126
B. Argumentasi
Pada Kegiatan Belajar 2 ini kita akan mengkaji jenis karangan argumentasi dan persuasi. Kajian kedua jenis karangan ini sengaja dijadikan satu karena
memiliki banyak persamaan. Tak heran kalau banyak orang yang tidak membedakan kedua jenis karangan itu, sehingga penamaannya pun disebut
argumentasi
atau persuasi saja. Akan tetapi, jika kita melihat karakteristiknya, kedua jenis karangan itu sebenarnya berbeda, meskipun perbedaannya sangat
halus, perbedaan itu terletak pada fokus dan penekanannya. Tujuan Anda mengkaji bagian ini adalah agar Anda memperoleh pengalaman
belajar tentang karangan argumentasi dan persuasi yang meliputi 1 pengetahuan tentang karangan argumentasi dan persuasi, dan 2 keterampilan membuat
karangan argumentasi dan persuasi. Dengan kata lain, setelah Anda selesai mempelajari kegiatan 2 ini, Anda akan dapat melakukan kegiatan berikut:
1. menguraikan karakteristik karangan argumentasi dan persuasi dengan merumuskan pengertiannya, menguraikan ciri - cirinya; menjelaskan langkah -
langkah penyusunan argumentasi dan persuasi. 2. membuat karangan argumentasi dan persuasi dengan benar.
Silakan mulai belajar dengan menelaah uraian tentang karakteristik karangan argumentasi dalam uraian berikut
Karakteristik Karangan Argumentasi
Dalam kehidupan di sekitar kita, argumentasi sering kita temui, dalam komunikasi lisan, mungkin kita sering menggunakan tuturan yang bercorak
argumentasi ini. Ketika berdiskusi dengan sejaawat kita mengajukan atau menolak sebuah pendapat dengan sejumlah alasan yang mendasarinya. Alasan itu kita
kemukakan untuk mendukung atau memperkuat kebenaran pendapat sehingga orang lain mempercayainya dan menyetujuinya. Dalam konteks sidang
pengadilan, terdakwa atau tergugat menyampaikan argumen - argumennya untuk menolak dakwaan atau gugatan sehingga hakim mempercayainya itulah
argumentasi.
Jadi, apakah yang dimaksud karangan argumentasi itu? Yang dimaksud karangan argumentasi ialah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan
penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat
atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Corak karangan ini termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan
yang lain yang telah kita kaji sebelumnya. Dalam hal ini tidak berarti bahwa karangan argumentasi lebih penting atau lebih berharga daripada karangan -
karangan yang lainnya, tetapi kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan
127
membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita. Jadi, pada setiap karangan argumentasi selalu kita dapati alasan ataupun bantahan yang
memperkuat ataupun menolak sesuatu secara sedemikian rupa guna mempengaruhi keyakinan pembaca sehingga berpihak kepada atau sependapat
dengan penulis.
Bentuk - bentuk karangan ilmiah seperti: makalah paper seminar, simposium, dan lokakarya, esai, skripsi, tesis, disertasi, dan naskah - naskah: tuntutan
pengadilan, pembelaan, pertanggungjawaban, ataupun surat keputusan, adalah paparan yang bercorak argumentasi. Pada setiap karya ilmiah, biasanya argumen
digunakan untuk memperhatikan atau meyakinkan kebenaran pendapat, ide, atau konsep mengenai suatu masalah kepada pembaca berdasarkan data, fenomena,
atau fakta yang dikemukakan.
Nah, sekarang apa yang disebut argumen itu? Secara sederhana setiap argumen selalu menjelaskan suatu pertalian antara dua pernyataan atau asersi
assertion yang biasanya diurutkan. Asersi pertama merupakan alasan reason bagi asersi kedua. Misalnya, jika kita berkata “Biasanya tes mata kuliah sintaksis
sangat sulit, karena itu saya harus belajar sungguh - sungguh dalam minggu ini
”, sesungguhnya kita telah membuat argumen. Kalimat kita itu terdiri atas dua
pernyataan: pernyataan kedua Karena itu saya harus belajar sungguh - sungguh minggu ini merupakan simpulan yang didasarkan atas pernyataan yang pertama
Biasanya tes mata kuliah sintaksis sangat sulit.
Sekarang baiklah kita kaji kutipan berikut ini agar lebih jelas bagi kita kemungkinan pentingnya argumen dalam suatu karangan argumentasi
Contoh 1
Bahasa Indonesia dan Pembakuannya Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
Oleh: Anton M. Moeliono, Universitas Indonesia Perubahan sosial budaya dalam masyarakat membawa serta perubahan
bahasa. Sebagai alat perhubungan antara warga dan sebagai sarana penerus ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia kian hari kian bertambah lincah,
sesuai dengan tuntutan kehidupan masyarakat yang modern. Mengingat pula peranan yang dimainkan oleh bahasa Indonesia di Asia Tenggara sebagai alat
komunikasi antarbangsa di belahan bumi kita ini, sudah sepantasnyalah dilakukan penelitian bahasa dan penginventarisan yang cermat.
Hasil penyelidikan itu akan merupakan bahan yang berharga dalam usaha kodifikasi bahasa Indonesia yang modern. Dengan kodifikasi bahasa diartikan
128
penyusunan suatu sistem asas dan kaidah pemakaian bahasa. Hasil kodifikasi bahasa ini ialah bahasa baku atau bahasa standar, yakni suatu ragam bahasa yang
berkekuatan sangsi sosial, dan yang diterima oleh masyarakat bahasa sebagai acuan atau model.
Masalah pembakuan bahasa itu mengenal telaah dalam, yang menyangkut sistem bahasa itu sendiri, misalnya di bidang ejaan, tata bahasa, tata nama, tata
istilah, serta perkamusan. Telaah ini termasuk bidang lingustik deskriptif. Di samping itu, pembakuan bahasa itu juga mengenal telaah luar yang menyangkut
fungsi bahasa baku dalam suatu masyarakat dan sikap masyarakat itu terhadap bahasa yang baku. Telaah terakhir ini termasuk bidang sosiolinguistik atau
linguistik sosial. Dari sudut tersebut di atas, karangan ini terutama meninjau masalah pembakuan bahasa Indonesia.
Dikutip dari buku Seminar Bahasa Indonesia 1968 Kalau kita amati kutipan di atas terdiri atas materi pembahasan yang tersusun
sebagai berikut. 1. Pernyataan faktual
: Perubahan sosial budaya dalam masyarakat membawa serta perubahan bahasa. Sebagai alat perhubungan antarwarga dan sebagai
sarana penerus ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia kian hari kian bertambah lincah, sesuai dengan tuntutan kebutuhan suatu masyarakat
yang modern.
2. Asumsi : Mengingat pula peranan yang dimainkan olo bahasa Indonesia di Asia
Tenggara sebagai alat komunikasi antarbangsa di belahan bumi kita ini, sudah sepantasnyalah dilakukan penelitian bahasa dan penginventarisan yang cermat.
Butir nomor 2 sebagai asumsi materinya tersusun secara argumentatif sebagai berikut.
a. Asersi pertama sebagai dasar asersi kedua : Mengingat pula peranan yang
dimainkan olo bahasa Indonesia di Asia Tenggara sebagai alat komunikasi antarbangsa di belahan bumi kita ini.
b. Asersi kedua berdasarkan asersi pertama : sudah sepantasnyalah
dilakukan penelitian bahasa dan penginventarisan yang cermat. 3. Asumsi
: Hasil penyelidikan itu akan merupakan bahan yang berharga dalam usaha kodifikasi bahasa Indonesia yang modern.
4. Uraian berupa definisi : Dengan kodifikasi bahasa diartikan penyusunan suatu
sistem asas dan kaidah pemakaian bahasa. Hasil kodifikasi bahasa ini ialah bahasa baku atau bahasa standar, yakni suatu ragam bahasa yang berkekuatan
sangsi sosial, dan yang diterima oleh masyarakat bahasa sebagai acuan atau model.
5. Uraian teoritis : Masalah pembakuan bahasa itu mengenal telaah dalam, yang
menyangkut sistem bahasa itu sendiri, misalnya di bidang ejaan, tata bahasa, tata nama, tata istilah, serta perkamusan. Telaah ini termasuk bidang lingustik
deskriptif. Di samping itu, pembakuan bahasa itu juga mengenal telaah luar yang menyangkut fungsi bahasa baku dalam suatu masyarakat dan sikap
129
masyarakat itu terhadap bahasa yang baku. Telaah terakhir ini termasuk bidang sosiolinguistik atau linguistik sosial.
6. Pernyataan bahwa butir nomor 1 sampai dengan 5 merupakan landasan pendekatan
: Dari sudut tersebut di atas, karangan ini terutama meninjau masalah pembakuan bahasa Indonesia.
7. Tujuan : Kodifikasi bahasa Indonesia yang modern melalui penelitian bahasa
dan penginventarisan yang cermat. Dengan uraian analisis tersebut tentunya kita sudah dapat menunjukkan
bagian yang merupakan argumentasi dari contoh karangan di atas. Saudara, sebuah karangan argumentasi ditulis tidak hanya sekadar bertujuan
meyakinkan pembaca saja. Akan tetapi lebih dari itu. Kemungkinan yang kita harapkan dari sebuah karangan argumentasi itu adalah bisa:
a. Membantah atau menentang suatu usul atau pernyataan tanpa berusaha meyakinkan atau mempengaruhi pembaca untuk memihak, tujuan utama
kemungkinan ini adalah semata - mata untuk menyampaikan suatu pandangan; b.
Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujui;
c. Mengusahakan suatu pemecahan masalah; atau d. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.
Untuk mencapai maksud - maksud di atas, kita sebagai penulis argumentasi dituntut memiliki beberapa persyaratan. Penulis argumen harus mampu berpikir kritis dan logis
serta mau menerima pendapat orang lain sebagai bahan pertimbangan. Agar dapat mengajukan argumentasi, kita harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas
tentang apa yang kita bicarakan itu. Kelogisan berpikir, keterbukaan sikap, dan keluasan pandangan memiliki peranan besar untuk mempengaruhi orang lain. Ini semua
merupakan persyaratan yang diperlukan untuk menyusun karangan argumentasi.
Langkah - Langkah Penyusunan Argumentasi
Saudara, pada dasarnya penyusunan karangan argumentasi tidak jauh berbeda dengan eksposisi. Kita tentukan dahulu tema atau topik argumentasi kita, misalnya
keluarga berencana mutlak di Indonesia . Kemudian kita tentukan tujuan kita
berargumentasi dalam penulisan itu, misalnya sebagai berikut: 1 Meyakinkan pembaca tanpa melakukan keluarga berencana, maka penduduk Indonesia akan
berlipat ganda jumlahnya, akhirnya kekurangan tempat, kekurangan makanan, kekurangan gizi. Akibatnya adalah bahwa kesehatan memburuk, kecerdasan
berkurang, dan tidak dapat sederajat dengan bangsa - bangsa lain yang lebih maju. 2 Meyakinkan pembaca bahwa dengan keluarga melaksanakan perencanaan
keluarga, kemakmuran yang dicita - citakan bangsa Indonesia akan tercapai.
Jumlah penduduk tidak terlalu banyak, tanah cukup luas untuk digarap, perekonomian baik, makanan terjamin. Akibatnya adalah gizi cukup, kecerdasan
130
tercapai hingga mampu menyamai bangsa - bangsa lain yang lebih maju. 3 Meyakinkan pembaca bahwa dengan melaksanakan keluarga berencana mengatur
bangsa akan lebih mudah. Menggilas korupsi lebih mudah, penyelewengan akan lebih mudah terlihat, ekonomi rakyat akan terperhatikan sehingga tercapai
kemakmuran. Karena rakyat cukup pangan, papan, dan sandang, serta pendidikannya tinggi, maka rakyat tidak ada yang buta huruf, pembangunan
berjalan lancar, aparat pemerintah bekerja rajin, tekun, dan penuh gairah.
Langkah berikutnya adalah menyusun kerangka karangan berdasarkan topik dan tujuan yang telah kita tentukan. Selanjutnya kita cari fakta, data, informasi,
serta bukti yang sesuai dengan kerangka argumentasi kita. Caranya ialah kita kumpulkan fakta dan kesaksian dari orang yang mempunyai kredibilitas tinggi
karena ahli dalam bidang itu dan mempunyai otoritas. Selain itu, kita dapat pula melakukan penelitian dan pengamatan langsung dengan jalan: 1 mengadakan
penelitian lapangan berulang - ulang sehingga kita memperoleh data yang mantap dan tidak meragukan, 2 melakukan wawancara dengan berbagai narasumber dan
responden, dan 3 membaca buku - buku yang berisi fakta yang kita perlukan.
Setelah fakta dan bukti terkumpul, tentu kita teliti dan kita nilai fakta yang betul - betul menunjang topik dan tujuan argumentasi. Tentu saja dalam hal ini
diperlukan pikiran yang kritis dan logis. Tujuannya adalah kita dapat mengupas, menganalisis, membanding - bandingkan, dan menghubungkan fakta menjadi
rangkaian pembuktian yang kuat.
Dalam memilih fakta ini penting kita ingat adalah bahwa desas - desus atau kesaksian dari tangan kedua tidak boleh kita terima. Oleh karena itu, jika kita
mengambil kesaksian dari sebuah buku maka kita harus meneliti buku tersebut.: apa nama buku tersebut, nomor halaman, dan sumber kesaksian, harus kita
tuliskan dengan lengkap. Pendapat orang dapat kita masukan, asal orang itu memenuhi syarat, yaitu: ahli dalam bidangnya, dan berwewenang karena
kedudukan dan tugasnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam meneliti fakta diperlukan kemahiran dan ketajaman pikiran kita, sehingga kita dapat memilih
fakta yang betul - betul memperkuat argumentasi agar tidak dapat dibantah oleh siapa pun.
Langkah selanjutnya adalah kita kembangkan kerangka argumentasi menjadi karangan argumentasi. Mengembangkan kerangka argumentasi menjadi karangan
argumentasi sama dengan kita mengembangkan kerangka eksposisi menjadi karangan eksposisi. Pada fase pengembangan karangan ini kita bisa
menyajikannya dengan teknik argumentasi yang sesuai. Untuk itu, marilah kita ikuti uraian bagaimana teknik pengembangan karangan argumentasi berikut ini.
Teknik Pengembangan Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi sering dikembangkan dari pemaparan hal - hal yang khusus untuk mencapai suatu generalisasi, dan kadang - kadang juga dibangun
mulai dari pemaparan yang general umum ke pemaparan hal - hal yang khusus.
131
Oleh karena itu, kita mengenal dua teknik pengembangan argumentasi yang dapat kita pilih, yaitu: 1 teknik induktif, 2 teknik deduktif. Marilah kita ikuti
penjelasan sekilas kedua teknik pengembangan argumentasi itu.
Teknik Induktif Pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan
argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti - bukti yang berkaitan dengan topik. Berdasarkan bukti - bukti itu kemudian diambil
sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Bukti - bukti yang dikemukakan dapat berupa contoh - contoh, fakta - fakta, pengalaman, laporan - laporan, data statistik,
dan sebagainya. Marilah kita perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh 2 Dalam pemilihan presiden tahun 1952, 60,27 orang Amerika yang dapat
dipilih benar - benar telah terpilih. Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4. Dan dalam tahun 1960 adalah 63,8. Dari penyajian data statistik tersebut
ternyata cukup besar golongan orang Amerika yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilihnya dengan sungguh - sungguh.
Contoh di atas terdiri atas 4 kalimat berurutan yang mewadahi argumen sebagai berikut.
1. Bagian Pertama : Dalam pemilihan presiden tahun 1952, 60,27 orang
Amerika yang dapat dipilih benar - benar telah terpilih. kalimat 1. 2. Serangkaian pernyataan
: Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4. Dan dalam tahun 1960 adalah 63,8. kalimat 2 dan 3.
3. Kesimpulan : Dari penyajian data statistik tersebut ternyata cukup besar
golongan orang Amerika yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilihnya dengan sungguh - sungguh.
Contoh tersebut termasuk argumentasi induktif, sebab argumen disusun berangkat dari detail - detail khusus berupa data statistik kalimat 2 dan 3 untuk
membuat kesimpulan umum generalisasi berdasarkan kekhususan tersebut. Detail khusus pada contoh di atas yang fungsinya memperkuat bagian pertama
kalimat 1 disebut bukti evidensi.
Bukti - bukti yang dipakai untuk menunjang kesimpulan umum tersebut sangat penting. Suatu kesimpulan umum yang hanya didukung oleh bukti - bukti
yang tidak meyakinkan merupakan kesimpulan yang lemah. Kesimpulan yang demikian tentu mudah ditolak. Dengan sendirinya karangan argumentasi yang
mengemukakan kesimpulan yang lemah dan mudah ditolak merupakan karangan yang tidak berhasil. Karangan yang demikian ini akan menurunkan kredibilitas
penulisnya.
132
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam mengumpulkan dan menggunakan bukti - bukti untuk mendukung kesimpulan umum, yaitu sebagai
berikut. Pertama, bukti - bukti yang dikumpulkan harus relevan dengan topik karangan dan tujuan penulisan. Dengan demikian, kesimpulan umum karangan
argumentasi nanti tidak menyimpang. Misalnya kita akan menyusun karangan argumentasi dengan:
a. Topik : Tempat Pembuangan Sampah dan Pemukiman Penduduk.
b. Tujuan : Meyakinkan pemerintah daerah bahwa tempat pembuangan sampah
yang dibangun di dekat pemukiman sangat membahayakan kesehatan dan keamanan penduduk.
Kita memerlukan bukti - bukti yang relevan sebagai berikut. 1 Setiap kali sampah di tempat pembuangan itu terbakar mengakibatkan asap dan
terbawa angin ke segala penjuru sehingga menimbulkan polusi yang sangat mengganggu masyarakat di sekitarnya.
2 Tumpukan sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tak sedap, tersebar kemana - mana sehingga mengganggu kesehatan masyarakat sekitarnya.
3 Anak - anak sering bermain - main di tempat pembuangan sampah yang terlalu dekat dengan pemukiman itu. Hal ini sangat membahayakan kesehatan mereka.
Di samping bahaya terbakar, juga berbagai pecahan logam, kaca, dan jenisnya yang sangat membahayakan anak - anak tersebut.
4 Tumpukan sampah di tempat pembuangan sampah itu juga merupakan sarang berbagai binatang yang membahayakan bagi kesehatan manusia seperti tikus,
kecoa, dan ular. Binatang - binatang ini berkeliaran pula di rumah - rumah penduduk di sekitar tempat pembuangan sampah tersebut.
5 Penduduk di daerah sekitar tempat pembuangan sampah itu beberapa kali diserang penyakit muntaber.
6 Penduduk di sekitar tempat pembuangan sampah itu banyak yang menderita penyakit kulit.
Berdasarkan bukti - bukti yang dikumpulkan itu dapat ditarik kesimpulan umum yang dirumuskan: “Tempat pembuangan sampah tidak boleh diadakan di
dekat daerah pemukiman karena sangat membahayakan penduduk sekitarnya”. Saudara, yang kedua adalah bukti - bukti yang digunakan untuk mendukung
kesimpulan umum harus cukup banyak. Seberapa besar jumlah bukti itu bergantung pada: 1 pentingnya masalah yang dibahas, 2 luasnya jangkauan
masalah, dan 3 sulitnya pembaca untuk diyakinkan Syafi’ie, 1988.
Cara pengembangan argumentasi dengan proses kebalikan dari teknik induktif adalah pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif. Marilah kita ikuti
uraian berikut ini.
Teknik Deduktif Pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif ini dimulai dengan suatu
kesimpulan umum yang kemudian disusul uraian mengenai hal - hal yang khusus.
133
Sebagaimana pengembangan teknik induktif, pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif juga memerlukan bukti - bukti untuk mendukung uraian yang
disajikan. Alasan - alasan atau bukti - bukti yang memperkuat atau mendukung kesimpulan dalam argumentasi deduktif ini disebut premis.
Marilah kita lihat contoh penerapan argumentasi deduktif berikut ini. Premis
: Semua suku Jawa dapat berbahasa Jawa. Parto orang Jawa.
Kesimpulan atau Konklusi : Parto dapat berbahasa Jawa.
Dari contoh di atas kita lihat bahwa kedua pernyataan yang pertama melengkapi premis sebagai tumpuan untuk dapat ditariknya kesimpulan. Sistem
penalaran deduktif dengan susunan unsur - unsur secara demikian itu disebut silogisme syllogism. Bentuk ini terdiri atas tiga bagian: dua premis diikuti sebuah
kesimpulan. Premis pertaama sebagai premis mayor membuat pernyataan umum tentang sesuatu sebuah objek, ide, suatu keadaan. Premis mayor mengandung
proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu. Adapun premis yang kedua disebut premis minor yang berisi lebih lanjut tentang sebuah terem
term dalam premis mayor. Premis minor ini merupakan proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa fenomena yang khusus sebagai anggota dari
kelas tadi.
Pada contoh berikut ini “Seorang guru pastilah seorang pendidik. Orang yang berdiri di depan saya ini adalah seorang guru. Karena itu orang yang duduk di
belakang saya ini adalah juga seorang pendidik”.
Premis mayor : Seorang guru pastilah seorang pendidik.
Premis minor : Orang yang berdiri di depan saya ini adalah seorang guru.
Kesimpulan : Karena itu orang yang duduk di belakang saya ini adalah
juga seorang pendidik.
Pada umumnya premis mayor itu mendahului premis minor, walaupun tidak selalu begitu. Pada contoh berikut ini.
Premis minor : Si Manis adalah kutilang.
Premis mayor : Kutilang adalah burung.
Kesimpulan : Si Manis adalah burung.
Premis minor mendahului premis mayor. Selanjutnya jika kesimpulan pada sebuah silogisme merupakan perluasan
logis logical extention dari ide yang ada dalam premis, maka kesimpulan itu dikatakan sahih valid.
Hanya saja perlu Anda ingat bahwa sebuah kesimpulan belum tentu merupakan kesimpulan yang benar. Coba Anda perhatikan misalnya silogisme berikut ini.
Premis mayor : Semua orang Indonesia berakhlak mulia.
134
Premis minor : Siti orang Indonesia.
Kesimpulan : Siti berakhlak mulia.
Kesimpulan dalam silogisme di atas adalah sahih, karena mengikuti premis sebagaimana mestinya. Akan tetapi, premis mayornya tidak tepat inaccurate.
Tidak semua orang Indonesia berakhlak mulia sehingga kesimpulannya menjadi tidak benar. Demikianlah suatu silogisme akan menghasilkan kesimpulan yang
benar manakala premisnya benar atau tepat dan kesimpulannya sahih.
Nah, beberapa prinsip yang penting dari argumen deduktif telah kita ketahui. Sekarang marilah kita perhatikan kutipan di bawah ini.
Contoh 3 Masalah penelitian bahasa cukup rumit karena bahasa adalah sistemnya,
sistem artinya ia mempunyai hierarki sistem. Dengan demikian, penelitian bahasa menjadi ruwet. Di samping itu, variabel - variabel dalam penelitian bahasa, baik
terapan maupun murni, sangat sulit untuk dikontrol. Hal lain yang menyulitkan ialah karena bahasa itu bersifat terpadu integrated, dan sesuatu yang terpadu sulit
untuk diteliti daripada jika ia merupakan sesuatu satuan yang unit - unitnya mudah dipisahkan. Oleh karena sulitnya bahasa, maka biasanya para peneliti berusaha
memisahkan salah satu komponen bahasa dan kemudian barulah komponen itu diteliti. Cara semacam ini memang lemah, tetapi karena ini merupakan satu -
satunya cara yang sementara ini bisa dilakukan, maka mau tidak mau kita harus bersedia menerimanya. Kesulitan lain ialah karena bahasa itu pada dasarnya lisan
dan diucapkan manusia yang bisa berubah setiap saat dan justru faktor manusiawi inilah yang menyulitkan penyelidikan bahasa.
Pada kutipan di atas, kedua kalimat yang mengawali karangan tersebut sebenarnya mengandung tataan silogisme yang menjadi ciri dasar argumen
deduktif. Kalimat pertama merupakan premis dan kalimat kedua menjadi kesimpulannya.
Premis : Masalah penelitian bahasa cukup rumit karena bahasa
adalah sistemnya, sistem artinya ia mempunyai
hierarki sistem. Kesimpulan
: Dengan demikian, penelitian bahasa menjadi ruwet. Tataan silogisme kedua kalimat tersebut dapat kita perjelas sebagai berikut.
Premis mayor : Penelitian bahasa adalah penelitian hierarki sistem bahasa.
Premis minor : Hierarki sistem bahasa itu ruwet.
Kesimpulan : Dengan demikian penelitian bahasa m Begitulah sebenarnya
dapat Anda katakan bahwa susunan silogisme dalam karangan tersebut kurang jelas, dan karena itu Anda pun dapat mengaturnya sebagai berikut: penelitian
135
bahasa adalah penelitian terhadap hierarki sistem bahasa. Oleh karena hierarki sistem bahasa itu ruwet, maka penelitian bahasa pun menjadi cukup ruwet atau
rumit.
Saudara, marilah kita lanjurkan untuk mempelajari jenis karangan yang terakhir, yaitu karangan persuasi.
C. Persuasi Karakteristik Persuasi
Dalam kehidupan sehari - hari, dalam melakukan kegiatan sosial kita selalu menggunakan bahasa sebagai alatnya. Dalam berkomunikasi tersebut kita
mempunyai bermacam - macam tujuan. Salah satu tujuan kita berkomunikasi adalah menyampaikan pengaruh kepada mitra wicara kita. Dengan kata lain, kita
ingin mempengaruhi orang lain lewat bahasa. Bentuk tuturan atau karangan yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain inilah yang disebut persuasi.
Istilah persuasi merupakan alihan bentuk kata persuasion dalam bahasa Inggris. Bentuk kata persuasion diturunkan dari kata to persuade yang artinya
membujuk atau meyakinkan. Jadi, karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya - bujuk, berdaya - ajuk, ataupun berdaya himbau yang
membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata lain,
persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa.
Berdasarkan pengertian persuasi di atas, tentunya sudah bisa kita bedakan persuasi dengan argumentasi. Logika merupakan uraian primer dalam karangan
argumentasi. Sebaliknya dalam karangan persuasi, di samping logika, perasaan juga memegang peranan penting. Keterlibatan unsur logika dalam karangan
persuasi itu menyebabkan persuasi sering menggunakan prinsip - prinsip argumentasi. Tentunya kita menyadari hal itu. Kita akan bisa menerima dengan
perasaan longgar ide orang lain bila ide itu disampaikan dengan penalaran yang bisa kita terima. Sebaliknya, kita tidak akan bisa menerima ide orang lain kalau
ide itu tidak disertai penalaran. Oleh karena itu, struktur karangan persuasi kadang - kadang sama dengan karangan argumentasi, tetapi diksinya berbeda. Diksi
karangan argumentasi mencari efek tanggapan penalaran, sedangkan diksi karangan persuasi adalah suatu bentuk eksposisi yang dirangkai dengan deskripsi
tetapi mempunyai tujuan tertentu, yakni menggoda pembaca untuk melakukan sesuatu atau mengarahkan pembaca kepada suatu sikap tertentu.
Di samping itu, karangan argumentasi memiliki ciri khas ialah karangan yang berupaya membuktikan suatu kebenaran sebagai digariskan dalam proses
penalaran penulis. Sebaliknya, persuasi berusaha mencapai suatu persetujuan atau penyesuaian kehendak penulis dengan pembacanya; ia merupakan proses untuk
meyakinkan pembaca supaya pembaca mau menerima apa yang diinginkan penulis menjadi ruwet.
136
Karena identitas yang berbeda seperti terurai di atas, maka ada implikasi tertentu pada pembaca dalam menyikapi keduanya. Penyikapan terhadap ide yang
terdapat dalam karangan argumentasi adalah penyikapan logika, sedangkan penyikapan terhadap ide yang terdapat dalam persuasi di samping penyikapan
logika, juga penyikapan emosional. Karangan persuasi ini biasanya dipakai dalam dunia politik, pendidikan, advertensi, dan dunia propaganda. Untuk memperjelas
uraian di atas marilah kita kaji kutipan karangan persuasi dalam dunia advertensi berikut ini
Contoh 1
Pesona Pulau Paling Eksotis
Christmas Island tampak mungil di peta, namun pada kenyataannya adalah
pulau karang yang kokoh di Samudra India. Alam tropis Christmas Island menghadirkan pesona eksotis yang menakjubkan dan tak dimiliki oleh pulau
lainnya.
Christmas Island Resort , sebuah resort berbintang 5 dengan kemewahan
eksklusifnya, menambah suasana liburan Anda di Christmas Island lebih menyenangkan dan bergairah.
Hanya 45 menit dari Jakarta, berarti kurang dari satu jam Anda sudah berada di Christmas Island melalui jadwal penerbangan 5 kali seminggu bersama Sempati
Air .
Aneka pertualangan rekreatif dapat Anda lakukan sendiri seperti, melakukan kegiatan yang menantang keberanian Anda: memancing di laut lepas game
fishig , berolahraga bukit karang sekaligus menikmati keindahan pemandangan di
laut, menyelam ke dasar Samudra India untuk mengagumi pesona karang dan kekayaan lain miliknya scuba diving, atau bersantai dalam kemewahan resort
eksklusif bertaraf internasional.
Hanya dengan mengeluarkan biaya mulai dari Rp. 950.000,00. Anda sudah dapat menikmati kemudahan berupa returnairfares dari Jakarta berikut biaya
akomodasi 2 malam untuk 2 orang, penawaran ini hanya berlaku untuk waktu yang terbatas. Keterangan lengkap mengenai aneka paket liburaan Christmas
Island
dapat Anda peroleh dari travel agent berikut ini: Buana Travel Service, Wita Tour, Setia Tour Travel, PT. Dwi Daya Worldwide Travel, Smailing Tour,
Akpindo Rabbit Tour, Fajar Tour, Mulindo Tour, Vaya Tour, Ramantha Travel, atau hubungi biro perjalanan lokal Anda.
Kutipan di atas adalah sebuah wacana iklan yang berbentuk persuasi. Karangan tersebut didukung oleh unsur - unsur tertentu yang dapat mempengaruhi orang
lain, antara lain: 1 judul karangan yang disusun secara provokatif dengan
137
maksud agar pembaca tertarik membaca karangan dan lebih lanjut menyetujui, mau melakukan apa yang dipaparkan penulis; 2 perwujudan gaya yang baik,
yaitu perwujudan dan gaya karangan yang menarik perhatian pembaca. Perwujudan dan gaya ini antara lain tampak pada kejelasan tujuan, yaitu
membujuk pembaca agar mau berekreasi ke Christmas Island, tataan yang baik dan diksi yang afektif dan 3 terdapat pemusatan perhatian. Bila kita telusuri isi
setiap paragraf karangan tersebut terdapat pemusatan perhatian pada satu fokus, yaitu pada betapa menarik dan idealnya Christmas Island dijadikan tempat
berekreasi.
Alat Pengembangan Karangan Persuasi Untuk dapat meyusun karangan persuasi yang efektif diperlukan kemampuan
menciptakan persuasi, yaitu kemampuan memanfaatkan alat - alat persuasi sebagai berikut: 1 bahasa, 2 nada, 3 detail, 4 pengaturan organisasi, dan 5
kewenangan Akhmadi, 1980. Inilah alat - alat persuasi yang dapat kita pakai untuk mengembangkan sebuah karangan persuasi. Marilah kita bahas satu per satu
alat pengembangan persuasi tersebut.
1. Bahasa Bahasa adalah alat komunikasi. Sebagai alat, bahasa sangat luwes dalam
menjalankan fungsinya. Artinya, bahasa dapat dipakai oleh pemakaiannya untuk kepentingan apa saja selama dalam batas - batas fungsinya sebagai alat
komunikasi. Anda tentunya dapat mengaitkan pikiran ini dengan kenyataan kehidupan sehari - hari. Karena pemakaian bahasa yang luwes ini kita dapat
menemukan akibatnya dalam masyarakat: terjadinya penipuan, kesuksesan, kedengkian, percekcokan, dan sejenisnya. Kita bisa mengaitkan masalah ini
misalnya dengan kemampuan seorang “Penjual Obat”. Obat atau jamu yang dibawanya biasanya disangsikan orang ketinggian mutunya. Tetapi mengapa dia
bisa berhasil memperdayakan orang lain untuk membeli obat atau jamunya? Salah satu faktor yang tidak bisa diingkari adalah karena bahasa yang dipakainya. Dia
berhasil memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengatakan bahwa bahasa adalah alat yang cukup primer dalam mewujudkan paparan persuasi.
2. Nada Nada yang dimaksud di sini adalah nada pembicaraan. Nada tersebut
berkaitan dengan sikap pengarang dalam menyampaikan gagasannya. Dalam kehidupan, tentunya kita dapat menjumpai bermacam - macam nada, antara lain:
nada marah, nada senang, nada sedih, dan nada bersemangat. Masing - masing
138
nada itu dapat dipakai sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Seorang anak akan meninggalkan kebiasaan berdustanya, misalnya apabila dia
diberi kata - kata marah oleh orang tua atau gurunya.
Seorang pegawai bawahan akan bersemangat dalam bekerja seandainya mendapatkan kata - kata pujian dari atasannya atau majikannya.
Sebagai pengarang, tentunya kita harus menentukan nada karangan persuasi kita. Kita harus bisa membayangkan respons apa yang ada pada pembaca. Sebuah
karangan akan direspons oleh pembaca dengan rasa kasihan, maka persuasi kita bernada sedih. Bila pembaca merasa takut, maka nada persuasi kita adalah nada
marah dan menakutkan. Demikian seterusnya, setiap respons dapat dipakai sebagai alat pengukur untuk melihat nada persuasi kita.
3. Detail Dalam karangan persuasi, detail cukup penting dalam kedudukannya sebagai
alat persuasi. Yang dimaksud detail adalah uraian terhadap ide pokok sampai ke bagian yang sekecil - kecilnya. Untuk memilih detail pengembangan persuasi
perlu kita pertimbangkan hal - hal berikut:
a. Penting - tidaknya detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman pembaca;
b. Jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk medukung ide pokok; c. Macam detail yang seharusnya diangkat untuk mendukung ide pokok;
d. Kapan setiap detail itu dihadirkan?; e. Ada - tidaknya korelasi dan relevansi detail dengan ide pokok yang sebaiknya
diangkat. Detail yang baik adalah detail yang esensial dalam mendukung tujuan
persuasi. Detail yang esensial ini adalah detail yang dapat memenuhi kriteria - kriteria di atas. Dengan kehadiran detail yang baik, usaha penalaran dan tujuan
persuasi menjadi lebih jelas.
4. Organisasi Organisasi ini menyangkut masalah pengaturan detail dalam sebuah karangan.
Dalam persuasi, pengaturan detail menggunakan prinsip “mengubah keyakinan dan pandangan”. Artinya detail - detail itu bagaimana pun pengaturannya harus
kita usahakan mampu mengarahkan keyakinan dan pandangan pembaca. Penataan detail - detail ini ada beberapa cara, antara lain, cara induktif, cara deduktif, cara
kronologi, dan cara penonjolan.
5. Kewenangan Kewenangan authority dapat kita sebut sebagai alat persuasi. Kita tentunya
bertanya siapa orang - orang yang berwenang ini? Apakah kita juga berwenang menulis paparan persuasi? Sebelum kita menjawab identitas orang yang
mempunyai kewenangan dalam bidang persuasi ini, kita harus mengetahui batasan
139
pengertian kewenangan itu. Kewenangan dalam hal ini tidak selalu berkaitan dengan kewenangan hukum. Kewenangan menyangkut “penerimaan dan
kesadaran” pembaca terhadap pengarang. Seorang pengarang diyakini pembacanya sebagai orang yang berwenang apabila dia: a mempunyai dasar
hukum menduduki jabatan - jabatan tertentu, b berkecimpung dalam bidang - bidang ilmu pengetahuan tertentu, dan c mampu menunjukkan pola pikir yang
bermutu. Kewenangan yang dimiliki oleh seorang pemimpin formal adalah kewenangan hukum, kewenangan yang dimiliki oleh seorang profesor adalah
kewenangan profesional, dan orang yang tidak mempunyai dasar hukum jabatan atau profesi bisa juga mempunyai kewenangan apabila dia mampu menunjukkan
pola berpikir yang bermutu dalam paparannya.
Nah, sekarang kita bisa menjawab apakah kita mempunyai kewenangan dalam membuat persuasi. Kalau kita pejabat, maka kita dikatakan mempunyai
kewenangan hukum. Kalau kita sarjana, maka dikatakan memiliki kewenangan profesional. Dan jika kita bukan pejabat, bukan belum sarjana tetapi pola pikir
kita bagus, maka kita mempunyai kewenangan membuat persuasi atas dasar kualitas pola berpikir kita yang bagus itu.
Saudara, sampai di dini kita telah membahas lima macam corak karangan, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Yang perlu kita ingat
adalah bahwa pembagian bentuk karangan seperti itu pada dasarnya bersifat teoritis. Dalam kenyataan, sulit bagi kita untuk menulis karangan yang sepenuhnya
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi. Kelima bentuk karangan itu umumnya dipakai secara bergantian dalam satu karangan kita. Deskripsi yang
murni boleh dikatakan tidak ada dalam praktik karang - mengarang. Tetapi dalam eksposisi biasanya kita mempergunakan deskripsi dan narasi. Demikian pula bila
kita menulis argumentasi atau persuasi, kadang - kadang kita hidupkan karangan tersebut dengan deskripsi atau narasi.
140
Saudara, demi kianlah kajian kita mengenai argumentasi. Selanjutnya, untuk mengukur penguasaan Anda atas materi yang telah Anda pelajari, kerjakanlah
latihan berikut. Bacalah kutipan karangan di bawah ini
Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Indonesia Dewasa Ini
Dalam hubungan ini marilah kita perhatikan beberapa fakta yang dapat dengan mudah terlihat dalam masyarakat kita dewasa ini. Fakta - fakta itu antara
lain ialah sebagai berikut. Pemakaian bahasa di seluruh daerah Indonesia dewasa ini belum dapat kita katakan seragam. Perbedaan - perbedaan dalam struktur
kalimat, struktur kata, lagu, kalimat, ucapan, dan ejaan dengan mudah.
Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan di luar lingkungan rumah tangga sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi pun belum lagi berjalan dengan sewajarnya oleh karena di kantor - kantor atau jawatan - jawatan, pemakaian bahasa daerah lebih menonjol,
sedangkan pada beberapa kantor tertentu bahasa asing lebih berkuasa, walaupun pada dinding - dinding kantor tersebut terpasang slogan - slogan yang berbunyi:
“Berbicaralah dalam bahasa Indonesia”, “Jagalah bahasa Indonesia”, “Hormatilah bahasa Indonesia”, dan sejenisnya.
Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV, pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuda kita pada umumnya
belum memperlihatkan kesanggupan menggunakan bahasa Indonesia yang terjaga baik, baik lisan maupun tertulis.
Kami menyadari bahwa fakta - fakta yang kami kemukakan di atas itu bukanlah semata - mata disebabkan oleh hasil pengajaran bahasa di sekolah -
sekolah saja, tetapi ada faktor lain yang ikut mempengaruhinya. Misalnya, perkembangan dan pertumbuhan bahasa Indonesia yang sangat pesat, pengaruh
bahasa daerah yang sangat kuat terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia itu, dan sebagainya. Walaupun demikian, kami beranggapan pelaksanaan pengajaran
bahasa Indonesia di sekolah - sekolah yang belum memuaskan sangat besar pengaruhnya terhadap fakta - fakta itu.
141
Keterampilan berbahasa Indonesia yang baik belum tertanam dalam diri murid - murid dan sikap mereka terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasa kesatuannya belum lagi tumbuh dengan semestinya.
Drs. Yazir Burhan, Problema Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia 1. Apakah topik karangan argumentasi di atas?
2. Teknik apa yang digunakan untuk mengembangkan karangan argumentasi tersebut? Jelaskan
3. Bagaimana tataan argumentasi pada di atas? Kerjakanlah latihan tersebut dengan baik Setelah selesai mengerjakan latihan
di atas bandingkan jawaban Anda dengan Kunci atau Rambu - rambu Latihan yang ada di bawah ini.
Saudara, inilah Rambu - rambu atau Kunci Jawaban Latihan di atas. 1. Karangan di atas membahas pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah yang belum memuaskan berpengaruh terhadap fakta pemakaian bahasa Indonesia.
2. Teknik pengembangan karangan argumentasi di atas adalah teknik induktif. Penulis memaparkan sejumlah detail khusus sebagai bukti yang kemudian
diakhiri dengan kesimpulan konklusi. 3. Karangan di atas tersusun dengan tataan argumentasi sebagai berikut.
a. Detail - detail khusus : Fakta pemakaian bahasa Indonesia di seluruh
daerah Indonesia yang berbeda; pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan, sebagai bahasa di persuratkabaran, radio, dan TV, di
lingkungan pemuda belum baik.
b. Kesimpulan : Pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia yang belum
memuaskan di sekolah - sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap fakta pemakaian bahasa Indonesia tersebut.
Untuk mengukur pemahaman dan keterampilan Anda tentang bentuk karangan persuasi, kerjakanlah latihan berikut ini dengan sungguh - sungguh
Hati - Hati terhadap Pengaruh Kebudayaan Asing
Pengaruh kebudayaan asing melanda masyarakat Indonesia sejak dulu sampai kini baik di bidang sastra, musik, tari, sport, mode, film, dan gaya hidup.
Dalam dunia sastra kita mengenal novel pop atau cerita detektif. Musik klasik, musik Hawaian sampai dengan hard rock lama mengusai pencinta musik kita. Tari
balet, breakdance sudah tidak asing lagi bagi kita. Jenis olahraga waitankung, joging, golf, tenis banyak dilakukan masyarakat. Mode pakaian maksi, midi,
sampai mini berganti melanda muda - mudi kita. Gaya hidup memakai blue jeans, makan sosis, minum bir, dan pergi ke salon seakan - akan merupakan simbol
modernitas yang setiap orang diajak menggapainya.
142
Keadaan di atas merupakan kenyataan bahwa masuknya kebudayaan asing menimbulkan perubahan sikap mental yang justru hanya terbatas pada pola atau
gaya hidup yang konsumtif. Pola berpikir produktif atau cara berpikir baru yang dituntut dalam kehidupan masyarakat modern yang sedang membangun hanya
sedikit sekali menyentuhnya.
Jika cara hidup kita bagi dalam tiga golongan besar: cara berpikir, cara bekerja, dan cara hidup, maka akibat pengaruh budaya asing, cara hidup seorang
lebih cepat berubah daripada cara berpikir atau cara bekerjanya. Ironis sekali bila dalam masa pembangunan ini seseorang lebih dahulu mengubah konsumsinya,
sebelum ia mengubah apa yang dihasilkan atau bahkan sebelum ia mengetahui cara baru untuk menghasilkannya.
Bagaimanakah sikap kita dalam menerima pengaruh kebudayaan asing? Kita tidak apriori menentang usaha - usaha untuk memperkaya kebudayaan kita selama
sesuai dengan unsur - unsur dan norma - norma kesusilaan kita. Dalam mempertimbangkan unsur - unsur mana yang dapat memperkaya ataupun merusak
kebudayaan kita, maka Pancasila merupakan alat seleksi setajam - tajamnya.
Aktivitas kebudayaan nasional kita, baik dalam bidang kesusastraan maupun dalam cabang kesenian lain bahkan gaya hidup, harus selalu mencerminkan jiwa
dan watak nasional dan bersumber pada amanat keluhuran budi nenek moyang kita serta sesuai dengan tuntunan bangsa yang sedang membangun. Seluruh
aktivitas kebudayaan nasional harus bernada teleskopi. Artinya, melihat ke jarak jauh, sambil memupuk jiwa percaya kepada kekuatan diri sendiri serta tetap
berakar pada Pancasila.
Oleh karena, itu hati - hatilah terhadap pengaruh kebudayaan asing, jangan sampai membuat kita tercerabut dari akar kebudayaan bangsa sendiri.
Berdasarkan karangan di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini 1. Menurut Anda, apakah karangan di atas dapat disebut karangan persuasi?
Jelaskan alasan Anda 2. Alat persuasi apakah digunakan dalam karangan di atas? Jelaskan alasan Anda
3. Susun ulanglah kerangka karangan yang mungkin mendasari karangan di atas Kerjakanlah latihan tersebut dengan baik Jika Anda mengalami kesulitan,
silakan Anda menggunakan Rambu - rambu atau Kunci Jawaban Latihan berikut ini
1. Ya, karangan di atas dapat disebut karangan persuasi, sebab karangan di atas mengajak untuk tidak apriori menanggapi masuknya kebudayaan asing tetapi
diminta untuk berhati - hati terhadap pengaruhnya. 2. Alat persuasi yang digunakan dalam karangan di atas adalah detail atau fakta -
fakta yang relevan dihubungkan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan.
143
3. Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengidentifikasi gagasan utama setiap paragraf. Selanjutnya, Anda mengelompokkan dan memilih
berbagai gagasan utama itu. Kemudian, susunlah secara runtut menjadi sebuah kerangka karangan.
Setelah kita mempelajari argumentasi dan persuasi, selanjutnya, marilah kita
simak rangkuman materi Kegiatan Belajar 2 berikut inI
RANGKUMAN Karangan argumentasi ialah karangan yang isinya terdiri atas
paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk
memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Jadi, pada setiap karangan
argumentasi selalu terdapat alasan argumen ataupun bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara sedemikian rupa guna
mempengaruhi keyakinan pembaca. Secara sederhana setiap argumen selau menjelaskan suatu pertalian antara dua pernyataan
atau asersi assertion yang biasanya diurutkan. Asersi pertama merupakan alasan reason bagi asersi kedua.
Karangan argumentasi dikembangkan dengan dua teknik, yaitu: 1 teknik induktif, dan 2 tingkah deduktif. Pengembangan
argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti - bukti
kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Adapun pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif dimulai dengan
suatu kesimpulan umum yang kemudian disusul uraian mengenai hal - hal yang khusus. Alasan - alasan atau bukti - bukti yang terdapat
dalam argumentasi deduktif ini disebut premis.
Sistem penalaran deduktif disebut juga silogisme syllogism. Bentuk silogisme ini terdiri atas tiga bagian: dua premis diikuti
sebuah kesimpulan. Premis pertama sebagai premis mayor membuat pernyataan umum tentang sesuatu sebuah objek, ide, sesuatu
keadaan. Dan premis kedua disebut premis minor yang berisi lebih lanjut tentang sebuah terem term dalam premis mayor. Premis
minor ini merupakan proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa fenomena yang khusus sebagai anggota dari kelas tadi.
144
Karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya - bujuk, berdaya - ajuk, ataupun berdaya himbau yang dapat
membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dari
pengertian persuasi tersebut, tentunya sudah bisa dibedakan persuasi dengan argumentasi. Sebaliknya dalam karangan persuasi, di samping
logika, perasaan juga memegang peranan penting. Keterlibatan unsur logika dalam karangan persuasi itu menyebabkan persuasi sering
menggunakan prinsip - prinsip argumentasi. Sebaliknya, kita tidak akan bisa menerima ide orang lain itu atau ide itu tidak disertai penalaran.
Oleh karena itu, struktur karangan persuasi kadang - kadang sama dengan karangan argumentasi, tetapi diksinya berbeda. Diksi karangan
argumentasi mencari efek tanggapan penalaran, sedangkan diksi karangan persuasi mencari efek tanggapan emosional.
Di samping itu, karangan argumentasi memiliki ciri khas ialah karangan yang berupaya berupaya membuktikan suatu kebenaran
sebagai digariskan dalam proses penalaran penulis. Sebaliknya persuasi berusaha mencapai suatu persetujuan atau
persesuaian kehedak penulis dengan pembacanya; ia merupakan proses untuk meyakinkan pembaca supaya pembaca mau menerima apa yang
diinginkan penulis.
Untuk dapat menyusun karangan persuasi yang efektif diperlukan kemampuan menciptakan persuasi, yaitu kemampuan memanfaatkan
alat - alat persuasi yang berupa: 1 bahasa, 2 nada, 3 detail, 4 pengaturan organisasi, dan 5 kewenangan.
145
TES FORMATIF 3
Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat 1. Hal - hal yang dikomunikasikan dalam karangan eksposisi adalah hal - hal di
bawah ini, Kecuali . . . . A. Data faktual yang dianalisis
B. Suatu penafsiran objektif terhadap fakta C. Uraian fakta pendirian seseorang
D. Fakta sejarah yang disusun secara kronologis Bacalah karangan di bawah ini untuk menjawab pertanyaan nomor 2 - 5
Media Cangkok Tanaman Buah
Mencangkok merupakan cara termudah untuk memperbanyak tanaman buah karena tidak diperlukan keahlian khusus untuk melakukannya. Banyak hobiis
tanaman memilih cara ini dibandingkan dengan okulasi, sambung pucuk, atau stek. Apalagi dengan mencangkok semua sifat induk akan diturunkan sama persis
ke bibitnya.
Meskipun mudah dilakukan, media yang terbaik untuk mencangkok selalu menjadi pertanyaan. Untuk itu, kebun perkebunan Trubus telah mencoba
mencangkok tanaman buah menggunakan spaghnum moss, akar kadaka, sabut kelapa
, dan tanah. Beberapa jenis tanaman yang dicangkok adalah rambutan binjai, jambu air, dan mangga arum manis. Masing - masing tanaman dicangkok
dengan menggunakan empat jenis media setiap jenis sebanyak lima cangkokan. Hasil akhir masing - masing tanaman tampak pada tabel berikut ini.
Tanaman Akar
kadaka spaghnum
moss sabut
tanah
Rambutan binjai Jambu air
Mangga +2 bulan
+3 bulan +3 bulan
+2 bulan +3 bulan
+3 bulan +2 bulan
+3 bulan +3 bulan
- +3 bulan
-
146
Tabel di atas dapat dibaca antara lain sebagai berikut. Cabngkok tanaman buah rambutan, binjai sudah siap dipotong dalam waktu dua belajar jika media
cangkok yang diunakan adalah spaghnum moss, Akar kadaka, atau sabut kelapa, tetapi tanaman jambu air dan mangga arum manis memerlukan waktu tiga bulan
dengan media yang sama.
Tanaman jambu air dapat juga dicangkok dengan menggunakan media tanah dan waktu yang diperlukan juga tiga bulan. Tetapi, binjai dan mangga arum
manis tidak dapat tumbuh jika dicangkok dengan menggunakan media tanah. 2. Karangan eksposisi di atas bertujuan memaparkan . . . .
A. Proses pencangkokan tanaman buah B. Perbandingan hasil cangkokan tanaman buah
C. Media untuk mencangkok tanaman buah D. Media tanah tidak baik untuk mencagkok tanaman buah
3. Teknik utama yang dipakai dalam pengembangan karangan di atas adalah teknik . . . . .
A. Perbandingan C. Klasifikasi
B. Ilustrasi D. Identifikasi
4. Gagasan utama paragraf pertama adalah . . . . A. Mencangkok merupakan cara termudah untuk memperbanyak tanaman buah
B. Banyak hobiis tanaman memilih cara ini dibandingkan dengan okulasi, sambung pucuk, atau stek
C. Dengan mencangkok semua sifat induk akan diturunkan sama persis ke bibitnya
D. Mencangkok tidak diperlukan keahlian khusus 5. Peryataan berikut tentang karangan di atas benar, kecuali . . . .
A. Tabel yang disajikan penulis memperjelas eksposisi B. Pengembangan paragraf ketiga menggunakan teknik identifikasi
C. Penulis tidak menjelaskan secara eksplisit tujuan tulisannya D. Hubungan antargagasan dalam karangan di atas tidak padu
6. Yang disebut argumentasi adalah suatu pertalian antara . . . . A. Dua pernyataan atau asersi assertion
B. Premis mayor dan minor C. Premis dan kesimpulan
D. Eviden dan premis
147
Bacalah kutipan berikut untuk menjawab nomor 2 - 3 Alat komunikasi utama untuk mengantarkan pengetahuan ialah bahasa, baik
lisan maupun tulisan. Penemuan - penemuan baru dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan perlu diumumkan dalam bentuk tulisan bahasa tulis yang
dapat dipahami oleh pembacanya tanpa menimbulkan keraguan penafsiran. Betapa pun taraf ilmu yang hendak dikomunikasikan, bahasa pengantarnya harus mampu
mengemukakan setiap pengertian mengenai ilmu itu tanpa harus memenuhi syarat, dan pemakainya juga harus mengusai penggunaan semua kaidah bahasa pengantar
itu dengan sebaik - baiknya. Oleh karena itu, bagi penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan itu terlebih dahulu kita perlu mengusai seluk - beluk bahasa
yang dipakai sebagai alat komunikasi. 7. Argumentasi yang terdapat dalam kutipan di atas adalah argumentasi . . . .
A. Induktif C. Deduktif - induktif
B. Deduktif D. Induktif - deduktif
8. Dalam tataan argumentasi pada karangan di atas. Kalimat pertama merupakan . . .
A. Konklusi C. Premis mayor
B. Premis D. Premis minor
9. Pernyataan di bawah ini benar, kecuali . . . . A. Logika merupakan unsur primer dalam karangan argumentasi. Sebaliknya
dalam karangan persuasi, di samping logika, perasaan juga memegang peranan penting.
B. Bentuk - bentuk karangan ilmiah seperti: papermakalah seminar, simposium, lokakarya, esai, skripsi, tesis disertasi bercorak argumentasi.
C. Karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya - bujuk, berdaya - ajuk, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan
ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan dilontarkan oleh penulis.
D. Pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan kesimpulan umum
lebih dahulu kemudian diungkapkan bukti - bukti yang berkaitan dengan topik.
10. Diksi karangan persuasi mencari efek tanggapan . . . . A. Penalaran
C. Rasional B. Emosional
D. Logis – rasional
148 Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang ada
pada bagian belakang bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah Jawaban Anda yang benar Tingkat Penguasaan = —————————————— x 100
10 Arti Tingkat Penguasaan :
90 - 100 = Baik Sekali 80 - 89 = Baik
70 - 79 = Cukup 69 = Kurang
Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 ke atas, Anda telah berhasil menyelesaikan bahan belajar mandiri ini. Bagus Akan tetapi apabila tingkat penguasaan
Anda masih di bawah 80 , Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum anda kuasai.
149
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
Tes Formatif 1
1. C 2. D
3. B 4. C
5. B 6. B
7. C 8. D
Tes Formatif 2
1. D 2. C
3. A 4. A
5. C 6. A
7. B 8. C
9. D 10. B
150
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. 1997. Menulis I: Buku Materi Pokok EPNA 22032 SKSMODUL 1 - 6,
Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Depdikbud. Akhmadi, Muhsin, dkk. 1980. Komposisi Bahasa Indonesia I: Pengertian Wacana dan
Jenis Tipe - tipenya . Malang: Departemen Bahasa Indonesia, FKSS IKIP
Malang. Cohen, B. Bernard L. 1973. Writing About Literature. Illinois: Scoot, Foresman and Co.
Hefferman, J. A. W., dan J. E. Lincoln. 1990. Writing: A College Handbook. 3 rd. edition, New York: W. W. Norton Co.
Keraf, Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Ende - Flores: Nusa Indah. 1987. Argumentasi dan Narasi
. Jakarta: PT Gramedia. Sumarjo, Jakob dan Saini K. M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Syafi’ie, Imam. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti, Depdikbud.
151 GLOSARIUM
Abstrak : tidak berwujud atau tidak berbentuk
Eksposisi : uraian tentang maksud dan tujuan missal suatu karangan
Estetis : indah, mengenai keindahan
Fiksi : cerita rekaankhayalan
Imajinasi : citra, gambarankesan sesuatu dalam benak seseorang
Karakteristik : ciri khas atau sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Prosa : karangan bebas tidak terikat oleh aturan seperti puisi
Prosa Persuasi : karangan bebas yang bersifat membujukmerayu Prosa argumentasi
: karangan yang bersifat meyakinkan orang lain Prosa eksposisi
: karangan yang bersifat menerangkan atau menjelaskan suatu hal
Video yang berhubungan