Apa tujuan sosialisasi mitigasi bencana

Art, S. (1995). Media literacy: key to interpreting media massages. Publisher: Preager. USA.

Diposaptono, S. (2007). Mengantisipasi Bencana Gempa bumi, Tsunami, Banjir, Abrasi, Pemanasan Global, dan Semburan Lumpur Sidoarjo. Bogor: Sarana Komunikasi Utama.

Eisenberg, M. B., Lowe, C. A., & Spitzer, K. L. (2004). Information literacy: Essential skills for the information age. ERIC.

Iskandar, I. (2016). Implementasi Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow Terhadap Peningkatan Kinerja Pustakawan. Khizanah Al-Hikmah: Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, Dan Kearsipan, 4(1), 24–34.

Jufriadi, A. (2012). dkk. 2012. Sosialisasi “Penguranagan Resiko Bencana” Di Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang Sebagai Upaya Pendidikan Mitigasi Bencana. Jurnal ERUDIO, 1(1), 50–58.

Melani, R. (2019). Optimalisasi implementasi literasi digital pada pembelajaran PAI: Studi deskriptif di SMAN 1 Nagreg kabupaten Bandung. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Permana, C. E., Nasution, I. P., & Gunawijaya, J. (2012). Kearifan lokal tentang mitigasi bencana pada masyarakat Baduy. Hubs-Asia, 10(1).

Potter, W. J. (2018). Media literacy. Sage Publications.

Priambodo, S. A. (2009). Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta: Kanisius.

Safko, L., & Brake, D. K. (2009). The Social Media Bible. 1: a upplagan. Hoboken. New Jersey, USA: John Wiley & Sons Inc.

Verry Mardiyanto. (2017). Literasi Informasi Digital Perpustakaan. Yogyakarta: Azyan Mitra Media.

‚Langkah pertama yang kami lakukan adalah survei awal ke banyak daerah pada hari yang sama, antara lain di daerah longsor di Cianjur Selatan. Kemudian kami membuat laporan secara detail untuk ditindaklanjuti. Survei dilanjutkan dengan tim yang berangkat ke lokasi yang paling banyak kerusakannya yaitu di daerah Cikelet, Pameungpeuk, Garut Selatan‚, ujar Ridwan Djamaluddin, Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana BPPT saat wawancara dengan redaksi (16/9). Tim yang diutus merupakan tim yang terdiri dari berbagai unit bidang, diantaranya Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA) BPPT; Pusat Data, Informasi dan Standardisasi (PDIS) BPPT; dan unit-unit terkait lainnya.Menurut Ridwan, dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa setidaknya terdapat dua poin penting yang harus digarisbawahi. Yang pertama, gempa itu tidak membunuh, akan tetapi yang menimbulkan korban adalah akibat dari gempa tersebut, misalnya karena tertimpa beton atau tertimbun tanah longsor. Sehingga dalam hal ini, pengetahuan masyarakat dalam hal bangunan antara lain tentang tata cara membuat bangunan dianggap masih sangat minim. Sebagian besar bangunan yang roboh karena tidak menggunakan kaidah-kaidah keteknikan yang baku atau tidak memenuhi persyaratan. Sedangkan yang kedua adalah faktor kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya, artinya dalam membuat bangunan seharusnya menggunakan material yang tahan gempa karena lokasinya berada di daerah potensial gempa.Demikian pula, terkesan pemerintah daerah setempat juga tidak siap dalam menghadapi situasi darurat seperti bencana alam. ‚Seluruh wilayah di Indonesia adalah rawan bencana sehingga seharusnya pemerintah daerah lebih antisipatif terhadap segala potensi bencana yang mungkin terjadi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebenarnya memiliki peran yang sama pentingnya dengan dinas-dinas lain pada umumnya‚, tambah Ridwan. Lebih lanjut ia mengatakan: ‚Pada 14 Oktober mendatang, bertepatan dengan hari Pengurangan Resiko Bencana Internasional, kami akan melaksanakan kegiatan sosialisasi bencana dan simulasi tanggap bencana di lingkungan kantor BPPT‚.

‚Selain itu, untuk ke depan langkah yang akan diambil oleh BPPT adalah yang pertama, mensosialisasikan bangunan yang tahan gempa, melalui penyuluhan langsung kepada ahli-ahli bangunan di lapangan. Yang kedua, membantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam hal memperkuat operasional pusat krisis, terutama untuk yang di daerah‚, katanya. (YK/AS/RF/humas)

Indonesia merupakan negeri dengan potensi bencana alam sangat tinggi khususnya untuk bencana gempa bumi, letusan gunung berapi, dan Tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng/kerak bumi aktif. Guna mengurangi dampak itu  bencana Badan Penagulangan Bencana Daerah (BPBD)Kota Tasikmlaya serta Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat sosialisasikan mitigasi bencana dan penanggulangannya ke SLB Bahagia Jalan Kebon tiwu Kota Tasikmlaya, Jawa Barat pada (26/11/2015). Kegiatan ini dihadiri Puluan guru dan para siswa.

Dalam kunjungan tersebut Kasi Rehabilitasi  Rekuntuksi BPBD Kota Tasikmalaya Yana Mulyana mengatakan Kusus Untuk acara ini saya kira untuk tenaga para pengajar dulu karena kalu untuk anak kekurangan mental ada kretaria kusus pada saat ini kita harus berkordinasi dengan dinas terkait laitan dengan sarana dan prasarana, maemang sarana dan prasrana harus di adalan dulu seperti titik kumpul jalur evakuasi sehinga pada pelaksanan nanti di simulasi tidak ribet ujarnya.

Lanjut yana perubahan paradigma dari tanggap darurat menjadi siaga bencana, bahwa bencana tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus diterima begitu saja. Tetapi, juga bisa diantisipasi kejadian bencana, korban dan diminimalisir dampaknya. “Edukasi bencana sangat perlu dilakukan sebagai pembelajaran dan perkenalan awal pada mitigasi bencana diharapkan dengan sosialisasi ini para tenaga pengajar  siswa-siswa ini dapat menambah pengetahuannya dibidang bencana dan selalu siap dalam menghadapi bencana dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan saat evakuasi terjadi,” kata Yana

Sementara itu Kepala Bidang Pendidikan Kusus Propinsi Jawa Barat Dr Dadang Rahman mengatakan, kegiatan pelatiah pengurangan resiko bencana ini adalah porgram pemerintah pusat memang harus di respon untuk semua pihak. Kali ini SLB Bahagia mendapat amana untuk melakukan kegiatan ini, kenapa kita lakukan di SLB bahagia karena lokasinya di lingkungan padat penduduk di mana benca bisa terjadi dengan pelatian resiko bencana kegiatan ini lanjut dadang guna untuk menguragi resiko bencana apalagi,anak yang berkebutuhan kusus salasatu katagori yang rentan terhadap resiko bencana jadi, kalo mereka tidak mendapat pelatian maka akan berdampak besar ujarnya.

saya sangat berterimakasih atas kunjungan BPBD Kota Tasilmalaya ke sekolah ini. “Memang perlu dilakukan pembelajaran penanggulangan bencana melalui jalur pendidikan, terutama kepada anak kebutuhan kusus. Melalui strategi itu bisa menjadi langkah awal dalam membangun masyarakat sadar bencana. Pemberdayaan anak usia sejak dini untuk memahami mitigasi bencana merupakan langkah awal membangun masyarakat sadar bencana. Sehingga ketika terjadi bencana siswa, guru dan masyarakat tidak lagi kebingungan dan panik karena telah memahami bagaimana cara mengurangi risiko bencana. Dengan harapan pengetahuan yang didapat ditularkan pada lingkungan sekitar dalam rangka mengurangi risiko bencana. Pada kunjungan tersebut, diberikan paparan mengenai mitigasi bencana, seperti bencana longsor, sesi tanya jawab  mengenai kejadian bencana yang terjadi di Indonesia.

Sosialisasi dan Simulasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2018.

Indonesia merupakan negeri dengan potensi bencana alam sangat tinggi khususnya untuk bencana gempa bumi, letusan gunung berapi, dan Tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng/kerak bumi aktif.

Guna mengurangi dampak bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana serta penanggulangannya di Balai Desa Satra.

Perubahan paradigma dari tanggap darurat menjadi siaga bencana, bahwa bencana tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus diterima begitu saja. Tetapi, juga bisa diantisipasi kejadian bencana, korban dan diminimalisir dampaknya.

Edukasi bencana sangat perlu dilakukan sebagai pembelajaran dan perkenalan awal pada mitigasi bencana diharapkan dengan sosialisasi ini para peserta dapat menambah pengetahuannya dibidang bencana dan selalu siap dalam menghadapi bencana dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan saat evakuasi terjadi.

Page 2

Komunitas OpenSID Klungkung © 2022

Content by ® Desa Satra Kec. Klungkung, Kab. Klungkung

0366 21116 -
//satra.desa.id

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana.Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6).

Dalam konteks bencana, dikenal dua macam yaitu (1) Bencana alam yang merupakan suatu serangkaian peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa gempa, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor, dll. (2) Bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia, seperti konflik sosial, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana.

Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :

  1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana.
  2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
  3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul.
  4. Penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.

 1. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang ingin dicapai

Saat ini anak – anak selalu menjadi korban terbesar dari suatu bencana, sehingga pengetahuan tentang mitigasi bencana untuk anak- anak dianggap sangat perlu sehingga anak- anak tidak selalu menjadi korban terbesar dari bencana tetapi menjadi bagian dari penanggulangan bencana, dapat membantu orang tuanya untuk menghadapi bencana dan membantu setelah terjadi bencana.

Adapun maksud dan tujuan dari Sosialisasi Tentang Mitigasi Bencana adalah :

  1. Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi anak – anak.
  2. Meningkatkan pengetahuan anak – anak dalam menghadapi serta mengurangi dampak/risiko bencana,
  3. untuk mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap anak – anak

Anak-anak sangat antusias mendengarkan penyuluhan tentang Mitigasi Bencana

2. Waktu pelaksanaan

Hari                       : Sabtu

Tanggal                 : 27 Agustus 2016

Pukul                     : 08:00-12:00 WIB

Lokasi                    : SDN Mass School

3. Hasil yang dicapai dan tindak lanjut

Program penunjang, yaitu Sosialisasi Tentang Mitigasi Bencana  dengan menggunakan media elektronik dan lisan. Dilaksanakan oleh Desra sahputra dibantu oleh T Iqbal Safriza N, Putri Amanina, Vivi Erlyna, Jumara weni,Munawwarah dan Sucia Fadillah. Program ini dilakukan sebanyak 1 kali selama KKN pada tanggal 27 Agustus 2016. Kegiatan ini dilakukan di SDN MAAS SCHOOL. Keseluruhan kegiatan Sosialisasi Tentang Mitigasi Bencana ini diikuti oleh anak-anak yang masih duduk di kelas 3-5 SD.

Hasil yang dicapai dari kegiatan ini diharapkan anak-anak akan mampu menghadapi bencana, baik bencana banjir, gempa bumi maupun Tsunami. Sehingga ketika terjadi bencana anak- anak tidak panik dan mampu untuk berpikir cepat bagaimana cara untuk menyelamatkan diri dan mampu untuk menolong orang tuanya.

Tindak lanjut dari program ini adalah anak-anak kelas 3-5 agar dapat membantu masyarakat, guru maupun keluarga dalam menghadapi bencana . Anak- anak dapat menjaga adik- adiknya ketika terjadi bencana, sehingga orang tua mereka terbatu dalam kondisi kepanikan saat terjadi bencana. Jadi anak- anak tidak selalu menjadi korban terbanyak dari suatu bencana, tetapi menjadi bagian dari penanggulangan bencana tersebut.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat

Adapun faktor pendukung dari program ini yaitu terlihat dari antusias anak – anak dalam mendengar, memperhatikan,membuat simulasi dan bertanya hal- hal yang tidak mereka ketahui mengenai cara untuk menghadapi bencana dan terlihat dari  dukungan  kepala sekolah, dan dewan guru SDN Maas School yang meluangkan waktu dan memberi  tempat untuk terlaksananya kegiatan Sosialisasi Tentang Mitigasi Bencana dan tidak ditemukan adanya penghambat dalam terlaksananya program penyuluhan mitigasi bencana ini.

5. Lampiran Foto Kegiatan

Anak-anak sangat antusias dalam bertanya

siswa/siswi menyaksikan video mitigasi bencana

siswa/siswi melakukan simulasi mitigasi bencana

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA