Dakwah yang dilakukan dengan pendidikan dan pengajaran disebut metode

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai kenyataan bahwa tata cara memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Tata cara atau metode lebih penting dari materi, dalam bahasa Arab dikenal dengan  Al-Thariqah ahammu min al-Maddah. Ungkapan ini sangat berhubungan dengan kegiatan dakwah. Bagaimana pun sempurnanya materi, bahan-bahannya lengkap dan topik-topik yang disajikan sesuai dengan keadaan yang terjadi, tetapi bila disampaikan dengan cara yang kurang baik akan menimbulkan kesan yang negative. Sebaliknya, walaupun materinya kurang dan topic-topik yang diangkat kurang sesuai dengan apa yang terjadi saat itu, namun bila disajikan dengan cara yang menarik, bahasanya yang baik, maka akan menimbulkan kesan yang positif.

            Oleh sebab itu, memilih cara dan metode yang tepat untuk berdakwah sangat dianjurkan supaya dakwah itu tampil secara aktual, fakual dan konstekstual. Karena kegiatan dakwah dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan. Tanpa ketepatan metode dan keakuratan cara, kegiatan dakwah akan berputar dalam pemecahan masalah tanpa solusi dan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.

            Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang artinya cara atau jalan. Dalam bahasa Arab metode disebut thariqh dan manhaj yang berarti tata cara. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata metode mengandung arti “cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk suatu maksud, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.

Metode dakwah adalah satu kaidah atau cara untuk mengajak manusia mendekatkan diri dengan mentauhidkan Allah secara benar dan sempurna. Dalam arti kata yang lain, metode dakwah ini merupakan satu ilmu yang mengajar pendakwah tentang cara untuk menyampaikan dakwah secara tepat dan sesuai pada setiap keadaan dan masa yang ditempuh. Ini juga secara tidak langsung mengajar pendakwah mengetahui bagaimana keadaan subjeknya atau mad’unya. Setelah itu, pendakwah dapat merancangkan cara atau teknik yang berkesan untuk mempengaruhi mad’unya apabila ia menyampaikan dakwah.

Secara umumnya, metode dakwah yang diguna pakai sejak zaman Rasulullah hingga sekarang ialah berdasarkan kepada firman Allah SWT di dalam surah An-Nahl ayat 125 : “Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahasalah dengan mereka (yang Engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; Sesungguhnya Tuhanmu Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalannya, dan Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.”

Disini saya akan membahas salah satu metode dalam berdakwah yaitu Metode Mauizhah Hasanah, yang mengandung arti cara memberi pengajaran yang baik. Pemaknaan mauizah hasanah dalam ayat-ayat Al-Quran tertuju kepada peringatan yang baik dan dapat menyentuh hati sanubari seseorang, sehingga para mad’u terdorong untuk berbuat baik.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Al-Mauidzah Hasanah

Secara bahasa, mauizah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mauizah dan hasanah. Kata Mauidzah berasal dari kata wa’adzaya’idzu-wa’adzan-‘idzatan yang berarti, nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan. Sedankan Hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan.

Secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain:

  1. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanuddin, Al-Mauizhah Hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Quran.
  2. Menurut Abd. Hamid Al-Mauizhah Hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.

Jenis-jenis Dakwah Al-Mauidzah Hasanah

Secara bahasa Nasihat berasal dari bahasa Arab yaitu Nashaha yang berarti khata yaitu menjahit. Sebagian ahli ilmu berkata nasihat adalah perhatian hati terhadap yang dinasihati. Nasihat adalah salah satu cara dari al-mauizah al-hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada hukuman dan akibatnya.

Secara terminologi nasihat adalah memerintah atau melarang atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Nasihat harus berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan keimanan dan petujuk. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran.

öqs9ur $¯Rr& $oYö;tFx. öNÍköŽn=tã Èbr& (#þqè=çFø%$# öNä3|¡àÿRr& Írr& (#qã_ã÷z$# `ÏB Nä.̍»tƒÏŠ $¨B çnqè=yèsù žwÎ) ×@ŠÎ=s% öNåk÷]ÏiB ( öqs9ur öNåk¨Xr& (#qè=yèsù $tB tbqÝàtãqム¾ÏmÎ/ tb%s3s9 #ZŽöyz öNçl°; £‰x©r&ur $\GÎ7÷Vs?

Artinya: “Dan Sesungguhnya kalau kami perintahkan kepada mereka: “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu”, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”.

Nasihat dalam berdakwah mengajak manusia kepada akidah yang benar dan melarang mereka mengikuti akidah yang rosak, seorang aktiviti dakwah sebaiknya lebih banyak menggunakan metode memberi nasihat yang baik daripada metode berbantah, metode menyanyangi dan berbelas kasih daripada metode mengingkari dan mencela. Dia memilih metode yang disukai dan ucapan-ucapan yang beradab.

a. Pengertian Tabsyir

Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang berarti memperhatikan, merasa senang. Menurut Quraish Shihab basyara berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah.  Dalam bahasa Arab basyara artinya kulit, karena kulit yang membuat kelihatan indah. Kata tabsyir diartikan dengan berita gembira karena membawa keindahan dan kebaikan.

Tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah. Terminologi tabsyir dalam konteks dakwah adalah informasi, berita yang baik dan indah sehingga boleh membuat orang gembira untuk menguatkan keimanan sekaligus sebagai sebuah harapan dan menjadi motivasi dalam beribadah serta beramal soleh.

Tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya. Menurut penulis, tandzir adalah ungkapan yang mengandung unsur peringatan kepada orang yang tidak beriman atau kepada orang yang melakukan perbuatan dosa atau hanya untuk tindakan preventif agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa dengan bentuk ancaman berupa seksaan di hari kiamat.

  • Menguatkan atau memperkokoh keimanan,
  • Memberikan harapan,
  • Menumbuhkan semangat untuk beramal,
  • Menghilangkan sifat keragu-raguan.

Kata tandzir atau indzar secara bahasa berasal dari kata na-dza-ra, menurut Ahmad bin Faris adalah suatu kata yang menunjukan untuk menakutkan. Tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian dakwah dimana dimana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuesinya

Bentuk-bentuk tandzir, yaitu:

Konsep ini diberikan kepada orang yang ketagihan kesenangan terlarang.

Meskipun manusia suka berbuat jahat, terkadang mereka berusaha menutupinya agar tidak ketahuan oleh orang lain. Dengan adanya pengungkapan keburukan, terkadang dapat menyadarkan manusia untuk kembali kepada kebaikan sehingga mereka menjadi sadar.

Menakut-nakuti manusia agar tidak berbuat dosa, dapat dilakukan dengan mengungkapkan bahayanya doa tersebut.

  • Penegasan adanya bencana segera

Menakut-nakuti manusia agar tidak melakukan kriminal dan kezaliman, dapat dilaksanakan dengan menegaskan adanya bencana dan kemelaratan yang akan menimpanya.

  • Penyebutan peristiwa akhirat

Kita dapat mendorong manusia agar mengerjakan bermacam-macam kebaikan dan meninggalkan berbagai kejahatan, dengan menyebut berbagai peristiwa akhirat seperti azab neraka.

Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab dari kata Washa-Washiya-Washiatan, yang berarti pesan penting berhubungan dengan sesuatu hal. Secara terminology wasiat adalah sarana untuk mencapai tujuan dakwah. Bila dikaitkan dengan kebenaran, wasiat adalah profil paling cemerlang untuk tegak menjaga kebenaran dan kebaikan. Bila dikaitkan dengan kesabaran, wasiat mampu mengerakkan potensi umat untuk semakin kuat dan tegar dalam kebenaran, dalam mencapai tujuan kesatuan perjalanan solidariti umat dalam semangat pantang menyerah.

Pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah ucapan berupa arahan (taujih) kepada orang lain (mad’u) terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi.

  1. Bentuk wasiat yang mempunyai internalisasi dengan dakwah
  • Bentuk Wasiat dalam Al-Quran

Allah berfiraman dalam Al-Quran surat An-Nisa: 131

¬!ur $tB ’Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur ’Îû ÇÚö‘F{$# 3 ô‰s)s9ur $uZøŠ¢¹ur tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# `ÏB öNà6Î=ö6s% öNä.$­ƒÎ)ur Èbr& (#qà)®?$# ©!$# 4

”Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh kami Telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah”.

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah melalui para nabi dan kitab suci yang telah diturunkan kepada mereka telah mewasiatkan kepada orang-orang yang telah diberi kitab suci sebelum ummat Islam, yaitu para umat nabi Ibrahim, Daud, Musa, dan Isa. Dan Allah juga mewasiatkan kepada umat Islam agar bertaqwa kepada Allah. Kandungan wasiat diatas adalah takwa.  Jadi, bila dikaitkan dengan dakwah maka wasiat dalam konteks ini adalah ucapan seorang da’I kepada mad’u yang bermuatan perintah tentang sesuatuyang bermanfaat dan mencakup kebaikan di masa yang akan datang.

  • Bentuk wasiat dalam hadits
  1. Anjuran berwasiat kepada kitab Allah
  2. Wasiat nabi untuk para ulama
  3. Wasiat nabi untuk para wanita
  1. Konsepsi wasiat dalam metode dakwah

Tantangan bagi aktivis dakwah adalah tuntutan untuk merumuskan konsep secara professional. Tuntutan tersebut bagi da’I dalam medan dakwah sudah diingatkan oleh nabi SAW, lewat sabdanya yang berbunyi: sesungguhnya Allah sangat senang jika salah seorang diantara kamu melakukan sesuatu dengan cara yang tekun (professional). Diantar unsur tersebut adalah esensi wasiat dalam dakwah, kapan wasiat diberikan kepada Mad’u, materi apa yang harus diberikan dalam wasiat, dan apa efek wasiat terhadap mad’u.

Bercerita tentang kisah-kisah yang mengandung hikmah sangat efektif untuk menarik perhatian para mad’u yang dapat membuat imaginasi yang atas peristiwa-peristiwa masa lampau mahupun yang akan datang, bahkan hal ini adalah merupakan pola yang terbaik untuk dilakukan para da’i dan akan dengan mudah merasuk ke dalam jiwa para komunikan khusus pada anak-anak. Kerana dengan mendengar cerita seperti ini telah dicontohkan kepada Rasulullah SAW sejak dahulu, di mana ketika beliau berdakwah, beliau seringkali bercerita tentang kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah dari pelajarannya.

BAB III

KESIMPULAN

Sejatinya manusia adalah suci sebagai fitrahnya, dan tatkala sebagian manusia melenceng dari fitrahnya maka bagi manusia yang lain supaya meluruskannya. Ketika sebagian manusia telah menyimpang dari ketentuan Allah SWT.  hendaknya  memberi nasihat yang baik, mengajak kembali ke jalan yang benar. Dengan cara berdakwah salah satunya adalah dengan metode Mauizah Hasanah.

Dari beberapa pengertian di atas, istilah mau’idzah hasanah  mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Munir. (2013). Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media. Cet. Ke-3

Islahi, Amin Ahsan. (1982). Serba-Serbi Dakwah. Bandung: Pustaka

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA