Bagaimana kalian melihat industri kreatif Digital saat ini dengan wirausaha produk grafika

FGD Expo: Mendukung Daya Saing Industri Kreatif di Indonesia Melalui Teknologi Industri Grafika

JAKARTA, 21 Mei 2015—. Industri kreatif merupakan sektor strategis dalam mendukung pertumbuhan pembangunan ekonomi nasional dan memberikan kontribusi penting terhadap perekonomian nasional. Ketersediaan teknologi yang relevan dan kompetitif memberi dorongan bagi pengembangan industri
kreatif di Indonesia. Melalui FGD Expo 2015 yang bertema ‘”Tech Provoke!”’ menjanjikan stimulasi yang dapat memprovokasi pola pikir yang terkait dengan pengelolaan dan pembenahan dalam aspek efektifitas, efisiensi, dan produktivitas usaha.

FGD Expo telah menjadi benchmark bagi industri grafika di Indonesia. Kehadirannya selama 12 tahun telah menjadi showcase perkembangan industri grafika dan juga memiliki pengaruh terhadap arah tren industri kreatif di Indonesia. Ajang pameran dua tahunan ini yang berlangsung sejak tahun 2003, merupakan kegiatan terpadu yang mencakup pameran, presentasi produk dan seminar industri grafika dan kreatif.

FGD Expo mengusung empat pilar yaitu Printing, Packaging, Promotion dan Publishing yang menjadi kekuatan gerak dalam mendukung daya saing industri kreatif di Indonesia. Kehadiran teknologi-teknologi baru menjadi kekuatan yang ditampilkan dalam FGD Expo 2015. Mengingat industri kreatif adalah pengguna intensif dari teknologi, oleh karenanya FGD Expo 2015 secara cermat menyikapi aspirasi dan tuntutan-tututan terhadap pengembangan-pengembangan dan inovasi-inovasi baru dalam teknologi grafika dengan menampilkannya dalam ajang pameran.

Perhelatan FGD Expo 2015 juga akan mengusung program-program edukasi, seperti presentasi produk serta informasi-informasi terkini yang terkait dengan industri grafika. Expo ini dirancang dengan dimensi yang lebar melalui berbagai upaya, seperti mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan para pelaku industri grafika dalam memamerkan dan mempromosikan produk dan jasanya, menghadirkan informasi-informasi terkini bagi para end-users, termasuk pelaku industri kreatif hingga generasi muda. “Generasi muda merupakan salah satu driver pertumbuhan kreatif industri di Indonesia. Mereka membangun kekuatan melalui komunitas, terhubung dengan informasi-informasi global, gelisah mencari gagasan-gagasan dan terobosan-terobosan baru, serta memiliki tuntutan yang tinggi terhadap teknologi. Oleh karenanya FGD Expo dapat menjadi pendukung bagi gerak usaha dan kreativitas mereka, terutama dalam memberikan informasi-informasi mengenai kebaruan-kebaruan dan ragam solusi yang terkait dengan teknologi grafika,” ujar Danton Sihombing, Chairman FGDForum, dalam acara FGDForum-CEO Gathering di Jakarta, Kamis 21 Mei 2015.

Kontribusi Industri Kreatif

Perkembangan industri kreatif Indonesia mulai signifikan, dan kian memiliki keragaman yang akhirnya mampu membentuk pasar sendiri baik di dalam maupun di luar negeri. Kondisi ini secara signifikan memberikan kontribusi terhadap perekonomian yang juga kian besar, tak hanya mendatangkan devisa dan mendorong pertumbuhan tapi juga mampu menyerap tenaga kerja.

Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, dalam acara yang sama mengungkapkan, saat ini sumber daya alam baik berupa migas, kehutanan, maupun kelautan sudah kian menipis. “Maka, industri jasa dan industri kreatif akan menjadi tumpuan di masa depan,” ucapnya.

Dia melihat bahwa kesadaran ekonomi kreatif di tengah-tengah masyarakat terus meningkat serta memiliki potensi besar menyumbang perekonomian nasional dan penyerapan tenaga kerja. “Sumbangan industri kreatif terhadap telah mencapai 6,3 persen GDP, yang mencapai Rp104,73 triliun,” tambahnya

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh INSEAD dalam mengukur Indeks Inovasi Global tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat 87 dari 126 negara, meningkat dari peringkat 99 di tahun 2012. Meskipun Indonesia telah menunjukkan peningkatan, negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand masih tetap unggul, dengan peringkat 71 dan 48 masing-masing. Namun demikian, upaya pemerintah telah membawa peringkat ekspor barang kreatif Indonesia bertumbuh secara dramatis dari peringkat 85 di tahun 2013 menjadi peringkat 25 di tahun 2014.

Menurut Sigit, perkembangan industri kreatif ini harus direspons baik oleh pemerintah,dengan membentuk Menteri Koordinator Jasa dan Industri Kreatif. “Tidak bisa lagi hanya setingkat menteri,” tuturnya.

Ekonom Faisal Basri, yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut memperkuat pernyatataan Sigit. Menurut dia, di tengah kelesuan bisnis sektor lain, khususnya bisnis komoditas (batu bara, karet, batu bara dan lain-lain), juga tekstil, sektor industri kreatif tetap positif perkembangannya. “Rata-rata pertumbuhan di sektor ini 7-10 persen (2000-2015),” jelasnya.

Industri kreatif domestik juga menghadapi tantangan yang cukup berat. Memasuki era pasar bebas ASEAN akhir 2015, industri kreatif dalam negeri harus bersaing dengan produk-produk impor dengan harga dan kualitas yang kompetitif, khususnya produk-produk dari Singapura, Malaysia dan Thailand. Dalam persaingan industri kreatif ASEAN, Thailand dan Vietnam kerap disebut memiliki karakteristik paling serupa dengan Indonesia. Berbeda dengan Singapura yang memiliki kekuatan di bidang teknologi dan Malaysia yang seimbang dalam hal teknologi serta inovasi budaya.

Karena itu, kata Faisal, perlu disusun sebuah kode etik agar persaingan menjadi fair dan kompetitif serta saling menghargai keunggulan industri kreatif masing-masing negara terutama di kawasan Asean. Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia yang besar dan kenaikan jumlah masyarakat berpendapatan menengah menjadikan Indonesia sebuah pasar yang sangat menarik, tidak hanya bagi negara-negara di kawasan ASEAN, tetapi juga negara lain seperti Jepang, Korea, China, dan Eropa. Karena itu, industri kreatif ini sangat bergantung pada kualitas SDM. Bonus demografi di Indonesia dapat mendorong berkembangnya industri kreatif asal diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM.

Faktor lainnya adalah menciptakan brand image produk lokal. Strategi marketing dan branding produk industri kreatif Indonesia perlu ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dan berdaya saing. Salah satu langkah untuk memperkuat posisi pemain lokal adalah melalui
ajang FGD Expo. Karena dengan mengedepankan empat pilar— Printing, Packaging, Promotion dan Publishing ajang ini akan semakin mempercepat dan memperkuat daya saing industri kreatif Indonesia. ***

Suasana FGD CEO Gathering, 21 Mei 2015

Faisal Basri, Pembicara dalam acara FGD CEO Gathering

Sigit Pramono, Industri Kreatif tumpuan masa depan Indonesia

Ki-Ka : Andy S Budiman (Moderator), Guntur Santoso (Dewan PenasehatFGDexpo), Sigit Pramono, Chappy Hakim, Faisal Basri, Danton Sihombing

(Chairman FGD Forum)

Informasi lebih lanjut silahkan hubungi:

Sekretariat FGDforum Sundariyani Sanjaya T: +6221 4586 9175 F: +6221 4586 9185 E:

www.fgdexpo.com

Seven Events Diah Putri T: 021-29054091 ext.109 F: 021-29054092 M: 0812 100 3083

E:

Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”. Konsep penerapannya berpusat pada otomatisasi. Dibantu teknologi informasi dalam proses pengaplikasiannya, keterlibatan tenaga manusia dalam prosesnya dapat berkurang. Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja dengan sendirinya bertambah. Dalam dunia industri, hal ini berdampak signifikan pada kualitas kerja dan biaya produksi. Namun sesungguhnya, tidak hanya industri, seluruh lapisan masyarakat juga bisa mendapatkan manfaat umum dari sistem ini.

Dalam Revolusi Industri 4.0, setidaknya ada lima teknologi yang menjadi pilar utama dalam mengembangkan sebuah industri siap digital, yaitu: Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Cloud Computing dan Additive Manufacturing.
1. Internet of Things (IoT) IoT merupakan sistem yang menggunakan perangkat komputasi, mekanis, dan mesin digital dalam satu keterhubungan (interrelated connection) untuk menjalankan fungsinya melalui komunikasi data pada jaringan internet tanpa memerlukan interaksi antarmanusia atau interaksi manusia dan komputer. Sistem IoT mengintegrasikan empat komponen, yaitu: perangkat sensor, konektivitas, pemrosesan data, dan antarmuka pengguna. Contoh aplikasi IoT di Indonesia: Gowes (IoT untuk bike sharing), eFishery (IoT pemberi pakan ikan otomatis), Qlue (IoT untuk smart city), dan Hara (IoT untuk pangan dan pertanian).

2. Big Data

Big Data adalah istilah yang menggambarkan volume besar data, baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Namun bukan jumlah data yang penting, melainkan apa yang dilakukan organisasi terhadap data. Big Data dapat dianalisis untuk pengambilan keputusan maupun strategi bisnis yang lebih baik. Penyedia Layanan Big Data Indonesia, antara lain: a. Sonar Platform; b. Paques Platform; c. Warung Data;

d. Dattabot.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA