Berapa suhu pembakaran kedua pada proses pembuatan keramik yaitu?

Oleh Liputan6 pada 01 Feb 2003, 07:57 WIB

Diperbarui 01 Feb 2003, 07:57 WIB

Perbesar

Liputan6.com, Jakarta: Anda pasti sering melihat berbagai benda kesenian keramik. Baik yang dipajang seperti tiruan binatang dan miniatur perlengkapan rumah tangga maupun yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Sebut saja mulai dari mug, piring, sampai asbak. Ternyata, tak sulit mempelajari pembuatan benda seni yang sudah ada sejak ribuan tahun silam itu. Baru-baru ini, SCTV berkunjung ke tempat kursus sekaligus workshop keramik milik Haryo Adiputro di kawasan Jakarta. Pertama-tama, siapkan tiga komponen utama keramik yang terdiri dari yaitu tanah liat, alat-alat pembentukan, dan alat pembakaran. Warna bahan baku tanah liat beragam tergantung daerah asalnya. Dari Sukabumi biasanya berwarna kuning, sedangkan tanah liat Kalimantan abu-abu. Untuk bisa menghasilkan keramik yang permukaannya halus, tanah liat harus dipisahkan dari batu atau pasir dengan cara membasahinya dan menggilingnya sampai halus. Setelah itu, tanah liat diuleni atau ditindih dengan kayu agar udara di dalamnya keluar sehingga tanah liat menjadi padat.

Tahap kedua adalah pembentukan. Cara sederhana yang biasa dipakai adalah teknik slab yakni meratakannya dengan roller dan bending wheel. Bisa juga dengan menggunakan meja putar yang digerakkan kaki. Pada tahap ini, tanah liat bisa dibentuk menjadi apa saja sesuai selera. Bisa seperti botol, gelas, atau hiasan dinding. Setelah jadi, biasanya tanah liat dilapisi glasir, semen, atau bahan pelapis lainnya. Tujuannya, agar tanah liat yang cenderung rapuh ini bisa kedap air sehingga nantinya tak mudah retak. "Glasir ini berbahan dasar gelas. Ada yang mengkilap ada pula yang doff. Warnanya juga macam-macam sesuai selera," jelas Haryo. Setelah jadi dibentuk, hasil karya tadi mesti dibakar dalam suhu maksimum maksimum 1.000 derajat Celcius.

Setelah diwarnai dengan glasir, masuklah ke tahap ketiga yakni pembakaran akhir. Proses ini memakan waktu sekitar delapan jam tergantung ketebalan keramik dan bahan dasarnya. Sementara suhu tungku pembakaran harus mencapai 1.200 derajat Celcius. Sesudah melewati semua tahapan ini, jadilah keramik dalam berbagai bentuk dan warna nan menarik.

"Saya mempelajari ini karena memang hobi sekaligus memanfaatkan waktu luang," ungkap Naomi, peserta kursus di workshop Haryo. Tapi, menurut Haryo, tak sedikit pula peserta kursusnya yang mempelajari kesenian ini untuk segi bisnis. Maklum, saat ini kerajinan tangan tersebut punya pangsa pasar cukup menjanjikan.(MTA/Esther Mulyanie dan Yuli Sasmito)

Ilustrasi proses pembuatan keramik. Sumber: Freepik.com

Keramik adalah salah satu kerajinan tangan yang menggunakan tanah liat sebagai bahannya. Prosesnya melalui pembakaran dengan suhu minimal 700 derajat celsius. Hasil kerajinan keramik biasa dijadikan sebagai hiasan seperti vas bunga, hiasan lampu, guci, pot bunga, piring hias, dan mug.

Cara membuat keramik membutuhkan waktu yang cukup lama. Dibutuhkan kesabaran agar keramik yang dihasilkan memuaskan dan sesuai dengan yang diharapkan. Kurangnya rasa sabar justru akan membuat hasil kerajinan keramik tidak sesuai harapan.

Amir Khosim dalam buku Geografi kelas X menjelaskan soal bagaimana proses pembuatan keramik. Ada 6 tahapan pembuatan keramik yang harus dilewati, yaitu:

Tanah liat yang masih berupa bubuk harus diolah terlebih dahulu dengan cara disaring dalam kondisi basah. Maksudnya, ketika akan disaring, tanah dicampur dengan air agar debunya tidak beterbangan sekaligus membuat tanah liat lebih mudah dibentuk.

Kemudian, tanah dijemur selama satu sampai dua minggu hingga menjadi semakin liat. Agar tetap lembap dan liat saat dipakai, tanah harus disimpan di dalam plastik yang terlindung dari cahaya.

Langkah selanjutnya adalah pembentukan tanah liat sesuai dengan kreativitas masing-masing. Dikutip dari buku Pend Seni Rupa SMP 1 (K-04) oleh Dedi Nurhadiat, ada empat teknik yang digunakan dalam pembentukan tanah liat, yaitu teknik lintingan, pijitan, butsir, dan putar.

Teknik lintingan adalah teknik yang digunakan dengan cara menyusun lintingan-lintingan kecil. Teknik pijitan adalah teknik yang digunakan dengan cara menyusun keratan lempengan bahan sesuai dengan rencana pembuat.

Teknik butsir adalah cara mengurangi sedikit-demi sedikit bahan menggunakan sudip hingga bahan terbentuk. Sedangkan teknik putar adalah teknik membuat keramik dengan menggunakan alat bernama kickwell/handwell. Teknik yang paling sering digunakan oleh para pengrajin keramik adalah teknik putar.

Ilustrasi proses pembuatan keramik. Sumber: Freepik.com

Setelah dibentuk, keramik dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Jika keramik dirasa sudah kering, proses bisa dilanjutkan ke tahap berikutnya.

4. Pembakaran tahap pertama

Keramik akan dibakar hingga dua kali. Pada tahap pertama, keramik dibakar selama 9 jam pada suhu 900 derajat celsius. Setelah sampai pada suhu dan waktu tersebut, keramik tidak boleh langsung diambil. Sebab, keramik akan mengalami thermal shock (perubahan suhu yang drastis) dari oven yang panas menuju suhu ruangan.

Jika langsung dikeluarkan, keramik kemungkinan besar akan pecah dan oven bisa rusak. Oleh karena itu, keramik bisa didiamkan terlebih dahulu hingga oven mencapai suhu 0 derajat. Biasanya, untuk mencapai suhu tersebut, waktu yang dibutuhkan mencapai dua hari dua malam.

Pada tahap finishing, keramik bisa dihaluskan dan diwarnai sesuka hati. Alat yang digunakan untuk menghaluskan biasanya adalah ampelas.

Setelah keramik jadi sesuai dengan bentuk yang diinginkan, keramik dibakar kembali untuk membuatnya lebih kuat. Pembakaran kedua ini dilakukan pada suhu 1.220 derajat celsius selama 10 jam.

Setelah pembakaran kedua, keramik sudah siap untuk dijual, dijadikan hiasan, atau digunakan untuk kegiatan sehari-hari.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA