Bagaimana caramu agar aktingmu bagus dalam bermain drama


Annyeong 😀

Jangan bosen-bosen baca ff ini sekalipun ceritanya abstract dan gaje yaa^^

Let’s start

Hana, dul, set…

Title        : Paboya Princess

Cast        : Lee Minje

               Cho Kyuhyun

Choi Siwon

SUPER JUNIOR

Genre      : Romance, humor

Author    : Lee Eun Hye

Warning : This plot is mine, DON’T COPY and DON’T BASHING !

Jika hatiku berdebar kencang dihadapannya, apa itu berarti aku menyukainya?

Jika aku merasa sangat nyaman saat disisinya, apa itu juga berarti aku menyukainya?

Jika ada bagian dari dirinya yang bisa membuatku ikut tersenyum, apa itu artinya aku menyukainya?

Dan jawabannya adalah ya. Aku menyukainya.

Kyuhyun’s POV

Kututup flip ponselku dengan malas. Aku baru saja menyuruh Ahra noona untuk memberi Paboya Princess itu shift tambahan hari ini. Ne, aku melakukannya karna kudengar Siwon hyung berniat mengunjungi tempat kerjanya yang tak lain adalah butik noona-ku. Siwon hyung sudah tiba di Seoul pagi tadi sementara aku masih bertahan di Fukuoka bersama si kepala besar dan si suara anak kucing – Wookie – tanpa bisa melakukan pencegahan.

Apa jawaban noona-ku? Ia sama sekali tidak bisa mengabulkan satu permintaan mendesakku. Katanya, si tuan putri babo itu sudah bekerja keras hari ini dan noona-ku tidak bisa memberinya tugas tambahan. Aishh, Dewi Fortuna, apa kau sedang mengutukku karna aku namja kurang ajar yang tidak tau sopan santun? Apa kau tidak bisa melihat ketampananku lalu mengampuniku kemudian memberikan sekarung keberuntungan padaku?

Jika begini, Siwon akan dengan mudah menemui Paboya Princess itu. Aku sama sekali tidak bisa mencegahnya. Arghhh baiklah, sekarang aku mengaku. Aku cemburu. Aku sengaja mendesak noona-ku agar mau menerima si yeoja paboya itu untuk bekerja di butiknya yang sebenarnya tidak kekurangan pegawai dan tidak ada juga pekerjanya yang mengundurkan diri. Aku juga menyuruh Shindong perut babi itu untuk mengekor pada Leeteuk tiap ia mengunjungi Minje di butik noona-ku – dengan paksaan tentunya. Si perut buncit itu tidak akan mau melaksanakan perintah dongsaengnya terlebih lagi itu adalah aku.

Bagaimana caranya aku memaksa lead dancer itu? Tentu saja seorang namja tampan sepertiku mempunyai cara tersendiri. Aku ingat kejadian itu dengan jelas dimana buntalan lemak itu pernah mengolok-olok masakan tunangannya sendiri, Nari. Ia bilang, ramen buatan Nari sama buruknya dengan buatanku. Yakk, aku mendengar semua itu dan aku ada disana.

Mungkin aku masih bisa berlapang dada dengan ucapannya yang jelas-jelas menghinaku, tapi bagaimana dengan Nari? Aku berani bertaruh, jika hal ini sampai terdengar olehnya, maka nyawa sapi perah itu benar-benar terancam dalam bahaya. Berita Nari membatalkan pertunangannya dengan Shindong Super Junior akan menjadi hot news selama berbulan-bulan di seluruh media Korea Selatan. Ne, mungkin itu terdengar sedikit melebih-lebihkan, tapi seandainya dampak yang ditimbulkan tidak seburuk itu, pastilah cukup membuat mereka bertengkar seminggu penuh bahkan lebih. Kau akan gilla menghadapi amukan tunanganmu itu dan kepalamu akan membesar sebesar gumpalan lemak diperut buncitmu itu, hyung.

“Kyunnie…”

Untuk urusan dengan noonaku, apa kalian pikir itu gratis? Ada harga yang harus kubayar walaupun aku sudah menyembah-nyembah bahkan menuruti segala perintah noona-ku agar ia mau menerima si Minje babo itu di butiknya. Bukan harga dalam bentuk material, ini jauh lebih berat. Ahra noona memintaku mengantarnya kemanapun atau dengan kata lain aku harus bersedia menjadi supirnya. Aku rasa ia tidak berniat meminta imbalan padaku, tapi dia ingin menyiksaku. Yakk, noona kau benar-benar kejam pada dongsaengmu yang artis terkenal ini.

“Kyu-ah…”

Bicara soal artis terkenal, aku jadi ingat dengan ocehan bodoh, si putri jelek Minje itu. Dia pernah menganggapku artis kacangan yang hanya naik pamor beberapa waktu kemudian menghilang ditelan waktu. Aishh, aku benar-benar ingin meremas bibir mungilnya jika mengingat hal ini. Apa selama hidup bergelimang harta kekayaan, ia tak pernah menonton televisi? Bukankah sudah jelas, wajah tampanku ini sering terpampang di layar kaca, bahkan kameramen tolol yang diam-diam adalah fans beratku gemar sekali memenuhi layar televisi dengan gambar close up wajahku.

Dia benar-benar yeoja paboya yang menyedihkan. Bisa-bisanya–

“YAKK, CHO KYUHYUN! Apa telingamu itu sekarang sudah tuli keduanya hah? Sampai kapan kau akan melamun sambil memainkan ponselmu itu?” Suara Wookie membuatku terhenyak. Hampir saja ponsel yang sedari tadi asyik kuputar-putar ini jatuh dari genggamanku karna suara melengkingnya.

“Latihanlah dengan benar, Kyu. Kita tidak boleh mengecewakan ELF malam ini,” ceramah take vocal itu kembali kudengar dari mulut kecil si kepala besar. Kau selalu saja mengguruiku seakan kau ini paling sempurna dalam menyanyi, hyung. Ne, ne, suaramu memang paling baik di Super Junior, aku akui hal itu. Tapi untuk popularitas? Kurasa aku pemenangnya, hyung. Magnae bersuara indah dengan jabatan lead vocal, dance-ku yang makin membaik – tidak seperti octopus dance milikmu – dan otakku yang cemerlang. Siapa yang masih saja berotak dangkal dengan menolak pesonaku?

“Ne, hyung. Kajja, kita latihan sekarang,” aku beranjak dari dudukku. Kepukul bahu Wookie hyung yang hanya setinggi dadaku dengan pelan, menyakukan ponselku kemudian meraih sebotol air mineral di atas meja. “Apa lagu pertama yang akan kita bawakan, hyung?” semoga kedua orang yang sedang serius berlatih vocal itu mendengar pertanyaanku.

“Hyung?” ucapku kembali memanggil mereka. Aishh, KRY seperti neraka saat ini. Jika si kepala besar sudah disatukan dengan si badan kecil setengah pendek itu, pastilah aku dianggap tidak ada. Lenyap.

“Apa sebaiknya aku keluar saja dari KRY?” umpatku setengah kesal.

“Yakk, jaga ucapanmu, babo. Seburuk apapun perilakumu, aku tetap tidak mengijinkanmu keluar, Kyu-ah”

Gotcha ! makhluk cengeng yang melankolis, dramatis dan sok puitis itu merespon juga ucapanku yang penuh sandiwara. HAHAHAHAHA

“Jika kau berani keluar, kupastikan semua koleksi PSP-mu lenyap tanpa sisa,” Yesung hyung ikut menimpali dengan tatapan geram. Kenapa mereka berdua bodoh sekali?

“Anniya. Aku takkan melakukannya asal kalian berdua juga menganggapku. Apa kalian sengaja pamer kemesraan dihadapanku? Aishh, seharusnya Sungmin hyung bergabung disini dan KRY berganti nama menjadi KRYS.”

“Yakk, apa manusia bodoh ini terkena amnesia, hyung?” Wookie mendongakan kepalanya menatap Yesung.

“Kyu-ah, seharusnya kami yang protes. Apa yang kau lamunkan sedari tadi? Belasan kali aku meminta pendapatmu mengenai show malam nanti, tapi kau tetap bergeming tanpa jawaban. Apa Wookie harus mengeluarkan raungannya terlebih dahulu baru kau akan menyahut?” aku terperangah mendapati jawaban dari hyung-ku yang sedikit mengalami gangguan jiwa ini. Jadi daritadi aku melamun?

“Jinjja? Seperti itukah? Kenapa aku tii–”

“Kau terlalu memikirkan Paboya Princessmu itu, Kyu. Apa lima hari terasa begitu lama?” Wookie hyung memotong ucapanku.

Apa aku terlalu merindukannya? Bukankah setiap hari Ahra noona selalu memberiku informasi mengenai yeoja babo itu selama ia bekerja? Dan lagi, Leeteuk hyung juga selalu memberitahukan kabar Minje bodoh itu pada kami. Apa aku sudah menjadi gila hanya karna yeoja itu?

“Tenanglah Kyu. Besok kita kembali ke Seoul. Kau bisa bertemu dengan tuan putrimu itu,” goda Wookie.

“Hyung, magnae kita sedang jatuh cinta rupanya,” Yesung hyung terkekeh mendengar ucapan Wookie barusan. Yak, pendek, kau mau aku menceburkanmu kedalam kolam ikan hiu hah?

“Aku tidak sedang memikirkan yeoja paboya itu, hyung,” kilahku. Aku tidak mungkin mengakui privasi-ku dihadapan mereka. Jika mereka membocorkannya pada member lain, lalu terdengar hingga ke telinga lebar Minje baboya itu, bisa dipastikan riwayatku tamat sudah.

“Dan lagi, aku juga tidak menyukainya. Otakku masih berfungsi dengan baik, hyung. Tidak seperti otak kalian,” seringai tersungging dibibirku.

“Yakk, Cho Kyuhyun! tutup mulutmu dan segera latihan,” Yesung hyung menyodorkanku secarik kertas dengan judul lagu tertulis dibagian tengah atas. Fly.

Baiklah, untuk hari ini aku akan bernyanyi dan besok… aku akan terbang ke Seoul bertemu kembali dengannya. Tunggu aku Paboya Princess, hanya sehari.

Author’s POV

“Aishh, aku tersiksa tanpa Wookie. Tidak ada lagi masakan lezat buatannya,” cibir Heechul yang sibuk membolak-balik halaman komiknya.

“Kau lapar, Chullie?” Minje mengangkat satu alisnya. “Aku bisa memasak untuk kalian semua.”

“Yakk, kau pikir dengan siapa kau berbicara? Usiamu saja baru dua puluh tahun. Beraninya memanggilku seperti itu. Dan lagi, siapa yang sudi memakan masakan terkutukmu itu hah? Heebum saja pasti menolak” emosi namja berdarah AB itu naik satu level dari kekesalannya yang berawalan rasa lapar.

“Apa pantas kau kupanggil, OPPA?” Minje sengaja menaikan suaranya pada kata ‘oppa’. “Bercerminlah didepan kaca, kau jauh lebih cocok kupanggil e-o-nni,” lanjutnya meledek.

“Aishh, ada atau tidak ada Kyu di dorm ini, selagi masih ada kau…” Satu telunjuk Heechul menuding Minje yang duduk dua meter dari hadapannya. “Dorm tidak akan tenang,” Heechul meletakkan komik bacaannya diatas meja kemudian berjalan mendekati Hangeng yang sibuk dengan Siwon didepan televisi.

“Mr. Hangeng, buatkan nasi goreng untukku~” lengan Heechul bergelanyut mesra dileher namja asal China itu.

“Ne,” cukup dengan satu kata Hangeng beranjak dari duduknya menuju dapur dengan Heechul yang mengekor dibelakangnya.

“Aegyo-nya menyeramkan.” Minje mengerucutkan bibir mungilnya lalu bergegas menyambar remote televisi dari genggaman Siwon.

Siwon menatap Minje sekilas kemudian tersenyum manis. “Jika kau menginginkan aegyo yang lebih, Sungmin hyung akan memperlihatkannya.”

“Menggelikan,” jawab Minje tetap fokus pada layar televisi.

“Hyung, kapan KRY kembali ke Seoul? Aku merindukan masakan Wookie hyung,” tiba-tiba saja Kibum ikut duduk disamping Minje membut posisi yeoja itu terapit olehnya dan Siwon.

“Kata Leeteuk hyung, mereka dalam perjalanan menuju Narita tadi. Mungkin saat ini mereka sudah tiba disana,” jawab lelaki yang akrab dipanggil Siwon tersebut.

“Ah, ne,” Kibum menghempaskan tubuhnya ke punggung sofa. Ditatapnya langit-langit ruangan itu sembari menghembuskan nafas lelah. “Aku libur syuting sepekan ini, hyung,” ujarnya.

“Jinjja?” Alih-alih justru Minje yang lebih dulu histeris merespon perkataan Kibum. Mata yeoja itu membelalak lebar dan terfokus pada wajah Kibum.

“Ne, Minje-ssi,” Kibum mengakhiri jawabannya dengan seulas senyum yang sukses membuat yeoja disampingnya nyaris tak sadarkan diri.

Tiba-tiba saja sebuah ide terbesit dipikiran Minje. Misinya, membuat Kibum cemburu. Ya, itu misinya.

“Siwon-ssi, bagaimana jika siang nanti kita makan siang bersama?” tak lupa sebuah senyum menghiasi wajah yeoja itu. Wajahnya mengarah pada Siwon, namun ekor matanya menatap Kibum lekat-lekat. “Makan siang di taman, seperti kemarin….”

Hening.

“Apa kau tidak bekerja?” Siwon mengernyitkan keningnya.

“Anniya. Hari ini aku diliburkan. Jadi? Apa siang nanti kita jadi makan siang bersama?”

“Mianhae, siang ini Yesung hyung, Wookie dan Kyu akan pulang. Bagaimana jika diganti nanti malam?” sedikit rasa penyesalan tergambar di raut wajah Siwon.

“Makan malam? Ne, tentu saja aku mau. Tapi… kau yang bayar ya, Siwon-ssi?” Minje tertawa hambar.

Siwon tersenyum ramah mendengarnya. “Tentu saja,” tangan namja jangkung itu mengacak-acak rambut Minje hingga sedikit berantakan kemudian ia sendiri yang merapikannya.

“Gomawo” sengaja Minje memperlebar senyumannya  tak lupa diliriknya Kibum yang tetap terdiam sembari menatap layar televisi. Namja dengan julukan ‘killer smile’ itu asyik menonton drama tanpa mempedulikan percakapan dua orang didekatnya.

Melihat hal itu, Minje hanya bisa menghela nafas lelah kemudian mengerucutkan bibir mungilnya. Diliriknya Kibum untuk yang kesekian kalinya, namun tetap saja namja itu diam dan terfokus pada layar kaca dihadapannya.

“Kyu-ah, Jaljinaesyeoyo?” Sebuah senyuman lebar tergambar jelas di wajah Minje begitu Kyuhyun masuk kedalam dorm.

Kyuhyun terkejut melihat yeoja dengan rambut bergelombang yang tiba-tiba saja menyambut kepulangannya dari Jepang. Darahnya berdesir cepat dan raut wajah kaget itu masih belum bisa dihilangkannya.

“MWO?! Apa aku tidak salah dengar? Kau memanggilku dengan menyebutkan namaku? HAHAHA, ada apa denganmu? Apa selama lima hari tidak melihat wajah tampanku, kejiwaanmu sedikit terganggu karna terlalu merinduku? Ommo~”

“Aissh, mengesalkan.” Cibir Minje yang segera berlari girang menemui Kibum di ruang tengah. “Kibum oppa, bagaimana? Sikapku tadi sudah manis kan sebagai seorang yeoja?”

“Mwo?!” Kyuhyun membelalakan kedua bola matanya.

Minje membalikan badannya kembali menghadap Kyuhyun. “Telingamu tuli hah?” tanyanya. Seulas seringai terpancar diraut wajahnya. Satu tangannya berada di pinggang, kemudian yeoja itu sedikit memiringkah kepalanya.

“Kau pikir aku akan dengan senang hati bersikap manis padamu? Jangan harap. Dalam dunia mimpi sekalipun hal itu takkan pernah terjadi. Aku sedang belajar menjadi yeoja yang manis dan Kibum oppa sebagai songsaenimku. Bukan begitu, oppa?” tanya Minje yang dibalas dengan anggukan dari Kibum.

Kyuhyun masih berdiri mematung di dekat pintu sembari menggerutu.  “Aishh yeoja itu… Kau membuatku gila, paboya princess,” Kyuhyun mengacak-acak rambutnya sendiri, seperti penderita kelainan jiwa atau lebih tepatnya pasien rumah sakit jiwa. Dilangkahkannya kedua kakinya menuju kamar.

“Gwenchanayo?” tiba-tiba saja Siwon muncul, menghalangi jalan sambil menepuk sebelah bahu Kyuhyun pelan.

Kyuhyun mengalihkan pandangan matanya kearah lain disekitar ruangan, ia memilih untuk menghindari tatapan mata hyung-nya yang satu itu.”Ne, nan gwenchana, hyung.”

Siwon tersenyum penuh arti pada sang magnae Super Junior dihadapannya. “Sampai kapan kau akan terus bersikap seperti itu padanya? Apa rencana yang sedang kau buat, Kyu-ah?”

“Sampai dia berhenti melihat namja lain dan hanya terfokus padaku”

“Seperti itukah?” seringai lebar tersungging dari bibir Siwon. “Kenapa kau bisa seyakin itu?”

“Karna yeoja itu sudah ditakdirkan untukku. Dia yang akan menjadi takdirku, dan tidak ada seorang pun yang bisa mengubahnya” Kyuhyun membalas seringai dari Siwon kemudian memalingkan wajahnya. “Sudahlah, hyung. Aku sangat lelah. Aku masuk ke kamar dulu. Sampai jumpa,” Kyuhyun berjalan menghindar namun dengan cepat tangan Siwon menghentikan langkahnya. Tangan namja jangkung itu mencengkram lengan Kyuhyun erat.

“Kau terlalu menginginkannya,” Siwon tersenyum pahit. Itu bukan senyum yang biasa ia tunjukan kepada fans, publik, ataupun keluarganya. Sebuah senyuman dengan aksen merendahkan yang  menggambarkan kekesalan hatinya.

“Karna aku menyukainya dari awal aku bertemu dengannya, hyung.” Kyuhyun melepaskan cengkraman Siwon di lengannya. Namja itu kembali berjalan dua langkah, kemudian berhenti sesaat.

“Tidak sepertimu.” ucapnya tanpa menoleh kebelakang. Seringaian tersungging dibibirnya yang kembali melangkahkan kaki.

“Akan kubuktikan, Kyu-ah,”

Siwon’s POV

“Akan kubuktikan, Kyu-ah,” tanganku mengepal kuat. Setidaknya ini bisa meredam sedikit emosiku yang benar-benar berhasil mendidih dibuatnya. Jika aku kehilangan kendali, bisa saja satu kepalan tanganku mendarat di wajahnya. Cho Kyuhyun, kusarankan sebaikanya kau berhenti mengusik emosiku.

Dan satu lagi… kau juga perlu tau.. aku telah menyukainya.

Kulangkahkan kakiku menuju dapur. Aish, aku tidak mendapati Wookie disini. Pasti eternal magnae itu sedang bersama Yesung hyung melakukan ritual gaibnya. Maksudku mereka berdua sedang tertidur pulas seperti korban bencana alam karna kelelahan selepas pulang dari Fukuoka pagi ini.

Kubuka lemari pendingin bermaksud meneguk beberapa gelas air untuk mendinginkan saraf-saraf di otakku.

“Hyung?” seseorang menepuk bahuku sehingga membuatku sedikit tersentak.

Dengan cepat kutolehkan wajahku. “Kau?” ujarku singkat. “Ini, minumlah” kusodorkan segelas air yang isinya kurang dari setengah.

Namja dihadapanku mengerutkan keningnya seperti tak terima. “Ambillah., Donghae-a”

“Aku bisa mengambilnya sendiri, hyung. Kau tak perlu repot-repot memberikan air minum sisamu.” Ujar namja bernama Donghae itu sambil mengambil gelas lain dengan sedikit kesal.

“Hae!” suara seorang namja terdengar sangat keras bersamaan dengan derap langkahnya yang semakin mendekat dan cepat.

“Matilah kau! Lee Donghae, kau kemanakan kue jarahan kita semalam hah?” Eunhyuk mempercepat langkahnya kearah Donghae yang berada disampingku.

“Kue?” lagi-lagi Hae mengerutkan keningnya. “Kue yang mana hyung?” tanyanya dengan wajah tolol.

“Aishh, kue itu… kue yang semalam kita ambil diam-diam dari Shindong hyung. Kau kemanakan hah?” Tanya Eunhyuk tak sabaran.

“Ahh, ne arra. Kue itu ya… emm, kue ituu…” mata Donghae berputar-putar seakan sedang berpikir.

“Yakk, cepat jawab pertanyaanku, ikaaaaannn”

“Aku memakannya, hyung” Donghae menunjukan deretan giginya sambil menggigit bibir bawahnya.

“Mwo?” mata bulat Eunhyuk hyung seakan ingin meloncat keluar. “Aishh, terimalah nasibmu, ikan bodoh. Kue itu akan diberikan Shindong hyung pada Nari.”

Donghae menepuk keningnya. “Kenapa kau baru memberita–“

Sisa kalimat itu tak terdengar olehku karna aku memutuskan untuk keluar dari dapur sebelum kedua namja ceroboh itu menjadikanku sebagai sasaran tempat mereka meminta pertolongan. Kulangkahkan kakiku menuju ruang tengah. Kudengar sedikit keributan kecil. Aishh, lagi-lagi tidak kutemukan ketenangan.

“Aish, hyung. Bagaimana ini? Yeoja itu tak menyukai coklat. Harus kuapakan benda ini?”

“Setidaknya kau belum memberikan coklat itu padanya, jadi dia juga belum sempat meneriaki telingamu dengan caciannya.”

“Anniyo. Dia bukan tipe yeoja seperti itu, hyung.”

“Jinjja? Ommo~ dongsaengku ini telah benar-benar jatuh cinta rupanya. Chukaeeee!!!”

“Yakk, hyung. Kau tidak memberiku solusi. Coklat ini kubeli dengan harga yang lumayan mahal, tidak mungkin kuberikan begitu saja pada Eunhyuk hyung ataupun pada Coco.” Kibum menggoyangkan sebelah bahu Leeteuk.

“Berikan saja pada yeoja lain,” kulihat melalui ekor mataku, Kibum membelalakan kedua matanya. Bodoh. Yeoja lain? Bukankah itu justru akan menambah masalah? Kurasa idemu tadi sangat buruk, hyung.

Kutinggalkan mereka berdua begitu saja. Anni, sebenarnya tadi aku hanya berjalan sepintas melewati mereka yang kebetulan sedang mengobrol.

“Siwon-ssi,” suara ini… Minje !

Yeoja itu berjalan mendekatiku dengan langkah yang tergesa-gesa. Kibum dan Leeteuk hyung yang berada tidak jauh dariku ikut menoleh. Setibanya dihadapanku, yeoja itu langsung bergelanyut manja di lenganku. Aigoo~ apa dewi fortuna ada di pihakku saat ini? Atau jangan-jangan otakkya kembali mengalami gangguan?

“Emm… waeyo Minje-a?” tanyaku sedikit gugup. Kau sukses meledakkan hatiku, ahgassi.

“Kau… harus menepati jan-ji-mu,” ia meletakan ujung telunjuknya tepat di hidungku.

“Jjan… janji? Janji apa?”

“Aishh, bahkan kau lupa dengan janjimu sendiri.” Ia mengerucutkan bibir mungilnya. Aish, hal ini sangat kubenci. Berada dijarak sedekat ini dan ia bertingkah seperti itu, benar-benar menggoda imanku. Kau tau, Lee Minje, aku benar-benar ingin mengecup bibir mungilmu itu saat ini juga.

“Ah, ne. aku ingat sekarang,” sebenarnya aku selalu mengingat janjiku padamu.

“Bagus. Cepatlah, aku ingin benar-benar mahir sepertimu, Siwon-ssi” ditariknya satu lenganku. Aish, tingkah yeoja ini belum berubah. Masih saja manja, keras kepala, dan seenaknya sendiri. Lantas kenapa aku merasa sangat nyaman berada didekatnya?

Minje’s POV

Gotcha !

Aku harus mengingat ekspresi babo yang ditunjukan oleh Kibum oppa saat aku bergelanyut di lengan Siwon. Mulutnya menganga kurang lebih satu setengah centimeter.

Hahahaha, wae oppa? Apa hatimu sudah panas melihatku akrab bahkan berlaku manja dengan namja lain? Mianhae, aku hanya ingin melakukan uji coba padamu. Itu salahmu sendiri, kenapa kau tidak segera menyatakan perasaanmu padaku, oppa? Apa kau baru akan melakukannya jika aku sudah jatuh ketangan namja lain atau saat hatiku sudah berlabuh pada namja lain?

“Aishh, bukan seperti itu caranya. Tekuk kedua kakimu lebih kedalam. Mundur lagi. Anni, bukan seperti itu…” Siwon terus saja mengomentari gerakanku.

“Begini,” ia menekan kedua bahuku sehingga tubuhku sedikit membungkuk ke bawah.

Posisinya menjadi dibelakangku. Ia beralih pada tanganku, menyentuhnya dengan berhati-hati seolah aku akan menyerangnya saat itu juga jika aku melakukan penolakan terhadap perlakuannya. “Lurus.” Disentuhnya persendian sikuku kemudian ia menghadapkan wajahnya kearahku. “Beri aku satu serangan.”

Baiklah. Aku akan memperlihatkan padanya seberapa kuat tinjuanku. Akan kuanggap kau adalah namja setan bernama Cho Kyuhyun itu. Namja, yang selalu membangkitkan emosiku. Semoga aku juga mempunyai kesempatan untuk membabak belurkan wajah tua-nya suatu saat nanti.

Tanganku mengepal keras dan sudah siap untuk melayangkan satu pukulan.

“Apa kau siap, Siwon-ssi?” kusunggingkan seulas seringai padanya. Siwon hanya menjawabnya dengan lengkungan senyum yang memperlihatkan sepasang lesung di pipinya.

Hana dul set…

Kulayangkan sebuah tinjuan yang mengarah ke perutnya dengan sekuat tenaga.

Paakk.

Siwon berhasil menangkap kepalan tanganku. Ia mengunci bagian belakang kakiku sehingga aku nyaris terhuyung kebelakang kalau saja Siwon tidak menangkap tanganku. Dan satu tangannya yang lain menopang punggungku.

Aku membiarkan tubuhku terus berpangku padanya. Alasannya? Karana aku melihat Kibum oppa sedang berjalan kearahku. Sepertinya rencana ini akan berhasil.

Sesegera mungkin kutatap manik mata Siwon lekat-lekat. Dalam jarak pandang sedekat ini aku merasa risih jika harus menatapnya terlalu lama. Aku mengalihkan pandanganku kearah lain untuk sementara namun sedetik kemudian kembali kuangkat pandanganku untuk menatap mata Siwon. Aigoo~ apa ini? Hatiku seakan berdesir membentuk pola yang aneh.

“Ekhmm”

Kutolehkan wajahku kearah sumber suara. Kibum oppa sudah berdiri dihadapan kami. Dengan segera Siwon melepas tangannya yang menopang tubuhku.

Brukk

Alhasil, aku terjatuh. Sial. Tenaga kuda, akan kubalas perbuatanmu kelak.

Aku berhasil kembali berdiri berkat uluran tangan dari Siwon. Ternyata namja itu masih mau bertanggung jawab setelah sukses mempermalukanku dengan insiden jatuh dihadapan Kibum oppa tadi.

“Hyung, apa aku mengganggumu?” Tanya Kibum oppa.

Aishh, apa-apaan dia? Mengganggu? Baiklah, jawaban seperti apa yang kau inginkan oppa?

“Tentu saja kau sangat mengganggu, oppa. Apa kau tidak lihat kami tadi sedang serius berlatih?” alih-alih justru aku yang menjawabnya.

Bagaimana sekarang? Apa hatimu panas dan sesak, oppa? Kau cemburu, bukan?

“Ah, anniya.” Siwon menatapku gusar. Yak, tadi itu bagian dari rencanaku, dasar namja babo tak berotak.

“Mianhae jika aku mengganggu. Tapi Minje-a, aku ada sesuatu  untukmu. Aku membelinya tadi,” Sebuah kotak berwarna cream pastel terulur dihadapanku.

Alisku bertaut melihatnya. “Mwo? Untukku oppa? Jinjja? Kau tidak sedang menguji rasa gembiraku, bukan? Kau tidak bercanda, kan?” secara naluriah, senyuman bahagia sukses terkembang diwajahku. Bayangkan saja, orang yang kau sukai memberimu hadiah secara tiba-tiba. Siapa yang tidak senang? Kurasa hanya penderita kelainan jiwa yang akan berkata TIDAK.

“Anni, aku tidak sedang bercanda” kembali, senyum itu… senyum yang kurasa telah membuatku jatuh hati padanya. Ia kembali memamerkan senyum khasnya padaku. Deretan gigi yang tersusun rapi dan lengkungan tipis yang paling kugemari.

“kyaaaa~ gamsahamnida, oppa. Darimana kau tau aku menyukai permen coklat seperti ini?” kuguncangkan tubuhnya kegirangan. Setidaknya aku sedang meluapkan rasa gembiraku.

“Aku mengetahuinya dari…”

“Ne, aku yakin kau mengetahuinya berdasarkan feelingmu. Jeongmal gomawoyo, aku sangat menyukainya.”

Feelingmu tepat sekali, oppa. Permen coklat adalah satu dari sekian banyak hal yang paling kusukai di dunia ini. Termasuk namamu yang juga masuk dalam daftarku. Sepertinya kita memang berjodoh, oppa. Kau bisa menebak karakterku hanya berdasarkan feeling, bukankah itu sedikit aneh?

“Ee, Minje-a… Aish…” Kibum oppa tampak gelagapan. Wae? Apa ia akan menyatakan perasaannya padaku saat ini? Aigoo~ aku belum mempersiapkan rangkaian kata sebagai jawaban. Walaupun pada intiya aku akan menerima pernyataan cintanya. Hahaha, kajja oppa.

“Aku mengetahuinya dari Teuki hyung.”

MWO?!

Kemana perginya pernyataan cinta itu, oppa? Apa kau sengaja membuatku penasaran? Dan soal feeling itu… benarkah kau memang mengetahuinya dari Leeteuk oppa? Yak, Teukie oppa, kau harus menerima ganjaran dari ratu iblis. Secara tidak langung, kau telah menggagalkan acara pernyataan cinta dari Kibum oppa yang sudah kunantikan selama ini.

“Sepertinya Teukie hyung dekat denganmu,” ujar Kibum oppa.

“Ne, dulu kami tetangga. Tapi itu dulu sekali, mungkin umurku saat itu baru lima atau enam tahun.” Terangku sedikit malas.

Author’s POV

Musim dingin hampir berakhir. Suhu di kota Seoul meningkat secara perlahan setiap harinya. Salju mulai mencair walaupun disepanjang jalan warna yang dominan masih tetap putih. Menjelang perayaan natal dan tahun baru jalanan kota Seoul menjadi tiga kali lebih padat dari biasanya. Toko-toko disepanjang jalan memasang ornamen hiasan natal tak terkecuali pohon cemara dan lampion kecil warna-warni yang terpajang di tiap etalase.

Semua member Super Junior tidak menerima panggilan job di malam natal. Semua agenda pada malam hari mereka tolak dan sebagai gantinya mereka harus bekerja ekstra demi memenuhi kontrak kerja dari dini hari hingga sore hari.

Butiran salju masih terus turun namun ukurannya kecil dan jumlahnya juga tidak sebanyak di pertengahan musim. Sebuah mobil van warna hitam tampak menghentikan lajunya didepan bangunan yang mereka sebut ‘Dorm Super Junior’.

“Ppali, Kyu. Kau ingin merusak acara kencanku dengan Nari hah?” Shindong mendorong paksa tubuh Kyuhyun yang menolak untuk keluar dari mobil.

“Seharusnya kita terima saja semua job untuk malam ini,” ujar Kyuhyun enteng. Ia menapakan kakinya ke tanah keluar dari mobil.

Semua member serempak membulatkan mata dan menatap tajam ke arah si magnae.

“ANDWAE!!!” jawab kedua belas namja itu kompak.

“Kau ingin melihat Nari memutuskanku?” Shindong mengernyitkan keningnya kemudian maju selangkah mendekati dongsaengnya yang terkenal evil itu.

Kyuhyun menimang-nimang PSP yang sedari tadi dipegangnya ke udara. “Anni, aku hanya ingin menjadi anak baik di malam natal ini. Jika Nari memutuskan hubungannya denganmu, berarti aku telah menolongnya dari masa depan yang kelam denganmu,” seringai tersungging di bibirnya. Sedetik kemudian namja bemarga ‘Cho’ itu melesat pergi memasuki gedung dorm sebelum para hyung sempat mengumpatnya.

“YAKK CHO KYUHYUUUNNNN! MATI KAUUU!!!” Shindong berteriak hebat sambil berusaha mengejarnya. Yesung dan Donghae saling beradu pandang kemudian mengikuti Shindong berlari ke dalam dorm.

Dorm dalam keadaan sepi. Satu per satu member Super Junior memasuki ruangan di lantai sebelas dengan raut wajah kelelahan. Heechul memilih untuk langsung merebahkan tubuhnya diatas sofa sementara Shindong bergegas menuju lemari pendingin di dapur.

“Kemana kue yang kemarin kubeli?” Shindong kembali dari dapur menemui member lain di ruang tengah.

“Yakk, aku yakin ini pasti ulahmu ahgassi” Tanpa argument yang kuat, Shindong langsung menuding kearah Minje yang tengah asyik bercengkrama dengan Leeteuk dan Kibum di dekat televisi.

Minje membulatkan kedua matanya saat itu juga. “Mwo? Kau menuduhku, tuan perut buncit?” Minje menaikan sebelah alisnya.

“Siapa lagi jika bukan kau? Hanya kau yang tinggal di dorm selama kami pergi. Dasar pencuri kecil. Cihh”

“Aishh, lain kali kalian pasang saja kamera cctv di dekat dapur. Lee Donghae. Dia yang memakan habis semua kue itu, kemarin aku melihatnya sendiri”

“MWO? YAKK LEE DONGHAE ! KAU INGIN MATI DITANGAN BESARKU HAH?!” Donghae langsung meloncat dari atas sofa dan berlari memasuki kamarnya.

Minje mengerucutkan bibirnya kemudian menyandarkan kembali tubuhnya di punggung sofa. “Aigoo~ apa perilaku kalian semua tidak bisa berubah? Kekanakan sekali,” ujar Minje.

“Setidaknya kami tidak menyebalkan sepertimu, paboya princess” ujar Kyuhyun dengan pandangan mata yang tetap terfokus ke layar PSP-nya. Seperti biasa, namja itu tengah melakukan ritual hariannya.

“Tapi kau menyebalkan, bocah” ucap Heechul dan Kangin bersamaan.

Kyuhyun menoleh singkat pada kedua hyung-nya itu kemudian kembali menatap layar PSP. “Kalian semua seratus kali lipat lebih menyebalkan dariku,”

“Aishh, dasar magnae kurang ajar,” komentar Minje. “Kau mau kemana oppa?” Minje mendongakan kepalanya ketika melihat Kibum beranjak dari sofa.

“Em, aku ingin ke kamar”

“Ah, ne. Kau pasti lelah. Istirahatlah oppa” Minje menyunggingkan seulas senyum manis sebelum sosok Kibum memutar kembali kepalanya dan berjalan pergi.

“Malam ini kita pesta SOJUUUUU!!!” Kangin berteriak hebat sambil mengacungkan sebotol soju yang dibelinya tadi.

“Tuan putri, apa kau akan kut berpesta malam ini?” Kangin mengerling nakal. Ia berjalan mendekat kearah Minje.

“Yakk, hewan buas! Menyingkirlah dari hadapanku!” Minje menendang tulang kering Kangin sehingga menyebabkan namja itu merintih kesakitan.

“Aishh… aku lebih suka melihat yeoja ini bekerja di butik Ahra daripada harus melihatnya di dalam dorm kita” ujar Kangin.

“Mwo? Yak, tega sekali kau berujar seperti itu. Eh? Ahra noona? Kau juga mengenalnya? Bagaimana bisa?” Minje mengerutkan keningnya penasaran.

“Dasar babo. Tentu saja aku mengenalnya. Bagaimana mungkin aku tidak mengenal Ahra noona. Dia itu noona–“

“Aishh! Sial! Aku kalah lagi! Ini semua gara-gara suara jelekmu itu, paboya princess” sela Kyuhyun cepat. Matanya masih terfokus pada layar PSP.

“Bocah setan, suaraku sama sekali tidak ada kaitannya dengan kekalahanmu. Kau saja yang tidak bisa bermain”

“Kau meremehkanku?”

“Tentu saja”

“Kemari kau. Akan kuperdengarkan suara appa-mu live dari Beijing”

“Aishh, menyebalkan. Awas saja jika kau berani melakukannya” Minje melipat kedua lenganya di depan dada. Lagi-lagi Kyuhyun tertawa puas menyadari kemenangannya.

Selama ancaman itu masih berlaku, maka selama itu pula Minje akan selalu kalah.

Minje’s POV

Bosaaannnnn~

Aku sudah mengganti chanel TV lebih dari sepuluh kali namun tidak ada satu acara pun yang bisa menghilangkan rasa bosanku ini. Shindong pergi menghabiskan malam natalnya bersama Nari. Couple ikan dan monyet pergi entah kemana. Mungkin tempat tujuan mereka malam ini adalah ‘kebun binatang’ atau parahnya lagi ‘hutan’. Ketiga orang china (Hangeng, Henry, Zhoumi) dengan mata sipit lebih memilih mengisi perut mereka dengan mengunjungi restoran china di pusat Seoul. Aishh, sepertinya mereka bertiga itu mempunyai niatan membuat fans histeris.

Namja kepala besar dan si koki sedang asyik bernyanyi-nyanyi di lantai atas. Pinky boy Lee Sungmin yang baik hati memilih untuk menghabiskan malam natalnya bersama keluarganya di rumah. Si tante cantik Kim Heechul sedang asyik bermain dengan twitternya di kamar. Astaga, dia sudah bertahan dengan jejaring sosial itu selam kurang lebih 5 jam. Manusia macam apa dia? Apa ia tidak merasa bosan?

Dan sekarang, tinggalah aku di dalam dorm dengan makhluk Super Junior ‘tidak laku’ yang tersisa. Teukkie oppa, Kangin si buldozer, Siwon, Kibum oppa, dan si iblis.

Aku berharap, para namja kelainan yang sok tampan dan terlalu percaya diri itu tidak akan membuat kerusuhan ataupun kekacauan lain malam ini. Aku sudah cukup menderita harus terpaksa tinggal satu atap dengan mereka semua.

Krekk…

Kulihat Kibum oppa baru saja keluar dari dalam kamarnya sambil mengancingkan kemeja bagian atasnya. Kemeja berwarna dasar coklat tua itu tampak sangat serasi dengan jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Satu tangannya sibuk merapikan kerah dan tatanan rambut.

“Aigoo~ kau rapi sekali oppa. Apa kau diundang ke sebuah reality show malam ini?”

“Anniyo,” jawab Kibum oppa singkat.

“Lantas, kau mau pergi kemana?” kedua alisku bertaut.

“Aku akan pergi ken…cannn…” Kibum menepuk bahuku pelan. “Sampai jumpa, Minje-ssi,” ia berjalan menuju pintu kemudian menghilang begitu saja.

Aku masih terpaku diam ditempat. Dia bilang apa tadi? Kencan?

Lelucon apa yang sedang dimainkan aktor berbakat itu? Ia tidak sedang bersungguh-sungguh kan? Kibum oppa berbohong kan? Yeoja yang boleh ia sukai hanya aku. Hanya boleh aku, seorang Lee Minje, bukan yeoja lain diluar sana. Ne, orang ini pasti sedang beracting dan seseorang telah menjadi sutradara dibalik ini semua.

AHAHAHAHA, aku pasti sudah setengah gila. Mana mungkin tadi Kibum oppa mengucapkan kata ‘kencan’. Pasti pikiranku sedang kacau dan kata ‘kencan’ itu hanya imaginasiku belaka yang memang ingin suatu saat nanti Kibum oppa mengajakku pergi berkencan. Ne, pasti aku sedang berkhayal tadi. Dan jika benar Kibum oppa pergi berkencan, yang menjadi pasangannya pastilah si emosional berparas cantik yang suka melotot kearahku. Siapa lagi jika bukan Chullie? Mereka berdua pasti sedang makan malam. Ne, Kibum oppa berkencan dengan Chullie. Lee Minje babo, buang jauh-jauh pikiran negatifmu itu. Sudah jelas Kibum oppa pergi dengan si kelainan, bukan dengan yeoja cantik.

Ne, bukan dengan yeoja cantik…

Bukan….

Entah darimana asalnya air mata ini mengalir membasahi pipiku. Aigoo~ kanapa aku jadi cengeng seperti ini? Jika Leeteuk oppa melihatku begini, pastilah dia akan memarahiku. Sejak kecil ia tidak pernah suka melihatku menangis. Tiap kali ia melihatku menangis, dalam hitungan detik ia akan langsung membentakku. Kata-kata penuh makian terlontar padaku. Dasar babo, jelas saja itu membuat isak tangisku makin keras. Tapi setelah itu, ia pasti akan membelikanku permen coklat. Bukankah dia oppa yang baik? Ne, dia memang tipe oppa idaman dan baik hati, tapi juga sekaligus menyebalkan.

“Jika pada hitungan ketiga kau belum menghapus air matamu itu, kupastikan  aku akan mengurungmu di dalam kamar mandi. Hana…”

See? Seperti makhluk halus, Leeteuk oppa sudah berdiri dihadapanku. Entah sejak kapan ia berjalan mendekat, mungkin aku terlalu sibuk menangis dan berwisata dengan pikiran-pikiranku sehingga aku tidak menyadari kehadirannya.

Kutatap manik matanya. Pandangan mataku kabur karna lapisan bening di pelupuk mataku. Sosoknya tidak cukup jelas terlihat, namun aku yakin seratus persen bahwa namja dihadapanku itu Leeteuk oppa. Oppaku yang paling baik melebihi siapapun di dunia ini.

“Dul…”

Aku mulai menggerakan tangan untuk menghapus linangan air mata di wajahku. Punggung tanganku menyeka air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Air mataku menolak untuk berhenti, isak tangisku makin menjadi.

“Set.”

“Oppaaa~” aku segera menghambur memeluk tubuhnya yang sudah berdiri dihadapanku.

Leeteuk oppa meletakan tangannya dibawah tulang belikatku dan bisa kurasakan Leeteuk oppa mulai membalas pelukanku. Tangannya yang bebas mengelus punggungku dan memelukku lebih erat. Kubenamkan wajahku di dadanya.

Hangat. Ini masih sama, rasa pelukan ini masih sama dengan pelukannya beberapa tahun terakhir. Mungkin lebih dari satu dekade yang lalu. Aku merindukannya, merindukan pelukan hangat dari oppaku ini. Jungso oppa~

Untuk kesekian kalinya, aku membalikan halaman demi halaman tabloid tanpa membacanya sedikitpun. Ne, suasana hatiku sedang tidak bisa dikategorikan dalam keadaan baik. Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, tepatnya pada malam natal, pikiranku menjadi kacau.

Otakku menolak berfikir dengan jernih dan saraf-sarafku mengendur. Sepertinya ini tanda-tanda bahwa Lee Minje akan segera memasuki masa ‘BABO’ nya. Aishhh, setan busuk itu pasti akan tertawa girang jika ia mengetahui keadaanku yang benar-benar lulus dalam pengkategorian yeoja-babo-tak-berotak-dalam-keadaan-setengah-gila.

“HYUUUNNGGG!!!!” Kibum oppa. Ne, namja yang kusukai itu berlari dengan penuh semangat dari pintu masuk menuju dapur. Ia bahkan tak menyapaku yang tengah duduk santai diatas sofa.

“Yakk, apa kau menginginkan ini hah?” kulihat Wookie mengangkat sebilah pisau dari dapurnya.

“Aishhh, jangan begitu, hyung. Aku hanya ingin memberikan kabar gembira,” Kibum menyingkirkan pisau dengan kilatan pada ujungnya itu dari tangan Wookie.

“Mwo?”

“Aku… Aku… Aku sudah resmi… aku sudah resmi berpacaran dengan yeoja itu hyung! Sekarang aku mempunyai yeoja chinguuuu!!!”

“JINJJA???”

“JEONGMAL?”

“KYAAA~ chukaeeeee! Dongseng kesayanganku ini sudah dewasa rupanya”

“Chukae. Siapa yeoja beruntung itu? Apa dia cantik? Kau harus mengenalkannya padaku”

ANNIYO.

Ini pasti salah. Ne, kali ini pasti telingaku yang engalami gangguan. Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Kibum oppa hanya boleh menyukaiku. Caranya memberi perhatian padaku, caranya menatapku dengan penuh kasih sayang, caranya tersenyum saat menatapku, apa itu semua tidak cukup kuat untuk kujadikan bukti bahwa KIBUM OPPA JUGA MENCINTAIKU?

“Sekarang aku mempunyai yeoja chingu”

“Sekarang aku mempunyai yeoja chingu”

“Sekarang aku mempunyai yeoja chingu”

Kau berhasil oppa. Kau berhasil melambungkan perasaanku ke langit dalam kurun waktu beberapa minggu ini, dan sekarang…. Kau menjatuhkan perasaan ini begitu saja. Kau menghempaskannya ke tanah lapang seolah kau bukan merupakan penyebab dari semua perasaan ini.

Andwae. Kibum oppa, kau hanya boleh berdampingan denganku. Hanya denganku! Semua ini pasti salah.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar. Kubanting daun pintu kamarku dengan keras. Sepertinya semua member sedang menoleh kearahku saat ini. Ah, aku tidak peduli lagi. Pernyataan tadi terlanjur membuat hatiku sakit. Ribuan panah seakan sudah bersarang tepat di tengah jantungku.

Aku meringkuk dalam balutan selimut. Pikiranku hanya terfokus pada kalimat tadi. Kalimat yang langsung melumpuhkan otot-otot tegang dan nadiku.

Bagaimana aku bisa bertahan untuk beberapa dekade selanjutnya jika senyum favoritku sudah dimiliki orang lain?

“Ahgassi?” Siwon melongokkan wajahnya dibalik pintu kamarku. Aishh, yak, babo. Aku bahkan lupa mengunci pintu kamarku.

Bisa kurasakan Siwon mulai berjalan menuju ranjangku. Aku tetap diam ditempat masih dalam balutan selimut yang menutupi wajahku. Setidaknya dia tidak akan melihatku sedang menangis.

“Minje-a? Gwenchanayo?” ia menyentuh pundakku.

“Gwenchanayo?” Tanya Siwon untuk yang kedua kalinya. Kali ini ia megguncangkan bahuku.

“Nan gwenchana” jawabku serak. Sebenarnya aku malas menjawabnya, tapi ini lebih baik daripada ia makin penasaran dan justru menarik paksa selimut yang menutupi wajahku.

“Kau menangis?” dalam hitungan detik Siwon berhasil menarik selimut yang menutupi wajah basahku.

“Anniyo” Kutegakkan tubuhku kemuudian duduk di tepian ranjang.

“Lalu darimana asalanya air ini? Apa diluar sedang hujan? Tidak kan?” Ia merengkuh wajahku kemudian menyeka air mataku. Bisa kurasakan ia menyentuh wajahku dengan sangat lembut.

“Aku merasa dunia sekarang sedang memusuhiku. Kenyataan selalu tak pernah sesuai dengan yang kuharapkan” suaraku serak, serat dengan emosi.

“Kalaupun seluruh dunia memusuhimu, kupastikan masih ada satu orang yang akan selalu berdiri disisimu, untukmu, dan menopang bebanmu.” Ia menatap mataku dalam dan kalimat yang keluar dari bibirnya lebih seperti tangisan daripada bisikan. “Bergembiralah, setidaknya kau masih bisa melakukan sesuatu untuk orang itu.”

Kuangkat pandanganku untuk menatap matanya. Matanya berkaca-kaca. Sedetik kemudian aku sudah berada dalam dekapannya. Ia memelukku erat.

“Siwon-ssi… bisa kau tinggalkan aku sendiri? Aku ingin menenangkan diriku” ucapku lemah. Ia bergegas melepaskan pelukannya lalu bangkit berdiri.

“Ingat kata-kataku tadi. Jaljayo~” Ia menutup pintu kamarku dan menghilang dibaliknya.

Sekarang aku bebas menangis. Menangisi orang yang sama sekali tidak pernah menganggapku ada. Anni, mungkin dia menganggapku ada, tapi dia tak menganggap perasaanku ini, dia mengacuhkannya begitu saja seperi angin lalu.

Author’s POV

“Minje-a, aku bawakan nasi goreng buatan Hangeng dan ada juga coklat panas dari Wookie. Makanlah,” ujar Leeteuk sambil terus mengetuk pintu kamar Minje.

Hening.

Yeoja itu sama sekali tak menjawab sahutan Leeteuk. Nyaris tak terdengar satu suarapun dari dalam kamarnya. “Minje-a, gwenchanayo? Makanlah, nanti kau sakit,” Leeteuk tetap gigih membujuk Minje untuk keluar dari kamarnya.

“Kau mau melihatku dihukum pancung oleh appamu jika ia mengetahui kondisimu saat ini?”

“Aishh, jangan bersikap keras kepala, Minje-a. Yakk, neo… aishh. Sudahlah, makananmu kuletakan didepan pintu. Makanlah,” Leeteuk meletakan sebuah nampan yang berisi sepiring nasi goreng dan secangkir coklat panas tepat didepan pintu kamar Minje.

Baru satu langkah beranjak, Leeteuk menolehkan kembali kapalanya menghadap pintu kamar Minje yang masih sama keadaannya seperti semula. Diam ditempat tanpa ada tanda-tanda kehidupan.

“Aku hanya ingin bersikap peduli padamu, Minje-a. Kuharap kau mengerti….”

Leeteuk kembali ke dapur. Disandarkannya punggung kepalanya ke dinding sementara pandangannya sibuk menerawang kearah langit-langit ruangan.

“Aku bahkan tidak bisa membuatmu selalu tersenyum…” ucapnya lirih.

“Hyung, gwenchanayo?” tiba-tiba seseorang menepuk bahu Leeteuk sehingga membuatnya terkejut.

“Kyu-ah, kau mengagetkanku. Nan gwenchana,” jawab Leeteuk sembari mengambil segelas air mineral dari dalam lemari pendingin.

“Gojimal,” Kyuhyun menatap sang leader dengan pandangan penuh selidik. “Kau tidak perlu menutupinya, hyung.”

Leeteuk mendesah panjang kemudian kembali menatap dongsaeng terkecilnya itu. “Aku hanya menghawatirkan kondisi Minje, Kyu. Sudah dua hari ini dia bersikap begitu.”

“Jinjja?”

“Ne, aku menghawatirkannya”

“Waeyo hyung? Kau sakit melihatnya begitu? Melihatnya terpuruk dengan keadaan yang menyedihkan.” Guratan terpancar dari kening Kyuhyun. “Kau menyukainya kan, hyung?”

“Mwo?”

“Jangan berpura-pura tidak mengerti, hyung. Aku tau betul kau menyukai yeoja baboya itu,”

“Yakk, Cho Kyuhyun, neo…”

“Yang kukatakan benar bukan?” seringaian tersungging dengan jelas diwajah Kyuhyun. “Kuharap kau tidak menyangkalnya, hyung,” lanjutnya sambil melangkah pergi.

“Aishh. Ne, aku menyukainya. Tapi itu dulu, saat aku masih kecil dan itu hanya perasaan suka sesaat. Kau puas, Cho Kyuhyun?” Leeteuk sedikit menaikan suaranya.

“Perasaan itu berlanjut pun aku tidak masalah, hyung.” Kyuhyun berjalan meninggalkan Leeteuk yang masih mencerna perkataan dongsaengnya.

“Mwo? Jadi kau juga menyukainya Kyuhyunnie?” ujar Leeteuk dengan mata membelalak lebar. Reaksinya sangat terlambat karna Kyuhyun sudah menghilang jauh dari hadapannya.

Cho Kyuhyun :

Dalam setiap gerak langkah yang dipilih pasti sudah ada arah yang ingin kau tuju dan sebuah kesiapan batin jika nantinya konsekuensi buruk yang akan kau terima. Setiap manusia mempunyai alasan tersendiri dibalik semua perilakunya. Sekalipun alasan itu adalah alasan konyol dan tidak masuk akal.

Dan inilah yang akan kuutarakan, inilah alasannya. Alasan mengapa aku tidak menjadi pengganggu kedekatanmu dengan Kibum hyung. Berbeda dengan kedekatanmu dengan Siwon hyung yang selalu kuawasi dan terkadang justru kuganggu.

Dari awal aku sudah tau hyung-ku yang satu itu menyukai yeoja lain. Yeoja cantik yang ia temui di lokasi syutingnya. Kibum hyung sering menceritakan yeoja itu padaku, jauh sebelum kau masuk kedalam kehidupan kami dan mengacaukan dorm ini, Minje-ssi.

Mungkin aku yang terlalu jahat karna membiarkanmu menyukai Kibum hyung tanpa menceritakan hal ini sebelumnya. Aku terlalu memaksakan keadaan agar kau mau menoleh kearahku hingga aku tidak ambil peduli dengan dampak setelahnya.

Jujur, sebenarnya menyakitkan melihatmu terus mengurung diri dalam kamar dan menolak berbica dengan semua member. Bahkan Leeteuk hyung, orang yang paling dekat denganmu tetap kau acuhkan. Separah itukah rasa sakit hatimu?

Apa jika aku yang ada diposisi Kibum kau juga akan begini? Apa kau akan menangisiku? Tidak rela membiarkanku menyukai yeoja lain….

Ini sudah hari kedua kau menangisinya. Kau terlalu banyak menaruh harapan pada namja yang jelas-jelas tak pernah memandangmu sedikitpun. Dia tidak peka terhadap sinyal yang kau berikan. Saat kau bermaksud membuatnya cemburu dengan menggunakan Siwon hyung, kau tau? Dia sedang sibuk menyusun kalimat untuk mengajak pujaan hatinya itu pergi berkencan. Dan yang terkena jebakanmu itu justru aku. Aku yang sudah tau lebih dulu bahwa kau sedang bermain licik dengan siasat ini. Tapi hatiku justru memanas saat melihatmu begitu akrab dengan Siwon hyung.

Saat aku, Yesung, dan Wookie masih diharuskan bertahan di Fukuoka sehari lebih lama dari yang lain, aku sangat cemas. Aku tidak khawatir hubunganmu dan Kibum hyung makin dekat, bahkan jika kalian akrab sekalipun, mungkin aku tidak akan terlalu menunjukan ekspresi kesal. Tapi dengan Siwon hyung… aku takut kau dekat dengannya. Mendengar kabar ia mengunjungimu di butik Ahra noona yang tidak lain adalah tempatmu bekarja, pikiranku tidak bisa tenang. Aku terlalu takut jika pada akhirnya bukan aku yang menjadi pemenangnya.

Alasanku membiarkanmu mendekati Kibum hyung…

Karna aku tau pada akhirnya kau yang akan kalah dalam permainanmu sendiri, Minje-ya.

Belajarlah menerima takdirmu…

Choi Siwon :

Jujur, aku tidak mengerti mengapa kau bisa sampai begini. Tiba-tiba saja kau mengurung diri dalam kamar. Ketika aku bertanya pada Teukie hyung, dia hanya menggelengkan kepalanya.

Apa ini semua berhubungan dengan Kyu? Apa namja itu membuatmu kesal lagi?

Tapi kenapa sampai separah ini? Kau bahkan menolak untuk menyahut panggilan dari kami, semua member. Atau….

Apa Kyu menyakiti hatimu? Apa kau mulai menyukainya, Minje-a? Apa pada akhirnya harus aku yang kalah?

Apa kau tau? Aku sangat menghawatirkanmu, Minje-a…

Aku tidak bisa tidur tenang dalam dua hari ini, apa kau tau itu? Aku mencemaskanmu!

Jika iya, pada akhirnya memang aku yang kalah, aku akan menerima semua keputusan ini. Tidak apa jika aku tidak memiliki dirimu seutuhnya. Aku tidak akan terluka dalam kurun waktu yang lama.

Aku masih bisa hidup walaupun apa yang membuatku masih bertahan untuk terus hidup di dunia ini tidak bisa kumiliki. Apa yang menjadi pencapaianku tidak berhasil kudapatkan.

Mungkin inilah akhirnya. Akhir dimana aku benar-benar takkan mampu lagi untuk bersaing mendapatkanmu. Itu semua bukanlah masalah besar selagi kau tetap tersenyum.

Kau tidak perlu memberikan senyum khusus padaku, cukup dengan seulas senyum pada dunia yang menandakan kau dalam keadaan baik-baik saja, maka aku akan ikut berbahagia untukmu.

Kau hanya perlu tersenyum, tertawa, dan bersikap wajar layaknya seorang Lee Minje yang kukenal dulu. Lee Minje yang manja, keras kepala, dan seenaknya sendiri. Mungkin dengan itu, aku masih bisa menyukaimu dengan lebih tenang.

Ada satu hal lagi yang perlu kau tahu, Minje-a…

Aku menyukaimu bukan karna ‘terpaksa’.

Jika suatu saat nanti kau mengetahui semuanya, maka aku akan berlari kearahmu saat itu juga dan menjelaskan awal mula perasaan ini tumbuh.

Aku akan ikut tersenyum untukmu, sekalipun perasaanku dihujani ribuan batu kerikil tiap detiknya. Aku akan terus bertahan pada perasaan ini.

Mencintaimu, dengan caraku sendiri….

‘Kalaupun seluruh dunia memusuhimu, kupastikan masih ada satu orang yang akan selalu berdiri disisimu, untukmu, dan menopang bebanmu…’

‘dan orang itu adalah aku’

Lee Minje :

Bagaimana bisa aku menyukainya? Menyukai namja yang jelas-jelas tak pernah memberiku sedikit harapan. Pada namja yang tak pernah menyadari adanya kehadiranku disisinya. Pada namja yang hanya menyimpan namaku dan sekilas info tentang diriku dibagian otak terluarnya.

Kibum oppa, apa yang selama ini kau lakukan padaku terlalu belebihan. Kau bersikap sangat manis dihadapanku namun sekarang kau justru membiarkan perasaanku jatuh berserakan. Jika aku tau akan begini jadinya, pasti sudah dari dulu aku menjaga jarak denganmu. Aku tak akan membiarkanmu untuk menyentuh hatiku sedikitpun. Tapi semuanya sudah terlambat. Perasaan itu telah tumbuh, oppa….

Apa hidupku ini terlalu menyedihkan? Tidak adakah namja yang bisa mencintaiku setulus hatinya? Apa ini yang disebut hukum ‘karma’?

Aku mencintainya… apa itu salah?

Menyukai orang yang tak pernah mencintaiku, apa aku masih diperbolehkan untuk melakukannya? Jika boleh aku ingin mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang sejak lama kuharapkan suatu hari dia akan mengucapkannya padaku.

“Saranghae….”

TBC 😀

Annyeonghi jumusseyo

Eunhye~

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA