Bagaimana mengembangkan strategi pengembangan budaya

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Pengembangan budaya adalah suatu proses meningkatkan atau mempertahankan kebiasaan yang ada pada masyarakat dalam kajian pengembangan masyarakat yang menggambarkan bagaimana budaya dan masyarakat itu berubah dari waktu ke waktu yang banyak ditunjukkan sebagai pengaruh global.[1] Pengembangan budaya dikembangkan secara luas melalui kepentingan transnasional.[1] Segala bentuk kesenangan ikut terlibat dalam upaya pengembangan budaya ini.[1] untuk menghadapi globalisasi budaya, sangat sulit bagi masyarakat untuk melestarikan budaya lokal mereka sendiri yang menjadi keunikan wilayahnya, tetapi globalisasi budaya ini merupakan komponen penting dalam pengembangan masyarakat wilayahnya sendiri.[1] Dalam konteks Pengembangan masyarakat, pengembangan budaya memiliki empat komponen yaitu,.[1]

  1. Melestarikan dan menghargai budaya Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka.[2] Oleh karenanya pengembangan masyarakat akan berupaya mengidentifikasi elemen-elemen penting dari budaya lokal dan melestarikannya.[2] Tradisi ini meliputi sejarah lokal dan peninggalan berharga, kerajinan yang berbasis lokal, makanan lokal atau hal lainnya.[2] pengaruh eksternal dapat memisahkan tradisi-tradisi budaya lokai ini, dan strategi masyarakat yang cermat diperlukang-orang pribumi terhadap lahan atau daerah dan terhadap struktur komunitas tradisional yang berkembang seleras dengan lahan atau daerah selama periode waktu jauh lebih lama daripada kolonisasi baru.[2] Komunitas merupakan hal penting bagi kelangsungan budaya dan kelangsungan spritual, dalam arti penting kelesetarian budaya tradisional merupakan kebutuhan yang lebih penting bagi orang-orang pribumi daripada orang lain kebanyakan.[2]
  2. Multikulturalisme Kata ini lazimnya menunjukkan pada kelompok etnis yang berbeda yang tinggal di satu masyarakat tetapi mempertahankan identitas budaya yang berbeda.[2] Oleh karena itu, fokus ini yaitu pada etnisitas dan fitur budaya dari kelompok-kelompok etnis yang berbeda.[2] Kebiasaan-kebiasaan dalam budaya yang relatif homogen tampak hilang, masyarakat harus sampai pada kehidupan bermasyarakat yang multikultural.[2] Bagi beberapa orang, hal ini terjadi karena ketakutan, ancaman, kerugian dan raisal serta ketegangan budaya dan pengucilan.[2] Keanekaragama latarbelakang budaya merupakan realitas bagi banyak masyarakat, dan oleh karena itu merupakan aspek yang penting dari pembangunan masyarakat.[2] Benturan nilai-nilai budaya dan problem-problem yang dialami oleh perseorangan dan keluarga memberikan suasana ketidakstabilan dan kecemasan selama mereka berusaha menemukan sebuah cara melalui konflik ini.[2] Strategi yang digunakan dalam keadaan multikulturalisme yaitu mencakup bekerja dengan pemuka-pemuka masyarakat, meningkatkan kesadaran penduduk, dan menghadapi rasisme.[2]
  3. Budaya partisipatori Aktivitas budaya merupakan fokus penting untuk identitas masyarakat, partisipasi, interaksi sosial dan pengembangan masyarakat.[2] Satu cara untuk mendorong masyarakat yang sehat yaitu dapat mendorong partisipasi yang luas dalam aktivitas budaya, sehingga seni, musik, teater, tarian dan olahraga menjadi sesuatu yang mereka lakukan, bukan yang mereka tonton.[2] Hal ini telah menjadi fokus dari banyak program pengembangan budaya masyrakat; partisipasi budaya dapat dilihat sebagai cara penting untuk membangun modal sosial, memperkuat masyarakat dan menegaskan identitas.[2] Aktivitas-aktivitas yang mungkin dilakukan akan berbeda-beda tergantung pada budaya lokal, budaya lokal dan faktor-faktor lain.[2] Budaya parsipatif juga memiliki potensi untuk mencapai lebih dari memperkuat modal sosial dan bangunan masyrakat.[2] Partisipasi dalam aktivitas budaya merupakan bagian penting untuk membantu orang-orang dari suatu masyarakat untuk memperoleh kembali budaya mereka sendiri dan menolak ikut campur dari pihak di luar mereka.[2]
  • Penyesuaian Biologis
Kondisi alam yang telah semakin berubah seiring dengan perusakan lingkungan sebagai akibat dari global ekonomi. Membuat manusia sulit untuk menyesuaikan dirinya secara biologis terhadap budaya yang berkembang seperti perkembangan budaya yang bertentangan dengan nilai dan norma masyarakat sebelumnya.[3]
  • Penyesuaian Sosial
Pengembangan budaya yang bertele-tele dan terlalu di luar ambang batas norma dan nilai sosial yang ada sebelumnya, akan terasa sedikit sulit untuk disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakatnya.[3]
  1. Internalisasi Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan,hasrat, nafsu, dan emosi dalam upaya pengembangan budayanya.[4] Perasaan yang lahir dari manusia adalah manusia yang tidak pernah merasa puas, sehingga ia berupaya untuk selalu melakukan pengembangan-pengembangan dalam dirinya yang mempengaruhi perubahan pada budaya mereka sendiri.[4]
  2. Sosialisasi Berkaitan erat dengan kajian sistem sosial dalam masyarakat itu sendiri. Kita memahami buadaya dari proses sosialisasi turun-temurun, tetapi adakalanya, proses sosialisasi ini tidak sempurna dilakukan oleh generasi sebelumnya sehingga, membuat budaya yang lama terkadang diambil bagian yang sesuai dengan kondisi sekarang.[4] Sehingga budaya yang ada dulu belum tentu ada untuk saat ini, karena juga dipengerahui oleh global ekonomi yang sedang berlangsung dalam kalangan masyarakat.[4]
  3. Enkulturasi Hal ini tidak lepas dari pengaruh dari luar masyarakat penganut budaya asli, proses ini menjadi faktor pendorong utama dalam peningkatan atau penurunan nilai pada suatu budaya dalam masyarakat.[4] Dengan itu, aspek ini yang berada di luar masyarakat, menjadi indikator yang sangat penting dalam proses pengembangan budaya dewasa ini.[4]

Semakin bernilai hasil dari upaya pengembangan budaya ini bagi masyarakat maka semakin besar harapan untuk meningkatkan budaya tersebut.[5] Jika penghargaan yang diberikan antar satu masyarakat ke masyarakat lainnya dianggap bernilai, maka orang-orang yang melakukan perilaku-perilaku yang sesuai dengan nilai budaya yang baru tersebut, mereka akan mendapat prestise dari masyarakat lainnya.[5]

  1. ^ a b c d e . Jim Ife & Frank Tesoriero. 2006. Community Development. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal 447,448,449,
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Jim Ife. 2002. Community Development. Australian: Longman.ISBN 0-7339-9901-8. Hal 180,181,182,183,184,185,186,187,188
  3. ^ a b Paul B. Horton. 1987. "Sosiologi". Jakarta:Erlangga. Hal 83,84
  4. ^ a b c d e f Koentjaraninggrat. 2009. Ilmu Antropologi. Jakarta: Renaka Cipta. Hal 185,186,187,188,189
  5. ^ a b George Ritzer. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta:Pustaka Belajar. Hal 720,721

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengembangan_budaya&oldid=18653612"

W. Winarto


Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis manajemen budaya belajar yang ada di SMKN 2 Depok, Sleman dan SMKN 2 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Data dianalisis menggunakan teknik analisis interaktif model Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Budaya belajar dibentuk dan dikembangkan berdasar pada analisis masalah yang dihadapi dan analisis kebutuhan yang ada. (2) Budaya belajar peserta didik merupakan sikap dan perilaku yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Budaya belajar terbentuk melalui proses penanaman nilai-nilai dan norma-norma dalam setiap program dan kegiatan yang telah disusun oleh sekolah. (3) Manajemen budaya belajar tidak berdiri sendiri dalam sebuah program atau kegiatan khusus, namun melekat pada setiap program dan kegiatan pada setiap bidang yang ada di sekolah. Manajemen budaya belajar mengacu pada fungsi-fungsi pokok manajemen secara umum, yang meliputi empat fungsi pokok, yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling). (4) Faktor yang mendasari pentingnya manajemen budaya belajar meliputi: perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang semakin cepat, tingkat persaingan yang semakin ketat, dan tuntutan dunia usaha dan industri.

Kata kunci: Nilai dan norma, budaya belajar, manajemen

STRATEGY OF DEVELOPING LEARNING CULTURE IN SCHOOL

Abstract

This research aims to understand and analyze study culture management in SMKN 2 Depok, Sleman and SMKN 2 Yogyakarta. This research is a case study with the qualitative approach. The data were analyzed using the interractiveanalysis technique of Miles and Huberman model. The research results are as follows. (1) The study culture is built and developed based on the problem analysis and need analysis. (2) The study culture is students attitude and behavior on education and learning process. The study culture is built on internalization values and norms in the school’s programs and activities. (3) The culture study management is not in one special program and activity, but it is included in every program and activity in school activity. The study culture management is based on the four general management functions:  planning, organizing, actuating, and controlling. (4) The study culture management is necessary based on some factors, including science technology and information development, high rate of competition and industrial demand.

Keywords: values and norms, study culture, and management


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA