Berapa lama virus covid di dalam tubuh

22 Juli 2020

Tes darah di laboratorium untuk melacak Covid-19 dan terbentuknya antibodi virus corona (Picture Alliance/Zoonar/R.Kneschke-DW.com)

Riset pada pasien Covid-19 yang sembuh tunjukkan, perlindungan kekebalan tubuhnya terhadap corona turun bahkan hilang setelah dua atau tiga bulan. Ini memicu pertanyaan ilmuwan mengenai pengembangan vaksinnya.

Orang yang sembuh dari infeksi virus biasanya punya respons kekebalan dan mengembangkan proteksi terhadap penyakit bersangkutan. Sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi, yang mampu mengenali virusnya jika menyerang untuk kedua kali. Antibodi juga tahu cara memeranginya.

Namun dalam kasus virus corona SARS-CoV-2 pemicu Covid-19, penelitian terbaru yang dilakukan di rumah sakit Schwabing di München Jerman, menunjukkan adanya penyimpangan dari hal lazim itu. Clemens Wendtner, dokter kepala di rumah sakit itu, melakukan rangkaian pengujian kekebalan pasien Covid-19, yang dirawat akhir Januari 2020 dan dinyatakan sembuh. 

Tes menunjukkan turunnya jumlah antibodi pada tubuh mereka secara signifikan. Wendtner mengatakan bahwa "antibodi yang menghentikan serangan virus, menghilang hanya dalam waktu dua sampai tiga bulan pada empat dari 9 pasien yang dimonitor."

Hasil pemantauan tersebut juga serupa dengan investigasi yang sudah dilakukan di Cina. Riset di Cina juga menunjukkan, antibodi virus SARS-CoV-2 pada bekas pasien Covid-19 tidak ada lagi dalam darah mereka. Dalam kondisi seperti ini, pasien bisa kembali terinfeksi virus corona karena tidak lagi memiliki perlindungan.

Penelitian lanjutan dengan skala lebih besar masih perlu dilakukan untuk menegaskan anomali ini. Namun temuan awal ini memberikan indikasi, bahwa gelombang kedua infeksi mungkin terjadi, di mana pasien juga kemungkinan mengembangkan kekebalan normal. Hal ini akan mengubah cara para pakar menangani Covid-19, termasuk melonggarkan tindakan social distancing.

Tes antibodi pada pasien COVID-19

Saat ini ada beberapa cara untuk mendiagnosa infeksi SARS-CoV-2. Salah satunya tes PCR, yang melacak indikasi keberadaan virus dengan menangkap langsung material genetikanya. Cara lainnya dengan mendeteksi adanya antibodi. Tes jenis ini memberikan informasi tidak langsung menyangkut adanya infeksi.

Tes antibodi massal virus corona sangat berguna, karena memberikan data status imunitas komunal. Tes antibodi juga bisa mengungkap kasus Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala atau gejalanya ringan. 

Tapi, jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa pasien dalam jangka waktu beberapa bulan kehilangan lagi antibodi virus corona bisa dikonfirmasi dalam tes lanjutan, ini berarti kita bisa kembali ke situasi awal pandemi, di mana setiap orang berisiko terinfeksi.

Salah satu cara untuk meredam penyebaran virus adalah dengan mengembangkan "herd immunity" alias kekebalan kelompok dalam populasi. Tapi hingga kini para pakar masih berdebat menyangkut persentase yang diperlukan untuk itu.

Satu kelompok menyebut, herd immunity Covid-19 akan tercapai jika 60% populasi sudah kebal terhadap virusnya. Kelompok lain bahkan menyebutkan kuotanya bisa sampai 90% populasi hingga dapat tercapai kekebalan kelompok.

Tapi dengan hasil riset terbaru itu, yang mengindikasikan kekebalan bisa hilang lagi dalam beberapa bulan, artinya gelombang kedua infeksi bisa saja terjadi. Herd immunity tidak terbentuk, dan berbagai kebijakan baru harus dijabarkan ulang.

Tes efektivitas kekebalan tubuh

Yang juga menarik dari riset ilmuwan di Cina yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature Medicine, adalah perbedaan efektivitas imunitas pada pasien Covid-19 yang sembuh. Disebutkan dalam hasil riset itu, pasien yang tidak menunjukkan gejala sakit, mengembangkan kekebalan tubuh yang lebih lemah, dibanding pasien dengan gejala berat.

Riset di Cina memfokuskan diri pada 37 pasien tanpa gejala dan 37 pasien Covid-19 dengan gejala lebih berat. Penulis laporan menyebutkan, pada kedua kelompok lebih 90% menunjukkan adanya penurunan jumlah antibodi penetral virus corona. Namun pada kelompok pasien asimptomatik, menurunnya jumlah antibodi berlangsung lebih cepat dibanding pasien dengan gejala sakit.

Penelitian lebih lanjut dengan ekstraksi antibodi 175 bekas pasien dalam jaringan sel di laboratorium yang disebut tes “in vitro“, menunjukkan hampir semua pasien punya proteksi sel dari serangan virus corona. Namun belum diketahui, apakah efektivitas antibodinya sama, jika berada dalam tubuh atau “in vivo“.

Sebagai perbandingan, antibodi virus corona jenis lainnya, bertahan hingga minimal satu tahun dalam tubuh. Misalnya virus SARS yang mewabah 2003 di Asia Tenggara, atau virus MERS yang mewabah 2012 di kawasan Timur Tengah.

Implikasi pada pengembangan vaksin

Semua data dan hasil riset terbaru yang dilaporkan punya implikasi pada pengembangan vaksin untuk melawan SARS-CoV-2. Sejauh ini ada 130 kandidat vaksin yang sedang menjalani tes praklinis atau tes klinis di seluruh dunia. 

Pengembangannya dapat dilakukan dengan cara konvensional dengan virus mati atau yang dilemahkan, maupun dengan metode baru yang disebut vaksin DNA atau RNA menggunakan informasi genetika virusnya.

Tapi jika antibodi alamiah menghilang sangat cepat, dipertanyakan berapa lama keampuhan respons vaksin terhadapmSARS-Cov-2? Sejauh ini memang belum ada vaksin yang terbukti ampuh dan mendapat izin edar. Semuanya kini harus melewati lagi rangkaian tes, sebelum bisa menemukannya. 

(as/ae/Dw.Com)

Covid-19 adalah wabah pandemi yang menyerang seluruh dunia. Masa inkubasi Covid-19 merupakan interval waktu antara ketika seseorang terinfeksi dan kemungkinan timbulnya penyakit atau gejala Covid pada kasus terkonfirmasi. Waktu antara terjadinya paparan hingga timbulnya gejala atau disebut masa inkubasi, biasanya timbul dalam kurun waktu dua hingga 14 hari. Selengkapnya, simak penjelasan di bawah ini!

Masa inkubasi virus corona merupakan waktu antara terjadinya paparan hingga timbulnya gejala.

Baca Juga: Mungkinkah Penderita Covid-19 Tertular Lagi?

Masa Inkubasi Covid-19

Waktu masa inkubasi dapat diukur melalui eksperimen biologis dan observasi fisiologis. Kemampuan untuk menentukan waktu masa inkubasi sangat penting karena akan berpengaruh pada pengendalian dan pencegahan dari penularan virus Covid-19. Maka dari itu, penentuan masa inkubasi Covid-19 bukanlah perkara yang mudah, karena konsistensi kualitas data terkait lama masa inkubasi belum tersedia. Hal ini disebabkan karena tenaga medis hanya dapat berasumsi akan masa inkubasi seseorang tergantung dari hasil perhitungan tanggal awal orang tersebut terpapar atau kasus terkonfirmasi virus Covid akibat adanya kontak dengan penderita.

Masa inkubasi Covid-19 merupakan sebuah dasar pertimbangan pemerintah Indonesia dalam pembuatan strategi pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi di Indonesia. Strategi ini telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/4641/2021 terkait panduan pelaksanaan pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi dalam rangka percepatan pencegahan dan pengendaian coronavirus disease 2019 (covid-19). Selain dengan memeriksa melalui masa inkubasi, hal ini juga diperkuat dengan adanya pemeriksaan laboraturium. Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada pekerja di bidang tenaga kesehatan dan masyarakat yang tinggal di fasilitas dengan risiko penularan yang tinggi (seperti asrama atau panti, lapas, tempat pengungsian dan rutan).

Baca Juga: Tenggorokan Gatal Akibat Covid-19 dan Cara Penanganannya

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/4641/2021 terkait pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi covid-19, masa inkubasi harus segera dimulai pada seseorang yang diinformasikan melakukan kontak erat dengan penderita covid-19 tidak lebih dari 24 jam sejak kasus indeks terkonfirmasi. Kriteria yang termasuk dalam kondisi kontak erat adalah berdekatan atau melakukan tatap muka dalam radius 1 meter selama 15 menit atau lebih dengan penderita. Melakukan sentuhan fisik langsung dengan penderita, seperti bersalaman, pegangan tangan, dan sebagainya. Seseorang yang memberikan perawatan langsung pada penderita Covid-19 tanpa APD. Mengetahui terjadinya kontak erat ini dapat dihitung sejak 2 hari sebelum gejala timbul atau 2 hari sebelum pengambilan tes swab dengan hasil positif.

Jika tidak melakukan tes Covid-19 upaya untuk mencegah penyebaran virus dengan melakukan karantina 14 hari.

Baca Juga: Titer Antibodi Covid-19: Pengertian dan Fungsinya

Penentuan Masa Inkubasi Covid-19

Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), masa inkubasi Covid-19 akan muncul pada seseorang yang baru terinfeksi virus dalam kurun waktu kurang lebih 5 hari setelah terjadinya kontak. Sebuah studi melaporkan bahwa 97,5% orang yang terinfeksi virus Covid-19 rata-rata akan memunculkan gejala 11,5 hari setelahnya. Para peneliti juga berasumsi bahwa setidaknya ada sekitar 1 dari setiap 100 orang yang terinfeksi dalam situasi saat ini. Maka dari itu, memperkirakan dan mengenali masa inkubasi sangat penting untuk membantu seseorang mengambil langkah-langkah preventif selanjutnya. Setiap orang juga perlu untuk lebih peka terhadap gejala yang ditimbulkan. Seseorang yang telah terpapar infeksi Covid tidak langsung menimbulkan gejala, tetapi mereka dapat menularkannya 48 jam sebelum timbulnya gejala.

Masa inkubasi Covid-19 merupakan hal yang perlu diketahui oleh setiap masyarakat pada masa pandemi. Masa inkubasi Covid-19 adalah interval waktu antara ketika seseorang terinfeksi dan kemungkinan timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penderita Covid-19 akan dinyatakan selesai dan sembuh ketika orang tersebut memiliki hasil exit test negatif pada hari kelima masa inkubasi. Jika tidak melakukan tes tersebut, maka orang tersebut perlu melakukan karantina selama 14 hari. Masa inkubasi perlu dilakukan bagi seseorang terinfeksi virus, supaya penyebaran virus tidak semakin meluas. Masa inkubasi merupakan salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan secara mandiri. Jika memang seseorang positif Covid, maka akan lebih baik mereka melakukan isolasi mandiri. Tidak lupa, melakukan tes PCR atau antigen ketika tubuh sudah merasa lebih baik atau sembuh.

Baca Juga: Serologi Covid-19 Kapan Dilakukan?

Saran Selama Masa Inkubasi Covid-19

Jika Anda pernah kontak erat dengan orang yang terinfeksi Covid-19 baik setelah berpergian atau dari suatu tempat yang menjadi transmisi komunitas. Dengan kondisi tersebut sebaiknya lakukan karantina mandiri untuk mengurangi risiko penularan meskipun belum memiliki gejala apapun atau dalam masa inkubasi Covid-19. Masa inkubasi Covid-19 ini bisa juga menjadi startegi pertimbangan pelacakan untuk memisahkan sesorang yang terpapar Covid-19 dengan data penunjang yakni, hasil pemeriksaan laboratorium.

Jadi kesimpulannya, masa inkubasi merupakan salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan secara mandiri. Jika memang seseorang positif Covid, maka akan lebih baik mereka melakukan isolasi mandiri. Sementara itu, lakukan juga tes PCR atau antigen ketika tubuh sudah merasa lebih baik atau sembuh ya.

Telah direview oleh dr. Febriani K . H.

Source:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA