Dampak apa yang ditimbulkan bagi masyarakat Indonesia dengan melimpahnya rempah rempah di Indonesia

Sejak dahulu Indonesia telah menjadi primadona bagi bangsa-bangsa asing. Terbentang di antara dua samudra dan dua benua telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Ditambah lagi Indonesia berada di jalur perdagangan internasional, sehingga semakin banyak bangsa Barat yang datang ke Indonesia untuk sekedar singgah ataupun berdagang.

Kekayaan alam Indonesia  yang melimpah telah menarik perhatian bangsa barat untuk datang ke Nusantara. Bahkan hampir di setiap daerah memiliki rempah pilihan serta mempunyai karakteristik dan cita rasa yang khas. Hal inilah yang menjadikan bangsa barat berbondong-bondong untuk masuk ke Indonesia dengan alasan berdagang.

Kendati demikian, tujuan awal untuk berdagang nampaknya pupus lantaran melimpahnya kekayaan alam di Indonesia yang mendorong adanya penjajahan bangsa Eropa terhadap pribumi, sehingga menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat Indonesia.

(Baca juga: Mengintip Kondisi Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Belanda)

Selain karena daya tarik Indonesia merupakan penghasil rempah-rempah terbaik dan terbesar, ada beberapa faktor lainnya yang mendorong bangsa barat untuk datang ke Indonesia yaitu, motivasi 3 G (Gold, Gospel, dan Glory), Revolusi industry, dan dikuasainya Konstantinopel oleh kekaisaran Turki Usmani

  • Motivasi 3G (Gold, Gospel dan Glory)

Motivasi ini menjadi semboyan para bangsa Barat melakukan penjelajahan. Gold bermakna bahwa bangsa Barat menginginkan kekayaan melalui penjajahan atau yang lainnya. Bangsa Barat juga ingin mendapat kejayaan atau kemenangan yaitu glory. Tujuan yang lainnya yaitu ingin memperluas  keyakinannya yaitu agama nasrani di Asia.

Bangsa Barat ingin melakukan ekspedisi ke Indonesia namun hal tersebut masih terbatas terkendala transportasi. Namun, dengan adanya revolusi industri bangsa Barat dengan mudah menjelajahi Indonesia.  Pasalnya, dengan adanya Revolusi industri memunculkan penemuan-penemuan baru salah satunya mesin uap untuk kapal sehingga memudahkan dari sisi pemasaran.

  • Dikuasainya Konstantinopel oleh kekaisaran Turki Usmani

Pada tahun 1453, kekaisaran Turki Usmani di bawah pimpinan Sultan Muhammad II berhasil merebut konstantinopel dari kekaisaran Romawi. Dikuasainya Konstantinopel oleh Turki Usmani, mendorong para pedagang Eropa mencari jalur perdagangan di luar kawasan laut tengah untuk mencari sumber rempah-rempah.

Kedatangan Bangsa-bangsa barat ke Indonesia

Ada beberapa bangsa Barat yang datang ke Indonesia antara lain, Belanda, Portugis, Spanyol, dan Inggris.

Portugis melakukan ekspedisinya pada tahun 1486 dipimpin oleh Bartolomeus Diaz dengan menyusuri pantai Barat afrika. Tujuan sebenarnya ke India, namun gagal. Alfonso d’Albuquerqe berhasil mencapai Malaka pada tahun 1511 kemudian Portugis berhasil menguasai Malaka dan Myanmar. Pada tahun 1512 bangsa Portugis dibawah pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serao berhasil sampai di Maluku dan menjalin hubungan dagang.

Pada tahun 1522 ekspedisi Spanyol yang dipimpin oleh Juan Sebastian del Cano tiba di Maluku. Spanyol  selanjutnya menjalin hubungan dagang dengan Tidore yang menyebabkan persaingan  dagang antara Portugis dan Spanyol di kawasan Maluku memanas. Akhirnya pada tahun 1527 terjadilah pertempuran antara Ternate dengan bantuan Portugis melawan Tidore  yang dibantu Spanyol. Pertempuran dan persaingan antara Portugis dan Spanyol berakhir setelah keduanya menyepakati Perjanjian Saragosa pada tahun 1534.

Kedatangan Belanda dimulai pada tahun 1595 menyusuri ujung selatan Afrika dibawah pimpinan Cornelis de houtman. Belanda tiba di Indonesia tepatnya di pelabuhan Banten melalui selat sunda pada tahun 1596.  Tahun 1602 didirikannya VOC atau perserikatan perusahaan dagang Belanda. Belanda berhasil menyingkirkan Portugis dari Malaka dan membujuk penguasa Banten untuk mencabut izin.

Ekspedisi yang dilakukan oleh Inggris dipelopori Francis Drake dan Thomas Cavendish yang berlayar mengikuti jalur yang ditemukan oleh Magelhaens pada tahun 1957. Inggris berhasil mengeksplor rempah-rempah dari Ternate dan membawanya ke Inggris melewati Samudera Hindia. Melalui persekutuan dagang EIC (East Indian Company) Inggris berhasil menjadi salah satu negara penjajah dengan daerah jajahan terluas di Asia.

Lihat Foto

ilustrasi rempah-rempah

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia dikenal akan segudang rempah yang digunakan sebagai bumbu pelengkap makanan.

Melimpahnya rempah Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah membuat bangsa-bangsa Eropa datang ke Nusantara untuk berburu dan menguasai rempah-rempah.

Baca juga: Rempah yang Paling Sering Digunakan Orang Indonesia, Tak Sebanyak Zaman Dahulu?

Kendati demikian, ternyata terdapat beberapa rempah yang asalnya bukan dari Indonesia melainkan hasil dari asimilasi para pedagang luar negeri yang datang ke Indonesia.

“Lada yang sering kita gunakan itu bukan tanaman endemik kita. Introduce dari Ghats, India yang kemudian disebarluaskan ke berbagai penjuru Asia Tenggara,” kata Sejarawan dan Pengajar Sejarah Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, dalam sesi webinar bertajuk Goyang Lidah Dengan Rempah-rempah, Senin (11/5/2020).

Selain lada, ada juga jahe, bawang, jinten, dan ketumbar yang berasal dari India yang kemudian disebarkan di Nusantara.

Lihat Foto

shutterstock

Ilustrasi lada hitam

Tidak hanya rempah dari India, ada juga capsicum atau cabai yang kita kenal saat ini yang ternyata berasal dari Amerika. Cabai ini dibawa oleh para pelaut Spanyol dan Portugis.

Dalam lukisan Pemandangan di Pasar Banten (Gezicht op de markt van Bantam) karya Cornelis Claesz (1598), terlihat kegiatan transaksi banyak bahan makanan dari berbagai bangsa.

Kegiatan pada abad rempah itulah yang membuat Indonesia saat ini memiliki banyak sekali ragam bahan makanan.

Abad rempah adalah sebutan untuk periode di mana pada saat itu marak terjadi penelusuran kepulauan Nusantara guna mencari rempah-rempah.

“Jenis-jenis bumbu yang kita budidayakan sekarang ini dihasilkan dari persalingan budaya berbagai bangsa,” kata Fadly.

Selain lukisan Claesz, ada juga peta Hindia Timur milik Petrus Placius yang dilukis oleh Richard Beckit untuk buku Discours of Voyages into ye Easte & West Indies (1598) yang dijadikan sebagai panduan bagi orang Belanda dan orang Eropa untuk menelusuri jejak kepulauan rempah-rempah.

Lihat Foto

KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Buah Pala dan Bunga Pala yang dipamerkan dalam tema Banda, Warisan untuk Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu (23/9/2017). Pameran ini dalam rangka memperingati 350 tahun Perjanjian Breda dan dilaksanakan pada 20 September - 4 Oktober 2017.

Apa hubungan rempah-rempah dan penjajahan di Indonesia ? Mungkin itu adalah pertanyaan yang tepat untuk mengulik sejarah kedatangan para penjajah ke negeri kita. Indonesia selalu dikenal sebagai negara yang diberkahi dengan sumber daya alamnya. Tidak hanya itu, negara ini kaya akan  keanekaragaman hayati, dan salah satu sumber daya alam yang dihasilkannya adalah rempah-rempah. Rempah-rempah adalah beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai bumbu  masakan.

Indonesia sudah tidak diragukan kekayaannya akan rempah-rempah dan pernah didatangi bangsa Eropa untuk dijajah. Lalu apa hubungannya rempah-rempah dan penjajahan di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita telaah hubungan antara rempah-rempah dan kolonialisme di Indonesia melalui pembahasan artikel berikut ini, mulai dari sejarah perburuan rempah-rempah di Indonesia, sampai alasan bangsa- bangsa Eropa datang ke Indonesia:

Sejarah Perburuan Rempah-rempah Di Indonesia

Penemuan dan pengembangan tanaman rempah yang ditemukan oleh orang- orang zaman dahulu memang tak terbendung. Setelah  mencoba mempelajari berbagai jenis tumbuhan dan sumber daya alam yang ada, ternyata bahan-bahan herbal yang dapat menyembuhkan  penyakit dan mengurangi kondisi fisik (sejenis doping, tapi terbuat dari bahan alami) dapat dikonsumsi jika mencampurnya dengan beberapa jenis makanan.  

Sejak 3500 SM orang Mesir Kuno telah menggunakan berbagai rempah-rempah untuk membumbui makanan dan kosmetik serta merawat orang mati. Penggunaan rempah-rempah meluas dari Timur Tengah ke Mediterania  timur dan Eropa. Rempah-rempah dari Cina, Indonesia, India dan Ceylon (sekarang Sri Lanka)  awalnya diangkut melalui darat dengan karavan keledai dan unta. 

Perantara Arab mengelola perdagangan rempah-rempah selama hampir 5.000 tahun sebelum penjelajah Eropa menemukan rute ke India dan negara-negara penghasil rempah-rempah lainnya di timur. Sebelum mempelajari teknik bumbu, orang zaman dahulu memakan makanannya hanya dengan cara dibakar, tanpa melalui tahapan pengolahan tambahan.

Tentu saja, rasa yang dihasilkan adalah rasa sederhana dan murni dari bahan-bahan yang mereka bakar, seringkali menjadi pemicu penyakit yang disebabkan oleh makanan yang mereka konsumsi. Tidak hanya itu,  makanan yang mereka buru juga sangat mudah diolah dan kamu harus pergi mencari makanan setiap hari, jadi kamu tidak bisa menyimpannya terlalu lama. Dari berburu hingga sehari setelah kembali, mereka membungkus hewan buruan itu dengan daun rempah-rempah. 

Ini secara tidak sengaja mengubah rasa dan aroma mangsanya. Sejak penemuan teknologi ini, orang kuno telah meneliti tanaman baru yang akan membantu meningkatkan rasa lezat makanan mereka. Selain itu, mereka mencari cara untuk meningkatkan daya tahan dan ketahanan pangan terhadap patogen dengan menggunakan rempah-rempah tertentu. Saat ini, rempah-rempah masih menjadi tambahan penting untuk rasa makanan yang lezat. 

Menemukan cara yang lebih murah untuk mendapatkan rempah-rempah dari Timur telah membawa ke era eksplorasi dan penemuan Dunia Baru yang ksya. Penjelajah Eropa seperti Ferdinand Magellan, Vasco da Gama dan Bartolomeu Dias telah melakukan perjalanan jauh untuk menemukan rute ke sumber rempah-rempah. Christopher Columbus melakukan perjalanan ke barat dari Eropa pada tahun 1492, menemukan rute ke negara rempah-rempah, tetapi menemukan Amerika Serikat.

Pada 1497, navigator Portugis Vasco da Gama menemukan rute  di sekitar ujung selatan Afrika dan tiba di Kalikut di pantai barat daya India pada 1498. Dagama kembali dari perjalanan dengan banyak pala, cengkeh, kayu manis, jahe dan merica. Itu dimulai  ribuan tahun sebelum Kristus. Perburuan rempah-rempah terbesar di dunia tidak terjadi sampai abad ke-15. Perjalanan tersebut diprakarsai oleh orang-orang Eropa seperti Spanyol, Portugis, Inggris Raya dan Belanda yang memperjuangkan sentra produksi rempah-rempah.

Persaingan sengit untuk menghabiskan waktu bertahun-tahun berperang untuk  mendapatkan rempah-rempah yang  lebih berharga dari emas. Khasiatnya dicari tidak hanya sebagai pewangi, tetapi juga untuk pengawet, obat-obatan, dan pewangi ruangan. Penjelajahan rempah-rempah Eropa tahun  pertama kali dipelopori oleh Christopher Columbus, tetapi hanya Vasco da Gama Portugis, yang berhasil menjadi pelaut, yang mencatat tinta emas pada abad ke-15. 

Rute bahan rempah ini melewati berbagai belahan dunia dan pelabuhan, terutama  Asia, Afrika dan Eropa.Indonesia juga dikenal sebagai surganya berbagai macam rempah karena letaknya yang strategis. Seperti cengkeh yang tumbuh di  Ternate dan Tidore, pala yang tumbuh alami di  Banda dan Sumatera dikenal sebagai penghasil Frankincense, kayu manis dan merica. Dahulu merupakan pelopor dalam perdagangan rempah-rempah, dan berbagai suku terlibat dalam membentuk kepulauan. 

Rempah-rempah telah lama menjadi bahan yang berharga. Tidak semua daerah dapat menghasilkan rempah-rempah yang memenuhi kebutuhannya, sehingga kelompok masyarakat bahkan  negara yang dapat menjelajahi daerah terpencil sering  melakukan perjalanan  untuk melestarikan sumber daya alam yang mereka butuhkan. Secara historis, tidak jarang perang muncul dari perebutan kekuasaan atas suatu wilayah untuk melestarikan sumber daya alam  dimanapun seseorang ingin menguasainya. Alasan perang di sini adalah  bagaimana mereka ingin menguasai pasar perdagangan rempah-rempah ini.

Hubungan Rempah-rempah dan Penjajahan Di Indonesia

Berdasarkan sejarah perburuan rempah-rempah di atas menunjukan betapa berharganya rempah-rempah bagi dunia saat itu, bahkan hingga sekarang. Berdasarkan sejarah perkembangannya, perburuan tersebut dapat menghantarkan jawaban atas pertanyaan apa hubungan rempah-rempah dan penjajahan di Indonesia, yakni terjadi pada zaman berikut ini:

Zaman Pra-kolonial

Jack Turner menyatakan dalam bukunya “History of Temptation” bahwa rempah-rempah Indonesia yang diperdagangkan pada zaman dahulu di kawasan Mediterania  semula ditambatkan di Malabar (India). Hasil perdagangan rempah-rempah tersebut kemudian didistribusikan oleh para pedagang India ke kota-kota Roma dan Venezia serta bagian Eropa lainnya. Tak hanya itu, para saudagar Arab yang mampu memperoleh rempah-rempah tersebut juga membawanya ke Laut Merah dan Teluk Persia.

Sampai abad ke-14, orang Eropa belum pernah melihat atau membayangkan herbal secara langsung.  Imajinasi rempah-rempah Eropa sedang berjalan lancar. Bayangkan, misalnya, lada dipanen seperti tanaman merambat dan tumbuh di pohon daripada tanaman merambat asli. Lagi pula, Eropa bingung pada abad ke-15, ketika sulit menemukan rempah-rempah karena Turki Ottoman menduduki jatuhnya Konstantinopel, pintu gerbang perdagangan antara Asia dan Eropa.

Eropa membutuhkan rempah-rempah dari keinginan penguasa kerajaan, pedagang dan petualang. Mereka pun memutuskan untuk melakukan ekspedisi rempah-rempah di Nusantara. Era kolonialisme Setelah Konstantinopel jatuh, bangsa Eropa  akhirnya memulai ekspedisinya ke Nusantara. Sebelum,  desas-desus tersebar luas tentang nusantara (Indonesia), yang dikenal sebagai surganya rempah-rempah. 

Edisi ini termasuk dalam buku Marco Polo. Dan itu menjelaskan betapa melimpahnya rempah-rempah di negara ini. Menurut majalah Fadly Rahman  Negeri Rempah-rempah, ekspedisi ke Nusantara dimulai pada abad ke-15. Hingga  tahun 1511, pemimpin ekspedisi Portugis, Alfonso de Albuquerque, akhirnya berhasil menaklukkan Malaka (Maluku Utara). Awalnya, Portugis  hanya ingin berdagang rempah-rempah. Namun karena Indonesia memiliki banyak rempah-rempah berkualitas tinggi seperti cengkeh,  cendana dan pala,  Portugis  ingin menguasai Indonesia. 

Kemudian, Portugis  berhasil  dan menyita rempah-rempah Nusantara dan berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah di Eropa. Tidak disukai oleh Portugis yang menguasai perdagangan  Eropa melalui monopoli, Belanda mengambil langkah untuk menghindari monopoli  Portugis.  Belanda memperkenalkan Vereenigde Oostindische Compagnie (Asosiasi Perusahaan Hindia Timur) (VOC), yang didirikan pada  20 Maret 1602. 

VOC adalah perusahaan Belanda yang memonopoli kegiatan perdagangan. Di sini, asal  Belanda dijajah di Indonesia selama berabad-abad. Dari penjelasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa rempah-rempah terkait dengan kolonialisme, karena Indonesia kaya akan rempah-rempah yang  menjadi magnet yang menarik orang Eropa dan menguasai Indonesia.

Alasan Bangsa Eropa Datang Ke Indonesia

Pada 1390,  cengkeh yang mencapai Eropa akan mencapai sekitar 6  ton setiap tahun, dan  pala akan mencapai sekitar 1,5  ton.  Orang Eropa pertama yang memasuki Nusantara,  Portugis. Kemudian Spanyol dan Belanda yang datang ke Indonesia sebagai pedagang. Belakangan, bahkan Belanda mendirikan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau Aliansi Dagang Belanda. Setelah itu, VOC mendominasi Indonesia untuk waktu yang  lama. Berawal ketika Portugis  menuju pusat produksi rempah-rempah Kepulauan Maluku di bawah bimbingan Francisco Serrau setelah penaklukan kota Malaka pada tahun 1511. 

Kedatangan Portugis tampaknya telah menarik perhatian  Abu Beras, sultan Kerajaan Ternate. Dia kemudian menawarkan untuk membangun benteng di Pulau Ternate dengan imbalan menjual semua produk anyelir ke Portugis.  Dengan adanya tawaran ini, Portugis bekerja sama. Inilah awal dari era penjajahan Indonesia. Berdasarkan ambisi untuk menguasai perdagangan rempah-rempah yang kaya nusantara melalui negara-negara Eropa. Kerajaan Ternate dan Tidore, dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), berkembang pesat berkat rempah-rempah, terutama cengkeh.

Awalnya, Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Kedatangan mereka memiliki ambisi untuk berburu dan menguasai rempah-rempah dengan menjajah Nusantara. Indonesia kaya akan rempah-rempah sehingga memiliki daerah yang berbeda-beda. Pada saat, bahkan menjadi barang yang bernilai jual tinggi atau mahal. Rempah-rempah juga memiliki manfaat obat dan kesehatan. Sekitar 1390,  cengkeh mencapai Eropa mencapai sekitar 6  ton setiap tahun, dan  pala mencapai sekitar 1,5  ton.

Orang Eropa pertama yang memasuki Nusantara,  Portugis. Kemudian Spanyol dan Belanda yang datang ke Indonesia sebagai pedagang. Belanda juga kemudian mendirikan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau asosiasi dagang Belanda. Setelah itu, VOC mendominasi Indonesia untuk waktu yang  lama. Awal masuknya daratan ke Indonesia Mengutip dari situs www.indonesia.go.id, itu dimulai setelah kota Malaka ditaklukkan pada tahun 1511. Di bawah bimbingan Francisco Serau, Portugis  menuju ke pusat penghasil rempah-rempah kepulauan Marc. 

Kedatangan Portugis tampaknya telah menarik perhatian  Abu Beras, sultan Kerajaan Ternate. Dia kemudian menawarkan untuk membangun benteng di pulau Ternate dengan imbalan menjual semua produk anyelir ke Portugis.Dengan tawaran ini, Portugis setuju untuk bekerja sama. Inilah awal dari era penjajahan Indonesia.Kemudian, setelah kekalahan Portugis pada tahun 1641, para saudagar Belanda datang  dan mendirikan VOC. Selama waktu ini, monopoli pala didirikan pada tahun 1621, dan cengkeh juga dimonopoli pada tahun 1650. 

Berdasarkan ambisi untuk menguasai perdagangan rempah-rempah Nusantara yang kaya oleh negara-negara Eropa.Kerajaan Ternate dan Tidore, dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), berkembang pesat berkat rempah-rempah, terutama cengkeh. Awalnya, Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun perdamaian tidak berlangsung lama, apalagi setelah kedatangan Portugis dan Spanyol. Mereka mulai bermain melawan satu sama lain, dan sebagai hasilnya, kedua kerajaan bubar dan bersaing satu sama lain. 

Portugis datang ke Marc dengan membuat Ternate sekutu. Sedangkan Spanyol datang ke Marc pada tahun 1521 dengan menjadikan Tidore sekutu mereka. Kedatangan mereka tidak hanya memaksakan monopoli perdagangan, tetapi juga mengganggu pemerintahan dalam negeri.Persaingan antara Portugal dan Spanyol untuk menguasai Kepulauan Maluku pada akhirnya membawa kedua negara menyelesaikan konflik tersebut. Kemudian pada tahun 1529 mereka menandatangani Perjanjian Zaragoza. 

Akibat Perjanjian, Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Maluku dan akhirnya menguasai Filipina. Sementara itu, Portugis terus berdagang di Kepulauan Maluku. Dalam menerapkan kebijakan monopoli, VOC telah menjadi perusahaan swasta terkaya dalam sejarah. Bahkan penanaman paksa yang mengubah warna perdagangan dunia.

Jenis Rempah-rempah Di Indonesia

Ada tujuh jenis rempah-rempah penghasil kekayaan Indonesia: lada, kayu manis, pala, vanili, cengkeh, kunyit, dan jahe. 

1. Lada

Di Indonesia, tanaman lada  tersebar di Aceh, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Lamphun, Nusa Tengala Barat dan Sulawesi Selatan. Selanjutnya, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,  Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2016, lada menjadi  rempah terpenting Indonesia. 

2. Cengkeh

Cengkeh Anyelir berasal dari Kepulauan Maluku di Indonesia. Cengkih adalah rempah-rempah yang populer dan mahal pada hari-hari awal ekspansi Portugal. Pada saat, orang-orang berkorespondensi dengan harga batangan emas. Di Indonesia, cengkeh banyak ditemukan di daerah seperti Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Marc.Selanjutnya NTT, Papua, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, dan DIY. 

3. Kayu Manis

Kayu manis adalah rempah-rempah dengan aroma apek dan rasa yang unik. Oleh karena itu, kayu manis sering digunakan sebagai bahan tambahan pada kue dan minuman. Kayu manis banyak ditemukan di banyak daerah, termasuk Jambi, Sumatera Barat dan Yogyakarta. Pada tahun 2016, kayu manis menjadi bahan terpenting kedua setelah lada. 

4. Pala

Pala adalah tanaman khas banda dan marc. Namun sebarannya banyak ditemukan di berbagai daerah seperti Bengkulu, Marc, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara. Pala tidak hanya sebagai rempah-rempah, tetapi juga bahan baku untuk memproduksi minyak atsiri. Pada tahun 2016 menjadi bahan baku terbesar ketiga.

5. Vanili

Vanila sebenarnya adalah bumbu khas Meksiko, bukan Indonesia. Namun di Indonesia banyak dibudidayakan di berbagai daerah seperti Jawa Timur, Lampung, NTT, Jawa Tengah, Jawa Tengah dan DIY. 

6. Jahe 

Jahe merupakan salah satu bahan bumbu utama Indonesia. Jahe memiliki manfaat kesehatan, terutama  sebagai bahan dalam ramuan Cina.

7. Kunyit

Kunyit merupakan tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Di Asia Tenggara, kunyit tidak hanya digunakan sebagai bumbu utama, tetapi juga sebagai bagian dari upacara keagamaan.

Nah, itulah penjelasan tentang apa hubungan rempah-rempah dan penjajahan di Indonesia. Apakah Grameds sudah bisa memahaminya? Belajar sejarah tentu perlu banyak membaca referensi, Grameds bisa kunjungi koleksi buku Gramedia tentang sejarah Indonesia, termasuk rempah-rempah  di www.gramedia.com seperti rekomendasi buku berikut ini: selamat belajar. #SahabatTanpabatas. 

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA