorang Anshar berkata, ‘ana juzailuha al-muhakkak wa – uzaiquha al-murajjab, dari kami seorang pemimpin dan dari kalian pilihlah seorang pemimpin wahai orang-orang Quraisy perawi Ishaq bin Isa bertanya kepada Malik, ‘Apa makna ungkapan ‘juzailuha al-muhakkak wa uzaiquha al-murajjab’ dia menjawab, ‘Maksudnya akulah pemimpin yang tertingi’ Kemudian Umar melanjutkan, ‘Maka mulailah orang-orang mengangkat suara dan timbul keributan, hingga kami mengkhawatirkan terjadinya perselisihan, maka aku katakan, ‘Berikan tanganmu wahai Abu Bakar, maka ia berikan tangannya dan aku segera membai’atnya, maka seluruh Muhajirin turut membai’at, yang kemudian diikuti oleh kaum Anshar, dan kami tinggalkan Sa’ad bin Ubadah, hingga ada yang berkomentar dari mereka tentangnya, Kalian telah membinasakan Sa’ad,’ maka aku sambut, ‘Allah-lah yang telah membinasakan Sa’ad.’ Kemudian Umar melanjutkan pidatonya dan berkata, ‘Demi Allah, kami tidak pernah menemui perkara yang paling besar dari perkara bai’at terhadap Abu Bakar. Kami sangat takut jika kami tingalkan mereka tanpa ada yang dibai’at, maka mereka kembali membuat bai’at. Jika seperti itu kondisinya kami harus memilih antara mematuhi bai’at mereka padahal kami tidak merelakannya, atau menentang bai’at yang mereka buat yang pasti akan menimbulkan kehancuran, maka barang siapa membai’at seorang amir tanpa musyawarah terlebih dahulu, bai’atnya dianggap tidak sah. Dan tidak ada bai’at terhadap orang yang mengangkat bai’at terhadapnya, keduanya harus dibunuh’.” Malik berkata, “Telah berkata kepadaku Ibnu Syihab dari Urwah bahwa dua orang yang berpapasan dengan kaum Muhajirin tadi adalah Uwaim bin Sa’idah dan Ma’an bin Adi. Ibnu Syihab berkata, ‘Telah berkata kepadaku Sa’id bin Musayyib bahwa yang berkata, ‘ana juzailuha almuhakkak wa uzaiquha al-murajjab’ adalah al-Hubab bin al-Munzir.84 Dan hadits ini diriwayatkan oleh sejumlah ulama hadits dalam kitab-kitab mereka85 dari banyak jalur di antaranya dari Malik dan Iain-lain dari az-Zuhri.”

Imam Ahmad berkata, “Telah berkata kepadaku Muawiyah dari Amru dia berkata, telah berkata kepada kami Zaidah, dia berkata, telah berkata kepada kami Ashim, dan telah berkata kepadaku Husain bin Ali dari Zaidah dari Ashim dari Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud- ia berkata, ‘Tatkala Rasulullah saw. wafat, orang-orang Anshar berkata, dari kami ada seorang amir dan dari kalian ada seorang amir pula, maka Umar

mehdatangi mereka dan berkata, ‘Wahai kaum Anshar, bukankah kalian mengetahui bahwa Rasulullah saw. telah memerintahkan Abu Bakar menjadi Imam manusia? Siapa di antara kalian yang mengakui bahwa hatinya lebih mulia daripada Abu Bakar?’ Maka kaum Anshar berkata, ‘Na ‘udzubillah bila kami mengaku lebih mulia dari Abu Bakar.’86

Imam Nasa’i meriwayatkannya dari Ishaq bin Rahawaih dan Hannad bin as-Suuri dari Husain bin Ali al-Ju’fi dari Zaidah’.”87 Imam Ali al-Madini meriwayatkan dari Husain bin Ali sambil berkata, “Shahih dan aku tidak mengetahuinya melainkan dari jalan Zaidah dari Ashim, dan Imam Nasa’i juga meriwayatkannya dari jalan Salamah bin Nubaith, dari Nuaim bin Abi Hind, dari Nubaith bin Syarith dari salim bin Ubaid dari Umar dengan makna yang sama.88 Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab semakna dengan riwayat di atas dari jalur lain, dan dari jalur Ibnu Ishaq dari Abdullah bin Abi Bakar dari az-Zuhri dari UbaiduUah bin Abdullah dari Ibnu Abbas dari Umar, dia berkata, Wahai kaum muslimin sesunguhnya yang paling berhak menggantikan Rasulullah saw. adalah sahabatnya yang menyertainya dalam gua. Dialah Abu Bakar yang selalu terdepan dan paling di utamakan. Kemudian segera kutarik tangannya dan ternyata ada seorang Anshar yang lebih dahulu menariknya dan membaiatnya sebelum aku sempat meraih tangannya. Setelah itu baru aku membaiatnya dengan tanganku yang kemudian diikuti oleh orang ramai.”89 Muhammad bin Sa’ad90 meriwayatkan dari Arim bin al-Fadhl dari Ham-mad bin Zaid dari Yahya bin Sa’id dari al- Qashim bin Muhammad, kemudian ia mulai menyebutkan kisah yang semakna dengan sebelumnya. Namun dalam riwayat ini disebutkan nama orang Anshar yang pertama kali membai’at Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sebelum Umar bin al- Khaththab. Yaitu Basyir bin Sa’ad, ayah an-Nukman bin Basyir.

F. PENGAKUAN SAAD BIN UBADAH RA. TENTANG KESHAHIHAN APA YANG DIUCAPKAN OLEH ABU BAKAR RA. DI SAQIFAH

Imam Ahmad berkata, “Telah berkata kepada kami Affan dia berkata, telah berkata kepada kami Abu Uwanah dari Dawud bin Abdullah al-Awdi dari Humaid bin Abdurrahman dia berkata, ‘Ketika Rasulullah saw. wafat Abu Bakar masih di ujung kota Madinah. Setelah mendengar berita ia segera datang dan membuka kain penutup wajah Rasulullah saw. lalu menciumnya, dia berkata, ‘Aku menebusmu dengan ayah dan ibuku, alangkah harumnya wangimu sewaktu hidup dan sesudah mati, sesungguhnva Muhammad saw. benar-benar wafat, demi Rabb pemilik Ka’bah’, kemudian Humaid melanjut-kan, ‘Maka berangkatlah Abu Bakar dan Umar dengan bergegas hingga mereka sampai di tempat mereka berkumpul (yakni Saqifah Bani Sa’idah). Kemudian Abu Bakar mulai berbicara menyebutkan segala kebaikan orang Anshar, tidaklah segala kebaikan yang pernah disebutkan Rasulullah saw. atas mereka kecuali disebutkan seluruhnya oleh Abu Bakar. Di antara perkataan-nya, Kalian mengetahui bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, ‘Andai saja manusía menempuh jalan di satu lembah sementara kaum Anshar menempuh satu jalan maka pastí akan kutempuh jalan kaum Anshar.’ Dan engkau telah mengetahui wahai Sa’ad bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda -saat itu engkau sedang duduk-, ‘Sesungguhnya kaum Quraisylah yang paling berhak menjadi pemimpin. kebaikan manusia akan mengikuti kebaikan yang ada pada mereka dan kejelekan manusia akan pula mengikuti kejelakan yang ada pada mereka.’

Maka Sa’ad berkata, ‘Engkau benar, kami hanyalah menjadi wazir dan kalianlah

yang menjadi Amir’.” 91

Imam Ahmad berkata, “Telah berkata kepada kami Ali Ibnu Abbas, dia berkata, telah berkata kepada kami al-Walid bin Muslim, dia berkata, telah berkata kepada kami Yazid bin Sa’id bin Zi Udhwan al-Absi dari Abdul Malik bin Umair al-Lakhmi dari Rafi ath-Tha’i yang menemani Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Dalam peperangan Dzatus Salasil. Dia berkata, ‘Kutanyakan radanva mengenai masalah pembaiatannya, maka Abu Bakar menceritakan radanva tentang apa yang telah direncanakan oleh kaum Anshar, apa yang ia katakan kepada mereka serta tanggapan mereka dan apa yang dikatakan oleh Umar bin al-Khaththab kepada kaum Anshar. Bagaimana Rasulullah saw. telah memerintahkanku (Abu Bakar) untuk menjadi Imam shalat ketika beliau sakit, karena itulah mereka membaiatku dan karena itu pula kuterima pembai’atan mereka atasku, sebab aku takut fitnah yang akan datang, yaitu murtadnya orang-orang Arab.’92 Sanad ini baik dan kuat.”

Adapun makna yang dapat dipahami dari riwayat ini bahwa penyebab Abu Bakar menerima bai’at mereka terhadap dirinya tidak lain karena ketakutan beliau akan muncul fitnah jika beliau tidak menerima pembai’atan tersebut dan hal ini terjadi di penghujung hari Senin, keesokan harinya pagi hari Selasa- seluruh manusia berkumpul di Masjid dan sempurnalah bai’at atas dirinya dari seluruh kaum Muhajirin dan Anshar. Dan hal itu terjadi sebelum pelaksanaan terhadap jenazah Rasulullah saw. disiapkan.

49 Diriwayatkan oleh al-Ba¡haq¡ dalam Dala’il an-Nubuwwah 1IYI7 dari hadits Yunus dari Abu Ishaq dari Ayyub bin Basyir. Uqbah berkata, “Ini walaupun mi/rea/tetapi kandungannya terdapat semakna dengan hadits Ibnu Abbas tentang tanggal terjadinya khutbah ini dan peristiwa ini setelah Rasulullah saw. mandi, kemudian memberikan waisat kepada manusia,

50 Musnad Ahmad, 3/18.

51 Shahih al-Bukhari, kitab al-Fadhail Bab Saddul abwab, 7/12 dari Fathul Barí

52 kitab al-Manaqib, bab Alamat an-Nubuwwah 6/628 dari Fathul Bari

53 penyakit parah yang membuat dirinya tidak lagi dapat berdiri

54 musnad Ahmad, 4/322

55 Abu Dawud, Kitab as-Sunnah, Bab FiIstikhlaf AbiBakr, 5/47 hadits no. 4660

56 As-Sirah an-Nabawiyah, 2/652.

57 As-sunan, 5/48 hadits no 4661.

58 Shahih al-Bukhari, kitab as-Shalat, bab Hadal-Maridh an Yasyhadal-Jama’ah, 1/161 Cet. Turki.

59 Sahih Muslim no. 95, 96, 97 dari kitab ash-Shalat

60 Shahih al-Bukhari, kitab al-Maghazi, bab Maradh Rasulillah wa Wafatih/8/ 140 dari FathulBan

61 al-Adzan, bab Ahlu al-Ilm wa al-Fadhl Ahaqqu bi al-Imamah 2/ 164 dari Fathul Barri, kitab, Shahih Muslim no 101 dari

bab ash-Shalat 1/316

62 Sarana tempat mandi

63 Musnad Ahmad 21/229 dari al-Fath ar-Rabbani, dan bandingkan dengan Shahih Muslim no. 90 dari kitab shalat 1/311, dan

Shahih al- Bukhari, bab had al-maridh an yasyhad al-jama’ah 1/ 161 Cet. turki

64 Shahih al-Bukhari, kitab al-maghazi, bab maradh rasulillah wawafatuh 8/143 dengan Fathul Bari

65 Shanih al-Bukhari, kitab shalat, bab ahlu al-ilm wal fadhl ahaqqu bial-imamah 1/166

66 Shanih Muslim no. 100 dari kitab shalat 1/315.

67 Ad-Dala’il an-Nubuwwah 7/ 193.

68 Abu Bakar bin Saburah adalah salan seorang yang ditlnggalkan riwayatnya (matruk), jika kita memlllh apa yang diplllh

oleh

Ibnu Kasir, maka kita akan dapatl Abu Bakar telah shalat bersama kaum musllmin sebanyak 19 shalat, shalat ashar,

maghrib,

pada hari kamis dan tiga hari sebelumnya secara berturut-turut (jumat-sabtu dan ahad) serta fajar hari senin

69 Lihat Risalah al-Ibanah him. 67, beliau telah meyebutkan hal sepertl ini, dan hadits ini dlkeluarkan oleh Muslim dalam

Shahlhnya, kltab al-Masajid wa Mawadhi’ash-Shalat, bab Man Ahaqqu til Imamah, hadits no. 672, hadits ini juga memillkl

syahid sebagal penguat dalam Shahih al-Bukhari dari hadits Malik bin al-Huwalrlts, kitab al-Adzan, bab Idza Istawau fi al-

Qira’ah Falyaummuhum Akbaruhum 2/170 lihat Fathul Barí.

70 Shahih al-Bukhari, kltab al-Maghazi, bab Maradh Rasulillah Wawafatuh 8/132 dari Fathul Barí.

71 Shahih al-Bukhari, kltab al-Jihad, bab Jawaiz al-Wafdu 6/’170 dari Fathul Barí. Shahih Muslim kitab al-Wasíyyah hadits no

1637.

72 Kitab Shahih al-Bukhari, kitab al-Ilm, bab KitabatulIlmi 1/208 dari Fathul Bariúm kitab al-Maghazi bab Maradh

Rasulillah

8/132 dari Fathul Barí.

73 Yang terletak dalam kurung tidak terdapat dalam buku aslinya 5/28. Dan saya mengutlpnya dari MusnadAhmad6/106 dan

cinwayatkan pula dengan jalan lain 6/47.

74 Shahih al-Bukhari dari kitab al-Ahkam bab al-Istikhlaf (YSfibS dari Fathul Ban, dan dalam Muslim dari hadits az-Zuhri

dari Urwah dari Aisyah seperti itu maknanya no. 2387

75 Shahih al-Bukhan kitab al-Fadhail, Fadhlu AbiBakarll 17 dari FathulBariton Shahih Muslim kitab al -Fadhall no.

2386.

76 hisnu ar-Rabbam‘ 21/223

77 Abu Dawud no. 2137 2/602 dengan sanadnya dari Marhum al-Athar dari Abu Imran al-Juni secara ringkas, dan as-

Syamail al-Muhammadiyah karya at-Tirm¡dz¡ hlm. 196 hadits no328 dengan menyebutkan sebagain dari isinya, saya berkata,

“Hadits Hasan.” Líhat ath-Thabaqat al-Kubra l¡2tn .

78 Hadits diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya dari jalan Yahya bin Bukair /145 dari Fathul Ban. Kemudian llhat

lagi

Dala’llan-Nubuwaah karya al-Baihaqi 7/ 215.

79 Shahih al-Bukhari 8/ 145 dari Fathul Barí. Silakan lihat pula kitab Dalail an-Nubuwwah karya al-Baihaqi (7/ 216).

80 Shahih al-Bukhari81 145 dari Fathul Ban. Lihat juga kitab Dalail an-Nubuwwah karya al-Baihaqi (7/216).

81 Ibid

82 Salim bin Ubaid al-Asy’ja’i dari ahli suffah. Lihat biografinya di al-Isobah 3/10

83 hablu yaitu hamil dari hasil zina, dan dalam riwayat Ma’mar berbunyi alhamlu (Fathul Barí 12/148).

84 Al-Musnad 1/323 Tahqiq Ahmad Syakir.

85 Lihat Shahih al-Bukhari, kitab al-Hudud, bab Rajmul Hubia min az-Zina Idza Ahsanat. Dari hadits Ibnu Abbas, dan iihat

Fathul Bari 12/144, Shahih Muslim kitab al-Hudud, hadits no. 1691 secara ringkas dan Sunan al-Kubra karya an-Nasa’i,

kitab

ar-Rajm, bab No. 4 hadits no. 7153 hingga 1760 (4/274-275).

86 Al-Musnad 1/213 tahqiq Ahmad Syakir dan dia berkata, “Sanadnya shahih.”

87 As-Sunan al-Kubra, kitab al-Imarah wa al-Jama’ah, bab no. 1 hadits no. 853 1/279.

88 Ibid, kitab at-Tafsir, bab no.168 hadits no. 1Í219 6/355.

89 Lihat Sirah Ibnu His/am 4/412.

90 Ath-Thabaqatal-Kubra 3/182 namun riwayat ini mursal

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA