Apa yang harus dilakukan para siswa ketika mengunjungi perpustakaan daerah

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Menteri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara melihat perpustakaan digital di Smart Kampung, Desa Kampunganyar, Banyuwangi, Jawa Timur. Foto: dok Pemkab Banyuwangi



medcom.id, Banyuwangi: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mewajibkan siswa sekolah dasar (SD) mengunjungi perpustakaan. Minimal, siswa SD sepekan sekali mendatangi perpustakaan untuk meningkatkan minat baca. "Bukan hanya membaca, mereka juga diminta untuk membuat ringkasan atas buku yang telah dibacanya," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu 8 Februari 2017. Ia mengatakan, kewajiban mengunjungi perpustakaan merupakan salah satu cara mendorong budaya membaca sejak dini di kalangan masyarakat. Membangun budaya baca tidak dapat dipisahkan dari buku dan perpustakaan. "Di awal memang perlu kita sedikit paksa siswa untuk datang ke perpustakaan, untuk membentuk kebiasaan. Setelah mereka terbiasa dengan rutinitas ini, harapan kami tumbuh minat baca pada setiap siswa," ujarnya. Anas menjelaskan, peran perpustakaan di sebuah negara sangatlah penting. Perpustakaan adalah institusi yang turut berperan melestarikan kebudayaan dan ilmu pengetahuan satu bangsa. "Perpustakaan itu menggambarkan perkembangan ilmu pengetahuan suatu negara. Apa yang dihasilkan oleh generasi-generasinya, ada di sana," ujar Anas. Anas menambahkan, kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh minat baca masyarakatnya. Terlebih, saat ini dihadapkan pada kenyataan rendahnya minat baca penduduk Indonesia, termasuk di kalangan anak-anak. "Seperti yang kita baca dari sejumlah media, data UNESCO menunjukkan pada 2012 persentase minat baca anak Indonesia sekitar 0,001 persen saja. Perbandingannya, hanya satu dari 10 ribu anak yang punya kegemaran membaca. Ini tantangan kita bersama," katanya. Karena itu, perlu dilakukan pendekatan khusus untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada buku. "Menambah pengetahuan itu kuncinya, ya, baca buku," kata Anas. Anas telah menyiapkan berbagai program untuk meningkatkan literasi di masyarakat. Dari sisi sarana dan prasarana, selain menyediakan mobil dan motor perpustakan keliling yang bertugas di seluruh wilayah Banyuwangi, pemerintah juga mewajibkan di setiap kantor desa diadakan perpustakaan desa. Ada tiga mobil keliling yang setiap harinya mengunjungi sekolah, pondok pesantren dan perguruan tinggi. "Seiring program Smart Kampung, di setiap kantor desa harus disediakan perpustakaan," kata Anas.

Selain itu, pemerintah menyiapkan container library yang diletakkan di sejumlah titik strategis. Untuk tahap awal dibangun di dekat Stadion Diponegoro. Kontainer tersebut berisi beragam buku dengan suasana di sekitarnya yang dibangun senyaman mungkin.

"Kontainernya sudah datang, sekarang sedang didesain dan ditata isinya. Tahun ini juga akan kita tambah kontainer serupa di sejumlah titik, termasuk di destinasi wisata," kata dia. Untuk menambah perpustakaan yang mudah dijangkau publik, Anas juga menginstruksikan perpustakaan milik sekolah untuk dibuka bagi umum. Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Abdul Kadir menambahkan program siswa SD wajib berkunjung ke perpustakaan mulai Februari 2017. Masing-masing sekolah diwajibkan mengirim 50-100 siswa setiap pekan.

Dengan skema itu, satu siswa paling tidak berkunjung ke perpustakaan sekali dalam sepekan. "Selain membaca buku, anak-anak juga diwajibkan membuat resume buku yang telah dibacanya," terang Kadir. (Antara)

Editor : Tri Kurniawan

UNAIR NEWS – Sebagai lembaga penyedia informasi bagi siswa, perpustakaan sekolah perlu memastikan bahwa layanan yang ada dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Perpustakaan perlu tahu apa yang menjadi motivasi siswa memanfaatkan perpustakaan untuk memaksimalkan layanan yang ada.

Tidak semua siswa mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku. Tak jarang, siswa yang datang ke perpustakaan hanya ingin memanfaatkan fasilitas internet ataupun layanan lainnya.

Melalui penelitian yang dilakukan pada siswa sekolah menengah di Surabaya, Dessy Harisanty, S.Sos., M.A., menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang berkunjung ke perpustakaan.

“Dari hasil penelitian, sebanyak 63,5% dari total 200 responden mengatakan bahwa motivasi utama mereka dalam memanfaatkan perpustakaan adalah karena ruang yang nyaman,” tuturnya.

Dosen D3 Perpustakaan itu melanjutkan, ruang perpustakaan dianggap nyaman karena adanya AC dan beragam fasilitas penunjang lainnya. Lokasi perpustakaan sekolah strategis sehingga mudah diakses, perpustakaan menyediakan tempat duduk dan ruang baca yang nyaman untuk kelompok dan belajar mandiri, serta pencahayaan yang baik.

Meskipun demikian, imbuhnya, faktor kenyamanan di perpustakaan juga didukung oleh layanan pustakawan. Pustakawan harus dapat memberikan layanan prima kepada siswa sebagai pengguna perpustakaan.

“Pustakawan juga harus ramah; mau membantu pengguna; menghormati dan menghargai pengguna; bertanggung jawab; berpenampilan menarik; cepat merespons; dan pandai berkomunikasi,” jelas dia.

Selain itu, sambung Dessy, ada beberapa motivasi eksternal lain yang memengaruhi siswa sekolah menengah dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah. Yakni ajakan teman; menyelesaikan tugas sekolah; kecintaan membaca; himbauan dari guru; prestise; dan mengisi waktu luang. Meskipun memiliki presentase yang kecil dan bukan merupakan faktor utama, Dessy mengatakan bahwa siswa dalam mengunjungi perpustakaan, faktor-faktor eksternal lain itu juga perlu diperhatikan.

“Faktor-faktor eksternal ini juga perlu menjadi perhatian bagi perpustakaan sekolah dalam mengembangkan layanannya”, ungkap dia.

Misalnya saja dalam hal koleksi. Menurutnya, koleksi di perpustakaan harus mendukung kurikulum sekolah. Selain itu, perpustakaan sekolah juga merupakan lembaga edukatif, informatif dan rekreasi. Sehingga perpustakaan sekolah harus menyediakan koleksi buku berbasis kurikulum; koleksi umum fiksi; buku wajib dan buku pendukung; serta buku tentang pengetahuan umum lainnya.

Pada akhir, ia mengatakan, dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa SMA menganggap perpustakaan sebagai tempat bergengsi. Siswa yang datang ke perpustakaan identik merupakan pribadi yang rajin dan pandai. Selain itu, imbuhnya, faktor lain yang menjadi motivasi siswa SMA dalam menggunakan perpustakaan sekolah adalah untuk mengisi waktu luang mereka.

“Maka dari itu, jam buka perpustakaan harus sesuai dengan waktu luang siswa sehingga mereka dapat lebih sering mengunjungi perpustakaan,” tandasnya.

Berdasarkan temaun itu, Dessy kembali mempertegas bahwa perpustakaan sekolah dapat memberikan layanan yang sesuai dengan harapan pengguna. Hasil penelitianya, dapat menjadi acuan bagi perpustakaan sekolah dalam memaksimalkan layanannya agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa sekolah. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Nuri Hermawan

Reference       : Harisanty, Dessy, “How to Motivate Students in Using School Library” (2019). Library Philosophy and Practice (e-journal). 2698. Link                  : //digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2698/

Lihat Foto

DOK. TANOTO FOUNDATION

Ilustrasi perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah memegang peran penting sebagai jantungnya ilmu pengetahuan di sekolah.

Oleh: M. Haris Tarmidi | Guru SDN VI 1 Puguh, Kendal, Jawa Tengah

Rachel, siswa kelas VI mengangkat tangannya sambil berteriak di ruang virtual Zoom.

“Tanya pak,” katanya bersemangat.

“Apakah nanti jika kita telah melakukan pembelajaran tatap muka, saya diperbolehkan kembali masuk ke ruang perpustakaan? Saya kangen membaca buku cerita yang ada di sana,” lanjutnya.

KOMPAS.com - Itulah harapan siswa saya ketika kami berdiskusi persiapan pembelajaran tatap muka di sekolah. Ada sebuah kelegaan ternyata siswa merindukan perpustakaan.

Setiap 14 September, kita memperingati Hari Kunjung Perpustakaan.

Jika berbicara perpustakaan tidak berlebihan jika bayangan orang kebanyakan adalah perpustakaan daerah ataupun perpustakaan lembaga pemerintah lainnya yang terletak di tengah kota atau tempat strategis lainnya.

Bagaimana dengan perpustakaan sekolah?

Perpustakaan sekolah juga memegang peran penting sebagai jantungnya ilmu pengetahuan di sekolah. Apa lagi di era pandemi seperti sekarang. Pustakawan atau pengelola perpustakaan harus berinovasi untuk memberi pelayanan dan pendistribusian buku bagi siswa.

Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai ikatan emosional dengan perpustakaan sekolah.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA