Apa yang dimaksud dengan inflasi dan berikan contohnya?

Lihat Foto

shutterstock.com

Penyebab dan dampak inflasi, Ilustrasi inflasi (apa itu inflasi? Inflasi adalah kondisi harga barang naik)

JAKARTA, KOMPAS.com - Kata Inflasi tentu sudah tak asing lagi di telinga, apalagi jika menyangkut pemberitaan stabilitas perekonomian. Secara umum, inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga barang dan jasa.

Sementara itu pengertian inflasi atau apa itu inflasi sebagaimana dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), inflasi adalah diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.

Penyebab inflasi karena banyak faktor. Menurut laman resmi Kementerian Keuangan, setidaknya ada enam faktor penyebab inflasi antara lain permintaan yang tinggi terhadap suatu barang atau jasa sehingga membuat harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan.

Baca juga: Apa Itu Saham: Definisi, Jenis, Keuntungan, Risiko, dan Cara Membeli

Penyebab inflasi lainnya yakni adanya peningkatan biaya produksi, bertambahnya uang yang beredar di masyarakat, dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.

Penyebab inflasi berikutnya perilaku masyarakat yang seringkali memprediksi atau biasa disebut sebagai inflasi ekspetasi, dan terakhir penyebab inflasi karena kekacauan ekonomi dan politik seperti yang terjadi di Indonesia saat kerusuhan tahun 1998. 

Dampak inflasi sendiri seringkali identik dengan efek negatif karena kenaikan harga barang sehingga membuat daya beli masyarakat menurun, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.

Menurut Bank Indonesia, dampak inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.

Baca juga: Ketahui Apa Itu Reksadana: Jenis, Keuntungan, dan Risikonya

Kedua, dampak inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

JAKARTA, investor.id - Istilah inflasi dan deflasi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kamu. Namun, apakah kamu sudah benar-benar tau arti dan perbedaan dari kedua istilah ini? Mari simak pengertiannya seperti dikutip dari Pintu Academy.

Dikutip dari Investopedia, inflasi adalah kecepatan penurunan nilai mata uang, yang ikut berdampak pada peningkatan harga barang dan jasa secara umum. Inflasi bisa berdampak positif maupun negatif tergantung dari kepentingan pihak-pihak yang terlibat. Sebagai contohnya, investor yang memiliki aset properti bisa jadi menganggap inflasi sebagai hal yang positif karena menyebabkan nilai aset mereka ikut meningkat.

Seperti dikutip dari Scripbox, terdapat tiga penyebab inflasi, yaitu:

1.Kebijakan moneter mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Suplai uang tunai yang berlebihan dapat memicu terjadinya inflasi, yang kemudian menyebabkan turunnya nilai mata uang itu sendiri.

2.Kebijakan fiskal

Kebijakan fiskal dipengaruhi oleh utang dan pengeluaran negara. Semakin banyak utang sebuah negara, maka semakin tinggi pula tarif pajaknya. Kondisi ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mencetak lebih banyak uang agar bisa membayar utang-utang tersebut, yang dapat berakibat pada ikut menurunnya nilai mata uang.

3.Nilai tukar mata uang

Pasar internasional menggunakan nilai dolar AS sebagai tolak ukurnya. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa mempengaruhi rasio inflasi di dalam RI.

Baca juga: Dibayangi Inflasi, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia?

Sementara itu, ahli ekonomi terkenal asal Inggris, John Maynard Keynes mengungkapkan bahwa secara umum terdapat dua jenis inflasi, yaitu Demand-Pull dan Cost-Push. Demand-pull Inflation, terjadi ketika permintaan barang atau jasa lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas produksinya. Perbedaan antara tingginya permintaan dan rendahnya persediaan barang atau penawaran menyebabkan terjadinya apresiasi harga. Sedangkan, cost-push inflation, terjadi ketika biaya produksi mengalami peningkatan. Peningkatan dari faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan bahan baku, menyebabkan kenaikan harga barang.

Sedangkan, menurut The Balance, deflasi adalah sebuah kondisi di mana nilai mata uang meningkat, sementara harga barang dan jasa terus menurun dari waktu ke waktu. Deflasi merupakan lawan dari inflasi. Sekilas, deflasi terlihat sebagai hal yang positif, namun sebenarnya deflasi yang terjadi terus-menerus mengindikasikan buruknya kondisi ekonomi suatu negara.

Saat masyarakat melihat harga barang yang terus menurun, mereka akan menunda pembelian dengan harapan harganya akan lebih murah lagi di masa mendatang. Hal itu menyebabkan penurunan pendapatan bagi para produsen dan kurangnya aktivitas ekonomi di daerah tersebut, yang tentunya akan berakibat buruk pula pada perekonomian suatu negara secara keseluruhan.

Baca juga: Deflasi dan Covid Bayangi Pertemuan ECB

Dua penyebab utama terjadinya deflasi seperti dikutip dari Scripbox adalah sebagai berikut.

1.Peningkatan Suku Bunga

Kebijakan moneter dari bank sentral yang menyebabkan peningkatan nilai suku bunga. Oleh karena itu, masyarakat lebih suka menabung dan menyimpan uang mereka daripada membelanjakannya. Selain itu, naiknya suku bunga juga berdampak pada meningkatnya biaya pinjaman dan kredit, sehingga masyarakat semakin enggan untuk membeli barang-barang, terutama kebutuhan sekunder dan tersier.

2.Prediksi Ekonomi Ke depannya

Kepercayaan masyarakat terhadap kondisi keuangan di masa depan bisa menjadi penyebab terjadinya deflasi. Jika masyarakat semakin pesimis terhadap masa depan, mereka akan lebih suka menabung dan menyimpan uang, serta mengurangi pengeluaran.

Inflasi merupakan kondisi yang pasti terjadi di tiap periode tertentu. Data dari Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa tingkat inflasi di Indonesia pada Mei 2021 mencapai sebesar 0,32%. Salah satu cara meminimalisir efek inflasi pada aset adalah dengan berinvestasi salah satunya investasi pada aset kripto.

Editor : Lona Olavia ()

Jakarta -

Inflasi dikenal dengan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Lalu apa penyebab dan dampaknya?


Memasuki setahun lebih pandemi, masyarakat kembali ramai memperbincangkan keadaan ekonomi, termasuk soal kemungkinan terjadinya inflasi di Indonesia. Keadaan pandemi yang terjadi secara global menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi di berbagai negara menjadi macet, sehingga mudah terkena krisis ekonomi. Salah satu efek krisis ekonomi itu adalah terjadinya kenaikan harga-harga di beberapa sektor atau biasa disebut inflasi.


Lantas apa pengertian, faktor penyebab, dan dampak inflasi itu?


Pengertian Inflasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Inflasi merupakan kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.


Pengertian lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan bahwa inflasi adalah keadaan perekonomian negara di mana ada kecenderungan kenaikan harga-harga dan jasa dalam waktu panjang karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.


Sementara dilansir dari situs resmi Bank Indonesia (BI), inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.


Berdasarkan buku "Ekonomi Moneter" yang ditulis Boediono, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan pada sebagian besar harga barang-barang lain yaitu harga makanan, harga makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, harga sandang, harga kesehatan, harga pendidikan, rekreasi, dan olahraga, harga transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.


Penyebab Inflasi

Terjadinya inflasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti permintaan, meningkatnya biaya produksi maupun jumlah uang yang beredar.


1. Tingginya Permintaan

Kenaikan harga-harga (inflasi) ini disebabkan karena ketersediaan barang yang tidak sepadan dengan tingginya permintaan.


Biasanya karena stok barang menipis dan permintaan sangat tinggi, maka stok barang tersedia mengalami kenaikan harga. Begitupun di bidang jasa, jika ada pembatasan kuota penggunaan jasa maka akan terjadi kenaikan harga.


2. Meningkatnya Biaya Produksi (cost pust inflation)

Apabila sektor produksi naik seperti bahan baku atau upah pegawai, maka produsen akan menaikan harga supaya pendapatan keuntungan dan kegiatan produksi bisa berlanjut terus dalam jangka panjang.


3. Jumlah Uang yang Beredar

Peredaran uang yang tinggi di masyarakat juga bisa menyebabkan terjadinya inflasi. Hal ini dikarenakan ketika jumlah uang di masyarakat meningkat, maka harga barang akan ikut mengalami kenaikan.


Semakin meningkat daya beli masyarakat saat stok barang menipis, maka harga barang otomatis akan ikut naik.


Dampak Inflasi

Dampak inflasi biasanya akan langsung dirasakan oleh masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah. Pasalnya, ketika terjadi kenaikan harga barang makan daya beli mereka akan turun.


Terjadinya penurunan daya beli menurut Bank Indonesia akan memberi efek berkelanjutan sehingga bisa menyebabkan pendapatan dan standar hidup menurun. Dalam jangka panjang hal ini bisa menyebabkan masyarakat yang miskin akan bertambah miskin.


Dampak yang ditimbulkan oleh inflasi adalah pendapatan yang tidak seimbang. Artinya dalam hal ini ada pihak-pihak yang dirugikan dengan adanya inflasi tetapi ada juga pihak-pihak yang justru diuntungkan dengan adanya inflasi tersebut.

Simak Video "Inflasi Membengkak, Warga Sudan Kembali Turun ke Jalan"



(lus/lus)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA